Anda di halaman 1dari 43

SISTEMATIKA BERFIKIR, PROSES ANALISIS DATA

DAN FAKTA DARI SUATU MASALAH DAN


MANAJEMEN BERPIKIR VARNEY

Disusun Oleh :

Tri Susanti
Hasrita Octaliana
Lamtiar Nainggolan
Dame Lidya Nababan
Ade Suryani
Nazlah Sofiani Hutagalung
Lusiatun
Herawati Florida
Putri Dewi Anggraini
Rita Zahara
Erni Anggraeni

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Dalam kesseharian dan melakukan kegiatan ilmiah kita tidak terlepas dari

kegiatan berfikir. Setiap manusia dianugrahkan akal dan sebuah masalah agar

manusia mampu berfikir dan berupaya dalam memecahkan masalahnya. Melalui

berfikir manusia bisa mengembangkan berbagai cara untuk mengubah keadaan

agar permasalahan yang dihadapinya bisa dilalui.

Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah

seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi

hipotesis, dan kemudian menarik kesimpulan dari masalah yang diangkat dalam

penulisan ilmiah tersebut. Setiap langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah

tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil

dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Tersedianya

sarana tersebut memungkinkan penelaahan ilmiah secara lebih cermat dan teratur.

Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif

bagi siapa saja yang sedang melakukan kegiatan ilmiah. Sarana ilmiah pada

dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang

harus ditempuh.

Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita

melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu

dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa

2
memecahkan masalah sehari-hari. Jika ditinjau dari pola berfikirnya, ilmu

merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, deduksi

merupakan cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan bersifat khusus ditarik dari

pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, sedangkan induksi adalah cara

berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari

pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus. Untuk itu maka

penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika

induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah

yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau

menolak hipotesis yang diajukan.

Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan

sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu

adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut

dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan

ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,

matematika dan statistik.

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sistematika Berpikir?

2. Bagaimana Proses Analisis Data Dan Fakta Dari Suatu Masalah?

3. Bagaimana Manajemen Berpikir Varney?

3
1.2 Tujuan

1. Bagaimana Sistematika Berpikir?

2. Bagaimana Proses Analisis Data Dan Fakta Dari Suatu Masalah?

3. Bagaimana Manajemen Berpikir Varney?

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. Sistematika Berpikir

1. Pengertian

Berpikir merupakan berkembangnya ide dan konsep.

Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses perjalinan

hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimban dalam diri

seseorang yang berupa pengertian-pengertian “ berfikir” mencakup

banyak aktivitas mental.

Berfikir dapat didefenisikan sebagai kemampuan manusia untuk

mencari arti bagi realitas yang muncul dihadapan kesadarannya dalam

pengalaman dan pengertian. Pengertian ini bermakna bahwa komunikasi

merupakan kemampuan manusia untuk mengutarakan pikirannya kepada

orang lain. Adapun cara mengutarakannya dapat dilakukan dengan

berbagai cara dengan berbicara lewat tulisan atau lewat symbol-simbol

tertentu. Fungsi berpikir menyangkut dua aspek yang penting dalam diri

manusia yaitu wissen atau mengetahui dan verstehen atau

mengerti/memahami.

Dalam kehidupannya manusia sebagai makluk sosial berpikir

mengenai berbagai bentuk realitas sosial. Dalam prosesnya berpikir ini

berlansung dalam dua bentuk pertama secara horizontal atau sensitive

5
rasional yaitu berpikir mengenai suatu suatu realitas dengan dilandasi

pengelaman sebagai rekaman dan penginderaan selama hidupnya yang

melibatkan dirinya. Maka apabila ia berkomunikasi secara horizontal

yang berkisar kepada persoalaan tahu dan mengetahui sifatnya menjadi

sensitive-rasional.

Kedua berpikir metrarasional. Manusia tidak puas hanya dengan

sekedar mengetahui (wissen) tetapi juga ingin memahaminya secara

mendalam. Disini berlangsung proses refleksi atau komtenplasi yang

secara akumulatif bersifat kuantitatif dan kualitatif. Kualitasnya akan

berkadar tinggi apabila proses perenungan itu dilakukan secara sistematik.

Dalam kondisi semavam ini, pemikirannya sudah sampai pada tahap meta

rasional. Ia tidak lagi memandang suatu realitas sosial dengan indera

mata, tetapi mata batinlah yang terdapat di seberang realita (beyond the

reality) secara metafisik.

II. Hakikat Berfikir Ilmiah

Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga

sebagai aktifitas akal dengan setiap perkembangan ide maupun konsep pada

diri manusia. Sedangkan ilmiah adalah sesuatu hal/penyataan yang bersifat

keilmuan yang sesuai dengan hukum-hukum ilmu pengetahuan, atau sesuatu

yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan menggunakan metode Ilmiah

(Prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna

memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas uji coba hipotesis serta teori

6
secara terkendali). Sebagai tindak lanjut dari penggunaan metode ilmiah,

maka langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka berfikir ilmiah, adalah:

1) Perumusan masalah, rumusan tersebut dirumuskan dalam bentuk

kalimat pertanyaan tentang obyek empiris yang memiliki

lingkup/batas permasalahan yang jelas.

2) Penyusunan kerangka berfikir sebagai argumentasi untuk

menjelaskan hubungan teoritis antara faktor-faktor tersebut dengan

mempergunakan pengetahuan ilmiah agar rumusan hipotesis yang

berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap pernyataan yang

diajukan.

3) Pengajuan rumusan hipotesis sebagai simpulan yang ditarik dari

kerangka berfikir yang disusun.

4) Pengujian hipotesis, setelah mengumpulkan data yang relevan

untuk menilai kesesuaian (koherensi) antara materi pernyataan

yang terkandung dalam hipotesis dengan kenyataan empiris yang

ada.

5) Penarikan simpulan untuk menilai, apakah kenyataan empiris

sesuai atau tidak dengan hipotesis yang diajukan. Jika ternyata

mendukung hipotesis, maka hipotesis dianggap benar. Sebaliknya

jika tidak mendukung, maka hipotesis tersebut ditolak karena

dianggap tidak benar.

7
6) Hipotesis yang diterima secara sahih (falid) kemudian diterima

sebagai pengetahuan ilmiah dikarenakan telah dianggap memenuhi

persyaratan dalam siklus proses kegiatan ilmiah.

Dengan demikian ilmu pengetahuan sebagai hasil fikir manusia akan

terus bertambah tanpa mengenal batas akhir. Permasalahan Berfikir

Ilmiah sudah tentu tidak terlepas dari kajian filsafat ilmu, karena ia

merupakan bagian dari pengetahuan ilmiah. berfikir ilmiah adalah berfikir

yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas

secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan,

selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,

dan mengembangkan (Hillway, 1956). Dari uraian diatas, maka dapat diambil

kesimpulan berpikir ilmiah merupakan kegiatan akal yang menggabungkan

ide maupun konsep bersifat keilmuan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan

ide yang belum diketahui sebelumnya Adapun ilmu merupakan proses

kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau

generalisasi. Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui,

yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian

dari pengetahuan, sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk itu

terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan

(knowledge), antara lain :

8
1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum

1982. Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya,

filosofinya dan teorinya yang khas.

2. Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial

1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika dan mesti

bersifat universal.

Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan

berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan

kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Dan berfikir ilmiah

adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.

Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta

menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan

menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan.

Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti

keberadaan dirinya di dunia.

Fungsi berfikir ilmiah yaitu, sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan

dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir

ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan

materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.

Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran

memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar

dari pengetahuan manusia. Kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah

9
dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir

ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-

ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu:

1. Sumber pengetahuan

Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio

dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan

wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.

2. Ukuran kebenaran

Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis

dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah

(intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada

keyakinan semata.

III. Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diproses dengan metode

ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan (Jujun, 2005). Sedangkan

menurut Piaget, pengetahuan ilmiah sebagai hasil penyesuaian terhadap

kenyataan, yang menggambarkan latar belakang hayati maupun kejiwaan dari

ilmu (Peursen, 2003). Peursen juga mengidentifikasikan bahwa pengetahuan

ilmiah ialah pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode

berusaha mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala

(Bakker,1990). Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan hasil penyesuaian terhadap

10
kenyataan yang diperoleh dengan metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat

keilmuan. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah sering diistilahkan dengan

ilmu.

Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Ginzburg

menyatakan bahwa ilmu adalah suatu sistem pengetahuan sebagai dasar

teoritis untuk tindakan praktis. Nagel juga berpendapat bahwa ilmu adalah

suatu sistem penjelasan mengenai saling hubungan diantara peristiwa-

peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, ilmu sebagai sekumpulan

pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling

berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberi

penjelasan yang termaksud. Saling keterkaitan diantara segenap komponen itu

merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah (Gie, 1997).

Struktur pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsur berikut:

1. Objek sebenarnya sebenarnya:

a. Objek material: Ide abstrak, Benda fisik, Jasad hidup, Gejala rohani,

Peristiwa sosial, Proses tanda

b. Objek formal: Pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap

fenomena itu

2. Bentuk pernyataan

a. Deskripsi: Bersifat deskriptif dengan memberikan pemerian mengenai

bentuk, susunan dll

b. Preskripsi: Memberikan petunjuk atau ketentuan apa yang sebaiknya

berlangsung

11
c. Eksposisi Pola: Merangkum pernyataanpernyataan yang memaparkan

pola-pola

d. Rekonstruksi historis: Menceritakan dengan penjelasan atau alasan

yang diperlukan dalam pertumbuhan sesuatu pada masa lampau

3. Ragam proposisi: Bentuk pernyataan yang lain, terutama ditemukan pada

cabang ilmu yang lebih dewasa

4. Ciri pokok: Ilmu sama, tidak tergantung siapa yang menemukan/

mengungkapkan; Ilmu bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi

kaidah-kaidah logika; Ilmu dapat diuji kebenarannya; Kebenarannya tidak

bersifat individual; Ilmu dapat digunakan oleh semua orang.

5. Pembagian sistematis: Sejarah dan Filsafat Ilmu, ilmu Fisis, ilmu bumi,

ilmu biologis, ilmu kedokteran dan disiplin-disiplin yang

tergabung, Ilmu-ilmu sosial dan psikologi, ilmu teknologis

IV. Sarana Berfikir Ilmiah


Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana
berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah
dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

12
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah,
matematika, statistika dan logika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga
mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya. Statistika
mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-
konsep yang berlaku umum. Sedangka logika memberikan peran sebagai pola
berfikir tertentu atau penalaran dan bersifat analitik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika, statistika.

A. Bahasa
Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim
dalam hidup dan kehidupan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi
verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika
induktif maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir imiah ini
sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa mengalami perkembangan
oleh karena disebabkan pengalaman dan pemikiran manusia yang juga
berkembang. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar menjadi salah
satu syarat mutlak untuk melaksanakan kegiatan ilmiah, karena bahasa
merupakan sarana komunikasi yang pokok, namun menggunakan bahasa
yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang
benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah
akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Semua itu tidak terlepas
dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir. Dengan bahasa
manusia dapat berpikir secara teratur serta dapat mengkomunikasikan apa
yang sedang ia pikirkan kepada orang lain. Tanpa bahasa maka mustahil

13
bisa berpikir secara teratur dan dengan bahasa kita bisa melanjutkan nilai-
nilai kepada generasi berikutnya. Berbahasa dengan jelas adalah makna
yang terkandung dalam kata-kata harus diungkapkan secara tersurat untuk
mencegah pemberian makna yang lain. Manusia tanpa bahasa tidak akan
dapat berfikir secara rumit dan abstrak seperti dilakukan dalam kegiatan
ilmiah. Selain itu juga tidak dapat mengomunikasikan kepada pihak lain
tentang apa yang dipahaminya.
Bahasa memungkinkan manusia berfikir secara abstrak,
menyangkut obyek-obyek yang faktual di transformasikan menjadi
simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Dengan demikian manusia
dapat memikirkan mengenai obyek yang secara faktual tidak berada
didekatnya atau abstrak dan memikirkan sesuatu secara teratur dan
sistematis.
B. Matematika
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan
sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut
memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat.
Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan, dalam penalarannya harus mampu
diekspresikan ke dalam bahasa verbal, dan demikian pula argumen verbal
harus mampu diekspresikan dalam lambang-lambang matematika.
Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa hal tersebut
matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Kelebihan
matematika memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif karena matematika mengembangkan bahasa numerik,
sedangkan dengan bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan
yang bersifat kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan
daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih
bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat
dan cermat.

14
Matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Analisis matematika
pada prinsipnya merupakan proses penalaran yang bersifat deduktif, yakni
proses penarikan simpulan dari beberapa pernyataan dasar menjadi
pernyataan baru secara konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui
abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien.
Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan
bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai
sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam
bidang. Berikut beberapa aliran dalam Filsafat Matematika antara lain:
Aliran Logistik (Immanuel Kant) Aliran Intusionis (Jan Brouwer) dan
Aliran Formalis (David Hilbert).
C. Statistika
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif,
yakni merupakan proses penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual. Statistika didasarkan pada teori
peluang, akan memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui
apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atua lebih bersifat
kebetulan atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat
empiris. Konsep statistika juga sering dikaitkan dengan distribusi variabel
yang ditelaah dalam suatu populasi. Statistika mampu memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik. Yang pada
pokoknya didasarkan pada asas yang sederhana, yakni semakin besar
contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan
tersebut.

15
Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika
membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan
karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan secara kebetulan.
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil
suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu
keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian
serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan
hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Peranan
statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan
industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian
kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan
diambil dari populas.
2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
3. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih
komunikatif.
4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang
diajukan.

D. Logika
Logika merupakan ciri pokok dalam penalaran. Manusia dapat
mengembangkan pengetahuan disebabkan oleh dua hal yang utama, yaitu:
1. Manusia memiliki bahasa yang dipergunakan untuk
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut
2. Manusia dapat mengembangkan pengetahuan karena memiliki
kemampuan berfikir menurut suatu alur tertent, yang kita kenal
dengan istilah penalaran.

16
Penalaran atau reasoning adalah suatu proses melalui mana
manusia manusia berdasarkan suatu pengetahuan sampai kepada
pengetahuan baru lebih lanjut atau evolusi pengetahuan. Penalaran
merupakan proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Sebagai suatu
kegiatan berfikir, penalaran mempunyai dua ciri, yaitu:

1. Adanya suatu pola berfikir tertentu yang disebut logika, sehingga


setiap bentuk penalaran memiliki logikanya sendiri.
2. Adanya sifat analitik, artinya menyadarkan diri kepada suatu
analisis yang disebut dengan istilah logika ilmiah.

II. Manajemen Berfikir Varney


Menejemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien (Varney 1997 dalam Sulystiawati, 2017).
Menurut (Varney, 2007:26-28) proses manajemen kebidanan terdiri
atas langkah-langkah berikut ini :
a. Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk
melengkapi evaluasi ibu dan bayi baru lahir.
Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang
menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini
meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai
indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini
atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar
yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi
yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan
mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru
lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapatkan

17
konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi. Pada
waktu tertentu, langkah satu tumpang tindih dengan langkah 5 dan
langkah 6 (atau menjadi bagian dari sebuah alur berkelanjutan) karena
upaya memperoleh data tambahan dari uji laboratorium atau penelitian
diagnosis lain dapat merupakan bagian dari rencana.
b. Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosis dan kebutuhan
perawatan kesehatan akurat berdasarkan perbaikan intervensi data yang
benar.
Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasikan
data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta
kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Masalah dan
diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
didefenisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan
yang mneyeluruh. Masalah seringkali berkaitan dengan bagaimana ibu
mengahadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering kali bisa
dididentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam menangani masalah.
c. Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang terjadi lainnya, yang dapat
menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah masalah atau diagnosis
yang diidentifikasi
Langkah katiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan
tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan
waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin
muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam
memberikan keperawatan kesehatan yang aman.
d. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi
bidan/dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen
kalaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir

18
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses
pelaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau
kunjungan prenatal periodi, tetapi juga saat bidan melakukan perawtan
berkelanjutan bagi pasien.
e. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh,
didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang mendasari keputusan
yang dibuat dan didasarkan pada langkah-langkah sebelumnya
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana keperawatan
yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau
diagnosis yang diidentifikasikan baikpada saat ini maupun yang dapat
diantisipasiserta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini
dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang
atau diperlukan untuk melengkapi data dasar.
f. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan
yang efisien dan aman
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan
secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh
bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau
anggota tim kesehatan lain.
g. Mengevaluasi efekttivitas perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah
kembali dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui
proses penatalaksanaan diatas.
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk
memeriksakan apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar
telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang
diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun
kebutuhan perawatan kesehatan.

19
1. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan yang digunakan mengacu pada keputusan
menteri kesehatan republic Indonesia no 938 tahun 2007 :
a. Pengkajian. Kriteria pengkajian :
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama,
riwayat obstetrik, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial
budaya)
3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang)
b. Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan. Kriteria perumusan
diagnosa dan atau masalah :
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan
c. Perencanaan. Kriteria perencanaan :
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
d. Implementasi. Kriteria implementasi :
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural

20
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (informed consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privasi klien atau pasien
6) Melaksanakan prisip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan seusuai stamdar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
e. Evaluasi. Kriteria evaluasi :
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan/keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai kondisi klien atau pasien
f. Pencatatan asuhan kebidanan. Keriteria pencatatan asuhan kebidanan :
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang bersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
6) P adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatik,tindakan segera,
tindakan secara komprehensif ;penyuluhan,dukungan,kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan.

21
1) Manajemen Kebidanan Menurut Varney (2007) Pada Penerapan Kasus
Komprehensif
1. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Manajemen asuhan kebidanan antenatal dari 7 langkah yang
berurutan dimulai dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi.
Langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap menurut Varney (2007:32) yaitu :
1) Anamnesa
a) Identitas yang meliputi nama, umur, suku, agama, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat kehamilan meliputi hari pertama haid terakhir
(HPHT), siklus haid, menarce, riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu, dan riwayat kehamilan yang sekarang.
c) Riwayat penyakit yang meliputi penyakit yang sedang dan
pernah dialami ibu dan riwayat penyakit keluarga.
d) Riwayat psikososial meliputi status perkawinan, respon ibu
dan keluarga terhadap kehamilan, pembuat keputusan dalam
keluarga, kebiasaan makan, minum, kebiasan merokok,
menggunakan obat-obatan/alcohol, kehidupan seksual, dan
aktivitass sehari-hari
e) Riwayat kesehatan yang meliputi pola makan dan minum, pola
eliminasi, personal hygine dan pola aktivitas seksual
2) Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan
a) Tanda-tanda vital, meliputi :
(1) Tensi Darah : Batas normal di atas 110/75 dan dibawah
130/85 mmHg

22
(2) Pengukuran tinggi badan : untuk mengantisipasi karena
jika pendek dapat berkaitan dengan komplikasi kehamilan
dan kelahiran.
(3) Berat badan : Kenaikan berat badan normal selama
kehamilan 11- 13 kg
(4) Pernafasan : Pernafasan normal 18 – 20 per menit
(5) Suhu : Normalnya 36 ºC – 36,5 ºC
(6) Nadi : Normal nadi dari 60 sampai 100 per menit
3) Pemeriksaan khusus, meliputi
a) Inspeksi
(1) Wajah : Kloasma gravidarum, edema, dan tidak ada
kelainan
(2) Mata : Warna sclera tidak pucah dan konjungtiva merah
muda
(3) Mulut : Kebersihan mulut dan lidah, karies gigi, bibir
pucat/tidak dan gigi palsu
(4) Rambut : Kebersihan
(5) Telinga : Kebersihan dan kelainan
(6) Leher : Pembesaran kelenjar teroid, dan pembesaran vena
jugularis
(7) Payudara : Kebersihan, hiperpegmentasi pada ereola,
puting susu.
(8) Perut : Pembesaran perut, dan bekas operasi
(9) Anus : Hemoroid
(10) Vulva : Warna, varises, dan kelenjar bartolini
(11) Tungkai: Varises dan edema
b) Palpasi
(1) Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan
menemukan bagian yang terdapat pada fundus uteri dan
normalnya tinggi fundus uteri pada kehamilan trimester III
adalah

23
1 28-30 minggu : 3-4 jari diatas umbilikus
2 32 minggu : 3-4 jari dibawah prosesus xipideus
3 36-38 minggu : satu jari dibawah prosesus xipideus
4 40 minggu : 1-2 jari dibawah prosesus xipideus
jika janin sudah masuk ke panggul.
(2) Leopold II untuk menentukan letak punggung dan
normalnya jika teraba punggung bagian kiri dan kanan
perut ibu maka dapat terdengar denyut jantung janin dan
untuk menentukan bagian kecil janin.
(3) Leopold III untuk menentukan bagian yang terdapat pada
bagian bawah uterus dan apakah masih dapat digerakkan.
(4) Leopold IV untuk menentukan seberapa janin bagian
terendah yang telah masuk pintu atas panggul dan
normalnya kehamilan untuk multigravida mulai dari 37
minggu.
c) Auskultasi
(1) Denyut jantung janin : normalnya 120 hingga 160 per
menit.
d) Perkusi
(1) Reflek patella : Normal bila tungkai bawah akan bergerak
sedikit ketika tendon diketuk.
4) Pemeriksaan Panggul
a) Ukuran panggul luar
(1) Distantia spinarum yaitu jarak antara spina iliaca anterior
superior kiri – kanan normal 23-26 cm.
(2) Distansia Cristarum yaitu jarak antara crista iliaca kanan
dan kiri normal 26- 29 cm.
(3) Conjugate Exsterna yaitu jarak antara tepi atas sympisis
pubis dan processus spino.

24
5) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium meliputi pemeriksaan urin (protein negatif dan
reduksi negatif) pemeriksaan darah ( Hb 12 gr/dk, dan
golongan darah A)
b) USG
b. Interpretasi Data Dasar
Mengidentifikasi secara besar diagnose, masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan inerpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosa atau masalah
yang spesifik. Diagnosa wanita hamil normal meliputi gestasi
parities, umur kehamilan, letak kepala, intra uteri, tunggal atau
hidup, kedaan jalan lahir, dan keadaan umum. Masalah pada ibu
hamil meliputi sakit pinggang, nyeri epigastrium, sering berkemih,
pusing, obstipasi, lemah, susah tidur, kejang, cemas menghadapi
persalinan, kaki bengkak, kram pada kaki, perdarahan pervagina,
keputihan.
Kebutuhan ibu hamil meliputi perawatan payudara, senam
hamil, nutrisi, imunisasi, pemeriksaan, personal hygine, dan
konseling tentang perencanan persalinan, pengenalan komplikasi dan
KB.
c. Masalah potensial
Masalah potensial pada kehamilan trimester III perdarahan
pervagina, Fetal distress, Preeklamsi, oedema, hemoroid dan KPD.
d. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan penanganan segera
Persiapkan surat rujukan dan kolaborasi dengan dokter
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi
atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan pada kehamilan:

25
Anamnesa dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal
awal, pantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya,
berikan zat besi dan imunisasi TT, berian konseling, istirahat,
kebersihan diri, nutrisi, persiapan pelahiran, senam hamil, perubahan
fisiologi trimester III, beritahu jadwal kunjungan ulang, berikan
nasihat untuk mencari pertolongan segera jika mendapat tanda-tanda
bahaya. Perencanaan dan persiapan pertolongan, petunjuk dini dalam
pengambilan keputusan dan upaya rujukan bila terdapat komplikasi.
f. Melaksanakan perencanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti Anamnesa dan
pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal awal, pantau
kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya, berikan zat besi
dan imunisasi TT, berian konseling, istirahat, kebersihan diri, nutrisi,
persiapan pelahiran, senam hamil, perubahan fisiologi trimester III,
tanda bahaya pada trimester III beritahu jadwal kunjungan ulang,
berikan nasihat untuk mencari pertolongan segera jika mendapat
tanda-tanda bahaya. Perencanaan dan persiapan pertolongan,
petunjuk dini dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan bila
terdapat komplikasi.
g. Evaluasi
Melakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnose dan masalah.
2. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
a. Pengkajian persalinan nomal
Manajemen kebidanan pada ibu bersalin adalah proses
pemecahan masalah pada ibu bersalin yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian

26
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
Langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap Varney (2007:32), yaitu :
1) Anamnesa
a) Identitas yang meliputi nama, umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, dan
riwayat kehamilan yang sekarang.
c) Riwayat penyakit yang meliputi penyakit yang sedang dan
pernah dialami ibu dan riwayat penyakit keluarga.
d) Riwayat kesehatan yang meliputi pola makan dan minum,
pola eliminasi, personal hygine dan pola aktivitas seksual.
e) Riwayat psikososial meliputi status perkawinan, respon ibu
dan keluarga terhadap kehamilan, pembuat keputusan dalam
keluarga, kebiasaan.
2) Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda fital
a) Tanda-tanda vital, meliputi :
(1) Tensi Darah : Batas normal di atas 110/75 dan dibawah
130/85 mmHg.
(2) Nadi : 60 sampai 100 per menit
(3) Suhu :35,5 ºC – 36,5 ºC
(4) Pernafasan : 12 sampai 20 per menit
3) Pemeriksaan Khusus meliputi
a) Inspeksi
(1) Wajah : Kloasma gravidarum dan edema
(2) Mata : Warna sclera dan konjungtiva
(3) Payudara : Kebersihan, hiperpegmentasi pada ereola,
puting susu.
(4) Perut : Pembesaran perut, dan bekas operasi

27
(5) Anus : Hemoroid
(6) Vulva : Warna, varises, dan kelenjar bartolini

b) Palpasi
(1) Tinggi fundus : untuk kehamilan multigravida tinggi
fundus pada kehamilan 40 minggu adalah pertengahan
antara proc. Xyphoideus dan pusat.
(2) Letak: hubungan antara sumbu panjang janin dan sumbu
panjang ibu dan untuk letak normalnya janin adalah
longitudinal
(3) Persentasi : merupakan bagian pertama janin yang
memasuki pintu atas panggul dan normalnya persentasi
adalah sefalik (bagian persentasi yang memasuki pintu
atas panggul adalah kepala )
(4) Posisi : adalah titik yang dipilih secara acak pada janin
untuk setiap persentai dan normalnya adalah oksiput.
(5) Pergerakan janin : untuk mengkaji kesejahteraan janin.
(6) Perkiraan berat badan janin : Berat janin dan tinggi fundus
yang lebih kecil dari pada perkiraan kemungkinan
menunjukan kesalahan dalam HPHT, bayi kecil masa
kehamilan atau oligohidramnion. Sedangkan berat janin
yang lebih besar menunjukan bahwa ibu salah dalam
nenentukan HPHT, bayi besar, kehamilan kembar atau
polihidramnion.
(7) Kontraksi : pada fase aktif minimal terjadi dua kontraksi
dalam 10 menit, lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih
diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding
uterus.
c) Auskultasi
(1) DJJ : Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari
DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 per menit.

28
b. Interpertasi
Mengidentifikasi secara besar diagnose, masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan inerpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosa atau masalah
yang spesifik. Diagnosa persalinan normal meliputi gestasi parities,
umur kehamilan, kala parturient, letak kepala, intra uteri, tunggal
atau hidup, kedaan jalan lahir, dan keadaan umum.
Masalah pada ibu bersalin meliputi cemasnya menghadapi
persalinan. Maka kebutuhannya adalah pendamping pada saat
persalinan.
c. Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial
Masalah potensial pada persalinan perdarahan, pergerakan
janin berkurang, tekanan darah meningkat, ketuban pecah bercampur
mekonium atau ketuban pecah lebih dari 24 jam, persentasi bukan
belakang kepala, tali pusat menumbung, syok.
d. Menetapkan kebutuhan segera
Persiapkan surat rujukan dan kolaborasi dengan dokter
e. Menyusun rencana yang kompherensif
Langkah ini merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap
diagnose atau masalah yang telah teridentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ini data atau informasi yang kurang lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang akan terjai selanjutnya.
1) Rencana asuhan pada kala I menurut Fraser (2009:447) sebagai
berikut
a) Mengevaluasi kesejahteraan ibu
(1) Dukungan emosional
(2) Pendamping persalinan
(3) Pencegahan infeksi

29
(4) Posisi dan mobilitas
(5) Nutrisi
b) Mengevaluasi kesejahteraan janin (Varney.2007:710) sebagai
berikut
(1) Evaluasi letak
(2) Presentasi
(3) Sikap, posisi
(4) Frekuensi dan pola denyut jantung janin
c) Mengevaluasi kemajuan persalinan
d) Melakukan perawatan fisik ibu
e) Memberikan dukungan pada ibu dan keluarga
f) Melakukan skrining untuk mengantisispasi terjadi komplikasi
pada janin
2) Rencana asuhan pada pada kala II
a) Atur posisi ibu senyaman mungkin
b) Ajurkan ibu meneran saat ada HIS
c) Beri pertolongan persalinan
3) Rencana Asuhan Pada Kala III
a) Lakukan manajmen aktif kala III
b) Evaluasi dari pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta
c) Evaluasi ibu dari ukur tanda-tanda vital
d) Evaluasi tanda-tanda bahaya yang ditemukan
4) Rencana asuhan pada kala IV
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan 20
menit sampai 30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi
tidak kuat, masase uterus samapi menjadi keras.
b) Periksa tekanan darah, nadi kandung kemih, dan jumlah
perdarahan setai 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit selama jam kedua.
c) Anjurkan ibu untuk minum mencegah dehidrasi

30
d) Bersihkan perenium ibu dan kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
e) Biarkan ibu beristirahat dan bantu ibu pada posisi yang
nyaman.
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
ibu dengan bayi, permulaan dengan menyusui bayinya,
menyusui juga membantu kontraksi uterus.
f. Pelaksanaan langsung asuhan yang efesien dan aman
1) Menelaskan hasil pemeriksaan fisik dan kemajuan persalinan
2) Memberikan dukungan dan semangat pada ibu
3) Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum
4) Menganjurkan suami untuk mendampingi
5) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK
6) Menganjurkan ibu untuk miring kiri
7) Menganjurkan ibu untuk bernafas panjang ketika ada HIS
8) Mengobservasi persalinan dengan menggunakan patograf
9) Menyiapkan ruangan alat-alat dan obat-obatan dari partus set,
heting set
g. Evaluasi
Langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang diberikan,
apakah telah memenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnose dan masalah. Ada kemungkinan
sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin
sebagian belum. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan
proses yang berkesinambungan maka perlu evaluasi dan
pendokumentasian pada SOAP.
3. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Manajemen asuhan kebidanan antenatal dari 7 langkah yang
berurutan dimulai dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi.
Langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data Dasar

31
Langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu :
1) Anamnesa
a) Identitas yang meliputi nama bayi, umur, jenis kelamin, nama
ibu suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat kelahiran, usia kehamilan, jenis persalinan.
c) Rwayat pemeriksaan ante natenal
(1) Tanggal dan jam lahir
(2) Nilai apgar bayi :Normal 7- 10
d) Riwayat penyakit yang sedang dan pernah dialami ibu serta
komplikasi kehamilan .
e) Riwayat psikososial meliputi status kehamilan dan kelahiran
anak, boanding, pemberian ASI segera.
f) Riwayat kesehatan yang meliputi
(1) pola eliminasi : Normalnya BAK segera setelah lahir dan
BAB 1x 24 jam mekonium
(2) Nutrisi : ASI
(3) Istirahat : Tidur nyenyak
2) Data objektif yang meliputi pemeriksaan
(a) Tanda-tanda vital, meliputi :
(1) Berat badan : Normalnya 2500 - 4500 Kg
(2) Tinggi Badan : Normalnya 48-53 cm
(3) Lingkar kepala : Normalnya 31-35,5 cm
(4) Lingkar dada : 30-36 cm
(5) Suhu : Normalnya 36,5 ºC – 37,5 ºC
(6) Pernafasan : Normalnya 40- 60 per menit
(7) Nadi : Normalnya 120-160 per menit.
(b) Pemeriksaan fisik umum menurut Myles, at al (2009:714)
yang dilakukan adalah sebagi berikut :

32
(1) Kepala, dengan melakukan inspeksi kita dapat melihat
kelainan pada kepala.
(2) Mata, untuk memastikan bahwa mata benar-benar ada
dan lensa mata jelas.
(3) Telinga di inspeksi, untuk memastikan posisinya.
(4) Hidung, kapaten jalan napas dapat diperiksa dengan
melihat pernapasan bayi dalam kondisi tenang. Jika satu
lubang hidung tersumbat, sumbatan dilubang hidung
lainnya mengakibatkan sianosis disertai kegagalan usaha
bernapas melaui mulut.
(5) Mulut dapat dibuka dengan mudah dengan cara menekan
sudut rahang, ini memungkinkan inspeksi visualida, gusi,
dan platum (lendir).
(6) Leher, bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan thyroid.
(7) Ekstremitas dan jari selain memeriksa panjang dan
gerakan ekstremitas penting untuk menghitung jari-jari
dan mamisahkannya untuk memastikan tidak ada selaput.
(8) Dada dan perut, pengamatan erhsdap gerakan pernapasan
harus menunjukkan bahwa gerakan dada dan perut
sinkron.
(9) Genetalia dan anus, suhu tubuh bayi dapat diambil
melalui rectal untuk mendeteksi adanya pendingin yang
berlebihan dan untuk memastikan kepatenan anus.
(10) Punggung dengan posisi bayi telungkup, bidan harus
menginspeksi dan memalpasi punggung bayi. Jika ada
pembengkakan, lesung, atau rambut yang melekat dapat
menandakan adanya cacat tulang belakang tersamur.
(11) Pemeriksaan kulit Verniks caseosa, lanugo, warna,
udema, bercak tanda lahir, memar.

33
(12) Pemeriksaan refleks. Pemeriksaan refleks menurut
Myles, at al (2009:722) adalah
(a) Refleks Rooting : bayi akan memutar kearah sumber
rangsangan dan membuka mulut, bersiap untuk
menyusui jika disentuh dipipi atau tepi mulut.
(b) Refleks Moro : repleks ini terjadi sebagai respons
terhadap rangsangan yang mendadak. Bayi dipegang
telentang, dengan batang tubuh dan kepal ditopang
dari bawah.
(c) Repleks menghisap dan menelan : refleks ini
berkembang dengan baik pada bayi yang normal dan
terkoordinasi dengan pernapasan. Repleks ini sangat
penting bagi proses pemberian makanan dan
kecukupan nutrisi.
(d) Refleks menggenggam : refleks genggaman telapak
tangan dapat dilihat dengan meletakkan pensil atau
jari ditelapak tangan bayi.

b. Interpretasi Data Dasar


Mengidentifikasi secara besar diagnose, masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan inerpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosa atau masalah
yang spesifik.
c. Masalah potensial
Masalah potensial pada bayi baru lahir Asfeksia, hipotermi.
d. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan penanganan segera
Persiapkan surat rujukan dan kolaborasi dengan dokter
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi

34
atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan pada Bayi baru lahir
seperti jaga kehangatan bayi, pembersihan jalan nafas, pemotongan
tali pusat, pengkajian kondisi bayi atau apgar scor, pemberian ASI
secara dini, pemberian vitamin K1 injek 1mg, pemberian salep mata
dan imunisasi hepatitis B, bonding.
f. Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan asuhan menyeluruh seperti menjaga kehangatan
bayi, membersihkan jalan nafas, pemotongan tali pusat, mengkajia
kondisi bayi atau apgar scor, memberikan ASI secara dini,
memberikan vitamin K1 injek 1mg, memberikan salep mata dan
imunisasi hepatitis B, bonding.
g. Evaluasi
Melakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnose dan masalah.
4. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Asuhan ibu nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera
setelah lahir sampai 6 minggu setelah melahirkan.
a. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
1) Anamnesa
a) Identitas yang meliputi nama, umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, dan
riwayat persalinan yang sekarang.
c) Riwayat penyakit yang meliputi penyakit yang sedang dan
pernah dialami ibu dan riwayat penyakit keluarga serta
riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah
kesehatan reproduksi.

35
d) Riwayat psikososial meliputi respon ibu dan keluarga
terhadap kehamilannya.
e) Riwayat kesehatan yang meliputi pola makan dan minum,
pola eliminasi, personal hygine dan metode KB yang pernah
dipakai.
2) Pemeriksaan fisik Menurut Varney (2008 : 961) adalah sebagai
berikut.
a) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Tensi darah : normalnya 110/ 75 mmHg hingga 130/90
mmHg
(2) Pernafasan : 12-16 x/menit
(3) Nadi : 65-80 x/menit
(4) Suhu : normal untuk ibu post partu 36 ºC – 37 ºC
b) Pemeriksaan khusus, meliputi
(1) Wajah : Tidak terdapat hiperpigmentasi ,edema atau
kelainan lainnya.
(2) Payudara : Simetris, tidak tampak kemerahan dan
bengkak, hiperpegmentasi pada ereola, puting susu
menonjol dan pengeluaran asi kolostrum.
(3) Jantung dan paru : Bunyi jelas teratur dan bunyi nafas
bersih
(4) Ekstremitas : Tidak tampak cacat
(5) Akral : Hangat dan normal
(6) Abdomen : Kandung kemih, bekas luka opersai nilai
kontraksi dan tinggi fundus uteri disesuaikan hari
keberapa post partum ibu.
(7) Lochea : warna rubra untuk post partum hari ke pertama
hingga hari kedua, lokhea sanguinolenta hari ke tiga
hingga hari ke tujuh, lokia serosa hari ketujuh hingga
hari keempat belas, lokia alba hari ke empat belas hingga

36
selesai nifas. Jumlah perdarahan tidak lebih dari 240-270
cc dan bau tidak meyengat.
(8) Perenium : edema, inflamasi, hematoma, bekas luka
episiotomy atau jahitan
(9) Hemoroid : Tidak ada
b. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post partum
Mengidentifikasi secara besar diagnose, masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan inerpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosa atau masalah
yang spesifik. Diagnosa wanita postpartum normal meliputi
perubahan masa nifas, tinggi fundus, perdarahan, lokia dan keadaan
umum.
Masalah pada wanita postpartum meliputi nyeri pada rahim
dan jahitan, lemah, susah tidur, cemas menghadapi bayi. Kebutuhan
wanita postpartum meliputi personal hygine, perawatan payudara,
senam nifas, nutrisi, personal hygine, dan konseling tentang
pengenalan komplikasi dan KB.
c. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Masalah potensial pada pascapartum Perdarahan, infeksi,
Demam, nyeri perut bagian bawah disertai vagina yang berbau
busuk, mastitis.
d. Identifikasi dan menetapkan tindakan segera
Persiapkan surat rujukan dan kolaborasi dengan dokter
e. Merencanakan asuhan menyeluruh
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai
diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi.
Rencana asuhan pada postpartum menurut Varney (2007 : 969)
yaitu: berian konseling, mobilisasi dini, istirahat, kebersihan diri,
nutrisi, , senam nifas, perubahan fisiologi masa nifas, berikan
konseling untuk mencari pertolongan segera jika mendapat tanda-
tanda bahaya masa nifas.

37
f. Melaksanakan perencanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti melakukan anamnesa dan
pemeriksaan lengkap, memberikan konseling, mobilisasi dini,
istirahat, kebersihan diri, nutrisi, senam nifas, perubahan fisiologi
masa nifas, memberikan konseling untuk mencari pertolongan segera
jika mendapat tanda-tanda bahaya masa nifas.
g. Evaluasi
Langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang diberikan,
apakah telah memenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnose dan masalah. Ada kemungkinan
sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin
sebagian belum.
5. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kelurga berencana
a. Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap Menurut Varney (2007:414-415), yaitu
:
1) Anamnesa
a) Identitas yang meliputi nama, umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat menarche hari pertama haid terakhir (HPHT), siklus
haid, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, dan
Riwayat penyakit yang meliputi penyakit yang sedang dan
pernah dialami ibu.
c) Riwayat psikososial meliputi status perkawinan, respon ibu
dan keluarga terhadap kehamilan, pembuat keputusan dalam
keluarga, kebiasaan makan, minum, kebiasan merokok,
menggunakan obat-obatan/alcohol, kehidupan seksual, dan
aktivitass sehari-hari

38
2) Riwayat Kontrasepsi yang pernah dipakai.
3) Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan
a) Keadaan umum : Baik
b) Tekanan Darah : normalnya untuk penggunaan kontrasepsi
hormonal dibawah 160 sistolik dan diastolik diatas 90.
c) Berat Badan
d) Conjungtiva : normalnya merah muda.
b. Interpretasi Data Dasar
Mengidentifikasi secara besar diagnose, masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan inerpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosa atau masalah.
Masalah pada ibu pengguna kontrasepsi hormonal meliputi
perdarahan bercak, haid tidak teratur, kenaikan berat badan sakt
kepala, rambut rontok, jerawat dan nyeri payudara.
Kebutuhan ibu pengguna kontrasepsi hormonal meliputi
meliputi nama obat yang diberikan, kapan suntikan akan diberikan,
kapan harus kembali untuk suntikan berikutnya atau jika ada
keluhan, menggunakan kontrasespsi tambahan Karena untuk
melindungi dari IMS, HIV/AIDS.
c. Masalah potensial
Masalah potensial pada pengguna kontrasespsi hormonal haid
tidak dalam batas normal, sakit kepala berat, kulit atau mata kuning,
mengalami gangguan kesehatan yang serius.
d. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan penanganan segera
Persiapkan surat rujukan dan kolaborasi dengan dokter
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai
diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi.
Rencana asuhan pada pengguna kontrasespi hormonal menurut
Varney (2007:470): Anamnesa, lakukan pemeriksaan TD dan BB,
konseling siapa yang boleh menggunakan kontrasespi hormonal,

39
konseling keuntungan kontrasepsi hormonal dan efek samping
penggunaan kontrasepsi hormonal, kapan suntikan akan diberikan,
kapan harus kembali untuk suntikan berikutnya atau jika ada
keluhan, anuran menggunakan kontrasespsi kondom karena untuk
melindungi dari IMS, HIV/AIDS.
f. Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan asuhan menyeluruh dari Anamnesa, melakukan
pemeriksaan TD dan BB, konseling siapa yang boleh menggunakan
kontrasespi hormonal, konseling keuntungan kontrasepsi hormonal
dan efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal, kapan suntikan
akan diberikan, kapan harus kembali untuk suntikan berikutnya atau
jika ada keluhan, anjuran menggunakan kontrasespsi ganda kondom
karena untuk melindungi dari IMS, HIV/AIDS.
g. Evaluasi
Melakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnose dan masalah.

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berfikir ilmiah adalah berfikir yang menggunakan dasar


perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, pengajuan rumusan
hipotesis,pengujian hipotesis, penarikan simpulan untuk menilai, dan
hipotesis.

Sarana-sarananya merupakan sarana bahasa sebagai alat


komunikasi menyampaikan jalan pikiran, sarana matematika sebagai
penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat, ssarana statistika yang
digunakan dalam penarikan kesimpulan serta yang terakhir adalah sarana
logika atau penalaran sehingga berfikir membuahkan pengetahuan.

Menurut (Varney, 2007:26-28) proses manajemen kebidanan


terdiri atas langkah-langkah berikut ini :

1. Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang dibutuhkan


untuk melengkapi evaluasi ibu dan bayi baru lahir.
2. Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosis dan kebutuhan
perawatan kesehatan akurat berdasarkan perbaikan intervensi data
yang benar.
3. Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang terjadi lainnya, yang
dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah masalah atau
diagnosis yang diidentifikasi
4. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi
bidan/dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen
kalaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir

41
5. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang
mendasari keputusan yang dibuat dan didasarkan pada langkah-
langkah sebelumnya
6. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan
yang efisien dan aman
7. Mengevaluasi efekttivitas perawatan kesehatan yang diberikan,
mengolah kembali dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum
efektif melalui proses penatalaksanaan diatas.

42
DAFTAR PUSTAKA

Liang Gie, The., 2004, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty Yogyakarta.


Maufur, 2014, Filsafat Ilmu, CV. Bintang WarliArtika, Bandung.
Mudyahardjo, Redjo., 2001, Filsafat Ilmu Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Verney, 2007. Asuhan Kebidanan. EGC Jakarta
Ardiyansyah, Ebhy., http://ebhyardiansyah.blogspot.co.id/2013/05/materi-
kerangka-berfikir-ilmiah.html.
Burhanuddin, Farid.,
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/sarana-berfikir-ilmiah-dalam-
filsafat/.
Muhammad Yusuf, La Ode.,
http://jamedisc.blogspot.co.id/2015/02/makalah-filsafat-sarana-berfikir-.
Yanti, Syafieh., http://syafieh.blogspot.co.id/2014/05/sarana-ilmiah-
bahasa-matematika-logika.html.

43

Anda mungkin juga menyukai