Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

OLEH :

OLEH

KELOMPOK 2

NAMA: 1.EMERENSIANA SHANIA LEDE

2.EVA YULISTIA BAREUT

3. FERA WASTRI NISSI

4. FEBY NAITBOHO

5. GREGORIA HATI KOBY

6.HABRITA DJORO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatNya lah maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “MELAKUKAN
PRAKTEK IDENTIFIKASI BENTUK KORUPSI DI RUMAH SAKIT DAN
PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS”. Melalui kata pengantar ini saya lebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini
saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa Terimakasih dan semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat

Kupang, 30 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 1

C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan DI Rumah Sakit

B. Tugas Utama Bidan Di Komunitas


C. Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan
D. Mengidentifikasi bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9

B. Saran..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu
melahirkan.Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang
sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong
ibu melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.Sebagai seorang bidan janganlah
memilih-milih klien miskin atau kaya karena tugas seorang bidan adalah membantu ibu,
bukan mengejar materi.Pasien wajib memberikan hak kepada ibu bidan yang telah
menolong persalinan ibu melahirkan.Di makalah ini kami akan membahas tentang peran
dan fungsi bidan yang mana dalam pelaksanaan profesinya,bidan memiliki banyak tugas
serta peran-perannya.

Praktek pelayanan bidan merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki


kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan
memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi
pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan
praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan
administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.
B.RUMUSAN MASALAH

a.Apa itu tugas bidan dalam pelayanan kebidanan di rumah sakit?

b.Apa itu tugas bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas?

c.Apa itu bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?

d.Mengidentifikasi bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?

C.TUJUAN

1.Untuk mengetahui tugas bidan dalam pelayanan kebidanan di rumah sakit.

2.Untuk mengetahui tugas bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas?

3.Untuk mengetahui bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?

4.Untuk Mengidentifikasi bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?


BAB II

PEMBAHASAN

A.Peran Dan Tanggung Jawab Bidan DI Rumah Sakit

Peran dan fungsi bidan di Rumah sakit tidak jauh berbeda dengan peran dan fungsi
bidan praktek swasta pada umumnya yaitu:

Bidan di rumah sakit adalah seseorang yang memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan dan
pemantauan kondisi ibu hamil,menilai kebutuhan perawatan dan membuat rencana perawatan
dalam sebuah jurnal ,serta memberikan dukungan emosional dan informasi kepada ibu hamil
yang akan melakukan persalinan.

 Peran Bidan di Rumah Sakit

1. Peran sebagai Pelaksana

a.Tugas Mandiri, meliputi :

1.Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan

2.Memberikan pelayananan dasar dan asuhan kebidanan kepada klien sesuai


kewenangannya

3.Melakukan dokumentasi kegiatan pelayanan

b.Tugas Kolaborasi

1.Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi


kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

2.Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

3.Melakukan dokumentasi kegiatan pelayanan

2. Peran Sebagai Pengelola

Rumah Sakit merupakan tanggung jawab bidan, biasanya selain sebagai


pelaksana bidan juga menjadi pengelola Rumah Sakit tersebut, meliputi :

a. Mengelola kegiatan pelayanan kebidanan sesuai dengan rencana

b. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan kebidanan dengan


memanfaatan sumber yang ada pada program dan sektor terkait

c. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamananpraktik professional


melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi

d.Melakuan dokumentasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan:

3. Peran Sebagai pendidik

a.Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga


tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA dan KB.

b.Melatih dan membimbing siswa bidan/keperawatan yang melakukan Praktek kerja


lapangan di Rumah Sakit tersebut

c.Membina dukun yang melakukan rujukan ke Rumah Sakit tersebut.

4. Peran sebagai peneliti

Bidan di Rumah Sakit juga dapat melakukan investigasi atau penelitian


terapan dalam bidangm kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:

(a) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan

(b) Menyusun rencana kerja pelatihan

(c) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana

(d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi


(e) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut

(f) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan

program kerja atau pelayanan kesehatan.

 Fungsi bidan di Rumah Sakit

1.Fungsi Pelaksana

a) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan

b) Memberikan imunisasi pada bayi dan ibu hamil

c) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas

d) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

2.Fungsi Pengelola

a.Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,


kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat

b.Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya

c.Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan

d.Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan

e.Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan

3.Fungsi Pendidik
a.Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga
berencana

b.Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan

c.Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyaraka

d.Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya

4.Fungsi peniliti

a.melakukan evaluasi, pengkajian, survei,dan penelitian yang dilakukansendiri atau


berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan

b.Melakukan penelitian kebidanan klien dan keluarga yang berkunjung ke Rumah Sakit

B.Tugas Utama Bidan Di Komunitas

Bidan Komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di wilayah
kerja tertentu.Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kau perempuan khususnya ibu dan anak.

Menurut Suryani (2007) tugas utama bidan di komunitas disesuaikan dengan peran
bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti, tugas tersebut antara lain:

Dalam menjalankan peran sebagai pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan, bidan
memiliki tugas mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

 Tugas mandiri

a.Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:

1.Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan,


mencakup:
 Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien

 Menentukan diagnosis

 Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi

 Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun

 Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan

1. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan

2. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan

2.Memberi layanan dasar pada pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan
mereka sebagai klien, mencakup:

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan remaja dan wanita dalam masa
pranikah baik individu maupun di masyarakat

2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar

3. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien

4. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana

5. Mengevaluasi hasi tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien

6. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien

7. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan

3.Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal di masyarakat,


mencakup:

1.Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil baik individu
maupun di masyarakat

2.Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien

3.Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
4.Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana bersama yang telah disusun

5.Mengevaluasi hasi asuhan yang telah diberikan bersama klien

6.Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien

7.Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan

4.Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan melibatkan keluarga,mencakup:

1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan

2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan

3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah

4.Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas


masalah

5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien

6. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioritas

7. Membuat asuhan kebidanan

Di masyarakat bidan harus menentukan jadwal kunjungan rumah pada


keluarga. Adapun dalam pelaporan bidan wajib melaporkan tindakan dalam
persalinan baik di desa, kecamatan, puskesmas maupun dinas kesehatan
kabupaten/kota.

5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup


1 .Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga

2 .Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

3. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas

4. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana


5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan

6. Membuat rencana tindakan lanjut

7. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan

Langkah yang harus diingat adalah jadwal kunjungan pada BBL, laporan tentang
kelahiran dan kelengkapan surat kelahiran.

6. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:

1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas

2.Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas

3.Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan dengan prioritas masalah

4.Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

5.Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan

6.Membuat rencana tindakan lanjut asuhan kebidanan bersama klien

7.Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan

Informasi yang dapat diberikan pada klien dan masyarakat adalah:

1.Masalah gizi yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan pada ibu nifas

2.Informasi yang berkaitan dengan pemberian makanan baik ASI maupun pendamping
ASI (PASI)

3.Informasi tentang latihan bagi ibu nifas, salah satunya adalah senam nifas

4.Informasi tentang keluarga berencana

7. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita subur yang membutuhkan pelayanan


keluarga berencana, mencakup:

1.Mengkaji kebutuhan pelayan KB pada PUS (pasangan usia subur) di masyarakat


wilayah kerja

2.Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan

3.Menyusun rencana tindakan pelayanan KB sesuai dengan prioritas masalah bersama


klien

4.Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

5.Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan

6.Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien

7.Membuat pencatatan dan pelaporan

8. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:

1.Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien

2.Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan

3.Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien

4.Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana

5.Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan


yang telah diberikan

6.Membuat rencana tindak lanjut bersama klien

7.Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan

9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:

1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita

2.Menentukan diagnosis dan prioritas masalah

3.Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana

4.Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah


5.Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan

6.Membuat rencana tindak lanjut

7.Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan

 Tugas kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi


kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga:

1.Mengakaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi

2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan


kolaborasi.

3.Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta
kerjasama dengan klien.

4.Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan klien.

5.Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.

6.Menyusun rencana tindak lanjut bersama dengan klien.

7.Membuat pencatatan dan pelaporan

b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi

1. Mengakaji kebutuhanasuhan yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan


kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi.
3.Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas.

4.Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan
memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

5.Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.

6.Menyusun rencana tindakan lanjut bersama klien.

7.Membuat catatan dan laporan.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.

1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

2.Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawat daruratan.

3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas.

4.Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan


pertama sesuai prioritas.

5.Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.

6 .Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga.

7. Membuat catatan dan laporan.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga :

1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi

2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawat daruratan.

3.Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas.

4.Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan


pertolongan pertama sesuai prioritas.

5.Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.

6.Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga.

7.Membuat catatan dan laporan

e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi yang melibatkan klien dan keluarga.

1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

2.Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawat daruratan.

3.Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
yang memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas.

4.Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.

5.Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan.

6.Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien dan keluarga.


7.Membuat catatan dan laporan.

f. Memberikan asuhan kebidana pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.

1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bati balita dengan resiko tinggi
dankeadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

2.Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawatdaruratan.

3.Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas.

4.Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan


memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.

5.Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan.

6.Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien dan keluarga.

7.Membuat catatan dan laporan.

C.Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan

Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan kita harus bisa menjalankan
amanah dan janji yang telah disumpahkan kepada kita. Bukan hanya itu, sebagai bidan
kita harus bisa mempertanggung jawabkan tugasnya terhadap kode etik kebidanan. Kode
etik ini dibuat bukan hanya sebagai bahan bacaan saja tetapi digunakan sebagai tolok
ukur untuk bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Selain itu, Bidan harus
menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman.. Hati nurani mengetahui perbuatan individu
yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat bersifat fisik
ataupun secara verbal. Sedangkan untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang
sulit, bidan dapat berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih
bisa dipakai karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini. Bidan harus bisa
bersikap adil dan mengelola dana pembiyayaan dengan sebaik mungkin. Bidan
tidak boleh membeda-bedakan pasiennya. Misalnya jika pasien yang datang kaya maka
dia akan memberikan KIE dengan panjang lebar dan biyayanya dimahal-
mahalkan.Sedangkan jika pasiennya kurang mampu,dia malas

memberikan KIE jadi seperlunya saja. Jelaslah bahwa itu melanggar hak asasi dan
termasuk korupsi, baik korupsi materi ataupun jasa. Itulah mengapa dalam kebidanan
terdapat pembelajaran tentang anti korupsi. Diharapkan seorang bidan mampu menjaga
jabatan profesinya dan tidak melakukan suatu bentuk penyelewengan baik materi
ataupun jasa. Bukan tidak mungkin, tahun demi tahun banyak penyelewengan tindakan
korupsi yang dilakukan oleh bidan. Mungkin anda sendiri pernah mendengar tentang
kasus yang berkenaan dengan korupsi dalam pelayanan kesehatan.

melekat pada jabatan/kedudukan tersebut dipidana dengan pidana Sebagai contoh


dalam kasus ini adalah di puskesmas. Saya mencoba mengungkap korupsi yang
dilakukan pihak puskesmas terhadap pelayanan kepada masyarakat yang saya ambil dari
berita elektronik yang terjadi di salah satu puskesmas ternama. Salah satu indikasinya adalah
dalam proses pengadaan obat untuk puskesmas itu sendiri. Biasanya puskesmas akan
mengadakan tender pengadaan obat puskesmas untuk persediaan obat yang puskesmas
butuhkan. Akan ada distributor ataupun sales yang akan datang dan menawari obat yang
mereka butuhkan. Tender diadakan sesuai dengan prosedur pengadaan barang dan ini adalah
sah menurut hukum dan tidak terjadi penyimpangan. Namun biasanya pihak pemenang
tender akan memberikan bingkisan “terima kasih” kepada pihak yang telah memenangkan
tender itu. Dalam hal ini adalah kepala puskesmas yang berwenang untuk memberikan
keputusan terhadap pemenang tender yang dipilih. Setelah tender dimenangkan oleh salah
satu pihak, maka ucapan “terima kasih” ini akan diberikan. Ucapan ini biasanya dalam
bentuk bingkisan ataupun berupa uang. Padahal dalam undang- undang dikatakan bahwa
dilarang menerima bingkisan apapun dari orang/ badan usaha tanpa tujuan dan maksud
yang jelas. Seperti yang tertera dalam UU RI No.21 2001 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi pasal 13, setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada
pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan/wewenang yang melekat pada
jabatan/kedudukannya/oleh pemberi hadiah/janji dianggap penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Sehingga bagi pemberi hadiah atau bingkisan atau janji ataupun parcel dapat juga dipidana
atas pemberiannya kepada pejabat ataupun pegawai negeri yang memiliki kekuasaan
ataupun wewenang yang terdapat didalamnya.

Indikasi inilah yang menjadi pemicu adanya korupsi kecil-kecilan yang


terjadi dalam puskesmas yang menyimpang dari prinsip ketuhanan yang maha esa. Ada
juga korupsi yang lain antara lain penggunaan obat untuk kepentingan pribadi namun
tidak dicatat dalam daftar pemakaian obat. Meskipun ini sifatnya ringan namun hal ini
akan menjadi sebuah budaya korupsi yang tidak akan hilang dari Negara Indonesia.

Padahal akibatnya sangat serius bagi masa depan bangsa. budaya korupsi adalah
penyebab terjadinya kemunduran dan keterbelakangan suatu masyarakat. Sebuah bangsa
akan hancur ketika moralitasnya hancur. Memang korupsi yang terjadi dalam puskesmas
itu sifatnya kecil, namun apabila hal itu terus terjadi tidak menutup kemungkinan
mengakibatkan kerugian Negara yang tidak kecil. Meskipun ini diluar prosedur
pelayanan untuk masyarakat, namun hal ini tentunya menjadi akar dalam berbagai
penyimpangan yang ada di puskesmas karena tidak menutup kemungkinan hal-hal
diluar prosedur dimanfaatkan sebagai lahan basah untuk korupsi. Solusi dalam masalah ini
adalah tiap-tiap kepala puskesmas mempunyai rekening bank tunggal yang apabila
dilakukan pemeriksaan akan terlihat jelas darimana asal semua transaksi yang masuk
yang berasal dari luar gaji sebagai kepala puskesmas. Audit untuk kasus ini akan lebih
mudah karena auditor tidak perlu memeriksa rekening yang lain sehingga audit menjadi
lebih cepat selesai.

Untuk pemenang tender ataupun pihak mana saja yang ingin menang atas tender
pengadaan obat atau tender apa saja yang berkaitan dengan puskesmas, apabila ada indikasi
penyuapan ataupun pemberian bingkisan yang dirasa mempunyai maksud tertentu
didalamnya, maka dapat ditindak lanjuti. Sehingga bingkisan, hadiah ataupun janji yang
diberikan kepada kepala puskesmas tidak akan ada karena adanya dakwaan yang bisa
diperkarakan di meja hijau.

D.MENGIDENTIFIKASI BENTUK KORUPSI DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN

1.Register Kohort
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi
dan balita dengan tujuan Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang
terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

Jenis Register Kohort :

a.Register Kohort Ibu

Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin,
serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang
mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir
tanpa adanya duplikasi informasi

b.Register Kohort Bayi

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal

c.Register Kohort Balita

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun

2.PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat)

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat.Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita Kegiatan PWS KIA terdiri dari :

 Pengumpulan

 Pengolahan

 Analisis

 Interpretasi data

 Penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait


untuk tindak lanjut

 Pengumpulan Data PWS KIA

 Data Sasaran

 Jumlah Seluruh ibu hamil

 Jumlah seluruh ibu bersalin

 Jumlah ibu nifas

 Jumlah seluruh bayi

 Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS)

 Data Pelayanan

 Jumlah K1 dan K4

 Jumlah persalinan yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan

 Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali ( KF 3 ) oleh Tenaga Kesehatan

 Jumlah Neonatus yang mendapat pelayanan kesehatan pada umur 6-48 jam

 Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan lengkap ( KN lengkap )

 Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dengan faktor resiko/komplikasi
yang di deteksi oleh Masyarakat

 Jumlah Kasus komplikasi obstetri yang ditangani

 Jumlah Neonatus dengan komplikasi yangg ditangani

 anak balita (12—59 bulan) yang mendapat pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali

 Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar

 Jumlah peserta KB aktif


 Defenisi operaional :

 Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman


dalam memberikan pelayanan kebidanan

 Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik

 Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien

 Ada diagnosa kebidanan

 Ada rencana asuhan kebidanan

 Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan

 Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan

 Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan

 Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan

 Langkah-Langkah dalam Manajemen Kebidanan

Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen


pada umumnya. Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kordinasi dan pengawasan (supervisi dan
evaluasi).

 Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

1. Anamnesa
a..Biodata ( Nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan)

b.Riwayat Menstruasi (menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah


yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe,
gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagia, menoraghi), gejala premenstrual)

c.Riwayat Kesehatan

d.Riwayat perkawinan

e..Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

 Jumlah kehamilandan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup)


 Riwayat npersalinan jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya
melahirkan,cara melahirkan
 Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, Misalnya : Pre- eklampsi, infeksi, dll

f.Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

g.Pengetahuan Klien

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital

3. Pemeriksaan khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)

4. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, catatan terbaru dan sebelumnya)

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada


dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan
overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah
tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu
memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang
perlu disampaikan kepada dokter.
 Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah


berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik.

1. Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan


dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan:

 Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

 Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

 Memiliki ciri khas kebidanan

 Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan

 Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak


dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal- hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.

Sebagai contoh :

 Diagnosa : kemungkinan wanita hamil

 Masalah : wanita tersebut tidak menginginkan kehamilannya.


2.Masalah

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai.

Contoh perumusan masalah :

Masalah Dasar

➢ Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil

➢ Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi
persalinan.

 Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose salah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:

1. Besar dari masa kehamilan

2. Ibu dengan diabetes kehamilan, atau

3. Kehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya


dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-
siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.
Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran
kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus
premature atau bayi kecil.

Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan
pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap
bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

 Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau


untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan,
terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru
mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi,
atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan
kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

 Langkah V : Merenlanakan Asuhan yang Menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial- ekonomi, kultural atau
masalah psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah
ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus
rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.

Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan
tidak berbahaya.

 Langkah VI : Melaksanakan Asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,
atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan

agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).

 Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah

dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang

sebagian belum efektif.


BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai