Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR SISTEM INFORMASI

Penugasan No. 09
Semester Ganjil
Tahun Akademik 2017-2018

Peran Perkembangan Teknologi Informasi


Terhadap Peluang Akuntan

Disusun Oleh:
Mega Lestari Putri
2014130079

Universitas Katolik Parahyangan


Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Tanggal Penugasan : 3-11-2017


Tanggal Penyerahan : 10-11-2017
ABSTRAK

Kemajuan pesat teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap


perkembangan dan aplikasi ilmu akuntansi. Jika teknologi seperti Jarvis
diterapkan dalam kehidupan nyata, mungkin dapat membantu para akuntan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Perkembangan teknologi informasi yang
berkembang dapat memenuhi infromasi dunia akuntansi dengan sangat cepat,
tepat waktu, relevan dan akurat. Namun dengan adanya teknologi tersebut, tidak
menutup kemungkinan akuntan yang menggunakannya terlepas dari risiko-risiko
yang dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan akuntan tersebut. Tetapi jika
kita mengendalikan teknologi tersebut dengan baik, akan muncul peluang bagi
akuntan untuk meningkatkan performa dalam pekerjaannya yang dapat
menguntungkan akuntan itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dalam
penyusunan penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan
data yang berkaitan dengan penelitian. Data yang telah dikumpulkan akan
dianalisis berdasarkan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengendalian yang baik
terhadap risiko-risiko yang muncul karena adanya perkembangan teknologi dapat
memberikan peluang baru bagi profesi akuntan. Peluang baru yang mungkin
diraih di antaranya adalah terciptanya competitive advantage terhadap akuntan,
dapat dibuatnya software baru yang dapat membantu pekerjaan akuntan, dan
meningkatnya efektivitas dan efisiensi dalam melakukan tugas akuntan.

Kata Kunci: Teknologi Informasi, Control, Risk, Opportunities

1
PENDAHULUAN

Di zaman yang semakin modern ini, bagi sebagian masyarakat teknologi


informasi sangat membantu mempermudah pekerjaan mereka. Tak bisa dipungkiri
lagi bahwa sebagian masyarakat menggantungkan kehidupannya kepada teknologi
dan informasi. Teknologi merupakan inovasi baru yang memiliki perkembangan
yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Sementara informasi merupakan hal yang
dianggap penting bagi sebagian orang sebagai contoh bagi seorang yang ingin
menanam saham hal yang terlebih dahulu adalah informasi mengenai situasi
keuangan perusahaan tersebut. Peran teknologi informasi dalam akuntansi
sekarang semakin penting.
Inovasi baru dari teknologi dapat dilihat dalam film Iron Man yaitu
J.A.R.V.I.S. (Just Another Really Very Intelligent System). Jarvis merupakan
pakaian besi yang telah terintegrasi dengan sistem agen cerdas. Sistem agen
cerdas terintegrasi juga pada rumah maupun setiap aspek kehidupan Tony.
Interaksi Tony dengan Jarvis sangat mendalam pada lingkungan nyata. Di
kantornya, Tony duduk di dalam proyeksi yang dapat dimanipulasi oleh gerakan,
melakukan analisis Forensik dari TKP yang ditampilkan dalam bentuk 3D. Selain
itu, Tony dapat dapat berinteraksi dengan Jarvis menggunakan sistem pengenalan
suara. Di satu sisi, semua nuansa bicara yang disampaikan oleh agen sangat akurat
dan berwibawa. Jarvis sangat cepat dan efisien melakukan semua hal yang
diharapkan oleh software agent untuk menampilkan sistem informasi
pengendalian lingkungan.
Kemajuan pesat teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan aplikasi ilmu akuntansi. Jika teknologi seperti Jarvis
diterapkan dalam kehidupan nyata, mungkin dapat membantu para akuntan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Perkembangan teknologi informasi yang
berkembang dapat memenuhi infromasi dunia akuntansi dengan sangat cepat,
tepat waktu, relevan dan akurat. Dengan adanya teknologi informasi yang
berkembang tidak menutup kemungkinan untuk dapat menimbulkan risiko-risiko
yang dapat merugikan akuntan, hal tersebut tentunya dapat dicegah dengan
pengendalian yang baik dan memadai sehingga menimbulkan peluang bagi
akuntan itu sendiri. Maka dari itu, disini penulis akan meneliti tentang Peran
Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Peluang Akuntan.

2
METODE

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif analitik.


Metode deskriptif analitik menurut (Sekaran & Bougie, 2013) yaitu suatu metode
yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan logis mengenai
keadaan sebenarnya berhubungan dengan objek penelitian. Data yang telah
diperoleh akan dianalis dan diinterpretasikan sesuai dengan identifikasi masalah
yang telah ditentukan pada awal penelitian. Analisis data dan kesimpulan
dilakukan dengan membandingkan antara data yang diperoleh dengan dasar teori
yang relevan.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, inovasi pada
teknologi pun semakin bervariasi. Seperti Jarvis yang terdapat dalam film Iron
Man. Jika teknologi Jarvis diimplementasikan dalam kehidupan nyata, teknologi
tersebut akan membantu aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat juga mengakibatkan
perubahan signifikan terhadap akuntansi. Kemajuan TI juga mempengaruhi
perkembangan sistem informasi akuntansi (SIA) dalam hal pemrosesan data,
pengendalian intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam
pelaporan keuangan. Tentunya perkembangan TI tersebut akan berdampak
langsung pada perkembangan akuntansi terutama peran akuntan.
Namun dengan pengimplementasian teknologi yang baru, risiko-risiko
baru akan muncul yang dapat menimbulkan kerugian yang besar jika diabaikan.
Jika sistem TI gagal, organisasi dapat lumpuh karena tidak mampu mendapatkan
kembali informasi atau menggunakan informasi yang tidak andal karena
kesalahan pemrosesan. Risiko ini meningkatkan kemungkinan salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Dengan peran teknologi Jarvis yang sangat
besar dan hampir seluruh aktivitas akuntan dapat dilakukan oleh teknologi
tersebut juga dapat menimbulkan risiko pada akuntan yang akan menggantikan
peran akuntan dalam perusahaan. Perusahaan mungkin tidak akan lagi
membutuhkan akuntan untuk mengelola laporan keuangannya karena teknologi
yang baru sudah dapat menggantikannya dan bahkan hasil pekerjaannya dapat
lebih baik dari akuntan itu sendiri. Tetapi jika akuntan dapat mengendalikan
teknologi tersebut dengan baik, akan muncul peluang bagi akuntan untuk
meningkatkan performa dalam pekerjaannya yang dapat menguntungkan
perusahaan maupun akuntan itu sendiri.

3
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Perkembangan
Teknologi

Implementasi
Teknologi Jarvis
dalam kehidupan
nyata

Control Risk

Peluang
Akuntan

Sumber: Diolah Oleh Penulis

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa teknik


pengumpulan data dengan (Sekaran & Bougie, 2013): (1) Riset Kepustakaan
(Library Research) yang merupakan teknik pengumpulan data dengan membaca
dan mempelajari berbagai buku pelajaran, catatan kuliah, literatur, diktat, jurnal
penelitian, serta berbagai karya tulis lainnya yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh landasan teori
yang kuat sebagai dasar untuk melakukan analisis di lapangan. (2) penelitian
lapangan (field research) penelitian lapangan ini akan diperoleh data primer yaitu
dengan observasi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory untuk mendapatkan
kejelasan fenomena yang terjadi secara empiris (real word) dan berusaha untuk
mendapatkan jawaban (verificative) hubungan kausalitas antar variabel.
Variabel bebas (independent variable) atau disebut juga predictor variable
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel bebas, maka variabel terikat

4
juga harus ada. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu Teknologi
Informasi.
Variabel terikat (dependent variable) atau disebut juga criterion variable
adalah variabel yang menjadi perhatian utama penulis. Tujuan peneliti adalah
memahami dan mendeskripsikan variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya,
atau memprediksinya. Variabel terikat adalah sesuatu yang dalam hubungannya
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini, variabel terkaitnya adalah
efektivitas dan efisiensi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel tidak bebas
yaitu Peluang Akuntan.
Moderating variable yaitu tipe variabel-variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel
dependen. Moderating variable merupakan tipe variabel yang mempunyai
pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau arah
hubungan antar variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen
kamungkinan positif atau negatif dalam hal ini tergantung pada moderating
variable. Oleh karena itu, moderating variable dinamakan pula dengan
contingency variable. Dalam penelitian ini yang menjadi moderating variable
adalah Control.
Intervening variable adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela / antara variabel independen dengan variabel
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi
intervening variable adalah Risk.

Gambar 2. Hubungan Antar Variabel

Teknologi
Risk Peluang
Informasi
Akuntan

Control

Sumber: Diolah Oleh Penulis

5
KAJIAN TEORI

Teknologi Informasi
TI merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi perubahan (Laudon
dan Laudon, 2006: 14). Definisi TI secara lengkap dinyatakan oleh Martin et al.
(2002: 1), yaitu teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan untuk
mengirimkan informasi. Definisi TI sangatlah luas dan mencakup semua bentuk
teknologi yang digunakan dalam menangkap, manipulasi, mengkomunikasikan,
menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah menjadi informasi (Martin
et al., 2002: 125). Lingkungan teknologi memungkinkan perusahaan untuk
memajukan kinerjanya. TI dan kinerja memiliki hubungan simbiosis.
Perkembangan TI yang terjadi selama ini mencakup perkembangan infrastruktur
TI, yakni hardware, software, data, dan komunikasi (McNurlin dan Sprague,
2002: 11). Menurut Laudon dan Laudon (2006: 1415), infrastruktur TI terdiri
atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), serta
teknologi komunikasi. Beberapa penulis mengklasifikasikan teknologi storage ke
dalam komponen hardware sehingga komponen TI terdiri atas hardware,
software, dan komunikasi (McLeod dan Schell, 2004: 101123; Mescon et al.,
2002: 213 219) (Noviari, 2007).

Tujuan Teknologi Informasi


Tujuan dari teknologi informasi adalah menghasilkan informasi. Informasi
(information) adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para
pemakainya. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar
sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu
(timeless) dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung
oleh ketiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi
merupakan sampah (garbage) (HM, 2003).

Risiko (Risk)
Menurut (Salim, 2003), risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang
mungkin melahirkan kerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan
kerugian dalam suatu organisasi. Ketidaktentuan dapat kita bagi atas:
1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang
timbul sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama perubahan
selera atau miat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga,
teknologi, atau didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya.
2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) misal
kebakaran, badai, topan, banjir, dan lain-lain.

6
3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human
uncertainty), umpama peperangan, pencurian, perampokan, dan
pembunuhan.
Diantara ketiga jenis ketidaktentuan di atas, yang bisa dipertanggungkan
ialah ketidaktentuan alam dan manusia. Sedangkan yang pertama tidak bisa
diasuransikan karena bersifat spekulatif (unsur ekonomis) dan sulit untuk diukur
keparahannya (severity).
Risiko dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Speculative risk, yaitu risiko yang bersifat spekulatif yang bisa
mendatangkan rugi atau laba. Misal: seorang pedagang bisa untung atau
rugi dalam usahanya.
2. Pure risks, yaitu risiko yang selalu menyebabkan kerugian. Perusahaan
Asuransi beroperasi dalam bidang pure risk (kematian, kapal tenggelam,
kebakaran, dan sebagainya).

Control
Menurut (Robbins & Coulter, 2014) pengendalian (control) merupakan
proses pemantauan, perbandingan, dan koreksi performa kerja. Semua manajer
harus dapat mengontrol pekerjaannya apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang
direncanakan, karena mereka tidak dapat mengetahui kecuali mereka melakukan
evaluasi atas aktivitas yang sudah dilakukan dengan membandingkan kinerja
aktual dengan standar yang diinginkan. Pengendalian yang efektif adalah untuk
memastikan bahwa aktivitas diselesaikan dengan cara yang dapat mengarah pada
pencapaian tujuan. Pengendalian dinilai efektif juga berdasarkan pada seberapa
baik mereka dapat membantu karyawan dan manajer untuk mencapai tujuannya
juga mengatur aktivitas organisasi secara sistematis agar konsisten dengan
ekspektasi yang terdapat dalam rencana, target, dan standar kerja.
Menurut (Bateman & Snell, 2009) pengendalian didefinisikan sebagai
proses yang mengarahkan aktivitas individu menuju pencapaian tujuan organisasi.
Ini adalah bagaimana manajer yang efektif memastikan bahwa kegiatan berjalan
seperti yang direncanakan. Pengendalian hampir sama dengan manajemen dan
perencanaan. Pengendalian diperlukan agar manajer tau rencana dan strategi suatu
organisasi, mereka harus memastikan bahwa rencana tersebut dilakukan. Mereka
juga harus memastikan bahwa orang lain melakukan apa yang perlu dilakukan dan
tidak melakukan hal yang tidak pantas. Jika rencana tidak dilakukan dengan
benar, manajemen harus mengambil langkah untuk memperbaiki masalah
tersebut. Proses ini merupakan fungsi kontrol utama manajemen. Dengan
memastikan kreativitas, meningkatkan kualitas, dan mengurangi biaya, para
manajer harus mencari cara untuk mengendalikan aktivitas di organisasi mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian
merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan
atau pimpinan dalam organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-

7
sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, secara
terus menerus dan berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara
maksimal, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Jenis Pengendalian
a. Pengendalian umpan balik (feedback control) memperoleh informasi mengenai
aktivitas-aktivitas yang telah selesai dijalankan. Pengendalian ini
memungkinkan perbaikan di masa mendatang dengan mempelajari apa yang
terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, tindakan perbaikan terjadi setelah
kejadian.
b. Pengendalian simultan (concurrent control) menyesuaikan proses yang sedang
berjalan. Pengendalian real-time ini mengendalian aktivitas pemantauan yang
terjadi saat ini untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari
standarnya.
c. Pengendalian ke depan (feedforward control) mengantisipasi dan mencegah
masalah masalah. Pengendalian ini memerlukan perspektif jangka panjang.

Menurut William Ouchi of the University of California at LosAngeles dalam


(Bateman & Snell, 2009), para manajer dapat menerapkan tiga strategi yang luas
untuk mencapai atau mengendalikan organisasi, yaitu:
1. Beureaucratic Control
Birokrasi menyandarkan diri kepada kombinasi dari aturan-aturan,
prosedur, dokumentasi, dan pengawasan pada pencapaian kontrol. Fokus dari
sistem birokrasi berdasar pada penstandardan/pembakuan perilaku. Daripada
menghargai respon unit terhadap tekanan pasar, birokrasi menghargai individu
untuk ketaatannya terhadap peraturan dan tata tertib. Kontrol birokrasi
tergantung pada existensi dari hirarki legitimasi dari otoritas kepada pengelolaan
mekanisme birokrasi.
2. Market Control
Kontrol pasar mengambil tempat melalui kompetisi. Ketika organisasi ikut
serta di dalam pasar bebas, harga dan keuntungan dapat di gunakan untuk
mengevaluasi dan mengontrol pelaksanaannya. Didalam persaingan, harga
dianggap sebagai indikator dari pelaksanaan ekonomi karena diasumsikan
bahwa perbandingan dari harga dan keuntungan diantara pesaing dalam pasar
bebas dapat menunjukan evaluasi dari efisiensi mereka. Kontrol pasar dapat
juga digunakan dalam level unit dengan menciptakan pusat keuntungan (profit
center), yang di dalamnya ada divisi-divisi dari organisasi multi-divional.
Strategi kontrol pasar hanya efektif ketika organisasi atau unit produksi produk
atau pelayanan dapat didefinisikan dan diberi harga, dan ketika kompetisi
(simulasi atau nyata) terjadi pada hasil, ini akan membuat harga menjadi
bermakna. Tanpa perbandingan, harga tidak dapat mengindikasikan efisiensi

8
internal, karena disana tidak ada kemungkinan perbandingan dengan perusahaan
atau dengan unit lainnya. Ketika tidak ada kompetisi dan karena itu tidak ada
pasar, harga secara umum akan menjadi melambung seperti disituasi yang
bersifat monopoli. Ketika kompetisi tidak terjadi, atau tidak dapat disimulasikan
secara efektif, mekanisme kontrol lain harus dapat ditemukan. Sebagaimana
Ouchi menyarankannya, ketika pasar gagal secara umum organisasi berganti
kepada birokrasi.
3. Clan Control
Nilai kultural, norma, dan harapan menyediakan mekanisme utama dari
kontrol kepada organisasi yang menggunakan kontrol klan. Kontrol klan
berdasarkan pada pemahaman implisit dari nilai-nilai dan keyakinan yang
menunjukan arah dari perilaku dari anggota. Norma dan nilai dari organisasi
mendefinisikan batasan perilaku yang pantas dan menjustifikasikan perilaku
yang menyetujui bahwa hal itu tidak mempertimbangkan kesesuaian dalam
sistem. Ini juga representasi dari level; kejujuran yang tinggi dari komitmen
kepada sistem dari sebagian anggota yang secara terus-menerus mengorbankan
sebagian atau semuanya kepentingan menjadi anggota yang disosialisasikan
oleh klan.

Opportunities
Opportunities (peluang) adalah faktor yang ada diluar kendali manajemen,
tetapi kemunculannya akan memberikan suatu peluang sukses bagi perusahaan.
Jika perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup untuk beradaptasi (Rahayu,
2016). Opportunities juga dapat berarti peluang perusahaan untuk meningkatkan
daya saing serta untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pemenuhan
kebutuhan berupa produk-produk yang berkualitas di pasaran. Peluang ini juga
digunakan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang mereka hasilkan.

9
PEMBAHASAN

Peran Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Akuntan


Teknologi Informasi (TI) meliputi segala alat maupun metode yang
terintegrasi untuk digunakan dalam menjaring atau menangkap data (capture),
menyimpan (saving), mengolah (process), mengirim (distribute), atau menyajikan
kebutuhan informasi secara elektronik kedalam berbagai format, yang bermanfaat
bagi user (pemakai informasi) Teknologi ini dapat berupa kombinasi perangkat
keras dan lunak dari komputer, non komputer (manual) maupun prosedur,
operator, dan para manajer dalam suatu sistem yang terpadu satu sama lain
(McLeod, 2001).
Perkembangan TI telah mengakibatkan perubahan dalam struktur industri
serta praktik pengelolaan organisasi bisnis didalam berkompetisi dan
melaksanakan kegiatan untuk melayani pelanggan, sehingga dengan laju
perkembangan TI yang semakin pesat telah mengubah bisnis dan konsep
manajemen yang ada, juga berdampak terhadap kebutuhan informasi bagi manajer
dalam akuntansi internal maupun eksternal guna mendukung dalam pemecahan
masalah untuk pengambilan keputusan, meraih peluang dan mencapai tujuan.
Dengan demikian, pembahasan terhadap semua perkembangan teknologi
informasi yang berdampak pada profesi akuntansi perlu dikaitkan dengan dunia
pendidikan sekarang, untuk menghasilkan akuntan profesional di era informasi.
Perkembangan teknologi yang ingin dibahas oleh penulis adalah teknologi
J.A.R.V.I.S pada film Iron Man. Jarvis adalah singkatan dari Just A Rather Very
Intelegent System. Jarvis merupakan komputer hologram yang dibuat oleh Tony
Stark dalam film Iron Man. Jarvis adalah komputer super pintar yang mampu
berkomunikasi dengan Tony Stark yang merupakan sang tuannya (pencipta).
Tugasnya mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan baju jirah Iron
Man, data-data dan mengerjakan apa yang diperintahkan tuannya. Jarvis ini bisa
terbilang sangat canggih karena dia mampu berinteraksi dengan manusia layaknya
orang hidup. Ia memiliki pengetahuan ilmiah yang sangat mendalam dan mampu
membantu Tony Stark kesulitan dalam mengoperasikan Iron Man dan
pekerjannya. Jarvis merupakan gabungan antara data dan kecerdasan buatan,
sehingga semua perintah seperti data processing, robot functioning, mechanical
controlling, hacking, dll dengan input berupa suara dan display hologram apa pun
dapat direspon dengan cepat.
Jarvis juga merupakan program software multi fungsi yang mampu
mengelola lingkungan lokal interior rumah Tony Stark. Ini menggunakan antar
muka pengguna yang sangat maju dengan periferal holografik dan input suara,
dan mengkomunikasikan data kembali ke user melalui pidato konvensional. Ini
juga mengontrol sejumlah peralatan robot. Jarvis juga telah di adaptasi untuk
dimuat ke dalam baju besi Iron Man untuk digunakan sebagai program sistem
kontrol. Dalam kapasitas ini mengatur persyaratan komputasi yang kompleks

10
yang diperlukan untuk antar muka pemakai baju besi dengan berbagai sub sistem,
serta memberikan kontrol pendukung sistem tersebut dapat berjalan pada baju besi
Iron Man.
Jika teknologi Jarvis diimplementasikan pada kehidupan nyata maka akan
sangat membantu aktivitas manusia. Manusia akan lebih dimudahkan dengan
teknologi tersebut dalam memperoleh informasi yang akurat dan cepat, membuat
keputusan, juga dapat membantu mempersingkat waktu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah ataupun pekerjaan kantor. Begitupula dengan akuntan, teknologi
Jarvis dapat sangat membantu akuntan dalam menyelesaikan pekerjaannya yang
berkaitan dengan informasi perusahaan yang sangat krusial seperti informasi
keuangan. Dengan demikian, akuntan pun harus terlibat dalam menggunakan
jaringan komputer. Akuntan akan membantu mengkonsolidasikan data melalui
jaringan komputer menjadi berguna untuk informasi keuangan. Akuntan juga
dapat mengevaluasi control dan langkah-langkah keamanan untuk jaringan. Maka
dari itu, dengan adanya teknologi Jarvis yang didalamnya terdapat teknologi
berupa Voice Command, Komputer Hologram, Cloud Computing, dan Artifical
Intelligence.
Voice Command dapat membantu akuntan untuk mempersingkat waktu
dalam mencari informasi perusahaan dengan hanya memerintahkan suatu
perangkat melalui perintah suara. Misalkan seorang akuntan ingin memeriksa
current asset dalam statement of financial position perusahaan, akuntan tersebut
hanya perlu memerintah sebuah perangkat untuk mencari total current asset
perusahaan melalui perintah suara seperti Find this companys total current
asset, sehingga informasi yang diinginkan akan langsung diterima oleh akuntan
dan dapat membantu menyediakan pengolahan transaksi dan data lain. Komputer
hologram yang terdapat pada teknologi Jarvis juga dapat membantu akuntan
dalam meminimalisasi ruang kerja yang terdapat banyak barang dan data fisik
yang tertumpuk dengan sebuah kombinasi antara meja, komputer, kamera, serta
touch sensivity berukuran sebesar yang memungkinkan pengguna untuk
berinteraksi untuk berbagai aktivitas. Dengan begitu, akuntan dapat menata ruang
kerjanya menjadi lebih praktis dan luas sehingga risiko terjadinya kehilangan data
maupun kerusakan data fisik akan berkurang.
Selanjutnya terdapat cloud computing yang dapat membantu akuntan daam
ppenyimpanan data. Cloud computing merupakan rangka pembuatan kerangka
kerja komputasi secara online lokal maupun global dimana terdapat beragam
aplikasi maupun data dan media penyimpanan yang dapat diakses dan digunakan
secara berbagi dan bersamaan oleh para pengguna yang beragam, mulai dari
perseorangan sampai kepada kelas pengguna korporasi (atau perusahaan).
Teknologi tersebut dapat membantu meringkas penyimpanan data, dengan
aksesibilitas yang lebih besar bila diperlukan, membuat pilihan lebih beragam
untuk memasukkan data dan menyediakan keluaran. Dan yang terakhir adalah
Artificial Intelligence (AI), sistem seperti ini umumnya dianggap komputer.

11
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar
dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. AI menyangkut
pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan
perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan
penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan,
serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah menjadi
disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi
masalah kehidupan yang nyata. AI tersebut akan berperan untuk membantu
akuntan dalam memperoleh keakuratan perhitungan dan perbandingan dengan
data, mengurangi biaya untuk pengolahan setiap transaksi, membuat penyusunan
laporan dan keluaran lain menjadi lebih tepat waktu, dan meningkatkan
produktivitas yang lebih tinggi bagi karyawan dan manajer yang belajar
menggunakan teknologi. Karena AI itu sendiri memiliki kecerdasan yang dapat
membantu permasalahan manusia. Dengan begitu, akuntan dapat memperoleh
informasi-informasi yang akurat, relevan, dan dapat diandalkan kebenarannya.
Namun dengan adanya teknologi tersebut, tidak menutup kemungkinan
perusahaan yang menggunakannya terlepas dari risiko-risiko yang dapat
menyebabkan terganggunya aktivitas operasi perusahaan. Tetapi jika kita
mengendalikan teknologi tersebut dengan baik, akan muncul peluang bagi
perusahaan untuk meningkatkan performa dalam kegiatan operasinya yang dapat
menguntungkan perusahaan. Bahkan teknologi tersebut dapat membantu
pengendalian perusahaan agar tetap berjalan sesuai dengan prosedur. Maka dari
itu, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai control, risk, dan opportunity
pada teknologi Jarvis jika diimplementasikan pada kehidupan nyata dan
pengaruhnya terhadap akuntan pada sub bab berikutnya.

Analisis Risiko Pada Perkembangan Teknologi Informasi


Dengan perkembangan teknologi informasi akan menciptakan risiko baru
yang spesifik pada TI yang selanjutnya dapat menimbulkan kerugian yang besar
jika diabaikan. Jika sistem TI gagal, organisasi dapat lumpuh karena tidak mampu
mendapatkan kembali informasi atau menggunakan informasi yang tidak andal
karena kesalahan pemrosesan. Risiko ini meningkatkan kemungkinan salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Terdapat beberapa risiko yang mungkin
ditimbulkan sebagai akibat dari gagalnya pengembangan suatu sistem informasi,
antara lain seperti sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi, melonjaknya biaya pengembangan teknologi informasi
karena adanya pengembangan berlebihan yang tanpa terkendali, dan teknologi
informasi yang dikembangkan tidak dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Teknologi seperti Jarvis pun akan menimbulkan ketergantungan user-nya
pada kemampuan berfungsinya perangkat keras dan lunak. Jika teknologi tersebut
sudah tidak dapat berfungsi, para penggunanya akan merasa kebingungan dalam
mengerjakan pekerjaannya yang biasa dibantu oleh Jarvis. Dengan peran

12
teknologi Jarvis yang sangat besar dan hampir seluruh aktivitas akuntan dapat
dilakukan oleh teknologi tersebut juga dapat menimbulkan risiko pada akuntan
yang akan menggantikan peran akuntan dalam perusahaan. Perusahaan mungkin
tidak akan lagi membutuhkan akuntan untuk mengelola laporan keuangannya
karena teknologi yang baru sudah dapat menggantikannya dan bahkan hasil
pekerjaannya dapat lebih baik dari akuntan itu sendiri.
Akses yang tidak diotorisasi pun dapat menjadi risiko teknologi Jarvis.
Sistem akuntansi berbasis TI seringkali memungkinkan akses secara online
terhadap data dalam arsip utama, perangkat lunak dan catatan-catatan lainnya
seperti teknologi dalam Jarvis yaitu cloud computing. Karena akses online dapat
dilakukan dari jarak jauh, termasuk oleh pihak eksternal melalui internet, terdapat
potensi akses yang tidak sah.
Dan yang terakhir adalah risiko kehilangan data. Banyak data dalam
sistem teknologi Jarvis yang disimpan dalam arsip elektronik yang terpusat. Hal
ini meningkatkan risiko kehilangan atau kerusakan seluruh arsip data. Hal tersebut
memilki dampak yang sangat serius, dengan potensi salah saji dalam laporan
keuangan, bahkan dalam beberapa kasus mengakibatkan gangguan yang serius
terhadap kegiatan operasional perusahaan secara keseluruhan.

Analisis Control Pada Perkembangan Teknologi Informasi


Tujuan adanya pengendalian salah satunya adalah untuk mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi. Dengan teknologi seperti Jarvis, risiko
terjadinya kekeliruan dan kesalahan pencatatan atau perhitungan pada informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh akuntan dapat diminimalisir. Suatu teknologi
yang berkualitas dirancang, dibuat dan dapat bekerja dengan baik apabila bagian-
bagian yang terkait dengan teknologi tersebut beroperasi sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing. Salah satu bagian di dalam teknologi
informasi yang menunjang kelancaran kerja sistem informasi akuntansi tersebut
adalah membantu perusahaan dalam mengendalikan kegiatan operasinya. Jika
suatu pengendalian diterapkan dan dibantu oleh teknologi Jarvis, maka semua
operasi, sumber daya, dan data akan terkendali, tujuan akan tercapai, risiko dapat
diminimalisir, dan informasi yang dihaslikan akan lebih berkualitas. Khususnya
pada akuntan, teknologi yang terdapat dalam Jarvis seperti Artificial Intelligence
(AI) akan membantu akuntan dalam mengendalikan sistem akuntansi yang akan
menghasilkan informasi akuntansi yang lebih berkualitas (relevan, andal, dapat
dibandingkan, dapat dipahami, tepat waktu, akurat, dan lengkap) dan dapat
diaudit. Karena teknologi AI tersebut sudah dirancang untuk melakukan pekerjaan
seperti manusia dan memiliki kecerdasan yang diciptakan dan dimasukkan ke
dalam suatu mesin (komputer) sehingga seluruh informasi yang akuntan butuhkan
akan dapat langsung dicari oleh AI tersebut.
Fungsi dari pengendalian itu sendiri yaitu untuk melindungi aktiva
perusahaan dari banyaknya peristiwa yang tidak diinginkan yang menyerang

13
perusahaan. Ini berarti usaha untuk akses yang tidak sah ke aktiva perusahaan,
fraud yang dilakukan oleh manajemen maupun karyawannya, kesalahan yang
sering dilakukan karyawan yang kurang kompeten, program komputer yang error
dan karyawan salah input data, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pengaruh
teknologi Jarvis akan sangat berdampak pada peran akuntan dan membantu
meningkatkan pengendalian perusahaan. Manfaat nyata dari adanya teknologi
Jarvis adalah kemampuannya untuk menangani sejumlah besar transaksi bisnis
yang rumit secara murah dan tersedianya informasi yang bermutu tinggi karena
kita hanya harus merancang teknologi seperti Jarvis untuk melakukan beberapa
aktivitas dalam satu waktu dan selalu mempunyai informasi yang dibutuhkan oleh
akuntan maupun perusahaannya.
Untuk menunjang pengendalian perusahaan maupun pekerjaan akuntan
yang dibantu oleh teknologi informasi yang baru, akuntan pun harus melakukan
pengendalian terhadap teknologi tersebut. Walaupun teknologi tersebut sudah
sangat canggih bahkan kemampuannya sudah melebihi dari kemampuan manusia,
tetapi teknologi tersebut masih membutuhkan peran manusia untuk dapat
beroperasi dengan baik. Maka dari itu, pengendalian yang baik dan andal menjadi
kunci utama dalam pengimplementasian teknologi yang baru. Pengendalian yang
baik juga akan mengurangi adanya risiko tergantinya peran akuntan oleh
teknologi yang baru, karena jika akuntan dapat mengendalikan teknologi tersebut
dengan baik, maka akuntan masih sangat berperan dalam terciptanya teknologi
yang baru. Dan akan muncul peluang baru bagi para akuntan yang dapat
menunjang pekerjaannya.
Pengendalian pada teknologi yang baru dapat berupa feedback control,
akuntan harus mengetahui informasi mengenai aktivitas apa saja yang sudah
dilakukan oleh teknologi Jarvis sehingga akuntan dapat mempelajari apa saja
kesalahan yang dilakukan oleh teknologi tersebut yang dapat meningkatkan risiko
yang ada. Setelah itu, akuntan pun dapat melakukan perbaikan atas kesalahan
tersebut di masa yang akan datang sehingga teknologi dapat berkembang dengan
semestinya.
Akuntan pun dapat melakukan concurrent control pada teknologi Jarvis
dengan menyesiakan proses yang sedang berjalan. Jika Jarvis melakukan
kesalahan, akuntan langsung melakukan perbaikan dengan real-time sehingga
teknologi tersebut dapat berjalan kembali seperti semula. Aktivitas ini dapat
mencegah terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari standarnya.
Dan yang terakhir adalah feedforward control. Setelah akuntan sudah
mengetahui risiko-risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang, akuntan
dapat melakukan pengendalian yang dapat mengantisipasi dan mencegah
masalah-masalah tersebut terjadi sehingga dapat meminimalisir risiko itu sendiri.
Pengendalian ini memerlukan perspektif jangka panjang sehingga teknologi
tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana.

14
Analisis Peluang Pada Perkembangan Teknologi Informasi
Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya banyak berhubungan
dengan TI. Perkembangan teknologi informasi dan perkembangan akuntansi akan
memunculkan peluang bagi akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan
yang mempunyai pengetahuan memadai tentang teknologi informasi dan audit
berbasis komputer. Sebaliknya, akuntan yang tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang teknologi informasi akan tergusur posisinya karena tidak mampu
memberikan jasa yang diperlukan oleh klien. Teknologi Jarvis dapat digunakan
untuk mekanisasi tugas akuntan seperti pelaporan dan pengumpulan data.
Teknologi informasi dalam bentuk yang bermacam-macam dapat diintegrasikan
ke dalam satu perangkat, dimana data yang dihasilkan akan disimpan secara
otomatis. Teknologi Jarvis memungkinkan untuk menyediakan database yang
lebih kompleks sehingga sistem informasi akuntansi dapat menyajikan informasi
nonkeuangan, misalnya informasi yang berkaitan dengan produk, konsumen,
proses produksi. Informasi ini memudahkan para manajer dalam memonitor dan
menganalisis kegiatan operasi mereka. Teknologi Jarvis juga memungkinkan
dibuatnya rencana yang disesuaikan dengan situasi. Simulasi dan skenario
bagaimana jika (what if) yang dapat disajikan oleh teknologi informasi dapat
menyediakan berbagai alternatif dari konsekuensi suatu keputusan,
sehingga memungkinkan sistem informasi akuntansi dapat menyajikan informasi
yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah terciptanya
competitive advantage untuk para akuntan yang sudah mengimplementasikan
teknologi yang baru sehingga ketertarikan klien untuk menggunakan jasa akuntan
tersebut meningkat. Peluang lainnya akuntan dapat membuat software sendiri
untuk mendukung akuntan dalam melakukan pekerjaannya seperti teknologi yang
ada dalam Jarvis. Software tersebut dapat membantu akuntan mencari informasi
keuangan yang dibutuhkan dan juga dapat membantu akuntan menyajikan laporan
keuangan yang relevan, akurat, dan dapat diandalkan kebenarannya dengan lebih
cepat. Akuntan yang telah memiliki software sendiri juga dapat meningkatkan
competitive advantage akuntan tersebut. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi
dalam melakukan tugas akuntan juga dapat menjadi peluang dari adanya teknologi
informasi yang berkembang. Teknologi tersebut dapat meminimalisir waktu,
tenaga, dan biaya yang seharusnya dikeluarkan atau dikorbankan oleh akuntan
sehingga dapat meringankan pekerjaan akuntan. Teknologi yang berkembang juga
dapat membantu akuntan dalam pencapaian tujuannya dan juga membantu
akuntan dalam pengambilan keputusan. Karena teknologi seperti Jarvis sudah
dirancang sedemikian rupa untuk membantu pekerjaan manusia dan juga
dirancang untuk mencari tahu informasi apa saja yang dibutuhkan oleh
penggunanya, sehingga user tidak memerlukan usaha lebih untuk mencari
informasi tersebut.

15
KESIMPULAN

Kemajuan teknologi mempengaruhi perkembangan akuntansi. Peranan TI


terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju
TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Kemajuan TI
mempengaruhi perkembangan SIA dalam hal pemrosesan data, pengendalian
intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan.
Perkembangan TI akan meningkatkan kemajuan yang telah dicapai dalam bidang
akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan
keuangan.
Namun dengan adanya teknologi tersebut, tidak menutup kemungkinan
perusahaan yang menggunakannya terlepas dari risiko yang dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas operasi perusahaan. Tetapi jika kita mengendalikan
teknologi tersebut dengan baik, akan muncul peluang bagi perusahaan untuk
meningkatkan performa dalam kegiatan operasinya yang dapat menguntungkan
perusahaan. Bahkan teknologi tersebut dapat membantu pengendalian perusahaan
agar tetap berjalan sesuai dengan prosedur. Kemajuan teknologi informasi juga
dapat memberikan peluang baru bagi profesi akuntan. Peluang baru yang mungkin
diraih di antaranya adalah terciptanya competitive advantage terhadap akuntan,
dapat dibuatnya software baru yang dapat membantu pekerjaan akuntan, dan
meningkatnya efektivitas dan efisiensi dalam melakukan tugas akuntan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bateman, T. S., & Snell, S. A. (2009). Management, Leading & Collaborating in


a Competitive World. United States: McGraw-Hill.
HM, J. (2003). Sistem Teknologi Informasi. Yogyajarta: ANDI.
Noviari, N. (2007). Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi Terhadap
Perkembangan Akuntansi. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis .
McLeod, R. J. (2001). Management Information System. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.
Salim, A. (2003). Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business (Vol. 6).
United Kigndom: Wiley.
Rahayu, D. T. (2016). Penerapan Analisis SWOT Dalam Perumusan Strategi
Bersaing Pada Eddy Jaya Photo. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi .
Robbins, S. P., & Coulter, M. (2014). Management, Twelfth Edition. England:
Pearson Education Limited.

17
18

Anda mungkin juga menyukai