Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah yang diampu oleh
Agus Supriyanto, M.Pd
(TEKNIK BIBLIOTERAPI)
Disusun Oleh:
Fahmi Iqbal Hidayat (1600001036)
Kelas: 2A
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
berkah dan karunia-Nya, atas ridho-Nya sehingga saya dapat menyusun Makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas Penulisan Karya Ilmiah.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kepada Allah SWT, kepada
orang tua, dan kepada dosen Pengampu mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah, serta
kepada rekan-rekan pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan waktu dan
kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saya
mohon kepada para pembaca atau bapak/ibu dosen untuk memberikan saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis para khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya, Amin.
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengeksplorasi gaya hidup, dan menyarankan wawasan mendalam (insight). Para dokter di
Inggris membangun kerjasama dengan para pustakawan untuk pengembangan model terapi
ini. Perkembangan biblioterapi berjalan pesat setelah Perang Dunia I. Rumah sakit
mendirikan perpustakaan untuk mengembalikan kondisi psikis para tentara yang cacat
akibat perang. American Library Association (ALA) melaporkan metode ini telah
membantu 3.981 tentara untuk menerima kondisi yang dialaminya.
Sebagian besar dari kita sebenarnya telah menerapkan terapi membaca. Biblioterapi
sering kita gunakan untuk pencarian jati diri melalui dunia yang ada dalam halaman-
halaman buku yang baik. Kita merasa terlibat dalam karakter tokoh utama yang ada di sana.
Sering kali kita menutup sampul sembari tersenyum setelah mendapatkan inspirasi dan ide
baru dari buku. Itulah tujuan dari biblioterapi, yaitu mendampingi seseorang yang tengah
mengalami emosional yang berkecamuk karena permasalahan yang dia hadapi dengan
menyediakan bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat. Kisah dalam buku akan
membantu mereka untuk menyelami hidupnya sehingga mampu memutuskan jalan keluar
yang paling mungkin bisa diambil.
Dalam memilih strategi, konselor hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor yang
relevan , misalnya: ciri klien, jenis masalah, dan harapan konseli dalam konseling. Salah
satu strategi yang menjadi alternatif pilihan konseling adalah biblioterapi yang
menggunakan bahan pustaka. Biblioterapi yang sudah dirancang oleh konselor dengan
mempertimbangkan tujuan, ciri konseli, material, sasaran, metode, dan evaluasi akan
membantu konseli memperoleh informasi tentang masalah masalah yang dihadapinya.
Perolehan informasi tersebut dapat mengubah tingkah laku apabila konseli benar benar
mematuhinya.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
The use of literature and poetry in the treatment of people with emotional
problems or mental illness. Bibliotherapy is often used in social group
works and group therapy and is reported to be effective with people of all
4
ages, with people in institutions as well as outpatients, and with healthy
people who wish to share literature as
a means of personal growth and development. (h.15)
Artinya, bibliotherapy adalah penggunaan literatur dan puisi dalam teratment bagi orang-
orang yang mengalami masalah emosional atau sakit mental. Bibliotherapy sering
digunakan dalam kerja kelompok sosial dan terapi kelompok dan dilaporkan efektif bagi
semua orang dari berbagai kelompok usia, baik bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan,
juga efektif bagi orang-orang sehat yang ingin berbagi literatur yang berguna bagi
pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Jadi dalam menggunakan teknik ini konselor
tidak harus melakukan face to face yang biasanya dilakukan oleh tekhnik pada umumnya.
2.3 Metode Bibliotherapy
Sclabassi dan Sukamto (Pergola Irianti, 2011: 21) memandang perlu adanya metode
penerapan biblioterapi yang berbeda karena bervariasinya permasalahan yang dihadapi dan
perbedaan kepribadian setiap individu. Kedua metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode pustaka didaktif, yaitu memfasilitasi perubahan individu melalui
pemahaman diri yang bersifat kognitif. Informasi yang disediakan bersifat instruksi dan
mendidik misal buku-buku pegangan, pedoman, atau manual. Beberapa tema termasuk
dalam metode ini antara lainpengasuhan anak, relaksasi, meditasi dan coping stres.
b. Metode pustaka imajinatif, yaitu memfasilitasi perubahan seseorang
dengan mengacu pada penggambaran perilaku manusia secara dramatik. Dalam metode ini,
pustaka yang dibutuhkan meliputi novel, cerpen, dan permainan.
Haynes dan Haynes-Berry (Eva Imania Eliasa, 2009: 4 dan Pergola
Irianti, 2011: 21) menerapkan metode biblioterapi berdasarkan ruang lingkup atau
populasinya. Dalam hal ini ada tiga metode yaitu biblioterapi klinis dan biblioterapi
perkembangan (Pergola Irianti; 2011) dan biblioterapi humanistik (Eva Imania Eliasa,
2009), berikut penjabarannya:
A. Biblioterapi klinis (clinical bibliotherapy)
Biblioterapi ini digunakan pada populasi dengan menggunakan program khusus.
Pada terapi ini pustaka atau bahan bacaan berperan sebagai alat utama untuk menolong
seseorang pasien mencapai suatu kepribadian yang terintegrasi. Biblioterapi ini adalah
bentuk psikoterapi dilakukan oleh psikiater, psikolog, pekerja sosial, dll. (Eva Imania
Eliasa, 2009: 4 dalam Pergola Irianti). Menurut Cook et al., (2006) mendifinisikan
bibliotherapy sebagai berikut.
5
supervised by a therapist, counselor, or psychiatrist. The goals range
from promoting insight to change in behavior and to promote mental
health. Both client and therapists could discuss the issue that is being
focused on and explore the alternatives to the problem. The therapist role
is to facilitate the expression of clients emotions, to seek possible
resolution of his dilemma and to guide him to deal with the situation
(Davis, 1992; Yusuf & Mohd, 2008).
Artinya biblioterapi klinis di gunakan untuk menunjukan emosi dan masalah perilaku klien.
Dilakukan secara terstruktur dan diawasi oleh terapis, konselor, dan psikiater. Bertujuan
untuk mengembangkan wawasan terhadap perubahan perilaku dan untuk meningkatkan
kesehatan mental. Baik klien maupun terapis bisa mendiskusikan masalah yang terjadi dan
mengesksplorasi masalah tersebut. Peran terapis adalah memfasilitasi ekspresi emosi klien,
untuk mencari kemungkinan penyelesaian dilemanya dan membimbingnya untuk
menghadapi situasi tersebut (Davis, 1992; Yusuf & Mohd, 2008 dalam Vale, Lucas Carla
& Soares Luisa.2013 ).
Artinya Biblioterapi pengembangan klien adalah memberi kesempatan klien untuk kreatif
dan berkembang, akhir cerita yang berbeda dan imajinatif, dengan membahas dampaknya
membuat perubahan spesifik dalam alur cerita. Dalam jenis terapi ini, klien menulis seolah-
olah dia adalah salah satu karakter yang menangani area perhatian tertentu, yang umum
terjadi pada keduanya Dia dan karakternya (McCulliss, 2012 dalam Vale, Lucas Carla &
Soares Luisa.2013). Jadi klien lah yang mengambil keputusan akhirnya, dimana klien bisa
mencermati karakter yang cocok dengan dia sehingga dapat memecahkan masalahnya.
Biblioterapi bisa digunakan oleh psikolog, pendidik, guru, dan orang lain setiap
saat dalam berbagai tingkatan dan semua kelas disekolah. Dalam melaksanakan biblioterapi
perkembangan di sekolah ada beberapa faktor penting yaitu:
Bisa menggunakan media dari buku, bagian cerita, video, puisi, yang melayani
tujuan pendidik.
6
Biblioterapi dapat diimplementasikan dengan kelompok kecil atau besar, atau
bahkan dengan satu orang. Namun, manfaatnya meningkat bila diterapkan pada satu
kelompok, sehingga menciptakan rasa memiliki di antara anggota dan memberikan
rasa aman.
Biblioterapi harus terjadi sesekali dan jaraknya tepat waktu. Misalnya, seminggu
sekali. Ini bukan tindakan yang langsung terlihat hasilnya, tapi sebuah proses siklus
dengan efek kecil meningkat dan potensi perubahan besar terjadi dalam serangkaian
transformasi nondraumatik kecil dari sikap atau tingkah laku.
Penting untuk membuat tempat di ruang kelas menjadi nyaman dan teratur agar sesi
biblioterapi berlangsung dengan lancar dan di mana gambar atau karya lainnya
dapat terpapar dengan jelas.
7
Pada tahap ini, anak menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi bisa
diselesaikan (McArdle & Byrt, 2001 dalam Darmawan (2012). Permasalahan anak
mungkin saja ditemukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam
menyelesaikan masalah bisa mempertimbangkan langkah yang ada dalam cerita
dibuku.
2.5 Kelemahan dan Kelebihan Teknik Biblioterapi
a) Kelebihan Teknik Bibliotherapy
Dalam hal ini praktisi yang bekerja dengan klien yang mengalami masalah melihat
nilai besar dari bibliotherapy. Secara khusus, bibliotherapy dapat membantu klien
mendapatkan pengertian (insight tentang masalah, memberikan klien teknik
relaksasi dan diversi (pengalihan), dan memebantu klien fokus pada hal-hal diluar
dirinya sendiri. Maka itulah sependapat dengan Pardeck (1990 dalam herlina 2013 :
90), adalah : Bibliotherapy bisa lebih jadi kompleks daripada terapi lain karena
seseorang harus terampil, baik dalam memilih literatur yang sejalan dengan masalah
yang dihadapi klien maupun mengetahui bagaimana menggunakan literatur tersebut
sebagai media terapiutik.
b) Kelemahan Teknik Bibliotherapy
Kelemahan biblitherapy yang paling utama adalah bibliotherapy seharusnya
tidak digunakan sebagai pendekatan tunggal terhadap treatment bibliotherapy lebih
sebgai tambahan terhadap treatment. Dalam hal ini Pardeck & Pardeck (dalam
Herlina 2013 : 91-92), mengemukakan bahwa ada tiga kelemahan dalam teknik
bibliotherapy yaitu :
Campuraduknya dukungan empiris bagi bibliotherapy yang dilakukan melalui fiksi,
namun buku memberikan kesan bahwa nonfiksi, khususnya buku-buku bantu diri
dinilai memilki dukungan ilmiah dalam bibliotherapy.
Banyak orang yang bukan pecandu membanca hal ini berarrti bibliotherapy memilki
dampak yang terbatas pada kelompok orang ini. Namun dinyatakan bahawa
bibliotherapy berhasil dilakukan terhadap kelompok bukan pembaca melalui buku
bicara maupun pendekatan inovatif lainnya.
Klien mungkin mengintelektualisasikan masalah saat membacanya. Klien bisa gagal
mengidentifikasi diri dengan karakter dalam cerita yang kemudian memunculkan
bentuk proyeksi untuk meredakan klien dari tanggung jawabnya mengatasi masalah.
Dari pendapat diatas bahwa kelebihan dan kelemahan dari teknik bibliotherapy
merupakan suatu tolak ukur yang harus menggunakan perencanaan yang terperinci agar
penggunaan treatmaent biblioteherapy dapat tersalurkan dalam dalam proses penyelesaian
masalah pada diri peserta didik itu sendiri.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada zaman modern ini tingkat stress dan depresi meningkat dengan sangat drastis
dimana orang-orang sibuk bekerja dan kurangnya waktu untuk liburan. Dalam
permasalahan ini para ahli menemukan banyak teknik untuk mengurangi stress dan depresi
salah satunya teknik biblioterapi
Teknik bibiloterapi ini adalah teknik dimana klien membaca buku atau
menonton video, dimana klien dapat menemuka permasalahan yang sama dengan
tokoh yang ada pada buku atau video yang dibaca/dilihatnya, sehingga klien dapat
menemukan pemecahan masalah tentang dirinya. Teknik ini juga dapat
meningkatkan kemampuan mengendalikan emosi bagi klien dan juga dapat
menambah wawasan dari buku yang dia baca.
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Goddard, A.T (2011). Children's books for use in bibliotherapy. Pediatr Health
Care. 2011;25(11):57-61.
Betzalel, N & Shechtman, Z (2010). Bibliotherapy treatment for children with adjustment
difficulties: a comparison of affective and cognitive bibliotherapy. Journal of
Creativity in Mental Health, 5(4): 426-39.
children's psychological well-being, Journal of Poetry Therapy: The
Interdisciplinary Journal of Practice, Theory, Research and Education, 26:3, 137-
147.
Herlina. 2013. Bibliotherapy; Mengatasi Masalah anak dan remaja melalui Buku, Edisi
Cetakan Pertama, Bandung: Pustaka Cindikia Utama vi + 134 hal.
Pergola Irianti. (2011). Biblioterapi dan pemanfaatannya. Jurnal WIPA ( Vol. 13, Edisi
Desember). Rubrik Mutakhir . Hlm. 19-23.
Robert, Albert. R dan Greene, Gilbert. J. 2009. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2 Buku
Pintar Pekerja Sosial Jilid 2. Jakarta, BPK Gunung Mulia.
10
11