Penugasan No. 09
Semester Ganjil
Tahun Akademik 2017-2018
Disusun Oleh:
Mega Lestari Putri
2014130079
1
PENDAHULUAN
2
METODE
3
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Perkembangan
Teknologi
Implementasi
Teknologi Jarvis
dalam kehidupan
nyata
Control Risk
Peluang
Akuntan
4
juga harus ada. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu Teknologi
Informasi.
Variabel terikat (dependent variable) atau disebut juga criterion variable
adalah variabel yang menjadi perhatian utama penulis. Tujuan peneliti adalah
memahami dan mendeskripsikan variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya,
atau memprediksinya. Variabel terikat adalah sesuatu yang dalam hubungannya
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini, variabel terkaitnya adalah
efektivitas dan efisiensi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel tidak bebas
yaitu Peluang Akuntan.
Moderating variable yaitu tipe variabel-variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel
dependen. Moderating variable merupakan tipe variabel yang mempunyai
pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau arah
hubungan antar variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen
kamungkinan positif atau negatif dalam hal ini tergantung pada moderating
variable. Oleh karena itu, moderating variable dinamakan pula dengan
contingency variable. Dalam penelitian ini yang menjadi moderating variable
adalah Control.
Intervening variable adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela / antara variabel independen dengan variabel
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi
intervening variable adalah Risk.
Teknologi
Risk Peluang
Informasi
Akuntan
Control
5
KAJIAN TEORI
Teknologi Informasi
TI merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi perubahan (Laudon
dan Laudon, 2006: 14). Definisi TI secara lengkap dinyatakan oleh Martin et al.
(2002: 1), yaitu teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan untuk
mengirimkan informasi. Definisi TI sangatlah luas dan mencakup semua bentuk
teknologi yang digunakan dalam menangkap, manipulasi, mengkomunikasikan,
menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah menjadi informasi (Martin
et al., 2002: 125). Lingkungan teknologi memungkinkan perusahaan untuk
memajukan kinerjanya. TI dan kinerja memiliki hubungan simbiosis.
Perkembangan TI yang terjadi selama ini mencakup perkembangan infrastruktur
TI, yakni hardware, software, data, dan komunikasi (McNurlin dan Sprague,
2002: 11). Menurut Laudon dan Laudon (2006: 1415), infrastruktur TI terdiri
atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), serta
teknologi komunikasi. Beberapa penulis mengklasifikasikan teknologi storage ke
dalam komponen hardware sehingga komponen TI terdiri atas hardware,
software, dan komunikasi (McLeod dan Schell, 2004: 101123; Mescon et al.,
2002: 213 219) (Noviari, 2007).
Risiko (Risk)
Menurut (Salim, 2003), risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang
mungkin melahirkan kerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan
kerugian dalam suatu organisasi. Ketidaktentuan dapat kita bagi atas:
1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang
timbul sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama perubahan
selera atau miat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga,
teknologi, atau didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya.
2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) misal
kebakaran, badai, topan, banjir, dan lain-lain.
6
3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human
uncertainty), umpama peperangan, pencurian, perampokan, dan
pembunuhan.
Diantara ketiga jenis ketidaktentuan di atas, yang bisa dipertanggungkan
ialah ketidaktentuan alam dan manusia. Sedangkan yang pertama tidak bisa
diasuransikan karena bersifat spekulatif (unsur ekonomis) dan sulit untuk diukur
keparahannya (severity).
Risiko dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Speculative risk, yaitu risiko yang bersifat spekulatif yang bisa
mendatangkan rugi atau laba. Misal: seorang pedagang bisa untung atau
rugi dalam usahanya.
2. Pure risks, yaitu risiko yang selalu menyebabkan kerugian. Perusahaan
Asuransi beroperasi dalam bidang pure risk (kematian, kapal tenggelam,
kebakaran, dan sebagainya).
Control
Menurut (Robbins & Coulter, 2014) pengendalian (control) merupakan
proses pemantauan, perbandingan, dan koreksi performa kerja. Semua manajer
harus dapat mengontrol pekerjaannya apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang
direncanakan, karena mereka tidak dapat mengetahui kecuali mereka melakukan
evaluasi atas aktivitas yang sudah dilakukan dengan membandingkan kinerja
aktual dengan standar yang diinginkan. Pengendalian yang efektif adalah untuk
memastikan bahwa aktivitas diselesaikan dengan cara yang dapat mengarah pada
pencapaian tujuan. Pengendalian dinilai efektif juga berdasarkan pada seberapa
baik mereka dapat membantu karyawan dan manajer untuk mencapai tujuannya
juga mengatur aktivitas organisasi secara sistematis agar konsisten dengan
ekspektasi yang terdapat dalam rencana, target, dan standar kerja.
Menurut (Bateman & Snell, 2009) pengendalian didefinisikan sebagai
proses yang mengarahkan aktivitas individu menuju pencapaian tujuan organisasi.
Ini adalah bagaimana manajer yang efektif memastikan bahwa kegiatan berjalan
seperti yang direncanakan. Pengendalian hampir sama dengan manajemen dan
perencanaan. Pengendalian diperlukan agar manajer tau rencana dan strategi suatu
organisasi, mereka harus memastikan bahwa rencana tersebut dilakukan. Mereka
juga harus memastikan bahwa orang lain melakukan apa yang perlu dilakukan dan
tidak melakukan hal yang tidak pantas. Jika rencana tidak dilakukan dengan
benar, manajemen harus mengambil langkah untuk memperbaiki masalah
tersebut. Proses ini merupakan fungsi kontrol utama manajemen. Dengan
memastikan kreativitas, meningkatkan kualitas, dan mengurangi biaya, para
manajer harus mencari cara untuk mengendalikan aktivitas di organisasi mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian
merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan
atau pimpinan dalam organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-
7
sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, secara
terus menerus dan berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara
maksimal, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Jenis Pengendalian
a. Pengendalian umpan balik (feedback control) memperoleh informasi mengenai
aktivitas-aktivitas yang telah selesai dijalankan. Pengendalian ini
memungkinkan perbaikan di masa mendatang dengan mempelajari apa yang
terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, tindakan perbaikan terjadi setelah
kejadian.
b. Pengendalian simultan (concurrent control) menyesuaikan proses yang sedang
berjalan. Pengendalian real-time ini mengendalian aktivitas pemantauan yang
terjadi saat ini untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari
standarnya.
c. Pengendalian ke depan (feedforward control) mengantisipasi dan mencegah
masalah masalah. Pengendalian ini memerlukan perspektif jangka panjang.
8
internal, karena disana tidak ada kemungkinan perbandingan dengan perusahaan
atau dengan unit lainnya. Ketika tidak ada kompetisi dan karena itu tidak ada
pasar, harga secara umum akan menjadi melambung seperti disituasi yang
bersifat monopoli. Ketika kompetisi tidak terjadi, atau tidak dapat disimulasikan
secara efektif, mekanisme kontrol lain harus dapat ditemukan. Sebagaimana
Ouchi menyarankannya, ketika pasar gagal secara umum organisasi berganti
kepada birokrasi.
3. Clan Control
Nilai kultural, norma, dan harapan menyediakan mekanisme utama dari
kontrol kepada organisasi yang menggunakan kontrol klan. Kontrol klan
berdasarkan pada pemahaman implisit dari nilai-nilai dan keyakinan yang
menunjukan arah dari perilaku dari anggota. Norma dan nilai dari organisasi
mendefinisikan batasan perilaku yang pantas dan menjustifikasikan perilaku
yang menyetujui bahwa hal itu tidak mempertimbangkan kesesuaian dalam
sistem. Ini juga representasi dari level; kejujuran yang tinggi dari komitmen
kepada sistem dari sebagian anggota yang secara terus-menerus mengorbankan
sebagian atau semuanya kepentingan menjadi anggota yang disosialisasikan
oleh klan.
Opportunities
Opportunities (peluang) adalah faktor yang ada diluar kendali manajemen,
tetapi kemunculannya akan memberikan suatu peluang sukses bagi perusahaan.
Jika perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup untuk beradaptasi (Rahayu,
2016). Opportunities juga dapat berarti peluang perusahaan untuk meningkatkan
daya saing serta untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pemenuhan
kebutuhan berupa produk-produk yang berkualitas di pasaran. Peluang ini juga
digunakan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang mereka hasilkan.
9
PEMBAHASAN
10
yang diperlukan untuk antar muka pemakai baju besi dengan berbagai sub sistem,
serta memberikan kontrol pendukung sistem tersebut dapat berjalan pada baju besi
Iron Man.
Jika teknologi Jarvis diimplementasikan pada kehidupan nyata maka akan
sangat membantu aktivitas manusia. Manusia akan lebih dimudahkan dengan
teknologi tersebut dalam memperoleh informasi yang akurat dan cepat, membuat
keputusan, juga dapat membantu mempersingkat waktu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah ataupun pekerjaan kantor. Begitupula dengan akuntan, teknologi
Jarvis dapat sangat membantu akuntan dalam menyelesaikan pekerjaannya yang
berkaitan dengan informasi perusahaan yang sangat krusial seperti informasi
keuangan. Dengan demikian, akuntan pun harus terlibat dalam menggunakan
jaringan komputer. Akuntan akan membantu mengkonsolidasikan data melalui
jaringan komputer menjadi berguna untuk informasi keuangan. Akuntan juga
dapat mengevaluasi control dan langkah-langkah keamanan untuk jaringan. Maka
dari itu, dengan adanya teknologi Jarvis yang didalamnya terdapat teknologi
berupa Voice Command, Komputer Hologram, Cloud Computing, dan Artifical
Intelligence.
Voice Command dapat membantu akuntan untuk mempersingkat waktu
dalam mencari informasi perusahaan dengan hanya memerintahkan suatu
perangkat melalui perintah suara. Misalkan seorang akuntan ingin memeriksa
current asset dalam statement of financial position perusahaan, akuntan tersebut
hanya perlu memerintah sebuah perangkat untuk mencari total current asset
perusahaan melalui perintah suara seperti Find this companys total current
asset, sehingga informasi yang diinginkan akan langsung diterima oleh akuntan
dan dapat membantu menyediakan pengolahan transaksi dan data lain. Komputer
hologram yang terdapat pada teknologi Jarvis juga dapat membantu akuntan
dalam meminimalisasi ruang kerja yang terdapat banyak barang dan data fisik
yang tertumpuk dengan sebuah kombinasi antara meja, komputer, kamera, serta
touch sensivity berukuran sebesar yang memungkinkan pengguna untuk
berinteraksi untuk berbagai aktivitas. Dengan begitu, akuntan dapat menata ruang
kerjanya menjadi lebih praktis dan luas sehingga risiko terjadinya kehilangan data
maupun kerusakan data fisik akan berkurang.
Selanjutnya terdapat cloud computing yang dapat membantu akuntan daam
ppenyimpanan data. Cloud computing merupakan rangka pembuatan kerangka
kerja komputasi secara online lokal maupun global dimana terdapat beragam
aplikasi maupun data dan media penyimpanan yang dapat diakses dan digunakan
secara berbagi dan bersamaan oleh para pengguna yang beragam, mulai dari
perseorangan sampai kepada kelas pengguna korporasi (atau perusahaan).
Teknologi tersebut dapat membantu meringkas penyimpanan data, dengan
aksesibilitas yang lebih besar bila diperlukan, membuat pilihan lebih beragam
untuk memasukkan data dan menyediakan keluaran. Dan yang terakhir adalah
Artificial Intelligence (AI), sistem seperti ini umumnya dianggap komputer.
11
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar
dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. AI menyangkut
pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan
perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan
penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan,
serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah menjadi
disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi
masalah kehidupan yang nyata. AI tersebut akan berperan untuk membantu
akuntan dalam memperoleh keakuratan perhitungan dan perbandingan dengan
data, mengurangi biaya untuk pengolahan setiap transaksi, membuat penyusunan
laporan dan keluaran lain menjadi lebih tepat waktu, dan meningkatkan
produktivitas yang lebih tinggi bagi karyawan dan manajer yang belajar
menggunakan teknologi. Karena AI itu sendiri memiliki kecerdasan yang dapat
membantu permasalahan manusia. Dengan begitu, akuntan dapat memperoleh
informasi-informasi yang akurat, relevan, dan dapat diandalkan kebenarannya.
Namun dengan adanya teknologi tersebut, tidak menutup kemungkinan
perusahaan yang menggunakannya terlepas dari risiko-risiko yang dapat
menyebabkan terganggunya aktivitas operasi perusahaan. Tetapi jika kita
mengendalikan teknologi tersebut dengan baik, akan muncul peluang bagi
perusahaan untuk meningkatkan performa dalam kegiatan operasinya yang dapat
menguntungkan perusahaan. Bahkan teknologi tersebut dapat membantu
pengendalian perusahaan agar tetap berjalan sesuai dengan prosedur. Maka dari
itu, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai control, risk, dan opportunity
pada teknologi Jarvis jika diimplementasikan pada kehidupan nyata dan
pengaruhnya terhadap akuntan pada sub bab berikutnya.
12
teknologi Jarvis yang sangat besar dan hampir seluruh aktivitas akuntan dapat
dilakukan oleh teknologi tersebut juga dapat menimbulkan risiko pada akuntan
yang akan menggantikan peran akuntan dalam perusahaan. Perusahaan mungkin
tidak akan lagi membutuhkan akuntan untuk mengelola laporan keuangannya
karena teknologi yang baru sudah dapat menggantikannya dan bahkan hasil
pekerjaannya dapat lebih baik dari akuntan itu sendiri.
Akses yang tidak diotorisasi pun dapat menjadi risiko teknologi Jarvis.
Sistem akuntansi berbasis TI seringkali memungkinkan akses secara online
terhadap data dalam arsip utama, perangkat lunak dan catatan-catatan lainnya
seperti teknologi dalam Jarvis yaitu cloud computing. Karena akses online dapat
dilakukan dari jarak jauh, termasuk oleh pihak eksternal melalui internet, terdapat
potensi akses yang tidak sah.
Dan yang terakhir adalah risiko kehilangan data. Banyak data dalam
sistem teknologi Jarvis yang disimpan dalam arsip elektronik yang terpusat. Hal
ini meningkatkan risiko kehilangan atau kerusakan seluruh arsip data. Hal tersebut
memilki dampak yang sangat serius, dengan potensi salah saji dalam laporan
keuangan, bahkan dalam beberapa kasus mengakibatkan gangguan yang serius
terhadap kegiatan operasional perusahaan secara keseluruhan.
13
perusahaan. Ini berarti usaha untuk akses yang tidak sah ke aktiva perusahaan,
fraud yang dilakukan oleh manajemen maupun karyawannya, kesalahan yang
sering dilakukan karyawan yang kurang kompeten, program komputer yang error
dan karyawan salah input data, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pengaruh
teknologi Jarvis akan sangat berdampak pada peran akuntan dan membantu
meningkatkan pengendalian perusahaan. Manfaat nyata dari adanya teknologi
Jarvis adalah kemampuannya untuk menangani sejumlah besar transaksi bisnis
yang rumit secara murah dan tersedianya informasi yang bermutu tinggi karena
kita hanya harus merancang teknologi seperti Jarvis untuk melakukan beberapa
aktivitas dalam satu waktu dan selalu mempunyai informasi yang dibutuhkan oleh
akuntan maupun perusahaannya.
Untuk menunjang pengendalian perusahaan maupun pekerjaan akuntan
yang dibantu oleh teknologi informasi yang baru, akuntan pun harus melakukan
pengendalian terhadap teknologi tersebut. Walaupun teknologi tersebut sudah
sangat canggih bahkan kemampuannya sudah melebihi dari kemampuan manusia,
tetapi teknologi tersebut masih membutuhkan peran manusia untuk dapat
beroperasi dengan baik. Maka dari itu, pengendalian yang baik dan andal menjadi
kunci utama dalam pengimplementasian teknologi yang baru. Pengendalian yang
baik juga akan mengurangi adanya risiko tergantinya peran akuntan oleh
teknologi yang baru, karena jika akuntan dapat mengendalikan teknologi tersebut
dengan baik, maka akuntan masih sangat berperan dalam terciptanya teknologi
yang baru. Dan akan muncul peluang baru bagi para akuntan yang dapat
menunjang pekerjaannya.
Pengendalian pada teknologi yang baru dapat berupa feedback control,
akuntan harus mengetahui informasi mengenai aktivitas apa saja yang sudah
dilakukan oleh teknologi Jarvis sehingga akuntan dapat mempelajari apa saja
kesalahan yang dilakukan oleh teknologi tersebut yang dapat meningkatkan risiko
yang ada. Setelah itu, akuntan pun dapat melakukan perbaikan atas kesalahan
tersebut di masa yang akan datang sehingga teknologi dapat berkembang dengan
semestinya.
Akuntan pun dapat melakukan concurrent control pada teknologi Jarvis
dengan menyesiakan proses yang sedang berjalan. Jika Jarvis melakukan
kesalahan, akuntan langsung melakukan perbaikan dengan real-time sehingga
teknologi tersebut dapat berjalan kembali seperti semula. Aktivitas ini dapat
mencegah terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari standarnya.
Dan yang terakhir adalah feedforward control. Setelah akuntan sudah
mengetahui risiko-risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang, akuntan
dapat melakukan pengendalian yang dapat mengantisipasi dan mencegah
masalah-masalah tersebut terjadi sehingga dapat meminimalisir risiko itu sendiri.
Pengendalian ini memerlukan perspektif jangka panjang sehingga teknologi
tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana.
14
Analisis Peluang Pada Perkembangan Teknologi Informasi
Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya banyak berhubungan
dengan TI. Perkembangan teknologi informasi dan perkembangan akuntansi akan
memunculkan peluang bagi akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan
yang mempunyai pengetahuan memadai tentang teknologi informasi dan audit
berbasis komputer. Sebaliknya, akuntan yang tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang teknologi informasi akan tergusur posisinya karena tidak mampu
memberikan jasa yang diperlukan oleh klien. Teknologi Jarvis dapat digunakan
untuk mekanisasi tugas akuntan seperti pelaporan dan pengumpulan data.
Teknologi informasi dalam bentuk yang bermacam-macam dapat diintegrasikan
ke dalam satu perangkat, dimana data yang dihasilkan akan disimpan secara
otomatis. Teknologi Jarvis memungkinkan untuk menyediakan database yang
lebih kompleks sehingga sistem informasi akuntansi dapat menyajikan informasi
nonkeuangan, misalnya informasi yang berkaitan dengan produk, konsumen,
proses produksi. Informasi ini memudahkan para manajer dalam memonitor dan
menganalisis kegiatan operasi mereka. Teknologi Jarvis juga memungkinkan
dibuatnya rencana yang disesuaikan dengan situasi. Simulasi dan skenario
bagaimana jika (what if) yang dapat disajikan oleh teknologi informasi dapat
menyediakan berbagai alternatif dari konsekuensi suatu keputusan,
sehingga memungkinkan sistem informasi akuntansi dapat menyajikan informasi
yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah terciptanya
competitive advantage untuk para akuntan yang sudah mengimplementasikan
teknologi yang baru sehingga ketertarikan klien untuk menggunakan jasa akuntan
tersebut meningkat. Peluang lainnya akuntan dapat membuat software sendiri
untuk mendukung akuntan dalam melakukan pekerjaannya seperti teknologi yang
ada dalam Jarvis. Software tersebut dapat membantu akuntan mencari informasi
keuangan yang dibutuhkan dan juga dapat membantu akuntan menyajikan laporan
keuangan yang relevan, akurat, dan dapat diandalkan kebenarannya dengan lebih
cepat. Akuntan yang telah memiliki software sendiri juga dapat meningkatkan
competitive advantage akuntan tersebut. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi
dalam melakukan tugas akuntan juga dapat menjadi peluang dari adanya teknologi
informasi yang berkembang. Teknologi tersebut dapat meminimalisir waktu,
tenaga, dan biaya yang seharusnya dikeluarkan atau dikorbankan oleh akuntan
sehingga dapat meringankan pekerjaan akuntan. Teknologi yang berkembang juga
dapat membantu akuntan dalam pencapaian tujuannya dan juga membantu
akuntan dalam pengambilan keputusan. Karena teknologi seperti Jarvis sudah
dirancang sedemikian rupa untuk membantu pekerjaan manusia dan juga
dirancang untuk mencari tahu informasi apa saja yang dibutuhkan oleh
penggunanya, sehingga user tidak memerlukan usaha lebih untuk mencari
informasi tersebut.
15
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18