Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ABSES PELVIK

OLEH KELOMPOK II :

NAMA NAMA :

INDRA WATI NAOMI NALE

HABRITA DJORO

FERA WASTRI NISSI

KARMI SISILIA TIUMATE

GREGORIA HATI KOBI

MARIA NONA INTAN SADIPUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

20201
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan rahmat, karunia serta ridha-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah tentang ”ABSES PELVIS”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok
pada mata kuliahaskeb III nifas.

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian
bermamfaat bagi kita.

Selama mengerjakan tugas makalah ini, kami telah banyak menerima bimbingan dan saran-
saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pembuatan
makalah ini.

Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada.

Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Kupang, 02 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i       

DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A.   LATAR BELAKANG........................................................................ 1

B.   TUJUAN PENULISAN.................................................................... 2

C.   MANFAAT PENULISAN..................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4

A.   DEFINISI........................................................................................4

B.   ETIOLOGI......................................................................................4

C.   FAKTOR RESIKO............................................................................4

D.   TANDA DAN GEJALA.....................................................................5

E.   TERAPI...........................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................8

BAB IV PENUTUP...............................................................................10

A.   KESIMPULAN................................................................................10

B.   SARAN...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PEMBAHASAN

A.   LATAR BELAKANG

Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi
serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita
penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas
(gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini
dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan

dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS

dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah

tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD
(spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

B.   TUJUAN 

Untuk memenuhi tugas makalah dengan pokok bahasan tentang “Abses pelvik”, untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman.

C.   MANFAAT 

Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai  bahan bacaan dan untuk
menambah pengetahuan dan informasi tentang “Abses pelviks”.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.   DEFINISI

Abses Pelvis adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium
(otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit abses pelvis merupakan komplikasi
umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko
terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang
kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkanperitonitis.

B.   ETIOLOGI / PENYEBAB

Abses pelvis terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang
menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk
seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah
Neiserreia Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: 

1.    Aktinomikosis (infeksi bakteri)


2.    Skistosomiasis (infeksi parasit)

3.    Tuberkulosis. 

4.    Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.  

C.   FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat abses pelvis. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-
ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita
berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim).
Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. 

Faktor resiko terjadinya PID:

1.    Aktivitas seksual pada masa remaja

2.       Berganti-ganti pasangan seksual

3.    Pernah menderita PID

4.    Pernah menderita penyakit menular seksual

5.    Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang

D.   TANDA DAN GEJALA 

Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan.  
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut
dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri
menahun.  

Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bias terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika


abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita
bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah
sehingga terjadi sepsis.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:

1.    Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal

2.      Demam

3.    Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di


celana dalam

4.    Kram karena menstruasi

5.    Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

6.    Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual

7.    Nyeri punggung bagian bawah

8.    Kelelahan

9.    Nafsu makan berkurang

10. Sering berkemih

11.  Nyeri ketika berkemih.

E.   TERAPI 

Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi
kronik 

Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri
penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan
untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus diobati.
Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan yang menderita
gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. 

Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala.
Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual
sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.

Meskipun segera dilakukan pengobatan antimikroba yang tepat untuk mengatasi metritis,
kadang-kadang suatu flegmoon parametrium akan mengalami supurasi sehingga terbentuk
massa benjolan pada ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas
ligamentum inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin tidak
menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas tetap memburuk tetapi panas tetap
bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam kavum peritoni, peritonitis yang bias
membawa kematian dapat terjadi. Kemungkinan lebih besar lagi, terjadi robekan kearah
anterior sehingga tidak terjangkaub dengan tindakan drainase lewat jarum yang diarahkan
oleh komograi computer. Kadang-kadang robekan terjadi kearah posterior lewat ruang
retroperitonium kedalam septum rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah digunakan.

Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan kolpotomi atau
dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti biotika broad spektrum dalam dosis yang
tinggi ampisilin 2g/IV kemudian 1g setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV
dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai
ibu tidak panas selama 24 jam.

Pada keadaan yang sangat jarang sellulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi
abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang terbentuk, baik ke
anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupu ke posterior dengan
melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang adekuat.
BAB III

PEMBAHASAN

Abses Pelvis adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium
(otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit ini merupakan komplikasi umum
dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

Abses pelvis terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang
menyebar ke atas melalui leher rahim. Bakteri penyebab tersering adalah Neiserreia
Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut.

Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan.  

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat abses pelvis. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-
ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita
berumur. Pengobatan yang di berikan adalah dengan pemberianantibiotik, baik disuntik
maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebabnya. Dan melakukan pengontrolan 2-3 kali
setelah pengobatan.

BAB IV

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

      Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan.  

      Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan


parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan
nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentukabses (penimbunan
nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk
dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam
darah sehingga terjadi sepsis.
B.  SARAN

Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan
tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan
sesuai prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba Gde Ida Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:  Arcan

Cunningham,Donald Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC

Berek, Jonathan S. 2007. Pelvic Inflammatory Disease dalam Berek & Novak’s Gynekology
14th Edition. California : Lippincott William & Wilkins. 

Anda mungkin juga menyukai