Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

BIOSTATISTIK
“ Teknik Pengumpulan Data Menggunakan Instrumen Penelitian”
Dosen Pengampu : Dr. Rika Handayani, SKM., M. Kes

Oleh :
Kelompok 3
1. Nurul Hidayah A1C222048
2. Alfiyyah Nurul Shabirah
3. Ihma Quari Susanti
4. Numita
5. Febriana Ukas

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “ Teknik Pengumpulan Data Menggunakan Instrumen Penelitian“.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Makassar, 22 September 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................3
B. Instrumen Penelitian................................................................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................................26
A. Kesimpulan...............................................................................................................26
B. Saran.........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis
yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai
suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang
dikenal dengan istilah metode penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus
didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan
bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian
karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang
digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu
penelitian guna membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-
hipotesa tertentu.
Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi
karena dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang
diteliti. Oleh karena itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam
prosedur penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang
lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga kesinambungan data yang
dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian
terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka
kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian
itu, sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran
suatu konsep tertentu.

1
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan
berbagai hal terkait Teknik Pengumpulan Data dengan Instrumen Penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian teknik pengumpulan data dan instrumen
penelitian?
2. Apa saja teknik pengumpulan data?
3. Bagaimana teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian dalam
penelitian?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian.
2. Mengetahui teknik pengumpulan data.
3. Mengetahui teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian untuk
penelitian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Bila dilihat dari sumber datanya,
maka pengumpulan data terbagi menjadi dua macam data yaitu sumber primer
dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat dokumen, ataupun orang lain. Selanjutnya bila dilihat dari
segi cara atau teknik pengumpulan data, maka tekik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner
(angket), dokumentasi dan gabungan ke empatnya.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
labih banya pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Terdapat empat macam teknik
pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono 2017: 226 menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca

indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu

3
observasi merupakan kemampuan manusia menggunakan seluruh panca
inderanya dan memperoleh hasil dari fungsi panca indera utama yaitu mata
untuk memperoleh data atau informasi.
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner.
Wawancara dan kuesioner selalu berhubungan dengan manusia maka
observasi berhubungan dengan manusia dan objek alam yang lainnya.
Observasi mengungkapkan gambaran sistematis mengenai peristiwa,
tingkah laku, benda atau karya yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan.
Penggunaan metode observasi secara tepat yang sesuai dengan persyaratan
yang digunakan dalam teknik-tekniknya, baik digunakan secara tersendiri
maupun digunakan secara bersama-sama dengan metode lainnya dalam suatu
kegiatan di lapangan, akan sangat bermanfaat untuk memperoleh data yang
tepat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi terbagi menjadi tiga macam
yang meliputi:
1. Observasi Partisipatif
Menurut Susan Stain Back (1988 dalam Sugiyono 2017: 227)
menyatakan “In participant observation, the reseacher observes what
people do, listen to what they say, and participates in their activities”.
Dalam observasi pertisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan
orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpastisipasi dalam
aktivitas mereka. Artinya dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya.

4
Pada observasi partisipan, pengamat sungguh-sungguh menjadi bagian
dan ambil bagian pada situasi yang diamati, baik secara terang-terangan
maupun secara terbuka. Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti tentang
kebudayaan suatu daerah, maka peneliti yang sebagai pengamat ikut
hidup di daerah tersebut dan tinggal bersama masyarakatnya. Pengamat
akan ikut melakukan kebiasaan masyarakat di sana dan merasakan
budaya yang ada dalam daerah tersebut.
Apabila dilihat dari akurasi data, maka observasi ini memiliki data

yang dapat diandalkan, namun observasi ini memerlukan waktu yang

dibilang yang sangat lama. Apalagi jika objek yang diteliti muncul dalam
interval waktu yang lama dan atau berlangsung dalam waktu yang lama.
Oleh karena itu, observasi partisipan digunakan untuk penelitian yang
datanya sulit untuk dianalisis sehingga dirancang untuk menguji
hipotesis, atau memperoleh hipotesis.
Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak. Observasi partisipan ini dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
a) Partisipasi pasif (passive participation): “means the research is present
at the scene of action but does not interact or participate”. Jadi dalam
hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b) Partisipasi moderat (moderate participation): “means that the
researcher maintains a balance between being insider and being
outsiders”. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti
menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam megumpulkan
data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak
semuanya.

5
c) Partisipasi aktif (active participation): “means that the researcher
generally does what others in the setting do”. Dalam observasi ini
peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi
belum sepenuhnya lengkap.
d) Partisipasi lengkap (complete participation): “means researcher is a
natural participant. This is the highest level of involvement”. Dalam
melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya
terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah
natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan
keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang
diteliti.
2. Observasi Terus-terang dan tersamar
Dalam observasi ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti
juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk
menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan kalai dilakukan dengan terus terang, maka
peneliti tidak diijinkan untuk melakukan observasi.
3. Observasi Tak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan di obsevasi. Hal ini dilakukan
karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tetapi berupa rambu-rambu pengamatan. obsrvasi ini
dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas.
Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi
berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam

6
penelitian kuantitaif, maka observasi dapat dilakukan secara terstruktur
dengan menggunakan pedoman observasi.
Dalam melakukan sebuah observasi, sangat penting untuk menentukan
objek observasi tersebut. Objek penelitian dalam penelitian yang di
observasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, terdiri dari tiga
komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).
Tiga elemen utama tersebut dapat diperluas, sehingga apa yang dapat
diamati adalah sebagai berikut:
1) Space (the physical place) yaitu ruang dalam aspek fisiknya.
2) Actor (the people involve) yaitu semua orang yang terlibat dalam
situasi sosial.
3) Activity (a set of related acts people do) yaitu seperangkat kegiatan
yang dilakukan orang.
4) Object (the physical things that are present) yaitu benda-benda yang
terdapat di tempat itu.
5) Act (single actions that people do) yaitu perbuatan atau tindakan-
tindakan tertentu.
6) Event (a set of related activities that people carry out) yaitu rangkaian
aktivitas yang dikerjakan orang-orang.
7) Time (the sequencing that takes place over time) yaitu urutan
kegiatan.
8) Goal (the things people are trying to accompolish) yaitu tujuan yang
ingin dicapai orang-orang.
9) Feeling (the emotion felt and expressed) yaitu emosi yang dirasakan
dan diekspresikan oleh orang-orang.
Selanjutnya dalam melakukan sebuah observasi terdapat tahapan-
tahapan dalam mencapai sebuah kesimpulan dari penelitian tersebut.
Menurut Spradley (1980 dalam Sugiyono 2017: 230) tahapan observasi
terbagi menjadi tiga tahapan yaitu:

7
1) Observasi deskriptif / tahap deskriptif
Tahap ini dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu
sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa
masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah
umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang
dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu
hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata.
Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observatoin, dan
peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi
analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu
mendekripsikan terhadap semua yang ditemukan.
2) Observasi terfokus / tahap reduksi
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation yaitu
suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek
tertentu. Dalam observasi ini peneliti melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus dan menghasilkan kesimpulan
kedua.
3) Observasi terseleksi / tahap seleksi
Dalam observasi tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang
ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis
komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah
menemukan karakteristik, kontras- kontras/perbedaan dan kesamaan
antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan
kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat
menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.
Mencatat hasil observasi harus memperhatikan beberapa hal :
1. Waktu Pencatatan
Hal terbaik mencatat adalah pada saat objek pengamatan yang diamati
tersebut sedang terjadi, atau disebut dengan pencatatan langsung.

8
Walaupun harus menghadapi kesulitan di atas, tetapi pencatatan tetap
masih dianggap sebagai alternatif yang terbaik karena dapat menghindari
bias dan penjumlahan akibat kelupaan.
2. Cara Pencatatan
Apabila pencatatan langsung tidak mungkin dilakukan, maka pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci. Ini artinya
pengamat tetap mencatat pada saat peristiwa berlangsung.
3. Mencatat disela Pengamatan
Cara ini adalah alternatif lain yang bisa dilakukan, yaitu pengamat
mencatat hasil amatannya di sela-sela objek pengamatan tidak dapat
direkam kegiatannya. Hal ini berarti kegiatan pengamatan terhenti, dan
ini adalah saat yang tepat untuk mencatat hasil pengamatan sementara.
Lembar observasi termasuk dalam observasi terstruktur jika dilihat dari
segi instrumen yang digunakan. Karena dengan menggunakan lembar
observasi untuk mendapatkan data, pengamat sudah mengetahui variabel yang
akan dicari datanya, indikator-indikator yang akan digunakan untuk
melakukan pengukuran terhadap variabel yang akan diamati dan reliabilitas
instumen sudah disiapkan secara sistematis dan mengetahui objek yang akan
diamati.
Lembar observasi yang digunakan saat melakukan observasi akan
menambah kelebihan dari teknik observasi itu sendiri yaitu, akan membuat
pengamat lebih sistematis dana memiliki arah dalam melakukan pengamatan
sehingga dapat menghindari data yang bias (informasi yang didapat tidak
dapat mewakili keadaan dan situasi sebenarnya). Karena pada dasarnya teknik
observasi juga memiliki kelebihan sendiri dalam hal mengumpulka data.
Teknik observasi merupakan teknik pengumpul data yang secara
metodologis memiliki karakteristik yang kuat. Metode observasi bukan hanya

9
sebatas pengamatan saja tetapi dapat memudahkan dalam mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan.
Pada pembuatan lembar observasi memerlukan langkah-langkah yang
harus dilakukan agar instrumen yang dihasilkan dapat menggambarkan
karakteristik variabel pada penelitian yang dilakukan.
Langakah – langkah yang dilakukan untu membuat lembar observasi
yaitu :
1. Menentukan variabel yang akan diamati pada penelitian yang akan
dilakukan
2. Melakukan kajian teori tentang karakteristik variabel yang akan diamati
3. Menetapkan poin-poin karakteristik yang akan digunakan dalam
melakukan observasi.
4. Menentukan tujuan dari obsrevasi dengan jelas dan terperinci
5. Menentukan desain dari lembar observasi yang akan dibuat
6. Menentukan elemen-elemen lembar observasi yang meliputi :
a) Judul
b) Identitas
c) Petunjuk penggunaan (petunjuk pengisian)
d) Butir-butir pertanyaan atau pertanyaan terkait karakteristik yang
digunakan pada variabel yang diamati.
7. Menyusun lembar observasi
8. Setelah lembar observasi selesai dibuat, kemudian melakukan uji coba
terhadap lembar observasi
9. Setelah dilakukan uji coba terhadap lembar observasi , kemudian menguji
validitas dan realibilitas pada lembar observasi
10. Merevisi lembar objervasi jika ada pertanyaan yang tidak valid dan
reliabel.
b. Wawancara/Interview

10
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Wawancara adalah pengadministrasian angket

secara lisan dan langsung terhadap masing-masing anggota sampel. Secara


sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau suatu
proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi melalui
komunikasi langsung atau dapat pula dikatakan bahwa wawancara
merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan sumber
informasi.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara
tersebut. Seorang pewawancara berhak menentukan isi apa saja yang akan
diwawancarai dan menentukan waktu serta kapan berakhirnya wawancara
tersebut. Namun, seorang pemberi informasi (informan) juga dapat
menentukan proses wawancara apabila ada kesepakatan dengan pewawancara.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
“Interview atau yang sering juga disebut wawancara atau kuisioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (nara sumber)” (Arikunto, 2006: 155). Pendapat
di atas sejalan dengan Ratna, (2010 : 222) dalam bukunya yang berjudul
Metodelogi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Humaniora Pada
Umumnya yang menyatakan bahwa:
Wawancara (interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data dengan
berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok. Wawancara melibatkan dua

11
komponen, pewawancara yaitu peneliti itu sendiri dan orang yang
diwawancarai.

Pendapat ke dua di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa wawancara


merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dapat digambarkan
sebagai sebuah interaksi yang melibatkan antara pewawancara (orang yang
bertanya) dengan yang diwawancarai (orang yang memberikan jawaban atas
pertanyaan), dengan maksud mendapatkan informasi yang sah dan dapat
dipercaya.
1) Macam – macam wawancara
Ada beberapa jenis wawancara/interview adalah sebagai berikut.
a. Wawancara terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan.
Wawancara terencana terstruktur adalah suatu bentuk wawancara
di mana pewawancara dalam hal ini peneliti menyusun secara
terperinci dan sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut
pola tertentu dengan menggunakan format yang baku.
Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang
sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara

12
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada
calon pewawancara.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tak berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur digunakan apabila
peneliti/pewawancara menyusun rencana wawancara yang mantap,

tetapi tidak menggunakan format atau urutan yang baku. Sejalan


dengan hal tersebut dikatakan bahwa wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya.
Wawancara tidak terstruktur dapat pula dikatakan wawancara
terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan

untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden.36


Maksudnya adalah peneliti berusaha mendapatkan informasi awal
tentang permasalahan yang ada pada objek penelitian sehingga peneliti
dapat menentukan variabel yang akan diteliti.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

13
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceriterakan oleh responden.
Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut,
maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang
lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti
dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada
awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait
dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan
sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan.
2) Langkah-langkah Wawancara
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
c. Mengawali atau membuka alur wawancara
d. Melangsungkan alur wawancara
e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang
telah diperoleh
3) Alat Wawancara

14
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber
data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:
a. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan
sumber data.
b. Tape recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
c. Camera : berfungsi untuk memotret kalau peneliti
sedang melakukan pembicaraan dengan informaan/sumber data.
4) Mencatat Hasil Wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan
wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan
secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat
rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai
sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak
penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data
yang lain perlu dikontruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna
tertentu.
c. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
biografi dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.

15
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih
kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di
masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakta, dan autobiografi. Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto
atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas
yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan
aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga
autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.
d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi
sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama.
Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk
mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau
kontradiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam
pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan

16
pasti. Dengan triagulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila
dibandingkan dengan satu pendekatan
B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah
penelitian. Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat bagi seorang peneliti dalam
melakukan pengumpulan data penelitiannya. Penggunaan kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data yang tepat dapat mempengaruhi kualitas
hasil penelitian itu sendiri.
Dalam penelitian bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang lazim

adalah menggunakan instrumen .Dalam menjalankan penelitian data merupakan


tujuan utama yang hendak dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
Instrumen penelitian adalah nafas dari penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto,
instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.


Pengertian Instrumen penelitian dari beberapa ahli :
1) Sugiyono menyatakan bahwa instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
nilai variabel yang akan diteliti
2) Ridwan berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat bantu
peneliti dalam pengumpulan data, mutu instrumen akan menentukan mutu
data yang dikumpulkan, sehingga tepatlah dikatakan bahwa hubungan
instrumen dengan data adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling
terkait.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen

penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian agar
data lebih mudah diolah dan menghasilkan penelitian yang berkualitas. Data yang
telah terkumpul dengan menggunakan instrumen akan dideskripsikan, dilampirkan
atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian

17
Terdapat perbedaan pada penggunaan instrumen penelitian dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif, kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas, reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif
siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya. Peneliti sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono 2017: 224 mengemukakan bahwa
peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
Artinya peneliti harus bersifat responsif terhadap lingkungan dan terhadap
pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan yang akan ditelitinya tersebut.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Artinya peneliti harus
dapat melakukan beberapa tugas dan mengumpulkan data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Artinya tidak ada suatu instrumen berupa
test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

18
4. Suatu situasi melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Artinya untuk memahaminya, peneliti perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuannya.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sabagai
balikan untuk mempreoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan pelakan.
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang
haru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang
bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat
pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dalam kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang berasal dari lapangan,
seorang peneliti biasanya menggunakan instrumen yang baik dan mampu
mengambil informasi dari objek atau subjek yang diteliti. Disamping itu, mereka
juga dapat menggunakan instrumen yang sudah ada yang telah dimodifikasi agar
memenuhi persyaratan yang baik bagi suatu instrumen.Di bidang pendidikan dan
tingkah laku, instrumen penelitian pada umumnya perlu mempunyai dua syarat
penting, yaitu validasi dan reliabel
1) Tes
Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh responden. Salah satu bentuk tes yang banyak digunakan dalam
penelitian adalah tes objektif atau sering disebut tes dikotomi (dichotomously
scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1
atau 0. Disebut tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang
mengoreksi tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah
jelas dan pasti.

19
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi
soal- soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir-butir soal mewakili
satu jenis variabel yang diukur.
2) Angket (Kuesioner)
Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan
atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab oleh
responden. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara kecuali
implementasinya, dimana angket dilaksanakan secara tertulis. Keuntungan
angket, antara lain:
a. Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh
hubungan dengan peneliti, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas
dapat terjamin
b. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang
jumlahnya cukup banyak.
Dalam angket tertutup, sebaiknya disediakan ruang khusus untuk

menuliskan alternatif jawaban yang belum diketahui sebelumnya. Untuk jenis


informasi tertentu, angket tertutup ternyata sangat memuaskan. Angket
tertutup mudah diisi, memerlukan waktu yang sangat singkat, memusatkan
responden pada pokok persoalan, relatif objektif, dan sangat mudah dianalisis.
Kuesioner tak-terstruktur atau bentuk terbuka. Kuesioner tak-berstruktur
tidak menyediakan jawaban yang diharapkan, jadi angket yang menghendaki
jawaban bebas atau jawaban dengan kalimat responden sendiri. Kuesioner tak-
berstruktur memiliki kelebihan yakni memberi responden kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan sifat mereka. kelemahan kuesioner tak-
berstruktur adalah bahwa informasi yang dihasilkan sulit untuk diproses dan
dianalisis. Dalam menjawab kuesioner tak-berstruktur, subjek mungkin akan

20
melewatkan hal-hal yang penting atau menekankan hal-hal yang tidak
menarik perhatian peneliti. Karena alasan inilah, maka kebanyakan peneliti
menghindari penggunaan kuesioner tak-berstruktur dan lebih suka
menggunakan kuesioner terstruktur.
Pada pembuatan koesioner diperlukan langkah-langkah yang sistematis,
agar koesioner yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Adapun langkah-
langkah dalam pembuatan koesioner adalah :
a. Menentukan variabel yang akan dibuatkan koesioner pada penelitian yang
akan dilakukan.
b. Menganalisis variabel yaitu melakukan kajian pustakan terhadap variabel,
sehingga karakteristik dari variabel dapat diketahui dengan sejelas-
jelasnnya.
c. Menentukan indikator-indikator berdasarkan kajian teori yang telah
dilakukan pada variabel yang akan dibuatkan koesioner.
d. Menyusun kisi-kisi koesioner. Kisi-kisi ini berisi lingkup seperti, yaitu :
1) Materi pertanyaan
2) Abilitas yang diukur
3) Jenis pertanyaan/pernyataan
4) Banyak pertanyaan/pernyataan
e. Menentukan skala pengukuran yang akan digunakan pada koesioner.
f. Menentukan penskoran pada skala pengukuran.
g. Menyusun pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator-indikator, jenis
pertanyaan/pernyataan dan banyaknya pertanyaan/pernyataan yang telah
ditetapkan dalam kisi-kisi.
h. Setelah koesioner selesai dibuat, tahap selanjutnya melakukan uji coba
dengan menguji validitas dan realibitas untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan koesioner.
i. Merevisi koesioner berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ditemukan
pada tahap uji coba.

21
j. Menggunakan koesioner.

22
23
24
25
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan data yang disajikan dalam bentuk
sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis.
Twknik pengumpulan data yang diggunakan pada penelitian kualitatif ada
beberapa cara diantaranya, angket (koesioner), wawancara dan observasi.
Sedangkan pada penelitian kualitatif dapat menggunakan cara wawancara,
dokumentasi, observasi dan triangulasi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sukendra, I Komang dan I Kadek surya Atmaja. 2020. Instrumen Peneltian.


Pontianak : Mahameru

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.


Bandung :Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R & D.Bandung : Alfabeta

iii

Anda mungkin juga menyukai