Anda di halaman 1dari 18

PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK NON TEST

Nama Kelompok 2 :

1. Asri Indah Yani Wulandari (1655200009)


2. Bunga Nirmala (1635200015)
3. Better Reksando (1655200014)

Dosen Pembimbing :
Lena Marianti, M. Pd

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Pemahaman Individu Teknik Non Test.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Palembang, Maret 2019

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dengan segala ketertarikannya kepada dunia, memungkinkan dirinya


untuk melakukan pengkajian realitas sosial dan alam sekitarnya. Manusia memerlukan
dasar pijakan kuat dalam melakukan pengkajian secara sistematis, dalam menangkap
gejala-gejala yang divisualisasikan realitas (Prabandari, 2010: 4). Untuk itu, maka
observasi menjadi sebuah hal yang perlu dan menjadi keharusan bagi berkembangnya
ilmu pengetahuan (Denzin, dan Lincoln, 2009: 523).1
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi.
Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non -
verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode observasi paling
banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi
langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun
penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide.
Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk
merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan
khusus/spesifik.

1
Metode observasi dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan bersumber dari dunia empiris, sejak
observasi botanis Aristoteles hingga observasi historis Herodotus tentu berdasarkan pada kehidupan, penggambaran,
dan pengalaman langsung. Sedangkan Auguste Comte (perintis ilmu sosiologi, mengukuhkan bahwa observasi
merupakan satu diantara empat metode penelitian yang banyak digunakan oleh para peneliti, sesuai dengan embrio
ilmu pengetahuan sosial.

1
Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu
peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya .melalui
observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan
alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami
kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami
perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan
evaluasi.

B. Rumusan Masalah
Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan batasan
masalah yang akan di teliti dalam penilitian ini agar diperoleh pemahaman yang lebih
baik.
1. Apa pengertian observasi?

2. Sebutkan jenis-jenis observasi!


3. Bagaimana cara merancang observasi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Observasi

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin
ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam
konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui
questionnaire dan tes.
Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada
ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan
semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu,
teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku
yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan data
hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan analisis hal yang
sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal tentang objek yang diamati.

3
Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat
yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi
hasil pengamatan.
Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam
mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena
tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63)
menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian,
apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan
bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah
melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan
lengkap.
Pengertian observasi Menurut Moleong tidak memberikan batasan tentang
observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi,
diantaranya:
1. Alasan pemanfaatan pengamatan,
2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001: 125).

Pengertian observasi Menurut Flick (2002: 135) menjelaskan tentang observasi


sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana
digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain
sebagai secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif.
Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan
penciuman yang diintegrasikan.
Pengamatan merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan secara sistematis
dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki

4
Sebagai salah satu teknik non tes observasi memiliki nilai :
a. Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
b. Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain,
c. Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui.
d. Pengamatan bersifat selektif.
e. Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan

Morris (1973: 906) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu


gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau
tujuan lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi merupakan kumpulan kesan tentang
dunia sekitar berdasarkan semua kemampuan daya tangkap pancaindera manusia. Senada
dengan Morris (1973), Weick (1976: 253); Selltiz, Wrightsman, dan Cook (1976: 253);
Kriyantono, (2006: 110-111); dan Bungin, (2011: 121) mendefinisikan observasi sebagai
suatu proses melakukan pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodeaan
serangkaian perilaku dan suasana berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan
tujuan-tujuan empiris.Weick (1976: 253) secara lebih dalam menyebutkan bahwa
observasi tidak hanya meliputi prinsip kerja sederhana, melainkan memilik karakteristik
yang begitu komplek. Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan observasi, dan
selanjutnya menjadi proses tahapan observasi. Tahapan atau proses observasi tersebut
meliputi pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), dan
pengkodeaan (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests of behavior setting), in
situ, dan untuk tujuan empiris.

B. Jenis Observasi

Observasi sangat bervariasi. Para ahli berbeda pendapat mengenai jenis observasi.
Lull (1982: 401) menyebutkan bahwa jenis observasi biasanya dibagi berdasarkan pada
keterlibatan peneliti terdiri dari participant observation, dan non participant observation.
Williems (1982: 137) dan Young (1975: 59) menyarankan pembagian observasi
berdasarkan peneliti menstruktur observasi, yaitu observasi terstruktur dan observasi tak

5
berstruktur. Bungin (2011: 120) membagi observasi menjadi tiga, observasi partisipasi,
observasi tidak berstruktur, dan observasi kelompok.
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat
digolongkan dari segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi
(participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation),
pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada,
yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan
pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat
digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation),
situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan
percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).

1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari
situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya
konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik
disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga
konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin
diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil
bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta
didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor
mengamati peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat
peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di
kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat
mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin
diketahui saat diamati.

6
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih
dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati,
waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan
diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan
melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan
diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan
pengecekan.

Observasi systematic biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu observasi


yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati.
Menekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap 10
menit). Observasi sistematik, isi dan luasnya observasi lebih terbatas, disesuaikan
dengan tujuan observasi, biasanya telah dirumuskan pada awal penyusunan
rancangan observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat dicatat secara lebih
teliti, dan mungkin dikuantifikasikan.

4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau
fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala
yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan,
kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada
jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan
menonjol pada proses pengamatan.

7
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana
jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan
pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.

6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor
atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang
diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format
eksperimen.

7. Percampuran antara dua situasi


Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi ,
Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi
tetap dalam situasi bebas.

C. Langkah-langkah Observasi
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman
pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya
agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
a) Menetapkan tujuan pengamatan
b) Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c) Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan
anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar
cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur pembuatan , lakukan sesusai
dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan hasil
pengamatan.

8
d) Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang
objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji
coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian
yang akan digunakan reliabel atau tidak.

2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa
hal berikut ini.
a) Menetapkan peserta didik yang akan diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.
b) Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
c) Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
d) Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
e) Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai
kebutuhan.
f) Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran
pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
g) Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada
situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera
dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah
laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil pengamatan yang
sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang
diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan
pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat, pandangan
,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati.Hasil
pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya
akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.
h) Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama
dengan seluruh pengamat

9
3. Analisis hasil pengamatan
a) Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap
pengamat dikumpulkan
b) Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil
pengamatannya.
c) Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi
dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan
pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim pengamat.
d) Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan
dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil
dan menjaga objektivitas hasil pengamatan

D. Pedoman Observasi
Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar
menggambarkan kriteria tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati.
Adapun langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1) Menetapkan tujuan
2) Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3) Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4) Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan,
banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar,
dsb)
5) Membuat format skala penilaian
6) Membuat pedoman pengisian yang jelas

Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:

1) Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out


2) Kriteria yang akan diamati;
a) Minat di sekolah
b) Relasi dengan teman sebaya
c) Relasi dengan guru

10
d) Gaya dalam memecahkan masalah
3) Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
a) Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas,
kesiapan untuk belajar
b) Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman,
persahabatan dengan sebaya
c) Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap
guru, sikap guru.
d) Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat
mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.

E. Alat Pencatat Observasi


Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan
tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala
penilaian.
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar dari
individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam situasi
seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian
numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis.
a) Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari yang
paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang digunakan dapat
memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan penjelasan singkat
tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang akan diamati.
b) Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan suatu garis
kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis dengan menyajikan
rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.

11
c) Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku,
maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini
direncanakan dengan sistematis, dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
Bentuknya berupa format yang efesien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan
reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya

3. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan teknik observasi terletak pada kemudahan mengakses setting. Metode


observasi tidak mencolok/ tersamar (unobtrusive), tidak menuntut interaksi langsung
dengan partisipan. Menurut Webb, dkk., (1996) observasi dapat dilakukan secara
tersamar, dengan banyak setting dan tipe perilaku. Kelebihan lain terletak pada upaya
meminimalisasi potensi dan pengaruh yang ditimbulkan oleh pengamat. Kelebihan lain
terletak dari keserentakannya (emergence) dengan metode lain seperti wawancara.
Pengamat memiliki kebebasan dalam menggali informasi (permasalahan dan pertanyaan)
dan pengetahuan dari subjek amatan.

Metode observasi lebih terstruktur, memiliki fleksibilitas dalam membingkai


gagasan ke dalam realitas baru, sekaligus menawarkan metode/ cara baru untuk mengkaji
realitas lama (old realities) (Kidder, 1981). Metode observasi dengan bukti setting dan
subjeknya menyajikan bukti yang lebih kuat, bernilai, dan berkualitas (biasanya
diupayakan dengan teknik triangulasi)2 (Douglas, 1976). Lofload (1967) menyebutkan
bahwa observasi sebagai sebuah metode memiliki kelebihan dibandingkan dengan
metode lain mampu memperoleh gambaran memahami tingkah laku yang komplek dan
situasi rumit.

2
Triangulasi merupakan salah satu teknik pengecekan keabsahan data melalui uji kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Nasution (1988: 105-108) menyebutkan bahwa kredibilitas
merupakan bagian penting dalam teknik triangulasi karena untuk menjamin data yang dikumpulkan mengandung
nilai kebenaran. Triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber baik dari dalam maupun luar sebagai
bahan perbandingan dan menentukan nilai kebenaran, keandalan, keabsahan dan dependensitas. Adapun jenis
triangulasi terdiri dari triangulasi data, metode, sumber, teori, dan peneliti. Patton (1980: 331) menyebutkan bahwa
triangulasi data dan metode digunakan untuk melakukan verivikasi dan validasi data. Sedangkan Miles dan
Huberman (1984: 57) menyebutkan bahwa triangulasi teori, sumber, dan peneliti berarti konvergensi antara peneliti
(penyatuan catatan lapangan satu peneliti dengan hasil observasi peneliti lain).

12
Ada studi-studi tententu (sosial dan psikologi) yang tidak memungkinkan
menggunakan metode lain. Jadi metode observasi merupakan satu-satunya metode yang
dilakukan. Contohnya meneliti tingkah laku hewan, anak, bayi, orang yang terganggu
jiwanya, orang cacat mental (Lofload, 1967; Indrawati, dkk., 2007: 2).

Kelemahan metode observasi lebih mengarah pada persoalan validitasnya (Selltiz,


et.al, 1964: 200). Karena bisa jadi peneliti ketika melakukan observasi hanya
mendasarkan pada persepsi atau kesan sendiri. Kondisi ini cenderung melahirkan bias
pengamat dan sumber kesalahan, dibandingkan dengan interpretasi subjektif tanpa
dilengkapi dengan kutipan sumber. Kedua, berkaitan dengan tingkat reliabilitas atau
keandalan data dan informasi dari subjek amatan. Ketiga, masalah subjektivitas dan
terlalu bersandar pada artikulasi perorangan. Keempat, apabila observasi dilakukan pada
bidang cakupan yang luas, mengakibatkan generalisasi menjadi tidak tepat dan objektif.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat


melengkapi kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan
observasi, observer sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada
apa yang diinginkan. Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya
observer membuat pedoman observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan
observasi.

Metode observasi merupakan salah satu varian pilihan metode pengumpulan data
yang memiliki karakter kuat secara metodologis. Metode observasi bukan hanya sebagai
proses kegiatan pengamatan dan pencatatan, namun lebih dari itu observasi memudahkan
kita mendapatkan informasi tentang dunia sekitar. Observasi ilmiah berbeda dengan
observasi biasa, ini terletak pada sistematiasi prosedur dan kaidah ilmiah yang harus
terpenuhi dalam proses kegiatan observasi. Isu metodologis dari observasi ini
mendasarkan pada keterlibatan peneliti dalam kegiatan observasi. Terdapat empat tipe
pengamat (observer). Pertama, menjadi partisipan penuh; kedua, partisipan sebagai
pengamat; ketiga, pengamat sebagai partisipan; dan keempat menjadi pengamat penuh.

Observasi memiliki jenis bervariasi diantaranya observasi systematic,


unsystematic, observasi eksperimental, observasi natural, observasi partisipan, non
partisipan, observasi unobtrusive, obtrusive, observasi formal, dan informal. Menurut
peranan observer, dibagi menjadi observasi partisipan dan non partisipan. Pada beberapa
pengamatan juga dikenalkan kombinasi dari peran observer, yautu pengamat sebagai
partisipan (observer as participant), partisipan sebagai pengamat (participant as
observation). Observasi menurut situasinya dibagi menjadi free situation; manipulated
situation; partially controlled situation, dan situasi manipulatif. Menurut sifatnya terdiri
dari observasi sistematis, dan observasi non sistematis.

14
Observasi secara historis telah mengalami perkembangan kearah metode ilmiah.
Berawal dari observasi yang dikembangkan Wundt dalam dunia psikologis. Dilanjutkan
dengan sejarah perkembangan observasi periode klasik, melalui gerakan psiko-sosiologi
hingga ke periode kontemporer Adler & Adler (1991: 53). Terdapat beberapa paradigma
observasi mulai dari sosiologi formal, dramaturgi, observasi diri, sampai pada
etnometodologi.

Melakukan observasi tidak lepas dari persoalan etis yang harus diperhatikan.
Bentuk pelanggaran etis yang harus dihindari adalah pertama, menjelajah tempat dan
lokasi privat; kedua, kekeliruan dalam mempresentasikan diri sebagai anggota; ketiga,
melakukan observasi tanpa izin subjek penelitian (ijin mengambil data atau izin
mempublikasikan hasil amatan); keempat melakukan amatan dengan penyamaran.
Observasi, sebagai sebuah pilihan metode pengumpulan data tentu memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan dan menemukan
informasi secara lebih luas. Oleh karena itu observasi memiliki masa depan yang cerah,
terutama apabila dalam implementasinya, metode observasi dapat diintegralkan dengan
metode lain, sehingga tingkat akurasi dan keandalannya dapat dipertanggung jawabkan.
Meskipun demikian, observasi tidak luput dari kelemahan. Kelemahan bukan hanya
dijadikan sebagai upaya untuk tidak menggunakan metode ini, justru dengan kelemahan
itu, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya menyempurnakan dan meminimalisir
kelemahan, sehingga pengamatan dapat memberi manfaat dan sesuai tujuannya.

B. Saran
Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik ,
bukan yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan
observasi berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah
suasana senarutal mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi
tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta:
Mitra Cendekia Press.

Morris, W., The American Heritage Dictionary of English Language, Boston: Houghton
Miffin, 1973.

Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi

Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV Andi


Offset

Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Riduwan. 2004. metode Riset.Jakarta : Rineka Cipta

16

Anda mungkin juga menyukai