Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

“PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KUALITATIF”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penilitian Pendidikan

Dosen Pengampu : Moh. Wifaqul Idaini, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Azka Azkiya
2. Nida Laeli Fitri
3. Yeni Isnaeni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan
dan memberikan nikmat nikmat serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmat dan kehendak-Nya kami menyelesaikan
tugas makalah ini.

Makalah yang berjudul “Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif”. Makalah ini berisi
penjelasan mengenai salah satu materi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan.
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik dan saran dari
semua pembaca makalah ini terutama dosen mata kuliah metodelogi penelitian pendidikan
yakni, bapak Moh. Wifaqul Idaini, M. Pd yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk
kami.

Slawi, 29 Oktober 2021

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................…………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………..................
C. Tujuan ....................………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Observasi........................................................................................................
B. Wawancara.....................................................................................................
C. Instrumen kunci serta kelebihan dan kekurangannya.................…………...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................…...
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati.
Karakteristik penelitian kualitatif adalah datanya dinyatakan dalam keadaan
kewajaran atau sebagimana adanya ( natural setting) dengan tidak dirubah dalam
bentuk simbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti
rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui
dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sistematis, terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natur setting)
dengan memperhatikan situs-situs lokasi penelitian dengan data kualitatif, tidak
menggunakan model matematik statistic dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir
yang akan digunakan dalam penelitian dan peneliti tidak menggunakan angka dalam
mengumpulkan data tetapi memberikan penafsiran.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan metode dalam observasi?
2. Bagaimana definisi dan jenis-jenis wawancara?
3. Apa pengertian instrument kunci dan kelebihan serta kekurangan teknik pengumpulan
data?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan metode dalam observasi.
2. Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis wawancara.
3. Untuk mengetahui instrument kunci dan kelebihan serta kekurangan teknik
pengumpulan data.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Observasi
Menurut Riduan, Observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan.
Sementara menurut Margono, observasi digunakan untuk melihat dan
mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang
kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observer
untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang
diperlukan dengan yang tidak diperlukan.
Secara sederhana observasi adalah pengamatan langsung dilapangan. Lalu apa
saja yang harus diamati?
1. Space, yakni ruang/tempat/lokasi obyek yang diteliti
2. Actors, orang-orang yang terlibat.
3. Activity, aktifitas orang-orang yang terlibat.
4. Object, benda-benda yang masih berhubungan dengan apa yang diteliti
5. Act, tindakan-tindakan tertentu.
6. Event, kejadian atau peristiwa yang terjadi seputar apa yang diteliti.
7. Time, urutan waktu setiap kejadian.
8. Goal, tujuan orang-orang melakukan tindakan-tindakan (yang diamati).
9. Feel, emosi yang dirasakan oleh aktor.
Jadi, yang diamati saat melakukan observasi adalah semuanya yang bisa diamati tidak
hanya oleh mata atau telinga tapi juga hati (feel).
Manfaat melakukan observasi salah satunya peneliti akan memahami konteks
akan apa yang ditelitinya secara menyeluruh. Misal apabila akan meneliti sebuah
perkara maka berkat observasi peneliti bisa memahami gambaran dari masalah
tersebut dari apa perkaranya, siapa pelakunya, siapa korbannya, kapan dan dimana
yang dibuktikan lewat gambar/tulisan.
Maka setelah memahami konteks akan apa yang ditelitinya, peneliti akan lebih
mudah mendalaminya, peneliti tahu siapa yang harus di wawancara terlebih dahulu.
Contoh dan Jenis Observasi
Secara umum ada dua metode dalam observasi, yakni observasi partisipasi dan
non-partisipasi.

1. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi adalah pengamatan yang dilakukan dimana peneliti/observer
ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan kelompok yang diteliti. Partisipasi
disini artinya peneliti ikut melakukan aktifitas/kegiatan yang sedang dilakukan
kelompok yang diteliti.
Jadi meski sedang mengamati, peneliti tidak hanya menonton tapi juga ikut
membaur.
Metode ini cocok untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikis
seperti kesan, pemaknaan, apa yang dirasakan. Namun, dinilai kurang obyektif.
Pasalnya, ketika peneliti melakukan observasi partisipasi, orang yang diteliti atau
partisipan umumnya mengetahui bahwa mereka sedang diteliti.Sehingga akan ada
reaksi dimana para partisipan bisa menunjukan kesan lebih baik dari biasanya. Kesan
yang dilebih-lebihkan ini membuat hasil observasi kurang akurat.
Contoh observasi partisipasi adalah ketika meneliti adat/tradisi pada kelompok
masyarakat tertentu. Dalam hal ini, peneliti tidak hanya menonton tapi juga menjadi
bagian dari kelompok tersebut.

2. Observasi Non-partisipasi
Artinya, peneliti atau observer tidak ikut berpartisipasi pada aktifitas yang
dikerjakan kelompok yang diteliti, dengan kata lain peneliti hanya menempatkan
dirinya sebagai penonton.
Berbeda dengan metode partisipasi, pada metode ini pengamatan dilakukan secara
diam-diam agar partisipan tidak menyadari bahwa mereka sedang diamati. Sehingga
akurasi data bisa terjamin.
Meski demikian, perlu skill dan pengetahuan yang lebih dalam melakukan metode
ini karena lebih sulit mendapatkan data apabila hanya mengandalkan pengamatan.
Metode ini biasa dipakai untuk meneliti hal-hal yang berhubungan dengan sikap
dan perilaku negatif. Contohnya penelitian tentang perilaku membuang sampah
sembarangan siswa di sekolah tertentu.
Bahkan dalam konteks yang ekstrem, metode ini juga dilakukan untuk meneliti
kelompok kriminal.
Tahapan Melakukan Observasi antara lain:
1) Tentukan apa dan tempat yang diteliti, yang paling pertama anda tentunya
harus sudah tahu mau meneliti apa dan dimana.
2) Survey lokasi untuk mendapatkan gambaran umum, lakukan pengamatan awal
untuk mengetahui gambaran tentang apa yang akan anda teliti.
3) Cari referensi sebanyak mungkin, setelah gambaranya sudah anda ketahui cari
referensi sebanyak mungkin yang masih berhubungan dengan obyek
penelitian.
4) Susun point-point yang akan anda amati, setelah anda mempelajari obyek
penelitian maka anda sudah tahu point-point apa saja yang akan diamati. Point
ini tidak perlu sedalam mungkin, cukup tulis garis besarnya saja nanti bisa
didalami saat dilapangan.
5) Siapkan instrumen penelitian yang diperlukan terutama untuk mencatat hasil
observasi seperti alat tulis dan kamera.
6) Mulai kumpulkan fakta dan data
7) Catat hasil observasi

Cara Memperoleh Hasil Observasi Berkualitas


Untuk mendapatkan hasil observasi yang berkualitas ada hal-hal yang perlu
anda perhatikan antara lain:

 Lakukan pengamatan awal dengan seksama


Ini masuk ke tahap persiapan sebenarnya, sebelum anda memulai observasi lakukan
pengamatan awal atau pre-observation tujuannya pun bermacam-macam.
Diantaranya yaitu:
- Menggambarkan situasi lokasi penelitian
- Menentukan orang-orang yang perlu ditemui terlebih dahulu
- Menghitung potensi reaksi partisipan untuk menentukan apa akan menggunakan
metode partisipasi atau non-partisipasi.
Khusus yang terakhir cukup penting karena potensi reaksi ini akan
menyebabkan hasil observasi tidak akurat. Jangan sampai yang harusnya dilakukan
dengan metode non-partisipasi malah dilakukan dengan metode partisipasi.

 Jangan terlalu menonjolkan diri anda sebagai peneliti


Ketika anda menggunakan metoda partisipasi dimana orang yang sedang diteliti
tahu bahwa dirinya sedang diteliti anda harus menahan diri anda untuk membuka
semua identitas sebagai peneliti.
Kalau membuka diri untuk identitas pribadi itu tidak masalah, tapi usahakan
sembunyikan identitas sebagai peneliti. Buat seolah-olah penelitian anda tidak
penting. Sehingga para partisipan tidak terlalu memikirkannya.
Ini bertujuan supaya para partisipan beraktifitas secara natural sehingga hasil
observasi bisa lebih akurat.

 Gunakan data yang bervariasi


Data-data observasi umumnya didapat dari apa yang dilihat, dan didengar. Tapi
jangan fokus pada sektor itu saja, amati juga adanya perubahan emosi baik dalam diri
anda dan orang lain.
Selain itu, observasi untuk penelitian kualitatif ini mengutamakan kedalaman data
sehingga setiap point yang diamati harus anda dalami secara spesifik. Tentukan juga
apa perlu dilakukan tahapan wawancara atau cukup dengan observasi untuk setiap
pointnya.

B. Wawancara
Wawancara dapat berarti banyak hal dengan banyak setting, sehingga
wawancara memiliki banyak definisi tergantung konteksnya. Menurut Moleong
(2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Gorden (dalam Herdiansyah, 2009) mendefisinikan wawancara, “interviewing is
conversation between two people in which one person tries to direct the conversation
to obtain information some specific purpose”. Definisi menurut Gorden tersebut
dapat diartikan bahwa wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang
salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk satu tujuan
tertentu.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada
hampir semua penelitian kualitatif. Karena seringnya wawancara digunakan dalam
penelitian kualitatif, seakan-akan wawancara wawancara menjadi ikon dalam metode
pengumpulan data penelitian kualitatif. Karena begitu “faforitnya” metode wawancara
dalam penelitian kualitatif, sehingga “memaksa” peneliti yang ingin melakukan
penelitian kualitatif untuk memahami metode yang satu ini dengan seksama.
Walaupun demikian, Sebagian orang masih menganggap metode ini kurang akurat
karena kurang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Mereka menganggap
bahwa orang yang diwawancara dapat dengan mudah bersilat lidah dan mengatakan
kebohongan dalam wawancara

Jenis-jenis wawancara
Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif ataupun wawancara lainnya
terdiri atas tiga bentuk, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur,
wawancara tidak terstruktur (Herdiansyah, 2009). Berikut penjelasan detailnya.

1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam penelitian survey ataupun
penelitian kuantitatif walaupun dalam beberapa situasi, wawancara terstruktur
juga dilakukan dalam penelitian kualitatif. Wawancara dalam bentuk ini sangat
terkesan seperti interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara
peneliti dan subjek yang diteliti sangat minim. Proses wawancara harus sesuai
mungkin dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah
dipersiapkan. Beberapa ciri dari wawancara terstruktur adalah sebagai berikut.
a. Daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah disiapkan
Dalam wawancara terstruktur, daftar pertanyaan sudah tertulis dalam bentuk
(form) pertanyaan beserta dengan kategori jawaban yang telah disediakan.
Biasanya, dalam bentuk pedoman wawancara pewawancara hanya tinggal
membacakan pertanyaan yang telah tertulis, sehingga tidak ada jawaban selain
jawaban yang telah tersedia.
b. Kecepatan wawancara terkendali
Karena jumlah pertanyaan beserta pilihan jawaban sudah tersedia dan
kemungkinan jawaban yang akan diperoleh sudah dapat diprediksi, maka
waktu dan kecepatan wawancara dapat terkendali. Pewawancara atau peneliti
dapat melakukan simulasi terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara dan
mencatat waktu yang dibutuhkan selama wawancara tersebut.
c. Tidak ada fleksibilitas ( pertanyaan atau jawaban)
Fleksibilitas terhadap pertanyaan atau jawaban hamper tidak ada.
Pewawancara atau peniliti tidak perlu lagi membuat pertanyaan lain dalam
proses wawanacara karena semua pertanyaan yang dibuat sudah
disimuliasikan terlebih dahulu dan biasanya sudah fix ketika turun ke
lapangan. Demikian pula dengan jawabannya, tidak ada jawaban tambahan
ketika sudah turun ke lapangan.
d. Mengikuti pedoman ( dalam urutan pertanyaan, penggunaan kata, tidak ada
improvivasi)
Pedoman wawancara mencakup serangkaian pertanyaan beserta urutannya
yang telah diatur dan disesuaikan dengan alur pembicaraan.
e. Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu
fenomena.
Wawancara terstruktur biasanya digunakan dalam rangka untuk mendapatkan
penjelasan saja dari suatu fenomena atau kejadian dan bukan untuk tujuan
memahami fenomena tersebut.
2. Wawancara semi-terstruktur
Berbeda dengan wawancara terstruktur, wawanacara semi-terstruktur lebih tepat
jika dilakukan pada penelitian kualitatif daripada penelitian lainnya.
Beberapa ciri wawancara semi-tersruktur dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertanyaan terbuka, namun ada Batasan tema dan alur pembicaraan
pertanyaan yang diajukan dalam wawancara semi-terstruktur adalah
pertanyaan terbuka yang berarti bahwa jawaban yang diberikan terwawancara
tidak dibatasi, sehingga subjek dapat lebih bebas mengemukakan jawaban apa
pun sepanjang tidak keluar dari konteks pembicaraan.
b. Kecepatan dapat diprediksi
Walaupun ada kebebasan dalam menjawab pertanyaan wawancara, tetapi
kecepatan dan waktu wawancara masih dapat diprediksi. Kontrol waktu dan
kecepatan wawancara ada pada keterampilan terwawancara dalam mengatur
alur dan tema pembicaraan agar tidak melebar ke arah yang tidak perlukan.
Jika diperlukan, pewawancara dapat membuat catatan kecil yang berfungsi
sebagai pengingat alur pembicaraan.
c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban )
Pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel, tergantung situasi-kondisi serta
alur pembicaraan. Demikian pula jawaban yang diberikan oleh terwawancara
dapat lebih fleksibel. Walaupun pertanyaan dan jawaban bersifat fleksibel,
tetapi masih ada kontrol yang dipegang oleh peneliti, yaitu tema wawanacara
d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan
penggunaan kata
Pedoman wwancara diperlukan dalam wawancara semi-terstruktur yang
dijadikan patokan ataupun kontrol dalam hal alur pembicaraan dan untuk
prediksi waktu wawancara.
e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena
Tujuan dari wawancara semi-terstruktur adalah untuk memahami suatu
fenomena atau permasalahan tertentu. Karena tujuannya adalah untuk
memahami suatu fenomena, bentuk wawancara semi-terstruktur sangat sesuai
untuk penelitian kualitatif yang esensinya adalah untuk mendapatkan
pemahaman dari suatu fenomena.

3. Wawancara tidak terstruktur


Hampir mirip dengan bentuk wawancara semi-terstruktur, wawancara tidak
terstruktur memiliki ciri-ciri seperti di bawah ini.:
a. Pertanyaan sangat terbuka, jawabannya lebih luas dan bervariasi bentuk
pertanyaan yang diajukan sangat terbuka, hampir tidak ada pedoman yang
digunakan sebagai control. Begitu pun dengan jawaban dari subjek atau
terwawancara, dapat sangat luas dan bervariasi.
b. Kecepatan wawancara sulit diprediksi
Kecepatan dan waktu wawancara lebih sulit diprediksi karena sangat
bergantung dari alur pembicaraan yang kontrolnya sangat fleksibel dan lunak.
Akhir dari wawancara tidak terstruktur juga terkadang tidak mendapatkan
kesimpulan yang cukup jelas dan mengkrucut.
c. Sangat fleksibel (dalam hal pertanyaan atau jawaban)
Pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara dan jawaban yang diperoleh dari
subjek atau terwawancara sangat fleksibel. Bahkan, terkesan seperti
pembicaraan ngalor ngidul. Jika peniliti yang memilih bentuk wawancara
ininbelum berpengalaman atau memiliki jam terbang yang kurang, maka akan
mengalami kendala dalam hal merumuskan tem serta menarik kesimpulan
wawancara. Oleh karena itu, jika peniliti masih belum cukup pengalaman,
sebaiknya tidak menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur.
d. Pedoman wawancara sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata,alur
pembicaraan
Hampir sama seperti wawancara semi-terstruktur, dalam wawancara tidak
terstruktur, pedoman wawancara masih diperlikan. Hanya saja, dalam
wawancara semi-terstruktur masih terdapat topik-topik yang dibuat sebagai
kontrol alur pembicaraan yang mengacu pada satu tema sentral, sedangkan
pedoman wawancara tidak terstruktur tidak terdapat topik-topik yang
mengontrol alur pembicaraan, tetapi hanya terdapat tema sentral saja yang
digunakan peneliti atau terwawancara sebagai control alur pembicaraan
selama wawancara berlangsung.
e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami fenomena
Dalam hal tujuan, ada kesamaan dengan wawancara semi-terstruktur, yaitu
untuk memahami suatu fenomena, sehingga bentuk wawancara tidak
terstruktur sesuai untuk digunakan dalam penilitian kualitatif.

C. Instrument kunci dan kelebihan serta kekurangan teknik pengumpulan data


Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as
key instrument). Para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui
dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara dengan para partisipan.
Kelebihan dan kekurangan teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data ada beberapa macam, diantaranya dengan cara
observasi dan wawancara Adapun kelebihan dan kekurangannya antara lain:

1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung
adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik
mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi
umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan
pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa
kelebihan antara lain :
1) Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-
hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data
yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera,
dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
2) Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan
enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau
karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.
Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara
langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai
kelemahan-kelemahan.
kekurangannya adalah sebagai berikut:
1) Banyak kehidupan pribadi yang tidak terungkap, misalnya kehidupan pribadi
yang rahasia.
2) Memungkinkan terjadinya ketidakwajaran apabila yang di oservasi
mengetahui bahwa dirinya sedang di observasi.
3) Observasi banyak tergantung dari faktor yang tidak terkontrol.
4) Subyektifitas observer sukar dihindarkan.

2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan
dengan tatap muka maupun melalui telpon.

Beberapa kelebihan wawancara antara lain :


1) Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
2) Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah
pertanyaan baru
3) Bisa membaca isyarat non verbal
4) Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
1) Membutuhkan waktu yang lama
2) Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah
terpisah
3) Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
4) Pewawancara perlu dilatih
5) Bisa menimbulkan bias pewawancara
6) Responden bias menghentikan wawancara kapanpun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari urian diatas dapat disimpulkan yang pertama adalah pengumpulan data
penelitian kualitatif meliputi metode observasi, dimana peniliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan. Metode yang kedua yaitu wawancara terbagi menjadi tiga jenis yaitu
wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Dan yang terakhir yaitu instrument kunci dan kelebihan serta kekurangan
teknik pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument
kunci (researcher as key instrument). Para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri
data melalui dokumentasi, observasi perilaku atau wawancara dengan para partisipan.

B. Saran
Kami menyadari pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari segi kosa kata maupun penulisannya. Kami berharap makalah ini
tetap memberikan manfaat bagi para pembaca untuk dijadikan sebagai refrensi.
Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami
terima demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Haris Herdiansyah, M.Si.Penelitian Kualitatif untuk ilmu sosial Jakarta: Salemba Humanika,
2014
https://www.auteoxpose.auteoxpose.org/2019/06/metode-observasi.html?m=1
http://kampus4u.blogspot.com/2015/04/kelebihan-dan-kelemahan-metode.html?=1

Anda mungkin juga menyukai