Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKOLEGAL

PERAN DAN FUNGSI BIDAN

Di Susun Oleh :

1. Ade Okta Fajarianti


2. Minggu Hakta Riama Pasaribu
3. Yunita Ratna Sari Sutiyo

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


TANJUNG KARANG
PRODI DIV KEBIDANAN METRO
2015/2016
A. PERAN BIDAN

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 : 112 )

Peran bidan yang diharapkan adalah:

1. Sebagai pelaksana,

Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi
dan tugas ketergantungan

a. Tugas Mandiri/ Primer

Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan
sesuai kewenangannya, meliputi:

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


yang diberikan.

2) Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan


melibatkan mereka sebagai klien

3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal

4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa


persalinan dengan melibatkan klien /keluarga

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

6) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas


dengan melibatkan klien /keluarga

7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur


yang membutuhkan pelayanan KB.

8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan


sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan nifas.

b. Tugas Kolaborasi

Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan
kesehatan

1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi

3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan


dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga

4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga

5. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan meliatkan klien dan keluarga

6. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan


yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga

c. Tugas Ketergantungan / Merujuk

yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang

dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal maupun
vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


sesuai dengan fungsi rujukan keterlibatan klien dan keluarga

2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada


ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan

3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada


masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga

4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada


ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga

5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu


dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan

Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana:

1. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien


2. Menentukan diagnosa / masalah
3. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun
5. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut tindakan
7. Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga

2. Peran sebagai pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim

a. Pengembangkan pelayanan dasar kesehatan

Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan


untuk individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat/ klien meliputi :

1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.

2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat

3) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB sesuai


dengan rencana.

4) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau


petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB

5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan


masyarakat khususnya KIA KB termasuk pemanfaatan sumber yang ada
pada program dan sektor terkait.

6) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat


serta memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang
ada

7) Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan


praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan
dalam kelompok profesi

8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan


b. Berpartisipasi dalam tim

Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain yang berada di
wilayah kerjanya, meliputi :

1) Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim


dalam memberi asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut

2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB


dan masyarakat

3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan


petugas kesehatan lain

4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi

5) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan


dengan kesehatan

3. Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik


dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader

a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada


individu, keluarga dan masyarakat tentang penanggulanagan masalah
kesehatan khususnya KIA/KB

b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan


serta membina dukun di wilayah kerjanya.

Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan yaitu :

1) mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan

2) menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk penyuluhan

3) menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan

4) melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan

5) mengevaluasi hasil pendidikan dan penyuluhan

6) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan

7) mendokumentasikan kegiatan

4. Peran sebagai peneliti


Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun kelompok.

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian


2. Menyusun rencana kerja
3. Melaksanakan investigasi
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program
kerja atau pelayanan kesehatan.

B. FUNGSI BIDAN

Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja
bagian tubuh (Tim Media Pena,2002:117)

Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut :

1. Fungsi Pelaksana

Fungsi bidan pelaksana mencakup:

1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat


(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawnan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai
dengan wewenangnya.

2. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:

1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,


kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:

1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait


dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik
dan di masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.

4. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:

1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB

C. Hubungan Peran Dan Fungsi Bidan Dengan Wewenangan Dan Otonomi


Bidan

1. KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii
pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
1.Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2.Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu
3.Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat,
4.Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan
selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa
bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang
secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan
fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang
vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan
fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah
jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat
tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :

1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat


melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya,
yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan
profesinya
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
penghidupan.

2. PRAKTEK PROFESIONAL BIDAN

Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia
sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya
dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran dan posisi bidan di
masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia,
memberi semangat, membesarkan hati, dan mendampingi, serta menolong ibu
melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.

Dalam naskah kuno, pada zaman prasejarah, tercatat bahwa bidan dari Mesir
(Siphrah dan Poah) berani mengambil risiko menyelamatkan bayi laki-laki bangsa
Yahudi (orang-orang yang dijajah bangsa Mesir) yang diperintahkan oleh Firaun
untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa
kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada pada posisi lemah, yang
pada zaman modern ini kita sebut perara advokasi. Dalam menjalankan tugas dan
praktiknya, bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan, serta kode etik profesi yang dimilikinya.

Ciri profesi bidan:

1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan


pdcerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.

2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya yaitu
Standar Pelayanan Kebidanan, Kode Etik, dan Etika Kebidanan.

3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya.


4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

6. Bidan memiliki organisasi profesi.

7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan


masyarakat.

8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.

Arti dan Ciri Jabatan Profesional

Secara populer, seseorang yang bekerja di bidang apa pun sering diberi predikat
profesional Seorang pekerja profesional menurut bahasa keseharian adalah seorang
pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya meskipun keterampilan atau
kecakapan tersebut merupakan hasil minat dan belajar dari kebiasaan.

Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat profesional yang


diperoleh dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan melakukan keterampilan tertentu
(melalui magang/keterlibatan langsung dalam situasi kerja tertenru dan
mendapatkan keterampilan kerja sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya).

Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dart seorang teknisi.


Baikpekerjaprofesional maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja (mis.,
menguasai teknik kerja yang sama, dapat memecahkan masalah teknis dalam
bidang kerjanya). Akan tetapi, seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi
yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan
rasional, dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan
mucu karyanya.

C.V. Good menjelaskan bahwa-jenis pekerjaan profesional memiliki ciri-ciri tertentu,


yaitu: memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan
pendidikan prajabatan yang relevan), kecakapannya memenuhi persyaratan yang
telah dibakukan oleh pihak yang berwenang (mis., organisasi profesional,
konsorsium dan pemerintah), serta jabatan tersebut mendapat pengakuan
darimasyarakat dan/atau negara.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bidan adalah jabatan profesional
karena memenuhi ketiga persyaratan di atas. Secara lebih rind, ciri-ciri jabatan profesional
adalah sebagai berikut:

1. Pelakunya secara nyata (de facto) dituntut memiliki kecakapan kerja (keahlian) sesuai
dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (spesialisasi).

2. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekadar hasil pembiasaan
atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi harus didasari oleh wawasan keilmuwan yang
mantap. Jabatan profesional juga menuntut pendidikan formal. Jabatan yang terprogram
secara relevan dan berbobot akan terselenggara secara efektif, efisien, serta memiliki tolak
ukur evaluasi yang terstandardisasi.

3. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas sehingga pilihan jabatan serta
kerjanya didasarkan pada kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan
perannya, serta memiliki motivasi dan upaya urituk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini
mendorong pekerja profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan
(menyempurnakan) diri serra karyanya. Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya
dan memiliki etos kerja yang tinggi.

4. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari maryarakat dan/ atau negara.
Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serra kode etik yang harus dipenuhi oleh
pelakunya. Hal ini menjamin kepantasan berkarya dan merupakan tanggung jawab sosial
profesional tersebut.

Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong
jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan
jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang
ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan
negara.

Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional
profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan fungsional.

Bidan Suatu Jabatan Profesional

Sesuai dengan uraian di atas, sudah jelas bahwa bidan adalah jabatan profesional.
Persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional telah dimiliki oleh bidan tersebut.
Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Memberi pelayanan kepada masyarakat yang bersifac khusus atau spesialis.

2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga profesional.

3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.


4. Memiliki kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.

5. Memiliki peran dan fungsi yang jelas.

6. Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur.

7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.

8. Memiliki kode etik bidan.

9. Memiliki etika kebidanan.

10. Memiliki standar pelayanan.

11. Memiliki standar praktik.

12. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.

13. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

3. Standar Pendidikan Profesional

Standar pendidikan bidan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan bidan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar pendidikan
bidan tersebut dibagi atas beberapa standar, antara lain sebagai berikut :

1. Standar Lembaga Pendidikan


2. Standar Falsafah
3. Standar Organisasi
4. Standar Sumber Daya Pendidikan
5. Standar Pola Pendidikan Kebidanan
6. Standar Kurikulum
7. Standar Tujuan Pendidikan
8. Standar Lulusan

Standar I : Lembaga Pendidikan


Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu institusi pendidikan tinggi.
Definisi Operasional :
Penyelenggara pendidikan kebidanan adalah institusi pendidikan tinggi baik
pemerintah maupun swasta sesuai dengan kaidah kaidah yang tercantum pada
sistim pendidikan nasional.

Standar II : Falsafah
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai falsafah yang mencerminkan visi
misi dari institusi yang tercermin pada kurikulum.
Defnisi Operasional :
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai nilai mengenai pendidikan
Kebidanan dan pelayanan kebidanan.
2. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistim pendidikan nasional
Indonesia.

Standar III : Organisasi


Organisasi lembaga pendidikan kebidanan konsisten dengan struktur
administrasi dari pendidikan tinggi dan secara jelas menggambarkan jalur jalur
hubungan keorganisasian, tanggung jawab dan garis kerjasama.
Devinisi Operasional :
a. Struktur organisasi pendidikan kebidanan mengacu pada sistim pendidikan
nasional.
b. Ada kejelasan tentang tata hubungan kerja.
c. Ada uraian tugas untuk masing masing komponen pada organisasi.

Standar IV : Sumber Daya Pendidikan


Sumber daya manusia, finansial dan material dari lembaga pendidikan
kebidanan memenuhi persyaratan dalam kualitas maupun kuantitas untuk
memperlancar proses pendidikan.
Definisi operasional :
1. Dukungan administtrasi tercermin pada anggaran dan sumber-sumber untuk
program.
2. Sumberdaya teknologi dan lahan praktik cukup dan memenuhi persyaratan
untuk mencapai tujuan program.
3.Persiapantenaga pendidik dan kependidikan mengacu pada undang-undang
dan peraturan yang berlaku.
4.Perandan tanggung jawab tenaga pendidik dan kependidikan mengacu pada
undang undang dan peraturan yang berlaku.

Standar V : Pola Pendidikan Kebidanan


Pola pendidikan kebidanan mengacu kepada undang undang sistim
pendidikan nasional, yang terdiri dari :
1. Jalur pendidikan vokasi
2. Jalur pendidikan akademik
3. Jalur pendidikan profesi
Definisi Operasional :
Pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan diploma, pendidikan sarjana,
pendidikan profesi, dan pendidikan pasca sarjana.

Standar VI : Kurikulum
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan kurikulum nasional yang di
keluarkan oleh lembaga yang berwenang dan organisasi profesi serta dikembangkan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan mengacu pada falsafah dan
misi dari lembaga pendidikan kebdanan.
Definisi Operasional :
1. Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada kurikulum nasional yang di
keluarkan oleh Diktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan
nasional dan organisasi profesi serta
2. Dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan
mengacu pada falsafah dan misi dari lembaga pendidikan kebidanan. Dalam
pelaksanaan pendidikan kurikulum dikembangkan sesuai dengan falsafah dan
visi institusi pendidikan kebidanan.

Standar VII : Tujuan Pendidikan


Tujuan dan desain kurikulum pendidikan mencerminkan falsafah pendidikan
kebidanan dan mempersiapkan perkembangan setiap mahasiswa yang berpotensi
khusus.
Definisi Operasional :
1.Tujuan pendidikan merupakan dasar bagi pengembangan kurikulum pendidikan,
pengalaman belajar dan evaluasi.
2. Tujuan pendidikan selaras dengan perilaku akhir yang di tetapkan.
3. Kurikulum meliputi kelompok ilmu dasar (alam, sosial, perilaku, humaniora),
ilmu biomedik, ilmu kesehatan, dan ilmu kebidanan.
4.Kurikulum mencerminkan kebutuhan pelayanan kebidanan dan kesehatan
masyarakat.
5.Kurikulum direncanakan sesuai dengan standar praktik kebidanan.
6.Kurikulum kebidanan menumbuhkan profesinalisme sikap etis, kepemimpinan
dan manajemen.
7.Isi kurikulum dikembangkan sesuai perkembangan teknologi muakhir.

Standar IX : Lulusan
Lulusan pendidikan bidan mengemban tanggung jawab profesional sesuai
dengan tingkat pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan,
merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
2. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan
profesiona, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di
institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
3.Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan
maupun praktik perorangan.
4. Lulusan program kebidanan, tingkat master dan doktor melakukan praktik
kebidanan lanjut, penelitian, pengembangan, konsultan pendidikan dan
ketatalaksanaan pelayanan.
5. Lulusan wajib berperan aktif dan ikut serta dalam penentuan kebijakan dalam
bidang kesehatan.
6. Lulusan berperan aktif dalam merancang dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebagai tanggapan terhadap perkembangan masyarakat.

4. STANDAR PENDIDIKAN BERKELANJUTAN BIDAN

Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan


kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral karyawan / bidan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan atau pelayanan dan standar yang telah ditentukan
oleh konsil melalui pendidikan formal.
Standar berkelanjutan bidan terdiri atas :

1. Standar organisasi
2. Standar falsafah
3. Standar sumber daya pendidikan
4. Standar program pendidikan dan pelatihan
5. Standar fasilitas
6. Standar dokumen penyelenggarann pendidikan berkelanjutan
7. Standar pengendalian mutu

Standar I : Organisasi
Penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan bidan berada di bawah organisasi
ikatan bidan indonesia (IBI) pada tingkat pengurus pusat (PP-IBI),pengurus daerah
(PD-IBI) dan pengurus cabang (PC-IBI)
Definisi Operasional:
1. Pendidikan berkelanjutan untuk bidan,terdapat dalam organisasi profesi IBI .
2. Keberadaan pendidikan berkelanjutan bidan dalam organisasi profesi
IBI,disahkan oleh PP-IBI/PC-IBI

Standar II : Falsafah
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai falsafah yang selaras
dengan falsafah organisasiprofesi IBI yang tercermin visi, misi, dan tujuan.
Definisi operasional:
1. Bidan harus mengembangkan diri dan belajarsepanjang hidupnya.
2. Pendidikan berkelanjutan merupakan kebutuhan untuk
meningkatkankemampuan bidan.
3. Melalui penelitian dalam pendidikan berkelanjutan akan memperkaya body of
knowledge ilmu kebidanan.

Standar III : Sumber Daya Pendidikan


Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai sumber daya manusia,
,finansial, dan material untuk memperlancar proses pendidikan berkelanjutan.
Definisi operasional:
1. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi dan mampu
melaksanakan atau mengelola pendidikan berkelanjutan.
2. Ada sumber finansial yang menjamin terselenggaranya program.

Standar IV : Program Pendidikan Dan Pelatihan


Pendidikan berkelanjuta bidan memiliki program pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan.
Definisi operasional:
1. Program pendidikan berkelanjutan bidan berdasarkan hasil pengkajian
kelayakan.
2. Ada program yang sesuai dengan hasil pengkajian kelayakan.
3. Program tersebut disahkan/ terakreditasi organisasi ibi (pp/pd/pc), yang di
buktikan dengan adanya sertifikat.

Standar V : Fasilitas
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas pembelajaran yang sesuai
dengan standar
Definisi operasional:
1. Tersedia fasilitas pembelajaran yang terakreditasi
2. Tersedia fasilitas pembelajaran yang sesuai perkembangan ilmu tehnologi.

Standar VI : Dokumen Penyelenggarann Pendidikan Berkelanjutan


Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan bidan perlu pendokumentasian
Definisi operasional:
1. Ada dokumentasi pelaksanaan pendidikan,pelatihan dan pengembangan.
2. Ada laporan pelaksanaan pendidikan ,pelatihan dan pengembangan.
3. Ada laporan evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada rencana tindak lanjut yang jelas

Standar VII : Pengendalian Mutu


Pendidikan berkelanjutan bidan melaksanakan pengendalian mutu
pendidikan,pelatihan dan pengembangan.
Definisi operasional:
1. Ada program peningkatan mutu pendidikan , pelatihan dan pengembangan.
2. Ada penilaian mutu proses pendidikan , pelatihan dan pengembangan.
3. Ada penilaian mutu pendidikan ,pelatihan dan pengembangan.
4. Ada umpan balik tentang penilaian mutu
5.ada tindak lanjut dari penilaian mutu.

3. STANDAR KOPETENSI BIDAN


Menurut Hasibuan (2000) dan Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi
kompetensi seseorang yaitu : pendidikan, keyakinan, keterampilan, pengalaman,
karakteristik pibadi, motivasi dan isue emosional. Pendapat Siagian, (2000) dan
Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi kompetensi adalah : pendidikan,
minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa kerja.

Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan
dan memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM
Februari 1999, kompetensi bidan sebagai berikut :
1.Bidan memiliki persyarakatan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
a.Memberikan informed concent kepada pasien.
b. Melakukan pengambilan sediaan darah untuk pemeriksaan lab sederhana.
c. Melakukan pemeriksaan protein urine.
d. Melakukan pemeriksaan reduksi urine.
e. Melakukan pemeriksaan HB.

2.Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang


tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan
menjadi orang tua.
a.Melakukan pemeriksaan fisik ibu pra hamil
b.Memberikan KIE bagi ibu pra hamil termasuk persiapan menjadi orang tua.
c. Memberikan pelayanan KB pada masa interval.
d.Memberikan KIE KB pada masa interval.
e. Dll.

3.Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan


kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan
dari komplikasi tertentu.
a.Melakukan pemeriksaan ibu hamil kunjungan awal.
b.Melakukan pemeriksaan ibu hamil kunjungan ulang.
c.Mengajarkan senam hamil.
d. Melakukan rujukan ibu hamil tidak normal.
e. Dll.

4.Bidan memberikan asuhan bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya


setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih, aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan BBL.
a.Melakukan pertolongan persalinan normal pervaginam.
b.Melakukan episiotomi dan menjahit perineum pada persalinan normal.
c. Melakukan amniotomi pada persalinan Kala I.
d. Melakukan pemeriksaan pervaginam pada persalinan Kala I.
e. Melakukan pertolongan pada atonia uteri.
f. Dll.

5. Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
terhadap budaya setempat.
a.Melakukan pemeriksaan ibu nifas.
b. Melakukan perawatan payudara pada ibu nifas normal.
c.Melatih senam nifas pada ibu nifas normal.
d.Mengatasi mastitis pada ibu nifas .
e. Memberikan KIE pada ibu nifas normal.
f. Mengajarkan teknik menyusui yang baik.
g. Dll.

6. BIdan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada BBL sampai
dengan usia 1 bulan.
a.Melakukan pemeriksaan fisik pada BBL.
b.Melakukan resusitasi pada bayi asfiksia.
c. Melakukan perawatan tali pusat.
d. Mencegah hipotermi pada BBL.
e. Melakukan rujukan bayi baru lahir tidak normal.
f. Dll.
7.Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita
sehat (1 bulan sampai dengan 5 tahun)
a.Melakukan pemantauan tumbuh kembang.
b. Memberikan KIE pada balita.
c. Melakukan rujukan balita sakit.
d. Dll.

8.Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada keluarga,


kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
a. Melakukan pengkajian kebutuhan masyarakat (individu, keluarga dan
masyarakat).
b.Melakukan analisis sosial dan analisis situasi di masyarakat dengan
menggunakan pendekatan kemasyarakatan.
c. Melakukan advokasi kepada pihak terkait.
d. Melaksanakan musyawarah masyarakat desa.
e. Menyusun program tahunan yankesmas.
f. Melakukan pemantauan KIA dengan PWS KIA.
g. Dll.

9.Melaksanakan asuhan kebidanan pada perempuan/ ibu dengan gangguan sistem


reproduksi.
a. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan PMS.
B.Melaksanakan rujukan dengan pasien PMS.
c. Memberikan pelayanan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada
gangguan sistem reproduksi.
d. Melakukan digital pada abortus inkomplit.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan pasca abortus.
f. Dll.

4. STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN


Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan
langkah yaitu pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa
perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Metode asuhan yang seharusnya digunakan itu adalah :
a. Metode Varney : Metode managemen kebidanan yang mempunyai 7
langkah.
b. Metode SOAP : Metode managemen kebidanan yang mempunyai 5 langkah.

Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan kilen dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis. Pada masing
masing metode baik Varney maupun SOAP mempunyai langkah langkah yang
berbeda.
Pada metode Varney, pengumpulan data ini dinamakan Pengumpulan data dasar.
Pada langkah awal ini dikumpulkan semua informasi data yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan klien untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
Pada metode SOAP, pengumpulan data ini dinamakan S yaitu :
SubjekMenggambarkan pendokumentasia hanya pengumpulan data klien
melaluianamnesis.
Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau
keluarga (identitas umum, keluhan riwayat menaeche, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penyakitt keturunan, riwayat psikososial, pola hidup.
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang berhubungan dengan diagnose. Pada orang yang bisu, dibagian data
dibelakang S diberi tanda O atau X ini menandakan orang itu bisu. Data
subjektif menguatkan diagnose yang akan dibuat.
Dan juga disebut O yaitu Objektif.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisikj klien, hasil lab, dan
test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung
assessment.
Tanda gejala objektif yang diperoleh hasil pemeriksaan (tanda KU, Fital Sigh,
khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboraturium dan pemeriksaan penunjang).
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, aukultasi dan perkusi. Data ini member bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis,
hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi ( hasil Laboraturium, sinar X,
rekaman CTG, dan lain lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan kedalam kategori ini. Apa yag diobservasi oleh bidan akan menjadi
komponen yang berarti dari diagnose yang ditegakkan.

Standar III : Diagnosa kebidanan


Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan. Setelah mendapat data data yang dianggap penting, dilanjutkan
dengan mendiagnosa klien.
Pada metode Varney ini disebut Identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan masalah dan
diagnosa yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya
harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi
harus mendapatkan penanganan(Suryani, 2008; h. 99).

Kemudian juga disebut Identifikasi diagnosa / masalah potensial dan antisipasi


penanganannya. Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Suryani, 2008;
h. 99).
Sedangkan pada metode SOAP ini disebut A : Assessment, yaitu :
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses
yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan
dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa / masalah
a) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien :
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang
di dapat.
b) Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien
terganggu, kemungkinan menggangu kehamilan / kesehatan tetapi tidak
masuk dalam diagnosa.
2. Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial

Standar IV : Rencana asuhan


Rencana Asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan. Pada
metode Varney rencana asuhan dinamakan Mengidentifikasi kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan yang tidak
hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi
juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru
yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa mengindikasikan
sebuah situasi kegawatdaruratan yang mengharuskan bidan mengambil tindakan
secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. (Suryani, 2008; h. 99)
Merencanakan asuhan.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebudanan
terhadap diiagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di antisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dilengkapi (Suryani, 2008; h. 99).
Sedangkan pada metode SOAP ini disebut P : Planning yaitu perencanaan.
Pada langkah perencanaan, didokumentasikan perencanaan tindakan asuhan dan
hasil evaluasi dari perencanaan asuhan.

Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Pada metode VARNEY, langkah ini dinamakan, Menetapkan Kebutuhan Tindakan
Segera.
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain, atau rujukan
berdasarkan Kondisi Klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat
terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan tindakan segera
untuk menangani/mengatasi diagnosa/masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga
mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan
segera untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
atau anak (misalnya menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia
bahu pada kala II). Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan rujukan
dengan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, maka bidan
perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu
seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan tindakan harus sesuai
dengan prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa /
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency / segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri
kolaborasi atau rujukan.

Standar VI : Partisipasi klien


Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama / partisipasi klien dan keluarga
dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
Pada metode Varney Tindakan dinamakan IMPLEMENTASI Pada langkah ini
pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan
klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau diperlukan. Apabila ada tindakan
yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan
yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama
yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan.

Standar VII : Pengawasan


Monitor / pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien. Pengawasan ini dilakukan ketika
pertama kali klien datang sampai masa matur. Pengawasan dari mulai riwayat
kehamilan sekarang, riwayat kebidanan yang lalu, riwayat menstruasi, riwayat
pemakaian kontrasepsi, riwayat kesehatan, status sosial klien, pola konsumsi
makanan dan minuman, kebiasaan yang merugikan klien, pengetahuan klien tentang
kehamilannya.

Standar VIII : Evaluasi


Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan
kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Evalusi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif
sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali
dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian ulang (memeriksa
kondisi klien). Proses avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses
penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut.

Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan. Ada dua model pendokumentasian, yaitu metode Varney
dan metode SOAP.
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
Dokumentasi asuhan pada ibu hamil adalah keterangan tertulis dari seluruh
proses asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, mulai dari pengkajian data subjektif
dan objektif, rumusan diagnosis, rencana dan pelaksanaan tindakan serta hasil
evaluasinya (Mandriwati, 2008)

Anda mungkin juga menyukai