Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah yang diampu oleh
Agus Supriyanto, M.Pd
(TEKNIK BIBLIOTERAPI)

Disusun Oleh:
Fahmi Iqbal Hidayat (1600001036)
Kelas: 2A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLANN
YOGYAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
berkah dan karunia-Nya, atas ridho-Nya sehingga saya dapat menyusun Makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas Penulisan Karya Ilmiah.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kepada Allah SWT, kepada
orang tua, dan kepada dosen Pengampu mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah, serta
kepada rekan-rekan pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan waktu dan
kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saya
mohon kepada para pembaca atau bapak/ibu dosen untuk memberikan saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis para khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya, Amin.

Yogyakarta, 04 Mei 2017

Fahmi Iqbal Hidayat

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................................... 4
2.1 Sejarah Biblioterapi ................................................................................................................... 4
2.2 Pengertian Bibliotherapy........................................................................................................... 4
2.3 Metode Bibliotherapy ............................................................................................................... 5
2.4 Implementasi Teknik dan Layanan Biblioterapi ........................................................................ 7
2.5 Kelemahan dan Kelebihan Teknik Biblioterapi.......................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
3.2 Saran.......................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 10

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi ini, banyak manusia yang mengalami gangguan mental, seperti
gangguan kecemasan, trauma, stres, dan depresi. Apabila tidak segera ditangani maka akan
jadi beban pikiran dan menganggu aktifitas bagi manusia tersebut. Seiring dengan
perkembangan zaman yang begitu pesat dan banyaknya masalah masalah yang terjadi di
masyarakat, para ahli membuat model model terapi untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi manusia seperti tekhnik biblio terapi ini. Depresi merupakan salah satu masalah
kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. WHO memprediksi
bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak
dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua tersbesar kematian setelah
serangan jantung.
Biblioterapi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Di atas gedung Perpustakaan
Thebes terdapat patung yang melukiskan orang yang tengah bosan dan dibawahnya ada
manuskrip berbunyi tempat penyembuhan jiwa (the healing place of the soul). Ide
pemanfaatan bahan bacaan sebagai media terapi pada zaman itu tak dapat dilepaskan dari
Plato. Menurutnya, orang dewasa sebaiknya menyeleksi cerita dan kisah yang
diperdengarkan pada anak-anak mereka sebab hal itu dapat menjadi model cara berpikir
dan budi pekerti anak di masa-masa selanjutnya.
Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan
bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi dapat dimaknai
sebagai upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan
orientasi dan memberikan pandangan-pandangan yang positif sehingga menggugah
kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.
Biblioterapi adalah penggunaan literature dan puisi dalam Treatment bagi orang-orang
yang mengalami masalah emosional atau sakit mental.Rubin, mencatat bahwa sebagian
besar profesinal yang menggunakan biblioterapi dalam praktik memiliki persiapan minimal
untuk menggunakan teknik yang menggugah rasa ingin tahu ini. Pardeck & Pardeck
mengatakan bahwa pekerja sosial paling sedikit menggunakan biblioterapi dalam praktik,
dan sedikit yang memiliki pelatihan klinis formal dalam penggunaan buku dalam treatment
sosial.
Secara medis, pemikiran Plato diteruskan oleh Rush dan Galt pada 1815-1853. Lewat
percobaan - percobaan medis, keduanya berkesimpulan bahan bacaan dapat dipadukan
dengan proses konseling, terutama untuk menciptakan hubungan yang hangat,

1
mengeksplorasi gaya hidup, dan menyarankan wawasan mendalam (insight). Para dokter di
Inggris membangun kerjasama dengan para pustakawan untuk pengembangan model terapi
ini. Perkembangan biblioterapi berjalan pesat setelah Perang Dunia I. Rumah sakit
mendirikan perpustakaan untuk mengembalikan kondisi psikis para tentara yang cacat
akibat perang. American Library Association (ALA) melaporkan metode ini telah
membantu 3.981 tentara untuk menerima kondisi yang dialaminya.
Sebagian besar dari kita sebenarnya telah menerapkan terapi membaca. Biblioterapi
sering kita gunakan untuk pencarian jati diri melalui dunia yang ada dalam halaman-
halaman buku yang baik. Kita merasa terlibat dalam karakter tokoh utama yang ada di sana.
Sering kali kita menutup sampul sembari tersenyum setelah mendapatkan inspirasi dan ide
baru dari buku. Itulah tujuan dari biblioterapi, yaitu mendampingi seseorang yang tengah
mengalami emosional yang berkecamuk karena permasalahan yang dia hadapi dengan
menyediakan bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat. Kisah dalam buku akan
membantu mereka untuk menyelami hidupnya sehingga mampu memutuskan jalan keluar
yang paling mungkin bisa diambil.
Dalam memilih strategi, konselor hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor yang
relevan , misalnya: ciri klien, jenis masalah, dan harapan konseli dalam konseling. Salah
satu strategi yang menjadi alternatif pilihan konseling adalah biblioterapi yang
menggunakan bahan pustaka. Biblioterapi yang sudah dirancang oleh konselor dengan
mempertimbangkan tujuan, ciri konseli, material, sasaran, metode, dan evaluasi akan
membantu konseli memperoleh informasi tentang masalah masalah yang dihadapinya.
Perolehan informasi tersebut dapat mengubah tingkah laku apabila konseli benar benar
mematuhinya.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah dari Biblioterapi?


2. Apakah pengertian dari Biblioterapi?
3. Apa saja metode yang ada dalam Biblioterapi?
4. Bagaimanakah aplikasi dari Biblioterapi?
5. Bagaimankah kelemahan dan kekuatan dari teknik Biblioterapi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah dari Biblioterapi.


2. Untuk mengetahui pengertian dari Biblioterapi.
3. Untuk mengetahui metode dalam Biblioterapi
4. Untuk mengetahui aplikasi dari Biblioterapi.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dari teknik Biblioterapi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Biblioterapi


Selama berabad-abad, buku telah digunakan sebagai sumberdaya untuk membantu
orang mengatasi masalahnya. Sebagai contoh, pada masa Thebes1 kuno, perpustakaan
digambarkan sebagai The Healing Place of The Soul, tempat penyembuhan jiwa.
Masyarakat Thebes kuno menghargai buku sebagai sebuah sumber untuk meningkatkan
kualitas kehidupan. Schrank dan Engels 1981 dalam Pardeck 1993 menyatakan bahwa
praktik bibliotherapi dapat telusuri sampai masa Thebes kuno dan kemudian digunakan
sebagai sumber bantuan untuk pengajaran dan penyembuhan.
Secara medis, pemikiran Plato diteruskan oleh Rush dan Galt pada 1815-1853.
Lewat percobaan-percobaan medis, keduanya berkesimpulan bahwa bahan bacaan dapat
dipadukan dengan proses konseling, terutama untuk menciptakan hubungan yang hangat,
mengeksplorasi gaya hidup, dan menyarankan wawasan mendalam (insight). Para dokter di
Inggris membangun kerjasama dengan para pustakawan untuk pengembangan model terapi
ini.
Istilah bibliotherapy" pertama kali digunakan oleh SM Crothers pada tahun 1916
untuk menggambarkan penggunaan buku untuk membantu pasien memahami masalah
kesehatan mereka dan gejalanya (Goddard, 2011). Thibault (2004) dalam Goddard (2011)
menekankan bahwa kunci bibliotherapy adalah menggunakan cerita sebagai cara untuk
memulai diskusi tentang isu-isu dan harus.
2.2 Pengertian Bibliotherapy
Biblioterapi didefinisikan sebagai terapi menggunakan buku untuk memfasilitasi
pengungkapan diri, penerimaan diri dan aktualisasi diri seseorang (McArdle & Byrt, 2001
dalam Shinn, 2007 dalam Apriliawati 2011). Media yang digunakan dalam biblioterapi
berupa buku yang sesuai dengan dengan keadaan klien.
Lebih dari beberapa tahun lalu bibliotherapy telah digunakan oleh berbagai
profesional pemberi bantuan seperti konselor, psikolog, psikiater, dan pendidik. Kemudian
para pekerja sosial juga mulai menggunakan bibliotherapy dalam praktek klinis. (Pardeck
& Pardeck, 1987). Dictionary of Social Work karangan Barker (1987) mengemukakan
definisi komprehensif dari bibliotherapy, yaitu:

The use of literature and poetry in the treatment of people with emotional
problems or mental illness. Bibliotherapy is often used in social group
works and group therapy and is reported to be effective with people of all

4
ages, with people in institutions as well as outpatients, and with healthy
people who wish to share literature as
a means of personal growth and development. (h.15)

Artinya, bibliotherapy adalah penggunaan literatur dan puisi dalam teratment bagi orang-
orang yang mengalami masalah emosional atau sakit mental. Bibliotherapy sering
digunakan dalam kerja kelompok sosial dan terapi kelompok dan dilaporkan efektif bagi
semua orang dari berbagai kelompok usia, baik bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan,
juga efektif bagi orang-orang sehat yang ingin berbagi literatur yang berguna bagi
pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Jadi dalam menggunakan teknik ini konselor
tidak harus melakukan face to face yang biasanya dilakukan oleh tekhnik pada umumnya.
2.3 Metode Bibliotherapy
Sclabassi dan Sukamto (Pergola Irianti, 2011: 21) memandang perlu adanya metode
penerapan biblioterapi yang berbeda karena bervariasinya permasalahan yang dihadapi dan
perbedaan kepribadian setiap individu. Kedua metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode pustaka didaktif, yaitu memfasilitasi perubahan individu melalui
pemahaman diri yang bersifat kognitif. Informasi yang disediakan bersifat instruksi dan
mendidik misal buku-buku pegangan, pedoman, atau manual. Beberapa tema termasuk
dalam metode ini antara lainpengasuhan anak, relaksasi, meditasi dan coping stres.
b. Metode pustaka imajinatif, yaitu memfasilitasi perubahan seseorang
dengan mengacu pada penggambaran perilaku manusia secara dramatik. Dalam metode ini,
pustaka yang dibutuhkan meliputi novel, cerpen, dan permainan.
Haynes dan Haynes-Berry (Eva Imania Eliasa, 2009: 4 dan Pergola
Irianti, 2011: 21) menerapkan metode biblioterapi berdasarkan ruang lingkup atau
populasinya. Dalam hal ini ada tiga metode yaitu biblioterapi klinis dan biblioterapi
perkembangan (Pergola Irianti; 2011) dan biblioterapi humanistik (Eva Imania Eliasa,
2009), berikut penjabarannya:
A. Biblioterapi klinis (clinical bibliotherapy)
Biblioterapi ini digunakan pada populasi dengan menggunakan program khusus.
Pada terapi ini pustaka atau bahan bacaan berperan sebagai alat utama untuk menolong
seseorang pasien mencapai suatu kepribadian yang terintegrasi. Biblioterapi ini adalah
bentuk psikoterapi dilakukan oleh psikiater, psikolog, pekerja sosial, dll. (Eva Imania
Eliasa, 2009: 4 dalam Pergola Irianti). Menurut Cook et al., (2006) mendifinisikan
bibliotherapy sebagai berikut.

Clinical bibliotherapy is used with those clients exhibiting significant


emotional or behavioral problems. It occurs in a structured setting,

5
supervised by a therapist, counselor, or psychiatrist. The goals range
from promoting insight to change in behavior and to promote mental
health. Both client and therapists could discuss the issue that is being
focused on and explore the alternatives to the problem. The therapist role
is to facilitate the expression of clients emotions, to seek possible
resolution of his dilemma and to guide him to deal with the situation
(Davis, 1992; Yusuf & Mohd, 2008).

Artinya biblioterapi klinis di gunakan untuk menunjukan emosi dan masalah perilaku klien.
Dilakukan secara terstruktur dan diawasi oleh terapis, konselor, dan psikiater. Bertujuan
untuk mengembangkan wawasan terhadap perubahan perilaku dan untuk meningkatkan
kesehatan mental. Baik klien maupun terapis bisa mendiskusikan masalah yang terjadi dan
mengesksplorasi masalah tersebut. Peran terapis adalah memfasilitasi ekspresi emosi klien,
untuk mencari kemungkinan penyelesaian dilemanya dan membimbingnya untuk
menghadapi situasi tersebut (Davis, 1992; Yusuf & Mohd, 2008 dalam Vale, Lucas Carla
& Soares Luisa.2013 ).

B. Bibliotherapy Perkembangan (developmental bibliotherapy)

Client-developmental bibliotherapy provides for creative opportunities by


developing a different, imaginative ending to a story, by discussing the effects
of making specific changes in the story line. In this type of therapy, the client
writes as if he was one of the characters addressing a specific area of
concern, common to both him and the character (McCulliss, 2012).

Artinya Biblioterapi pengembangan klien adalah memberi kesempatan klien untuk kreatif
dan berkembang, akhir cerita yang berbeda dan imajinatif, dengan membahas dampaknya
membuat perubahan spesifik dalam alur cerita. Dalam jenis terapi ini, klien menulis seolah-
olah dia adalah salah satu karakter yang menangani area perhatian tertentu, yang umum
terjadi pada keduanya Dia dan karakternya (McCulliss, 2012 dalam Vale, Lucas Carla &
Soares Luisa.2013). Jadi klien lah yang mengambil keputusan akhirnya, dimana klien bisa
mencermati karakter yang cocok dengan dia sehingga dapat memecahkan masalahnya.
Biblioterapi bisa digunakan oleh psikolog, pendidik, guru, dan orang lain setiap
saat dalam berbagai tingkatan dan semua kelas disekolah. Dalam melaksanakan biblioterapi
perkembangan di sekolah ada beberapa faktor penting yaitu:
Bisa menggunakan media dari buku, bagian cerita, video, puisi, yang melayani
tujuan pendidik.

6
Biblioterapi dapat diimplementasikan dengan kelompok kecil atau besar, atau
bahkan dengan satu orang. Namun, manfaatnya meningkat bila diterapkan pada satu
kelompok, sehingga menciptakan rasa memiliki di antara anggota dan memberikan
rasa aman.
Biblioterapi harus terjadi sesekali dan jaraknya tepat waktu. Misalnya, seminggu
sekali. Ini bukan tindakan yang langsung terlihat hasilnya, tapi sebuah proses siklus
dengan efek kecil meningkat dan potensi perubahan besar terjadi dalam serangkaian
transformasi nondraumatik kecil dari sikap atau tingkah laku.
Penting untuk membuat tempat di ruang kelas menjadi nyaman dan teratur agar sesi
biblioterapi berlangsung dengan lancar dan di mana gambar atau karya lainnya
dapat terpapar dengan jelas.

2.4 Implementasi Teknik dan Layanan Biblioterapi


Biblioterapi tediri dari 3 tahapan yaitu identifikasi, katartis, dan wawasan mendalam
(insight) (Suparyo, 2010; McIntyre, 2004 dalam Darmawan, 2012). Tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
Identifikasi
Anak mengidentifikasi dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam
buku, baik yang bersifat nyata maupun fiktif. Bila bahan bacaan yang disarankan tepat,
maka klien akan mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama
dengan dirinya. Disini digunakan buku yang sesuai dengan tahap perkembangan usia anak
dan mirip dengan situasi yang dialami anak (Gregory & Vessey, 2004 dalam Darmawan,
2012).
Adapun hal yang harus dilakukan konselor/terapis yaitu Try to identify a specific
problem that a child may be facing in your classroom. This task can be done through
observation, parent conferences, and writing assignments. Cobalah untuk
mengidentifikasi masalah spesifik yang mungkin dihadapi anak di kelas anda. Tugas ini
bisa dilakukan melalui observasi, konferensi orang tua, dan tugas menulis.
Katartis
Klien menjadi terlibat secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi yang
terpendam dalam dirinya secara aman (seringnya melalui diskusi atau karya seni). Selain
diikuti dengan diskusi, memungkinkan bagi anak yang sulit mengungkapkan perasaannya
secara verbal menggunakan cara lain yaitu melalui tulisan, mewarnai, menggambar, drama
dengan menggunakan boneka, atau bermain peran (McCarty & Chalmers, 1997, dalam
Robert, Albert. R dan Greene, Gilbert. J. 2009).
Wawasan mendalam

7
Pada tahap ini, anak menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi bisa
diselesaikan (McArdle & Byrt, 2001 dalam Darmawan (2012). Permasalahan anak
mungkin saja ditemukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam
menyelesaikan masalah bisa mempertimbangkan langkah yang ada dalam cerita
dibuku.
2.5 Kelemahan dan Kelebihan Teknik Biblioterapi
a) Kelebihan Teknik Bibliotherapy
Dalam hal ini praktisi yang bekerja dengan klien yang mengalami masalah melihat
nilai besar dari bibliotherapy. Secara khusus, bibliotherapy dapat membantu klien
mendapatkan pengertian (insight tentang masalah, memberikan klien teknik
relaksasi dan diversi (pengalihan), dan memebantu klien fokus pada hal-hal diluar
dirinya sendiri. Maka itulah sependapat dengan Pardeck (1990 dalam herlina 2013 :
90), adalah : Bibliotherapy bisa lebih jadi kompleks daripada terapi lain karena
seseorang harus terampil, baik dalam memilih literatur yang sejalan dengan masalah
yang dihadapi klien maupun mengetahui bagaimana menggunakan literatur tersebut
sebagai media terapiutik.
b) Kelemahan Teknik Bibliotherapy
Kelemahan biblitherapy yang paling utama adalah bibliotherapy seharusnya
tidak digunakan sebagai pendekatan tunggal terhadap treatment bibliotherapy lebih
sebgai tambahan terhadap treatment. Dalam hal ini Pardeck & Pardeck (dalam
Herlina 2013 : 91-92), mengemukakan bahwa ada tiga kelemahan dalam teknik
bibliotherapy yaitu :
Campuraduknya dukungan empiris bagi bibliotherapy yang dilakukan melalui fiksi,
namun buku memberikan kesan bahwa nonfiksi, khususnya buku-buku bantu diri
dinilai memilki dukungan ilmiah dalam bibliotherapy.
Banyak orang yang bukan pecandu membanca hal ini berarrti bibliotherapy memilki
dampak yang terbatas pada kelompok orang ini. Namun dinyatakan bahawa
bibliotherapy berhasil dilakukan terhadap kelompok bukan pembaca melalui buku
bicara maupun pendekatan inovatif lainnya.
Klien mungkin mengintelektualisasikan masalah saat membacanya. Klien bisa gagal
mengidentifikasi diri dengan karakter dalam cerita yang kemudian memunculkan
bentuk proyeksi untuk meredakan klien dari tanggung jawabnya mengatasi masalah.
Dari pendapat diatas bahwa kelebihan dan kelemahan dari teknik bibliotherapy
merupakan suatu tolak ukur yang harus menggunakan perencanaan yang terperinci agar
penggunaan treatmaent biblioteherapy dapat tersalurkan dalam dalam proses penyelesaian
masalah pada diri peserta didik itu sendiri.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada zaman modern ini tingkat stress dan depresi meningkat dengan sangat drastis
dimana orang-orang sibuk bekerja dan kurangnya waktu untuk liburan. Dalam
permasalahan ini para ahli menemukan banyak teknik untuk mengurangi stress dan depresi
salah satunya teknik biblioterapi
Teknik bibiloterapi ini adalah teknik dimana klien membaca buku atau
menonton video, dimana klien dapat menemuka permasalahan yang sama dengan
tokoh yang ada pada buku atau video yang dibaca/dilihatnya, sehingga klien dapat
menemukan pemecahan masalah tentang dirinya. Teknik ini juga dapat
meningkatkan kemampuan mengendalikan emosi bagi klien dan juga dapat
menambah wawasan dari buku yang dia baca.

3.2 Saran

Kami menyarankan khususnya pada para konselor, psikiater, dan pendidik


hendaknya dalam menangani masalah konseli atau klien agar lebih variatif dalam
menggunakan teknik dan lebih banyak menguasai teknik salah satunya Teknik
Biblioterapi guna proses konseling bisa berjalan efektif dan efisien sehingga masalah
konseli bisa dipecahkan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Goddard, A.T (2011). Children's books for use in bibliotherapy. Pediatr Health
Care. 2011;25(11):57-61.

Apriliawati, Anita.2011 Pengaruh Biblioterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia


Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta. Tesis
Universitas Indonesia

Betzalel, N & Shechtman, Z (2010). Bibliotherapy treatment for children with adjustment
difficulties: a comparison of affective and cognitive bibliotherapy. Journal of
Creativity in Mental Health, 5(4): 426-39.
children's psychological well-being, Journal of Poetry Therapy: The
Interdisciplinary Journal of Practice, Theory, Research and Education, 26:3, 137-
147.

Darmawan, Wawan, Rohanda, Kusnandar.2012 Penerapan Biblioterapi di Rumah Sakit Dr.


Cipto Mangunkusumo. Jurnal eJournal Mahasiswa Universitas Padjadjaran
Vol. 1, No. 1.

Herlina. 2013. Bibliotherapy; Mengatasi Masalah anak dan remaja melalui Buku, Edisi
Cetakan Pertama, Bandung: Pustaka Cindikia Utama vi + 134 hal.

Muti, Septya Fadhila.2013 Peningkatan Kemampuan Mengelola Emosi Marah Melalui


Teknik Biblioterapi Pada Siwa Kelas VIII di SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA.
Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

Pardeck, T. John.1993 Bibliotherapy: A Clinical Approach for Helping Children. Presumed


First Edition,Routledge: Gordon and Breach Science Publishers.

Pergola Irianti. (2011). Biblioterapi dan pemanfaatannya. Jurnal WIPA ( Vol. 13, Edisi
Desember). Rubrik Mutakhir . Hlm. 19-23.

Robert, Albert. R dan Greene, Gilbert. J. 2009. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2 Buku
Pintar Pekerja Sosial Jilid 2. Jakarta, BPK Gunung Mulia.

Vale, Lucas Carla & Soares Luisa.2013 Bibliotherapy: A tool to promote

Yudianto, Andi, Fitrianah, Lailatul.2010 Pengaruh Terapi Bermain: Biblioterapi Terhadap


Penurunan Respon Maladaptif pada Anak Usia Pra Sekolah Setelah Dipasang
Infus. JURNAL EDU HEALTH, Vol. 1, No. 1.

10
11

Anda mungkin juga menyukai