Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


SERTA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

OLEH :

PUTRI CENDANA
N 201 16 083
KELAS C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Metodologi Penelitian dengan judul Teknik dan
Instrumen Pengumpulan Data Serta Pengolahan dan Analisis Data.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun.

Palu, April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara
sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan
masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan
metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitian,yakni suatu cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara
ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan
sistematis (Hadjar, 2008).
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti
(Heriyanto, 2006).
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid,
maka kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam
penelitian itu, sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung
terhadap kebenaran suatu konsep tertentu (Sugiyono, 2012).
Dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan
bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi
penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang
digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu
penelitian guna membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-
hipotesa tertentu (Sugiyono, 2012).
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas
yang baik. Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus
diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai
kaidah-kaidah penyusunan instrumen (Suryabrata, 2008).
Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat
evaluasi karena dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek
yang diteliti. Oleh karena itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting
dalam prosedur penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu
terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga
kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang
dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat
(Suryabrata, 2008).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana teknik pengumpulan data?
2. Apa saja instrumen pengumpulan data?
3. Bagaimana melakukan pengolahan data?
4. Bagaimana melakukan analisis data?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui teknik pengumpulan data.
2. Untuk mengetahui instrumen pengumpulan data.
3. Untuk mengetahui pengolahan data.
4. Untuk mengetahui analisis data.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik
pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data
yang valid dan reliable (Sukandar, 2012).
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap
yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil suatu
penelitian (Sukandar, 2012).
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas
dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai
proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau
menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang
dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan
kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses
yang menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pengumpulan data, dapat
dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah
data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk
penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif)
(Sukandar, 2012).
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi
penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal
teknik pengumpulan data: observasi, focus group discussion (FGD),
wawancara mendalam (indent interview), dan studi kasus (case study).
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data:
angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi.
Menurut Noor (2012), beberapa teknik pengumpulan data secara umum yaitu:
1. Observasi (Pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Mursall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher
learn about behavior and the meaning attached to those behavior” melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi
berpartisifasi (participant observastion), Observasi secara terang-terangan
dan tersamar (overt observastion and covert observastion), observasi yang
tak berstruktur (unstructured observation),[5]masing-masing tipe dan jenis
observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material
sumber data penelitian.
a. Observasi Partisipatif (Participant Observastion).
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam
penelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap.
Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban yang dekat dan
mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka.
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.
Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant
observation, the researcher observes what people do, listen to what they
say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif,
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang
mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran
partisipan yang terjadi di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker
terdapat beberapa macam kategori peran partisipan dilapangan yaitu:
1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini
menjadi anggota penuh dari yang diamati. Pengamat akan
memperoleh informasi tentang apapun dari yang diamati, termasuk
yang barang kali yang dirahasiakan.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini
berperan sebagai pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai
anggota dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja,
sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian
yang sesungguhnya.
3) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai
pengamat ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber
sebagai yang teramati meskipun belum sepenuhnya.
4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang
diamati terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek
tidak merasa diamati.
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif
diantaranya adalah untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di
lapangan secara alamiah (natural setting). Konsekuensinya peneliti harus
secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik pengumpulan data di
lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya bersifat
alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data
“menyatakan terus terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang
ditelitinya, bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam
penelitian”. Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti
diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat
peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk
menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka
peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
c. Observasi Tak Berstruktur
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur,
karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang
selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah
jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan
secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini
dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian
kualitatif memiliki tahapan dan objek yang observasi. Tahapan observasi,
yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan Observasi terseleksi.
Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan
kegiatan (aktivitas).
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi
beberapa item pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam aspek fisiknya; Pelaku
yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa yang
dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang terdapat
di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau
peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan
kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang
dirasakan dan dinyatakan.
2. Questioner (Kuesioner/Angket)
Questioner disebut pula angket atau self administrated
questioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu
daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.
Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner ini
dibagi menjadi dua:
a. Kuesioner Terbuka (Opene and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang
dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat
bebas/terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan
pendapat/pandangan dan pengetahuannya.
Kelebihan kuesioner terbuka; 1) Menyusun pertanyaan sangat
mudah, 2) Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab
dan mencurahkan isi hati dan pemikirannya.
Kelemahan kusioner terbuka; 1) Untuk peneliti sangat sulit
mengolah dan mengelompokkan jawaban karena sangat bervariasinya
jawaban yang diberikan oleh responden, 2) Pengolahan jawaban
memakan waktu yang lama, satu dan lain hal peneliti harus membaca
satu persatu, 3) Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena
tulisannya sulit dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan
oleh responden, 4) Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak
mempunyai banyak waktu luang untuk menjawab.
b. Koesioner Tertutup (Closed and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang
dituliskan telah disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal
memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan.
Kelebihan kuesioner tertutup; 1) Untuk peneliti, mudah mengolah
jawaban yang masuk, 2) Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam
pengelompokkan jawaban menjadi singkat karena dapat memanfaatkan
bantuan enumerator, 3) Untuk responden, mudah memilih jawaban, 4)
Untuk responden, dalam mengisi jawaban memerlukan waktu singkat.
Kelemahan kuestioner tertutup; 1) Untuk peneliti, dalam
penyusunan pertanyaan perlu berhati-hati agar tidak ditafsirkan lain
(berarti ganda), 2) Untuk responden, kebebasan menjawab merasa
dibatasi.
3. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang
dilaksanakan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a
meeting of two persons to exchange information and idea through question
and responses, resulting in-communication and joint construction of
meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara
lapangan adalah “The field interview is a joint production of researcher and
a member. Member are active participant whose insights, feelings, and
cooperation are essential part of a discussion process that reveals
subjective meanings. The interviewer's presence and from of involvement
how she or he listens, attends, encourages, interrupts, digresses, initiates
topics, and terminates responses-is integral to the respondent's account”.
Wawancara lapangan adalah produksi bersama peneliti dan anggota.
Anggota yang peserta aktif yang wawasan, perasaan, dan kerjasama
merupakan bagian penting dari proses diskusi yang mengungkapkan makna
subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan bagaimana dia
mendengarkan, menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai topik,
dan berakhir tanggapan-merupakan bagian integral akun responden.
a. Macam-macam Interview/wawancara.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara,
yaitu; Wawancara terstruktur (structured interview); Wawancara
semiterstruktur (semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur
(unstructured Interview).
b. Langkah-langkah wawancara.
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada
tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data
dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
c. Isi wawancara
Beberapa jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:
1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah
dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang
sesuatu.
3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang,
gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu..
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu..
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau
diciumnya, diuraikan secara deskriptif.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal,
keluarga dan sebagainya.
Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi
kekosongan terhadap sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan
dapat melingkupidimensi waktu, seperti tentang apa-apa yang dikerjakan
responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Dan pada intinya
pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah
penelitian atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Alat-alat wawancara
1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau
percakapan dengan sumber data, sekarang sudah banyak komputer-
komputer kecil, notebook yang dapat digunakan untuk mencatat hasil
pembicaraan.
2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu
memberi tahu kepada informan boleh atau tidak.
3) Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto
ini dapat meningkatkan keabsahan dan penelitian akan lebih terjamin,
karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
4. Document (Dokumen)
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari
seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,
sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan,
prasasti dan lain sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan
rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan
catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen. Dokumen
kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang beragam,
file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik
pengajaran. Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia
(non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan
statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder
manakala dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel
(1998), nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai
berikut:
a. Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna
bagi pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang
tidak/belum diketahui. Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua
dokumen.
b. Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat
berguna karena memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan.
Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau
metodologi.
c. Conditional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul
beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang
dapat memperkuat dokumen tersebut.
d. Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam
hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan
guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di
sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian
juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen
memiliki kredibel yang tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak
mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu.
Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.
B. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Riyanto (2011), instrumen pengumpulan data yaitu:
1. Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif instrumen terpenting adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk
mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi
kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu
sendiri. Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus “divalidasi”.
Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun
logiknya.
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali
manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera
untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau perlakuan.
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di
samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa
kelemahan. Kelebihannya antara lain:
a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang
terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan
lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di
balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan
yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah
mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya
kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel
tertentu saja.
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya,
melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual
"membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam
penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang
tersembunyi di dalam masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah:
a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai
peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif,
tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar
mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-
pikirannya sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen
utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis,
menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus
memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk
menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard
(1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat
pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk
mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat
perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah
diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak.
Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat
plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan
kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan
jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti
dalam penelitian kuantitatif.
Menurut (Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam
pengumpulan datanya, instrumen yang dapat digunakan antara lain:
a. Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif
karena dapat mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan
dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dan
data yang dihasilkan dariwawancara bersifat terbuka, menyeluruh, dan
tidak terbatas, sehingga mampu membentuk informasi yang utuh dan
menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif.
b. Instrumen Observasi atau Pengamatan
Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai
pelengkap dari teknik wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam
penelitian kualitatis digunakan untuk melihat dan mengamati secara
langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat dan
menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang
dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus
memahami terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran yang
dilakukan peneliti.
c. Instrumen Dokumen
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai
penyempurna dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan.
Dokumen dalam penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau
karya monumental dari obyek yang diteliti.
2. Instrumen Penelitian Kuantitatif
Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah
penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus
dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti
harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif
terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah
suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh
responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan
penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa non tes, seperti skala sikap
atau daftar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang menggunakan
teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti
yang menggunakan teknik interview atau wawancara, pedoman observasi
untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat
berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar,
tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang.
Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan gambaran penampilan,
terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan
frekuensi munculnya sifat-sifat. Pedoman wawancara berisi sebuah daftar
pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan
pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul
dan akan diamati.
Penelitian kuantitatif dalam mengambil data menggunakan
instrumen yang berupa:
a. Instrumen Tes dan Inventori
Tes dan inventori digunakan untuk pengambilan data penelitian
kuantitatif karena instrumen tes untuk mengukur kemampuan seseorang
dalam bidang tertentu, seperti bakat matematika, bakat musik,
kemampuan bahasa dan sebagainya. Sedangkan inventori untuk
mengetahui karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Dari kedua
instrumen ini data yang terkumpul berupa angka-angka yang nantinya
akan diuji dengan statistik untuk menentukan tujuan dari penelitian.
b. Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif,
untuk menjaring data yang sifatnya informatif dan faktual. Misalnya data
tentang tingkat pendidikan, umur, penilaian terhadap kepribadian dan
sebagainya. Jenis data untuk angket atau kuesioner berupa angka-angka,
kemudian akan diolah dengan bantuan software statistik untuk
mengetahui hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam pengambilan
data, sebelumnya harus sudah tentukan dan sudah diuji coba terlebih
dahulu.
c. Instrumen Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan dalam pengambilan data penelitian
kuantitatif haruslah disusun terlebih dahulu dan diuji coba, serta
digunakan dalam pengambilan data yang berupa angka-angka.
d. Instrumen Dokumen
Dokumen digunakan dalam pengambilan data penelitian
kuantitatif sebagai pengambilan data atau rekapan data yang terdiri dari
data nilai yang berupa angka dan bisa diseleksi dengan menggunakan
statistik.
C. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan awal sebelum peneliti melakukan
analisa terhadap data yang sudah dikumpulkan. Kegiatan ini meliputi tahap
editing (pemeriksaan data), coding (pemberian kode) dan penyederhanaan data.
Tahap pemeriksaan dan meneliti kembali data (editing) yang sudah terkumpul
bermaksud untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebut dalam
kondisi baik sehingga dapat dipersiapkan untuk tahap analisis berikutnya.
Selain itu juga untuk mengetahui apakah informasi yang tampak pada
kuesioner jelas, terang, dapat dibaca, relevan dan tepat atau tidak
(Sastroasmoro, 2011).
Sedangkan tahap pemberian kode (coding) dilakukan sebagai usaha
untuk menyederhanakan data, yaitu dengan memberi symbol angka pada setiap
jawaban, atau suatu cara mengklasifikasi jawaban responden atas suatu
pertanyaan menurut macamnya dengan jalan menandai masing-masing
jawaban dengan kode tertentu. Jelasnya tahap coding menurut Sarantakos
(2002) yang dikutip oleh Sutinah adalah proses dimana pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban – jawaban diubah menjadi angka. Pemberian symbol atau kode
yang berupa angka merupakan suatu cara menggolongkan jawaban atas
pertanyaan sehingga memudahkan analisis data. Dalam hal ini Neuman (2000)
mengartikan coding sebagai pengorganisasian data mentah secara sistimatis ke
dalam format yang dapat dibaca. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti untuk
memudahkan reduksi data, analisis, penyimpanan dan penyebaran data serta
memudahkan membuat perbandingan antar jawaban responden (Sastroasmoro,
2012).
D. Analisis Data
Tujuan penelitian akan tercapai bila peneliti dapat merumuskan
hipotesis melakukan pengumpulan data, mengolah data dan menganalisis data
serta meng interpretasikannya. Analisis data adalah suatu proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan (Sastroasmoro, 2012).
Dalam kegiatan analisa data sering digunakan alat bantu seperti
penghitungan dengan tes statistik, yang fungsi pokoknya antara lain
menyederhanakan data hasil penelitian yang jumlahnya sangat besar menjadi
suatu informasi yang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Selain itu statistik
juga dapat digunakan untuk membandingkan antara hasil yang diperoleh dari
penelitian dan hasil yang terjadi secara kebetulan, denngan demikian maka
peneliti dimungkinkan untuk melakukan pengujian apakah hubungan antar
variable tersebut benar-benar terjadi karena adanya hubungan yang sistematis
dan nyata antara variable-variabel yang diteliti ataukah sekedar terjadi secara
kebetulan. Tahap pertama dalam kegiatan analisa data adalah membagi data
atas kelompok atau kategori-kategori. Beberapa ciri dalam membuat kategori
menurut F.N. Kerlinger yang dikutip oleh Moh Nazir adalah:
a. Kategori yang dibuat harus sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian
b. Kategori harus lengkap (Exhaustive)
c. Kategori harus bebas dan terpisah
d. Tiap kategori harus berasal dari satu klasifikasi
e. Tiap kategori harus dalam satu level.
Pada penelitian social, analisa data sering kali dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu analisa untuk data categorical dan bersambungan. Analisis
yang sering digunakan untuk data kategorikal adalah metode tabulasi silang
atau analisis elaborasi. Sedangkan analisis data bersambungan, biasanya
digunakan berbagai teknik / tes statistik seperti distribusi frekuensi, ukuran
kecenderungan dan variabilitas sentral, analisis korelasi, analisis komparasi,
analisis varians, analisis regresi dan sebagainya (Sastroasmoro, 2012).
Bahwa inti kegiatan analisa data adalah menguji kebenaran atau
keberlakuan hipotesa yang ditetapkan oleh peneliti sejak awal dalam proses
penelitian dengan data-data empiris yang telah dikumpulkan. Oleh karena itu
menguji hipotesa tidaklah hanya memaparkan data yang dapat membenarkan
hipotesa yang diajukan, tetapi menguji apakah kebenaran atau keberlakuan
hipotesa tersebut ditolak atau tidak ditolak berdasarkan data yang obyektif
(Sastroasmoro, 2012).
Selain hal tersebut diatas bahwa menguji hipotesa adalah menaksir
parameter populasi berdasarkan data sample. Dalam hal ini ada dua cara
penaksiran, yaitu a point estimate (titik taksiran) dan interval estimate (taksiran
interval). Titik taksiran adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan
suatu nilai dari rata-rata data sample. Contoh Hipotesanya berbunyi , Bahwa
daya tahan kerja orang Indonesia yaitu 10 jam / hari, disebut a point estimate
karena daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir melalui satu nilai yaitu 10 jam
/ hari (Noor, 2012).
Sedangkan taksiran interval adalah suatu taksiran parameter populasi
berdasarkan nilai interval data sample. Contoh hipotesanya berbunyi, Daya
tahan kerja orang Indonesia antara 8 sampai dengan 12 jam / hari, karena yang
ditaksir nilai intervalnya yaitu 8 sampai dengan 12 jam / hari. Untuk lebih
jelasnya pengujian hipotesa, penulis mengutip table atau matriks penggunaan
statistik parametriks dan non parameteriks dari bapak Sugiyono dalam bukunya
Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.(Noor, 2012).
Meski penghitungan dengan tes statistik adalah penting, akan tetapi
masih ada yang perlu diperhatikan yaitu interpretasi, karena penghitungan
statistik tidak memiliki banyak arti manakala tidak di interpretasikan di dalam
suatu kerangka teorotis tertentu. Bagaimana arti dan makna di balik data dan
penghitungan statistik yang berkaitan dengan gejala social yang diteliti, itulah
yang jauh lebih penting. Dengan demikian yang utama adalah bagaimana
peneliti bias mengartikan data dan hasil penghitungan statistik melalui
interpretasinya dapat menjelaskan atau memahami gejala social yang
ditelitinya (Noor, 2012).
Interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, interpretasi
secara terbatas dimana peneliti hanya melakkukan interpretasi atas data dan
hubunngan yang ada dalam penelitiannya, cara ini dilakukan secara bersamaan
pada saat analisis data dilakukan. Cara kedua, peneliti berusaha mencari
pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang diperoleh dari analisis, cara
ini dilakukan dengan membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan
peneliti lain serta menghubungakn interpretasi tersebut dengan teori (Arikunto,
2000).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Teknik-teknik pengumpulan data yaitu interview, dokumen, observasi, dan
kuesioner/angket.
2. Instrumen pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu instrumen kualitatif
dan instrumen kuantitatif.
3. Pengolahan data meliputi meliputi tahap editing (pemeriksaan data), coding
(pemberian kode) dan penyederhanaan data.
4. Analisis data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu sebaiknya peneliti melakukan
analisis hendaknya jangan hanya melihat dari sudut pandang statistik saja,
tetapi harus juga melihat dari segi kegunaan atau manfaat dari sisi klinis juga.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi ,Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,


Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Heriyanto, Albertus dan Sandjaja, Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2012.


Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian, Jakarta : Kencana.

Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:


Sagung Seto; 2011.

Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008.

Anda mungkin juga menyukai