OLEH :
OLEH
KELOMPOK 2
4. FEBY NAITBOHO
6.HABRITA DJORO
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatNya lah maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “MELAKUKAN
PRAKTEK IDENTIFIKASI BENTUK KORUPSI DI RUMAH SAKIT DAN
PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS”. Melalui kata pengantar ini saya lebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini
saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa Terimakasih dan semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan DI Rumah Sakit
B. Saran..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu
melahirkan.Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang
sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong
ibu melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.Sebagai seorang bidan janganlah
memilih-milih klien miskin atau kaya karena tugas seorang bidan adalah membantu ibu,
bukan mengejar materi.Pasien wajib memberikan hak kepada ibu bidan yang telah
menolong persalinan ibu melahirkan.Di makalah ini kami akan membahas tentang peran
dan fungsi bidan yang mana dalam pelaksanaan profesinya,bidan memiliki banyak tugas
serta peran-perannya.
C.TUJUAN
PEMBAHASAN
Peran dan fungsi bidan di Rumah sakit tidak jauh berbeda dengan peran dan fungsi
bidan praktek swasta pada umumnya yaitu:
Bidan di rumah sakit adalah seseorang yang memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan dan
pemantauan kondisi ibu hamil,menilai kebutuhan perawatan dan membuat rencana perawatan
dalam sebuah jurnal ,serta memberikan dukungan emosional dan informasi kepada ibu hamil
yang akan melakukan persalinan.
b.Tugas Kolaborasi
2.Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
1.Fungsi Pelaksana
2.Fungsi Pengelola
d.Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
3.Fungsi Pendidik
a.Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga
berencana
b.Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan
c.Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyaraka
d.Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya
4.Fungsi peniliti
b.Melakukan penelitian kebidanan klien dan keluarga yang berkunjung ke Rumah Sakit
Bidan Komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di wilayah
kerja tertentu.Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kau perempuan khususnya ibu dan anak.
Menurut Suryani (2007) tugas utama bidan di komunitas disesuaikan dengan peran
bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti, tugas tersebut antara lain:
Dalam menjalankan peran sebagai pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan, bidan
memiliki tugas mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Tugas mandiri
Menentukan diagnosis
2.Memberi layanan dasar pada pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan
mereka sebagai klien, mencakup:
1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan remaja dan wanita dalam masa
pranikah baik individu maupun di masyarakat
1.Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil baik individu
maupun di masyarakat
3.Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
4.Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana bersama yang telah disusun
6.Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
6. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioritas
2 .Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Langkah yang harus diingat adalah jadwal kunjungan pada BBL, laporan tentang
kelahiran dan kelengkapan surat kelahiran.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
1.Masalah gizi yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan pada ibu nifas
2.Informasi yang berkaitan dengan pemberian makanan baik ASI maupun pendamping
ASI (PASI)
3.Informasi tentang latihan bagi ibu nifas, salah satunya adalah senam nifas
8. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
Tugas kolaborasi
1.Mengakaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi
3.Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta
kerjasama dengan klien.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi.
3.Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4.Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan
memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2.Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawat daruratan.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga :
1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi
2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawat daruratan.
3.Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi yang melibatkan klien dan keluarga.
1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2.Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawat daruratan.
3.Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
yang memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4.Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
f. Memberikan asuhan kebidana pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.
1.Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bati balita dengan resiko tinggi
dankeadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2.Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawatdaruratan.
3.Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas.
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan kita harus bisa menjalankan
amanah dan janji yang telah disumpahkan kepada kita. Bukan hanya itu, sebagai bidan
kita harus bisa mempertanggung jawabkan tugasnya terhadap kode etik kebidanan. Kode
etik ini dibuat bukan hanya sebagai bahan bacaan saja tetapi digunakan sebagai tolok
ukur untuk bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Selain itu, Bidan harus
menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman.. Hati nurani mengetahui perbuatan individu
yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat bersifat fisik
ataupun secara verbal. Sedangkan untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang
sulit, bidan dapat berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih
bisa dipakai karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini. Bidan harus bisa
bersikap adil dan mengelola dana pembiyayaan dengan sebaik mungkin. Bidan
tidak boleh membeda-bedakan pasiennya. Misalnya jika pasien yang datang kaya maka
dia akan memberikan KIE dengan panjang lebar dan biyayanya dimahal-
mahalkan.Sedangkan jika pasiennya kurang mampu,dia malas
memberikan KIE jadi seperlunya saja. Jelaslah bahwa itu melanggar hak asasi dan
termasuk korupsi, baik korupsi materi ataupun jasa. Itulah mengapa dalam kebidanan
terdapat pembelajaran tentang anti korupsi. Diharapkan seorang bidan mampu menjaga
jabatan profesinya dan tidak melakukan suatu bentuk penyelewengan baik materi
ataupun jasa. Bukan tidak mungkin, tahun demi tahun banyak penyelewengan tindakan
korupsi yang dilakukan oleh bidan. Mungkin anda sendiri pernah mendengar tentang
kasus yang berkenaan dengan korupsi dalam pelayanan kesehatan.
Padahal akibatnya sangat serius bagi masa depan bangsa. budaya korupsi adalah
penyebab terjadinya kemunduran dan keterbelakangan suatu masyarakat. Sebuah bangsa
akan hancur ketika moralitasnya hancur. Memang korupsi yang terjadi dalam puskesmas
itu sifatnya kecil, namun apabila hal itu terus terjadi tidak menutup kemungkinan
mengakibatkan kerugian Negara yang tidak kecil. Meskipun ini diluar prosedur
pelayanan untuk masyarakat, namun hal ini tentunya menjadi akar dalam berbagai
penyimpangan yang ada di puskesmas karena tidak menutup kemungkinan hal-hal
diluar prosedur dimanfaatkan sebagai lahan basah untuk korupsi. Solusi dalam masalah ini
adalah tiap-tiap kepala puskesmas mempunyai rekening bank tunggal yang apabila
dilakukan pemeriksaan akan terlihat jelas darimana asal semua transaksi yang masuk
yang berasal dari luar gaji sebagai kepala puskesmas. Audit untuk kasus ini akan lebih
mudah karena auditor tidak perlu memeriksa rekening yang lain sehingga audit menjadi
lebih cepat selesai.
Untuk pemenang tender ataupun pihak mana saja yang ingin menang atas tender
pengadaan obat atau tender apa saja yang berkaitan dengan puskesmas, apabila ada indikasi
penyuapan ataupun pemberian bingkisan yang dirasa mempunyai maksud tertentu
didalamnya, maka dapat ditindak lanjuti. Sehingga bingkisan, hadiah ataupun janji yang
diberikan kepada kepala puskesmas tidak akan ada karena adanya dakwaan yang bisa
diperkarakan di meja hijau.
1.Register Kohort
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi
dan balita dengan tujuan Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang
terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin,
serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang
mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir
tanpa adanya duplikasi informasi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun
PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat.Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita Kegiatan PWS KIA terdiri dari :
Pengumpulan
Pengolahan
Analisis
Interpretasi data
Data Sasaran
Data Pelayanan
Jumlah K1 dan K4
Jumlah Neonatus yang mendapat pelayanan kesehatan pada umur 6-48 jam
Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dengan faktor resiko/komplikasi
yang di deteksi oleh Masyarakat
anak balita (12—59 bulan) yang mendapat pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali
Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
1. Anamnesa
a..Biodata ( Nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan)
c.Riwayat Kesehatan
d.Riwayat perkawinan
f.Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
g.Pengetahuan Klien
1. Diagnosa kebidanan
Sebagai contoh :
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai.
Masalah Dasar
➢ Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi
persalinan.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose salah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
3. Kehamilan kembar
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan
pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap
bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial- ekonomi, kultural atau
masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah
ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus
rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan
tidak berbahaya.
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,
atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
PENUTUP