Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVALUASI DAN SUPERVISI BIMBINGAN KONSELING

TENTANG

SUPERVISI DAN MUTU PELAYANAN PROFESIONAL BIMBINGAN

KONSELING

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Dara Rahimah Dita

Niken Ayulia

Yulia Damayanti

BKPI 6B

DOSEN PEMBIMBING :

Dosi Juliawati,M.Pd.Kons

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENIDIDKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM IAIN KERINCI

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahNya kita masih diberi keselamatan dan kebahagiaan. Selamat serta salam juga Kami
hanturkan kepada junjungan besar Rasululallah SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Telah tersusun makalah Supervisi Dan Mutu Layanan Profesional Bimbingan


Konseling ini sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Dan Supervisi Bimbingan Konseling pada
Jurusan Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam IAIN Kerinci dengan judul “Dampak
Traumatis Secara Psikologis”

Kami sebagai penulis mempunyai harapan besar dari penulisan makalah ini, yang
tidak hanya sebagai tugas mata kuliah saja namun diharapkan dapat memberikan wawasan
mengenai kewirausahaan, dan semoga memberikan manfaat bagi Kami dan pihak lain.

Kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Kami butuhkan
demi kemajuan kita bersama. Terima kasih juga Kami hanturkan kepada berbagai pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata Kami ucapkan selamat membaca dan semoga kita tidak henti-hentinya
menumbuh kembangkan jiwa dan kompetensi kewirausahaan yang kita miliki.

Hormat kami,

Penulis

Sungai Penuh,09 Februari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................

A.Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................

B.Rumusan ............................................................................................................................................

C.Tujuan Masalah .................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................

A Defenisi Trauma.................................................................................................................................

B Pengertian Trauma Secara Psikologis.................................................................................................

C Penyebab Trauma................................................................................................................................

D Dampak Trauma ...............................................................................................................................

E Cara Mengatasi Trauma.....................................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................

A.Kesimpulan.........................................................................................................................................

B.Saran...................................................................................................................................................

DAFTAR

PUSTAKA……………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pesat dalam penggunaan konseling di Indonesia dalam beberapa tahun


terakhir, baik dalam setting klinis maupun pendidikan, berkaitan dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat dan ketertarikan mediaterhadap kegiatan terapi psikologis.
Ketertarikan ini menciptakan kondisi kritis bagi pelaku konseling dan terapi. Persepsi
masyarakat terhadap nilai-nilai konseling tergantung pada seberapa besar efektifitas konselor
dalam menjaga standar kepuasan klien dalam prakteknya. Wheeler (2001) menemukan bukti
dalam penelitiannya bahwa program-program pelatihan konseling tidak selalu berhasil
mengeliminasi konselor-konselor yang tidak kompeten.

Perkembangan dalam permintaan layanan konseling menimbulkan konsekuensi


terkait dengan tanggung jawab yang besar dan efektivitas biayayang dikeluarkan klien.
Menurut Parmer-Barnes dalam Wheleer&King (2001)supervisi dan konsultasi dibutuhkan
untuk memastikan terselenggaranya praktek konseling yang terstandar, dalam rangka untuk
melindungi reputasidari profesi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kode etik tidak dpaat
menjamin standarisasi praktik konseling, karena kode etik sebagai aturan moral,
bukanoperasional. Tuntutan akan efektivitas terapa dan treatmen adalah hal pentingyang
mengawali munculnya kebutuhan akan supervisi dan konsultasi, terutama bagi konselor
muda.

Supervisi dilakukan oleh konselor yang berpengalaman (supervisor)kepada konselor


yang masih baru (supervisee). Ketika proses supervise berlangsung, maka kegiatan konseling
dan terapi psikologis yang diberikanoleh konseior sepenuhnya menjad itanggungiawab
supervisor. Supervisor dapat membimbing supervisee dengan melewati proses real
relationship, u'orkingalliance, dan transference. Supervisi yang baik akan mampu
meningkatkanketrampilan supervisor, sehingga iayanan psikologis yang diberikan menjadi
efektif dalam proses terapi klien
Supervisi erat kaitannya dengan beberapa hal dibawah ini: (Wibowo,2012)

1. Clinical Responsibily,tanggung jawab klinis dalam perawatan klinis.

2. Professional Responsibility,tanggung jawab profesional dalam kaitannyadengan seluruh


kualitas pembuatan keputusan yang bersangkutan dengan klien.

3. Accountability,akuntabilitas dalam garis menagemen dalam pembuatankeputusan bagi


karyawan.

4. Individual Legaliability,tanggung jawab hukum secara individual dalam prosesatau hasil


perawatan klien.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Supervisi Bimbingan dan Konseling?

2. Apa tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling?

3. Bagaimana prinsip-prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling?

4. Apa yang dimaksud dengan mutu layanan Bimbingan dan Konseling?

5. Apa saja mutu konselor?

6. Bagaimana hubungan supervisi dan mutu layanan Bimbingan danKonseling?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu supervisi Bimbingan dan Konseling.

2. Untuk tujuan dilakukannya Supervisi Bimbingan dan Konseling.

3. Untuk memahami prinsip-prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling.

4. Untuk memahami mutu layanan Bimbingan dan Konseling.

5. Untuk mengetahui mutu seorang konselor.

6. Untuk mengetahui hubungan supervisi dan mutu layanan Bimbingan danKonseling.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Bimbingan dan Konseling

Secara etimologi, “Supervisi” diadopsi dari bahasa Inggris yang berarti pengawasan
penilikan, dan pembinaan. Secara terminologi, supervisi adalah bantuan berbentuk
pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik.

Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan (2000) merumuskan 2 pengertian supervisi,yaitu (Anggraini, 2017):

a. Menurut Adams dan Dickey, supervisi sebagai program yang berencanauntuk


memperbaiki pengajaran (perbaikan hal belajar mengajar).

b. Menurut Mc Nemey, supervisi sebagai suatu prosedur memberikan arahserta


mengadakan penilaian serta kritis terhadap proses pengajaran.

Jenkins (2001) menyatakan vahwa supervisi berasal dari bahasa latin,super dan
videre, yang artinya melihat lebih jauh/lebih dalam (overesee).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu kegiatan
mengkoordinasi dan membimbing secara berkelanjutan dalam usaha perbaikan
pengajaran. Sedangkan supervisi bimbingan dan konseling menurut Abimanyu(2005:2)
mengemukakan bahwa supervisi bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mendorong,
mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan guru pembimbing secara
berkesinambungan baik secara individual atau kelompokagar lebih memahami dan lebih
dapat bertindak secara efektif dalammelaksanakan layanan bimbingan dan konseling,
sehingga mereka mampumendorong dan menuntun pertumbuhan setiap peserta didik
secara berkesinambungan dan dapat berpartisipasi secara cerdas didalam
kehidupanmasyarakat demokratis. (Amelisa & Suhono, 2018)

Pendapat lain disampaikan oleh Prayitno (2001:24) bahwa supervisi bimbingan dan
konseling adalah kegiatan pengawasan sekolah yang menyelenggarakan kepengawasan
dengan tugas pokok mengadakan penilaiandan pembinaan melalui arahan, bimbingan,
contoh, dan saran kepada guru pembimbing dan tenaga lain dalam bimbingan dan
konseling di sekolah.(Anggraini, 2017)

British Associations for Counselling (BAC) juga mengartikan supervisi bimbingan dan
konseling sebagai suatu proses untuk menjaga standarkonseling yang memadai dan suatu
metode konsultasi dengan horizon yanglebih luas dari seorang praktisi yang
berpengalaman. (Wibowo, 2012)Dari ketiga pendapat yang telah disampaikan, maka dapat
disimpulkan bahwasupervisi bimbingan dan konseling adalah suatu proses
mengkoordinasi ataumembimbing secara continue yang dilakukan oleh konselor dengan
supervisor(kepala sekolah, konselor senior, dll) dalam meningkatkan
mutu/kompetensiyang dimiliki konselor supaya dapat menuntun pertumbuhan peserta
didiksecara maksimal.

B. Tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling

Menurut Abimanyu (2005), tujuan supervisi bimbingan dan konseling di sekolah


adalah (Turhastuti, 2007):

1. Mengendalikan kualitas, dalam hal ini supervisor BK bertanggung jawab memonitor


pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan hasi-hasilnya yang berupa kehidupan
dan perkembangan peserta didik yang baik.

2. Mengembangkan profesionalisme guru pembimbing, yaitu supervisor BK membantu


guru pembimbing untuk tumbuh dan berkembang sevara profesional, sosial dan personal.

3. Memotivasi guru pembimbing agar dapat secara berkelanjutan melaksanakan kegiatan-


kegiatan bimbingan dan konseling, menemukan dan memperbaiki kesalahan dan
kekurangan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi bimbingandan


konseling adalah untuk mengendalikan serta mengembangkan kemampuanguru
pembimbing agar dapat memberikan layanan yang maksimal.
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Bimbingan dan Konseling

Adapun program kegiatan supervisee bukan merupakan konseling/psikoterapi,


pemaksaan (imposing), kritik negatif (negativecriticism), memperdayakan
(disempowering), pertemanan (friendship), mencarikesalahan (fault finding), hukuman
(punishment), maupun untuk konselor yang baru (vovicecounselor).

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan supervisi BK perlu diperhatikan beberapa


prinsip dasar supervisi BK, sehingga proses yang dilakukan bisa terukur dan
dipertanggungjawabkan. Secara garis besar prinsipsupervisi BK ada dua, yaitu:

1. Prinsip umum
a. Supervisi harus bersifat praktis, dalam arti dapat dikerjakan sesuai dengan situasi
dan kondisi sekolah:
b. Hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber-sumber informasi bagistaf sekolah
untuk mengembangkan proses belajar mengajar bimbingankonseling;c. Supervisi
dilaksanakan dengan mekanisme yang menunjang kurikulumyang berlaku.
2. Prinsip khusus
a Supervisi hendaknya dilaksanakan secara sistematis, objektif, realistis,antisipatif,
konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaana. Sistematis artinya supervisi
dikembangkan dengan perencanaan yangmatang sesuai dengan sasaran yang
diingiinkan;
b. Objektif artinya supervisi memberiakan masukan sesuai dengan aspek yang
terdapat dalam instrument
c. Realistis artinya supervisi didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya,yaitu pada
keadaan hal-hal yang sudah dipahami dan dilakukan oleh parastaf sekolah
d. Antisipatif artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitan yangmungkin
akan terjadi
e. Konstruktif artinya supervisi memberikan saran perbaikan kepada
yangdisupervisikan untuk berkembang sesuai dengan ketentuan atau aturan yang
berlaku
D. Mutu Layanan Bimbingan dan Konseling

William J. Kolarik (1925) mengemukakan mutu layanan bimbingan dan konseling


adalah merujuk pada proses layanan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa
dan masyarakat.

menurut Gerald (dalam Shetzer dan Stone1988) berpendapat bahwa layanan


bimbingan dan konseling yang bermutu mampu membantu siswa, tidak sebatas pada
mengatasi masalah pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga mampu membantu mengatasi
masalah-masalah pribadi siswa. (Prof. Dr. AchmadJuntika Nurihsan, 2014)

E. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Menyusun program yang apabila dilaksanakan efisien dan efektif

2. Memperhatikan peran peting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah

3. Fasilitasi dan pembiayaan yang memadai

4. Penyusunan kegiatan disesuaikan dengan program

5. Kegiatan bimbingan ditentukan berdasarkan kebut

Layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan Ragam Layanan, dalam bimbingan


dan konseling dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Layanan dasar bimbingan

Layanan dasar bimbingan adalah layanan yang bertujuan membantuindividu


mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan yang mengacu pada tugas
perkembangan, layanan ini ditujukkan untuk seluruh indivu dengan menggunakan

2. Layanan Responsif

Layanan bimbingan ini bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yangdirasakan sangat


pentih oleh individu saat ini, layanan ini bersifat preventif.
3. Layanan perencanaan individual

Layanan yang bertujuan membantu individu membuat danmengimplementasikan rencana-


rencana pendidikan, karier, dan sosial pribadinya. Membantu individu memahami
pertumbuhan dan perkembanganya dan merencanakan serta implementasi rencana-
rencanaya

4. Dukungan sistem

Dukungan sistem adalah kegiatan manajemen yang bertujuanmemantapkan, memelihara,


dan meningkatkan program bimbingan secaramenyeluruh.

G. Mutu Konselor

Mutu Konselor berkaitan dengan ciri kepribadian konselor yang memiliki sifat
sabar,komunikatif, kompeten, mampu membangun kepercayaan konseli, gesit,terampil
dan memiliki wawasan serta pengalaman yang luas (Prof. Dr. AchmadJuntika Nurihsan,
2014). Selain itu ada persyaratan formal yang harus dimilikikonselor adalah:

1. Pendidikan

Secara profesional, seorang konselor hendaknya mencapai sarjana bimbingan. Dengan


bidang yang harus dikuasai seperti konseling,pemahaman individu, informasi dalam
pendidikan, pekerjaan, jabatanatau karier, administrasi program.

2. Pengalaman

Milton Blum dan Benjamin Balinsky, 1961 mengungkapkan seorangkonselor bermutu


hendaknya telah memiliki pengalaman mengajar ataumelaksanakan praktik konseling
selama 2 tahun, ditambahn satu pengalaman bekerja bekerja di luar bidang persekolahan
tiga bulansampai enam bulan praktek konseling yang diawas oleh tim pembimbing atau
praktik intership (Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, 2014)

3. Kecocokan pribadi Sifat sifat pribadi yang harus dimiliki konselor. Seperti emosi,
kesabaran,keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas menarik dari situasi yangrawan, da
cepat tanggap terhadap situasi.H. Mutu Layanan Profesional Bimbingan dan
KonselingMenurut Deni Koswara dan Nani Hartini (dalam Udin Sayefudin Saud,2018,

hlm. 407) “Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, berkenaan dengan

apa yang sesuai, diinginkan, didambakan pelanggan menyangkut keseluruhanwujud barang


ataupun jasa. Dengan demikian mutu memiliki standar yangseharusnya melampaui batas dari
apa yang diin

ginkan pelanggan tersebut.”

Kemudian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usahamembantu peserta


didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupansosial, kegiatan belajar serta
perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanankonseling memfasilitasi pengembangan
peserta didik, secara individual,kelompok atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini
jugamembantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta
didik.Layanan bimbingan dan konseling disekolah masih banyak dirundungmasalah pada
tataran praksisnya. Guru BK sebagai konselor disekolah masihmenagalami kendala dan
masalah yang beragam, penyebab masalah dapattimbul dari berbagai faktor, sehingga hanya
sedikit sekolah saja yang mampu

menjalankan BK dengan baik. Masalah-masalah tidak seluruhnya dialami olehseluruh guru


BK dan sekolah, namun ada sebagaian guru BK dan sekolah yangmengalami salah satu atau
beberapa problem. Jika problem-problem tersebuttidak segera disikapi secara positif maka
rasa percaya diri guru BK dalammenjalankan tugas disekolah tentu akan terganggu.
Sedangkan profesi guru bimbingan dan konseling perlu tumbuh dan berkembang agar
dapatmemberikan layanan konseling dengan baik. Setiap guru bimbingan dankonseling perlu
menyadari bahwa pertumbuhan dan perkembangan profesimerupakan suatu keharusan untuk
kinerja dan layanan yang berkualitas.Menurut Prayitno dan Erma Amti (dalam Suvati,2015,
hlm. 2-

3) “Profesi

merupakan pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian dari para

petugasnya.” Istilah profesional memiliki dua pengertian. Pertama, profesional


menujuk pada orang yang pekerjaannya merupakan suatu profesi. Kedua, profesional artinya
kinerja seseorang sesuai dengan profesinya. Komitmentersebut ditunjukkan dengan
kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional,usaha terus-menerus untuk mengembangkan
kemampuan profesional.Layanan bimbingan dan konseling disekolah masih banyak
dirundungmasalah pada tataran praksisnya. Guru BK sebagai konselor disekolah
masihmenagalami kendala dan masalah yang beragam, penyebab masalah dapattimbul dari
berbagai faktor, sehingga hanya sedikit sekolah saja yang mampumenjalankan BK dengan
baik. Masalah-masalah tidak seluruhnya dialami olehseluruh guru BK dan sekolah, namun
ada sebagaian guru BK dan sekolah yangmengalami salah satu atau beberapa problem. Jika
problem-problem tersebuttidak segera disikapi secara positif maka rasa percaya diri guru BK
dalammenjalankan tugas disekolah tentu akan terganggu. Sedangkan profesi guru bimbingan
dan konseling perlu tumbuh dan berkembang agar dapatmemberikan layanan konseling
dengan baik. Setiap guru bimbingan dankonseling perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan
perkembangan profesimerupakan suatu keharusan untuk kinerja dan layanan yang
berkualitas.Maka, supervisi BK dan Mutu layanan profesional BK erat kaitannyasesuai
dengan tujuan supervisi BK yakni untuk mengembangkan profesionalisme petugas BK atau
konselor. Supervisor BK membantu petugas

Scribd

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan
atau gangguan!

Mulai Coba Gratis

Batalkan Kapan Saja.

BK atau konselor untuk tumbuh berkembang secara profesional, sosial dan personal.
BAB IIIKesimpulan dan SaranA. KesimpulanBerdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa supervisi berperan penting dalam menjaga standarisasi praktik konseling di sekolah.
Penerapan proses spervisi yang serius tentunya dapat mencegah terjadinya praktikkonseling
yang dibawah standar. Karena praktik konseling yang dibawahstandar akan memberikan
dampak negative terhadap kepercayaan masyarakat pada praktik konseling.B.
SaranHendaknya guru BK mulai responsif dengan perkembangan keterampilanteknik
konseling yang ada sekarang dan hendaknya keterampilan konselingsering
diimplementasikan, sehingga konseling tepat sasaran dalam melakukan penanganan.
Selanjutnya diharapkan kepada supervisor bimbingan dankonseling ini agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik di sekolahsehingga ha itu daoat membantu para guru BK
untuk dapat lebih terampildalam penguasaan teknik bimbingan dan konseling.

BAB VHasil DiskusiA. Pertanyaan dan Jawaban1. Nuzulul Azizah : Selain mutu konselor
yang ditingkatkan, mutu apalagiyang harus ditingkatkan?Jawab : mutu program yang harus
dilakukan karena, programmerupakan bagian dari proses supervisi. Melihat apakah program
sudah berjalan dan sesuai dengan yang sudahdisusun dan menilai bagaimana program itu
harusdiperbaiki atau lebih ditingkatkan.2. Ridwan Gofur : Siapa saja yang berhak menjadi
supervisor? Kriterianyaapa saja?Jawab : Dalam menjalankan supervisi, yang berhak
menjadisupervisor adalah kepala sekolah, konselor yang lebihsenior, atau orang-orang yang
memiliki jabatan tertentu.3. Lulu I

lma’nunah : Supervisi yang bagaimana yang dapat meningkatkan

profesionalisme konselor/guru BK?Jawab : Supervisi yang dapat meningkatkan


profesionalismekonselor/guru BK adalah supervisi yang dilakukan sesuaidengan prinsip-
prinsipnya, baik prinsip umum atau prinsipkhusus. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:a.
Prinsip Umum1. Supervisi harus bersifat praktis, dalam arti dapatdikerjakan sesuai dengan
situasi dan kondisisekolah:2. Hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber-sumber
informasi bagi staf sekolah untuk

mengembangkan proses belajar mengajar bimbingankonseling;3. Supervisi dilaksanakan


dengan mekanisme yangmenunjang kurikulum yang berlaku. b. Prinsip Khusus1. Sistematis
artinya supervisi dikembangkan dengan perencanaan yang matang sesuai dengan sasaranyang
diingiinkan;2. Objektif artinya supervisi memberiakan masukansesuai dengan aspek yang
terdapat dalam instrumen;3. Realistis artinya supervisi didasarkan atas kenyataanyang
sebenarnya, yaitu pada keadaan hal-hal yangsudah dipahami dan dilakukan oleh para
stafsekolah;4. Antisipatif artinya supervisi diarahkan untukmenghadapi kesulitan yang
mungkin akan terjadi;5. Konstruktif artinya supervisi memberikan saran perbaikan kepada
yang disupervisikan untuk berkembang sesuai dengan ketentuan atau aturanyang berlaku;6.
Kreatif artinya supervisi mengembangkan kreatifitasdan inisiatif guru dalam
mengembangkan proses bimbingan dan konseling;7. Kooperatif artinya supervisi
mengembangkan perasaan kebersamaan untuk menciptakan danmengembangkan situasi
bimbingan dan konselingyang lebih baik.8. Kekeluargaan artinya supervisi
mempertimbangkansaling asah, saling asuh, saling asih, dan tut wurihandayani.

4. Tiara Iskandar : Hal-hal apa saja yang dikoodinasikan? Dan membimbingdengan cara apa?
Jawab : hal yang dikoordinasikan adalah program layanan yangakan direncanakan bserta
bagaimana proses dan evaluasiyang akan dilakukan, kemudian meninjau seberapa jauh
program sudah dilakukan dan seberapa besar manfaatnya.Layanan yang dilakukan beserta
dukungan sistem yangmenunjang untuk terselenggaranya proses supervisi bimbingan dan
konseling

Daftar Pustaka

Amelisa, M., & Suhono. (2018). Supervisi Bimbingan dan Konseling dalamMeningkatkan
Penguasaan Keterampilan Guru BK.

Tapis, 02

.Anggraini, S. (2017). Peran Supervisi BK Untuk MEningkatkan ProfesionalismeGuru BK.

Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, 01

, 332-341.Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M. (2014).

Bimbingan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan.


Bandung: PT Refika Aditama.Saud, U. S. (2018). Bunga Rampai Administrasi Pendidikan
Teori dan Praktik. InD. Koswara, & N. Hartini,

Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

(p.390). Bandung: Alfabeta.Suvati. (2015).

Peran Supervisis BK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru BK di SMP


Muhammadiyah 2 Melati Sleman.

Fakultas Dakwah danKomunikasi, Universitas Negeri Sunan Kalijaga,


Yogyakarta.Turhastuti. (2007). Pengaruh Supervisi Bimbingan dan Konseling,
SikapProfesional terhadap Kinerja Guru Pembimbing.

TESIS

.Wibowo, S. B. (2012). Peran Supervisi dalam Konseling.

Anda mungkin juga menyukai