Nama Kelompok 2 :
Dosen Pembimbing :
Lena Marianti, M. Pd
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Pemahaman Individu Teknik Non Test.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Metode observasi dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan bersumber dari dunia empiris, sejak
observasi botanis Aristoteles hingga observasi historis Herodotus tentu berdasarkan pada kehidupan, penggambaran,
dan pengalaman langsung. Sedangkan Auguste Comte (perintis ilmu sosiologi, mengukuhkan bahwa observasi
merupakan satu diantara empat metode penelitian yang banyak digunakan oleh para peneliti, sesuai dengan embrio
ilmu pengetahuan sosial.
1
Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu
peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya .melalui
observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan
alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami
kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami
perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan
evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan batasan
masalah yang akan di teliti dalam penilitian ini agar diperoleh pemahaman yang lebih
baik.
1. Apa pengertian observasi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin
ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam
konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui
questionnaire dan tes.
Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada
ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan
semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu,
teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku
yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan data
hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan analisis hal yang
sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal tentang objek yang diamati.
3
Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat
yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi
hasil pengamatan.
Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam
mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena
tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63)
menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian,
apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan
bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah
melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan
lengkap.
Pengertian observasi Menurut Moleong tidak memberikan batasan tentang
observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi,
diantaranya:
1. Alasan pemanfaatan pengamatan,
2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001: 125).
4
Sebagai salah satu teknik non tes observasi memiliki nilai :
a. Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
b. Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain,
c. Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui.
d. Pengamatan bersifat selektif.
e. Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan
B. Jenis Observasi
Observasi sangat bervariasi. Para ahli berbeda pendapat mengenai jenis observasi.
Lull (1982: 401) menyebutkan bahwa jenis observasi biasanya dibagi berdasarkan pada
keterlibatan peneliti terdiri dari participant observation, dan non participant observation.
Williems (1982: 137) dan Young (1975: 59) menyarankan pembagian observasi
berdasarkan peneliti menstruktur observasi, yaitu observasi terstruktur dan observasi tak
5
berstruktur. Bungin (2011: 120) membagi observasi menjadi tiga, observasi partisipasi,
observasi tidak berstruktur, dan observasi kelompok.
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat
digolongkan dari segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi
(participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation),
pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada,
yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan
pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat
digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation),
situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan
percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari
situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya
konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik
disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga
konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin
diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil
bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta
didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor
mengamati peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat
peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di
kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat
mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin
diketahui saat diamati.
6
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih
dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati,
waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan
diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan
melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan
diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan
pengecekan.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau
fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala
yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan,
kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada
jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan
menonjol pada proses pengamatan.
7
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana
jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan
pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor
atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang
diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format
eksperimen.
C. Langkah-langkah Observasi
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman
pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya
agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
a) Menetapkan tujuan pengamatan
b) Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c) Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan
anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar
cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur pembuatan , lakukan sesusai
dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan hasil
pengamatan.
8
d) Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang
objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji
coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian
yang akan digunakan reliabel atau tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa
hal berikut ini.
a) Menetapkan peserta didik yang akan diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.
b) Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
c) Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
d) Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
e) Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai
kebutuhan.
f) Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran
pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
g) Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada
situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera
dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah
laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil pengamatan yang
sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang
diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan
pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat, pandangan
,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati.Hasil
pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya
akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.
h) Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama
dengan seluruh pengamat
9
3. Analisis hasil pengamatan
a) Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap
pengamat dikumpulkan
b) Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil
pengamatannya.
c) Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi
dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan
pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim pengamat.
d) Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan
dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil
dan menjaga objektivitas hasil pengamatan
D. Pedoman Observasi
Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar
menggambarkan kriteria tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati.
Adapun langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1) Menetapkan tujuan
2) Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3) Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4) Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan,
banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar,
dsb)
5) Membuat format skala penilaian
6) Membuat pedoman pengisian yang jelas
10
d) Gaya dalam memecahkan masalah
3) Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
a) Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas,
kesiapan untuk belajar
b) Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman,
persahabatan dengan sebaya
c) Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap
guru, sikap guru.
d) Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat
mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.
11
c) Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku,
maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini
direncanakan dengan sistematis, dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
Bentuknya berupa format yang efesien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan
reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya
2
Triangulasi merupakan salah satu teknik pengecekan keabsahan data melalui uji kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Nasution (1988: 105-108) menyebutkan bahwa kredibilitas
merupakan bagian penting dalam teknik triangulasi karena untuk menjamin data yang dikumpulkan mengandung
nilai kebenaran. Triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber baik dari dalam maupun luar sebagai
bahan perbandingan dan menentukan nilai kebenaran, keandalan, keabsahan dan dependensitas. Adapun jenis
triangulasi terdiri dari triangulasi data, metode, sumber, teori, dan peneliti. Patton (1980: 331) menyebutkan bahwa
triangulasi data dan metode digunakan untuk melakukan verivikasi dan validasi data. Sedangkan Miles dan
Huberman (1984: 57) menyebutkan bahwa triangulasi teori, sumber, dan peneliti berarti konvergensi antara peneliti
(penyatuan catatan lapangan satu peneliti dengan hasil observasi peneliti lain).
12
Ada studi-studi tententu (sosial dan psikologi) yang tidak memungkinkan
menggunakan metode lain. Jadi metode observasi merupakan satu-satunya metode yang
dilakukan. Contohnya meneliti tingkah laku hewan, anak, bayi, orang yang terganggu
jiwanya, orang cacat mental (Lofload, 1967; Indrawati, dkk., 2007: 2).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode observasi merupakan salah satu varian pilihan metode pengumpulan data
yang memiliki karakter kuat secara metodologis. Metode observasi bukan hanya sebagai
proses kegiatan pengamatan dan pencatatan, namun lebih dari itu observasi memudahkan
kita mendapatkan informasi tentang dunia sekitar. Observasi ilmiah berbeda dengan
observasi biasa, ini terletak pada sistematiasi prosedur dan kaidah ilmiah yang harus
terpenuhi dalam proses kegiatan observasi. Isu metodologis dari observasi ini
mendasarkan pada keterlibatan peneliti dalam kegiatan observasi. Terdapat empat tipe
pengamat (observer). Pertama, menjadi partisipan penuh; kedua, partisipan sebagai
pengamat; ketiga, pengamat sebagai partisipan; dan keempat menjadi pengamat penuh.
14
Observasi secara historis telah mengalami perkembangan kearah metode ilmiah.
Berawal dari observasi yang dikembangkan Wundt dalam dunia psikologis. Dilanjutkan
dengan sejarah perkembangan observasi periode klasik, melalui gerakan psiko-sosiologi
hingga ke periode kontemporer Adler & Adler (1991: 53). Terdapat beberapa paradigma
observasi mulai dari sosiologi formal, dramaturgi, observasi diri, sampai pada
etnometodologi.
Melakukan observasi tidak lepas dari persoalan etis yang harus diperhatikan.
Bentuk pelanggaran etis yang harus dihindari adalah pertama, menjelajah tempat dan
lokasi privat; kedua, kekeliruan dalam mempresentasikan diri sebagai anggota; ketiga,
melakukan observasi tanpa izin subjek penelitian (ijin mengambil data atau izin
mempublikasikan hasil amatan); keempat melakukan amatan dengan penyamaran.
Observasi, sebagai sebuah pilihan metode pengumpulan data tentu memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan dan menemukan
informasi secara lebih luas. Oleh karena itu observasi memiliki masa depan yang cerah,
terutama apabila dalam implementasinya, metode observasi dapat diintegralkan dengan
metode lain, sehingga tingkat akurasi dan keandalannya dapat dipertanggung jawabkan.
Meskipun demikian, observasi tidak luput dari kelemahan. Kelemahan bukan hanya
dijadikan sebagai upaya untuk tidak menggunakan metode ini, justru dengan kelemahan
itu, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya menyempurnakan dan meminimalisir
kelemahan, sehingga pengamatan dapat memberi manfaat dan sesuai tujuannya.
B. Saran
Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik ,
bukan yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan
observasi berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah
suasana senarutal mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi
tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta:
Mitra Cendekia Press.
Morris, W., The American Heritage Dictionary of English Language, Boston: Houghton
Miffin, 1973.
Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi
16