Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah yang diampu
oleh Agus Supriyanto, M.Pd
(TEKNIK CONFRONTATION)

Disusun oleh:

Mega Oktavyani (1600001053)

KELAS A
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
berkah dan karunia-Nya, atas ridho-Nya sehingga saya dapat menyusun Makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas Penulisan Karya Ilmiah.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kepada Allah SWT, kepada orang
tua, dan kepada dosen Pengampu mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah, serta kepada
rekan-rekan pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan waktu dan
kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saya
mohon kepada para pembaca atau bapak/ibu dosen untuk memberikan saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah selanjutnya. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis para khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya, Amin.

Yogyakarta, 22 April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................................................4

2.1 Pengertian Teknik Confrontation.................................................................................................4

2.2 Konfrontasi dalam Konseling.......................................................................................................4

2.3 Kapan Konfrontasi dilakukan........................................................................................................4

2.4 Tujuan dan Fungsi Konfrontasi.....................................................................................................5

2.5 Contoh-contoh Penggunaan Konfrontasi.....................................................................................6

BAB III....................................................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................8

3.2 Saran............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian dan tidak akan
pernah terlepas dari berbagai masalah. Masalah yang menimpa manusia terkadang
membuat manusia menjadi frustasi, tak berdaya, nelangsa dan putus asa. Bahkan tak
jarang orang yang begitu banyak diterpa berbagai masalah hidup lebih memilih
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tak kuasa menghadapi masalah tersebut.
Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya pengetahuan, ilmu, serta pengalaman, dalam
menghadapi masalah. Oleh sebab itu manusia harus mendapat bimbingan agar mampu
membantu keluar dari masalah yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, saling
membantu merupakan satu hal yang mutlak dalam kehidupan manusia. Proses seorang
individu membantu individu lain dalam mengenali dirinya, dunianya, dan memecahkan
masalah pada dirinya. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
(peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik Menurut Abu Ahmadi (1991: 1).
Secara umum konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan seacara
langsung antara konselor dan klien melalui wawancara konseling yang bertujuan
membantu individu (klien) dalam memecahkan masalahnya agar individu dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada
pada dirinya. Agar konseling berjalan dengan baik dan sesuai tujuan, maka konselor
harus dapat memahami dan menguasai keterampilan konseling. Konseling ini sebagai
usaha bantuan profesional yang disejajarkan dengan profesi lain, seperti psikiater,
psikolog dan sebagainya. Dalam pelaksanaanya, akan ada interaksi secara tatap muka
antara konselor dengan klien. Dalam dunia konseling komunikasi antara orang yang
membantu ( konselor ) dan orang yang dibantu ( klien ) haruslah terjaga dengan baik.
Tentu tidak sembarangan seorang konselor dalam menjaga komunikasinya dengan klien.
Ada teknik-teknik yang perlu dilakukan oleh seorang konselor dalam menjga
komunikasinya dengan klien dalam proses konseling. Sebagai seorang calon konselor,
kita harus mengetahui keterampilan-keterampilan dasar konseling. Salah satu yang
paling penting adalah keterampilan mendengar,merespon,memahami diri konseler.
Untuk menciptakan suasana konseling yang nyaman, seorang konselor harus
menguasai keterampilan dasar berkomunikasi dalam konseling.Dengan demikian
seorang konselor perlu memiliki keterampilan-keterampilan yang didasarkan pada
pengetahuan khusus. Keterampilan itu menjadi salah satu kompetensi konselor.

1
Keterampiln dasar konseling merupakan sebuah keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang konselor dalam melakukanproses konseling. Dalam proses
konseling terdapat komunikasi antara konselor dan klien. Agar proses konseling
berjalan secara aktif dan efesien maka konselor harus mampu merespon klien dengan
keterampilan yang benar, sesuai dengan keadaan kliensaat itu. Respon yang benar
adalah respon yang mampu mendorong, merangssng, dan menyentuh klien sehingga
klien dapat terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan
pengalamannya. Apabila konselor tidak dapat memberikan respon yang tepat, maka
proses konseling dapat terhambat. Ketika melakukan wawancara konseling teknik dasar
komunikasi konseling menjadi pondasi yang sangat penting. Terdapat berbagai macam
teknik yang digunakan untuk merespon pernyataan klien meliputi attending, opening,
acceptance, paraprashing, restatement, reflecting of feeling, clarification, structuring,
lead, silence, reassurance, rejection, advice, confrontation, interpretation, summary, dan
termination. Oleh karena pentingnya penguasaan teknik-teknik dasar konseling tersebut.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu teknik dasar confrontation,
karena teknik confrontation merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki
seorang konselor karena tidak memungkiri bahwasanya kebanyakan konseli datang
untuk konseling tidak tahu apa tujuannya melainkan langsung menguraikan masalah
yang dimiliki. Apabila konselor tidak menguasai keterampilan confrontation yang
merupakan salah satu teknik dasar keterampilan konseling maka bisa dimungkinkan
akan sulit mencapai tujuan konselor. Karena teknik confrontation merupakan teknik
dimana konselor menantang konseli untuk menghadapi diri mereka sendiri secara
realitis.
Pada umumnya ketika kita menggunakan istilah konfrontasi, kita
menghubungkannya dengan pihak-pihak yang bertentangan dan orang-orang yang
saling berbantahan ketika mereka berbeda pendapat. Dalam situasi seperti ini orang
yang sedang dikonfrontasi akan merasa terancam dan menjadi defensi sementara orang
yang melakukan konfrontasi akan merasa cemas. Namun konfrontasi disampaikan
kepada klien dengan cara menegur yang lebih lembut,di mana kita menunjukkan kepada
konseling perbedaan antara atau di antara sikap, pikiran, atau perilaku.
Makalah ini di harapkan agar klien dapat menemukan dan sadar akan kesenjangan di
dalam dirinya agar klien dapat menyesuaikan apa yang harus ia lakukan demi
perkembangan dirinya, teknik ini sangat efektif di aplikasikan kepada klien yang
memiliki mental kuat dan tidak mudah tersingnggung, karena kadang-kadang bentuk
stimulus yang di berikan adalah berupa kritikan, saran atau apapun itu yang membuat
klien tidak nyaman akan perkataan konselor. Konselor juga harus bisa melakukan
konfrontasi kepada klien di saat yang benar-benar tepat yaitu ketika klien siap untuk
menerima umpan balik dari konselor.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teknik konfrontasi?
2. Bagaimana Konfrontasi dalam konseling ?
3. Kapan Konfrontasi dilakukan ?
4. Apa Tujuan dan Fungsi dari Teknik Konfrontasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakangdan
rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Agar pembaca mampu mengetahui tentang teknik konfrontasi
2. Untuk mengetahui konfrontasi didalam konseling itu seperti apa dan bagaimana
3. Untuk mengetahui kapan saja konfrontasi dilakukan
4. Agar mampu menjelaskan apa tujuan dan fungsi dari teknik konseling

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknik Confrontation


Teknik Confrontation adalah teknik atau keterampilan yang diguanakan konselor
untuk menunjukkan adanya kesenjangan / inkongruensi/ diskrepansi dalam diri klien
dan kemudian mengumpan balikkan pada klien. Konfrontasi dimaksudkan untuk
mengarahkan kesadaran klien terhadap informasi yang mungkin tidak dapat diterimanya
atau diabaikanya atau tidak terperhatikan olehnya, dan perlu dipertimbangkan oleh klien
kalau konseling ingin bermanfaat. Menurut (Tindall dan Gray dalam Erhamwilda, 2012:
115) confrontation yaitu perilaku kontra/tidak cocok dengan perilaku lain. Leaman
(1978) mendefinisikan konfrontasi sebagai teknik langsung di mana konselor
menantang klien untuk menghadapi diri mereka secara realistis.

2.2 Konfrontasi dalam Konseling


Konfrontasi sebagai sebuah keterampilan konseling berbeda dengan konfrontasi
dalam pandangan umum. Konfrontasi termasuk keterampilan lanjutan dalam konseling.
Dalam konteks hubungan konseling, konfrontasi biasa digunakan
sebagai cara menegur yang lebih lembut,di mana kita menunjukkan kepada konseling
perbedaan antara atau di antara sikap, pikiran, atau perilaku. Dengan demikian konseli
dapat memahami apa yang disampaikan guru pembimbing mengenai alternatif
pemahaman terhadap situasi yang sedang dihadapi. Dalam konfrontasi, individu
langsung dihadapkan dengan fakta bahwa selain mungkin mengatakan apa yang mereka
maksudkan, atau melakukan selain dari apa yang mereka katakan. Konfrontasi yang
baik sering berupa pembuatan rangkuman diikuti dengan ungkapan perasaan konselor
dan pernyataan konkret yang dikemukakan tanpa interpretasi. Dengan konfrontasi yang
baik, klien tetap merasa nyaman dan tidak merasa diserang. Penggunaan yang benar
dari keterampilan ini meliputi membangkitkan kesadaran klien terhadap hal-hal yang
mungkin dianggapnya tidak menyenangkan dan mungkin dihindarinya atau mungkin
luput dari perhatiannya,dengan cara yang dapat diterima. Penggunaan teknik ini
hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan : (1) memberi komentar khusus
terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan waktu yang tepat; (2) tidak menilai
apalagi menyalahkan; (3) dilakukan dengan perilaku attending dan empati.

2.3 Kapan Konfrontasi dilakukan


Ada beberapa situasi dimana penggunaan konfrontasi sesuai. Konfrontasi dapat
digunakan diantaranya ketika :
1. Klien menghhindar problem utama yang tampak menyusahkannya

4
2. Klien tidak bisa menyadari perilakunya yang merugikan dirinya sendiri
3. Klien tidak bisa melihat konsekuensi-konsekuensi serius yang mungkin diakibatkan
oleh perilakunya
4. Klien membuat pertanyaan-pertanyaan yang saling bertentangan
5. Klien secraa berlebihan dan tidak pada tempatnya membatasi dirinya dengan hnaya
membicarkan masa lalu atau masa depannya, dan tidak dapat fokus pada masa kini
6. Klien berbicara berputar-putar dengan menceritakan hal yang sama berulang-ulang
7. Perilaku non-verbal klien tidak sesuai dengan perilaku verbalnya atau
8. Perhatian perlu diberikan pada apa yang terjadi dalam hubungan antara klien dan
konselor, misalnya ketika terjadi ketergantungan atau ketika klien menarik diri atau
menunjukkan kemarahan atau bentuk-bentuk emosi lainya terhadap konselor.

Dalam situasi-situasi seperti diatas,konselor boleh memilih untuk mengonfrontasi


klien dengan cara mengungkapkan pada klien apa yang dirasakan,dilihat,atau diamati
oleh konselor. Konfrontasi yang baik biasanya mencakup:
1. Sebuah refleksi atau rangkuman singat tentang apa yang telah dibicarakan oleh klien
sehingga klien akan merasa didengar dan dipahami
2. Sebuah pertanyaan tentang perasaan-perasaan konselor saat itu
3. Sebuah pertanyaan konkret tentang apa yang telah dilihat atau diamatioleh konselor,
yang diberikan tanpa interpretasi.

2.4 Tujuan dan Fungsi Konfrontasi


Konfrontasi merupakan teknik yang menantang konseli untuk melihat adanya
inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide
berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Penggunaan konfrontasi bertujuan untuk menyadarkan klien akan adanya
kesenjangan kesenjangan, perbedaan perbedaan dalam pemikiran, perasaan dan
perilakunya. Selain itu tujuan teknik konfrontasi ini yaitu:
1. Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur
2. Meningkatkan potensi klien
3. Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi; konflik, atau kontradiksi
dalam dirinya.
Keterampilan mikro berbentuk konfrontasi berfungsi untuk menumbuhkan
kesadaran kliendengan memberinya informasi yang mungkin terlewatkan atau tidak
teridentifikasi olehnya. Menurut Gerldard dan Gerldard (2011: 195) konfrontasi
berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran klien dengan memberinya informasi yang
mungkin terlewatkan atau tidak teridentifikasi olehnya. Dalam menggunakan teknik ini,
konselor menggunakan modalita tadi anda mengatakan bahwasementara ,

5
tadi anda berkata bahwatetapi , semula anda berkata bahwa.,
belakangan., dan awalnya anda mengatakan...., terakhir .

2.5 Contoh-contoh Penggunaan Konfrontasi


Peran konselor adalah untuk memicu wawasan klien melalui pikiran. Dengan
demikian konselor menggunakan teknik konseling termasuk konfrontasi untuk
membantu klien untuk berpikir.
Contoh 1:
Konselor : Dyni, anda mengatakan bahwa anda benar-benar mencintainya dan tidak
ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya tapi tindakan Anda tampaknya seperti Anda
tidak mencintai diri sendiri atau Anda mencintainya lebih dari yang anda mencintai diri
sendiri. Apakah anda bersedia mengorbankan hidup anda untuk dia?
Klien : (termenung dan berpikir diam-diam.....)

Contoh 2:
Secara tak langsung klientelah menyinggung tentang kekhawatirannya terhadap
orientasi seksualnya. Ia menyebutkan secara singkat problem seksualnya beberapa kali,
lalu setelah itu menyimpang dari topik tersebut dengan berbicara tentang hal-hal remeh
yang tampak tidak ada sangkut pautnya.
Konfrontasi konselor : saya bingung karena saya perhatikan anda berapa kali secara
singkat menyatakan tentang problem seksual anda, lalu anda berbicara tentang hal yang
sama sekali berbeda.
Perhatikan bahwa pertama konselor mengekspresikan perasaannya dengan mengatakan,
Saya bingung, dan kemudian memberikan pernyataan konkret tentang apa yang telah
terjadi menurut pengamatannya. Respons seperti ini kesan ancamannyaminimal karena
bentuknya seperti sekedar memberikan umpan balik terhadap klien tentanga apa yang
telah diamati oleh konselor, tanpa imbuhan penilaian pribadi konselor

Contoh 3:
Di bawah ini adalah contoh respons konselor menghadapi perilaku repetitif klien yang
berulang-ulang berbicara tentang topik yang sama.
Konfrontasi konselor: saya memperhatikan bahwa kita berdua tampaknya hanya
berputar-putar di tempat yang sama, jadi saya akan merangkum hal-hal yang telah kita
bicarakan...(akhir dari pernyataan ini adalah sebuah rangkuman).
Contoh ini menunjukkan bagaimana klien dikonfrontasi atas perilaku nya yang suka
mengulang-ulang. Pertama konselor memberitahu klien apa yang menurut
pengamatannya sedang terjadi, lalu membuat rangkuman. Melalui konfrontasi dengan
cara ini, konselor dapat meningkatkan kesadaran klien terhadap apa yang sedang terjadi.
Dengan kesadaran yang makin meningkat, klien akan dapat keluar dari jebakan

6
perulangan-perulangan yang telah dibuatnya. Tetapi, kadang-kadang, bahkan setalah
dikonfrontir, klien akan tetapmengulang lagi jalur yang sudah dilaluinya dan mengulang
rincian yang sama. Dalam situasi ini, konfrontasi yang lebih tegas diperlukan. Konselor
bisa mengatakan hal seperti ini, saya mulai merasa kecewa karena sekali lagi kita
berputar-putar lagi di jalan yang sama.

Contoh 4:
Klien berkata saya merasa sangat berbahagia dengan pernikahan saya, dengan nada
suara yang sangat sedih dan ia duduk dengan lunglai di kursinya sementara ia berbicara,
Konfrontasi konselor: saya melihat bahwa suara anda terdengar sangat datar dan anda
duduk lunglai di kursi ketika berkata bahagia dengan perkawinan anda.
Di sini konselor melakukan konfrontasi dengan merefleksikan pada klien tentang apa
yang telah diamatinya tanpa membuat interprestasi terhadap observasinya. Maka, klien
dapat bebas membuat interprestasinya sendiri dari umpan balik yang diberikan konselor
padanya.
Kesimpulannya, konfrontasi dapat meningkatkan kesadaran klien dengan
memberi klien informasi tentang hal yang mungkin belum disadari sebelumnya.
Konfrontasi palik baik dilakukan dengan penuh perhatian, seperlunya, dan dengan
terampil.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konfrontasi merupakan teknik langsung di mana konselor menantang klien
untuk menghadapi diri mereka secara realistis yang dilakukan dengan menyampaian
secara halus dan lembut, konfrontasi dilakukaan saat klien tidak bisa menyadari
perilakunya yang merugikan dirinya sendiri dan konfrontasi sendiri memilik tujuan dan
fungsi bagi konselor yaitu untuk mendorong klien mengadakan penelitian diri secara
jujur, Meningkatkan potensi klien, membawa klien kepada kesadaran adanya
diskrepansi; konflik, atau kontradiksi dalam dirinya dan fungsi nya untuk
menumbuhkan kesadaran kliendengan memberinya informasi yang mungkin
terlewatkan atau tidak teridentifikasi olehnya.

3.2 Saran
Dalam makalah ini, kami menyadari masih terdapat kelemahan-kelemahan.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas saran dan masukannya, kami selaku
penulis makalah mengucapkan terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aladag,Mine.2013. Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and


Counseling Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation. International
Journal of counseling, 13(1), 72-79

Bakri,Khairunisak Hj dan Mustaffa,Mohamed Sharif.2013.Spiritual Approachn With a


Muslim Female Student Dealing with Adultery Case.International Journal of
Fundamental Psychology and Sosial Sciences.Vo.3,No.4,Hal 59-62.

Falah,Riza Zahriyal. 2016. Membentuk Kesalehan Individual dan Sosial Melalui


Konseling Multikultural. Jurnal Bimbingan dan Konseling islam. Vol.7,No.1.

Geldard, David and Geldard, Kathryn .2001. Basic Personal Counselling.Fourth


edition. Australia: Prentice Hall.

Geldard,Kathryn dan Geldard,David.2001.Keterampilan Praktik Konseling


(Cet 1).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kusmaryani,Rosita Endang.2010. Keterampilan Konseling Dalam Mewujudkan


Konselor Yang Trusted Objective Profesional. Tesis. Training Calon Konselor
yang diselenggarakan oleh HIMA PPB FIP UNY.

Mahaditha,Fitriana.2015. Hubungan Antara Keterampilan Dasar Konseling (KDK)


Dengan Minat Mahasiswa Mengikuti Layanan Konseling Individu di SMA
NEGERI 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015. Skripsi.Universitas Negeri
Semarang.

Marjo, Happy Karlina.2013. Penerapan Mickroskills dalam domain


multikultural.Jurnal Konseling dan Pendidikan.Vol.1,Nomor.1,Hal 62-65.

Riyadi, Agus.2014.Dakwah Terhadap Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui


Sitem Layanan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit.Jurnal Bimbingan
Konseling Islam.Vol.5,No.2,Hal 245-268.

Supriyo,Mulawarman.2006.Keterampilan Dasar Konseling.Semarang:Unnes Pers.

Anda mungkin juga menyukai