Di Susun Oleh :
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 : 112 )
1. Sebagai pelaksana,
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi
dan tugas ketergantungan
Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan
sesuai kewenangannya, meliputi:
b. Tugas Kolaborasi
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan
kesehatan
4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga
5. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan meliatkan klien dan keluarga
yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang
dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal maupun
vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim
1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain yang berada di
wilayah kerjanya, meliputi :
7) mendokumentasikan kegiatan
B. FUNGSI BIDAN
Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja
bagian tubuh (Tim Media Pena,2002:117)
Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut :
1. Fungsi Pelaksana
2. Fungsi Pengelola
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
4. Fungsi Peneliti
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii
pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
1.Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2.Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu
3.Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat,
4.Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan
selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa
bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang
secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan
fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang
vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan
fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah
jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat
tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia
sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya
dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran dan posisi bidan di
masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia,
memberi semangat, membesarkan hati, dan mendampingi, serta menolong ibu
melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Dalam naskah kuno, pada zaman prasejarah, tercatat bahwa bidan dari Mesir
(Siphrah dan Poah) berani mengambil risiko menyelamatkan bayi laki-laki bangsa
Yahudi (orang-orang yang dijajah bangsa Mesir) yang diperintahkan oleh Firaun
untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa
kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada pada posisi lemah, yang
pada zaman modern ini kita sebut perara advokasi. Dalam menjalankan tugas dan
praktiknya, bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan, serta kode etik profesi yang dimilikinya.
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya yaitu
Standar Pelayanan Kebidanan, Kode Etik, dan Etika Kebidanan.
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
Secara populer, seseorang yang bekerja di bidang apa pun sering diberi predikat
profesional Seorang pekerja profesional menurut bahasa keseharian adalah seorang
pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya meskipun keterampilan atau
kecakapan tersebut merupakan hasil minat dan belajar dari kebiasaan.
1. Pelakunya secara nyata (de facto) dituntut memiliki kecakapan kerja (keahlian) sesuai
dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (spesialisasi).
2. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekadar hasil pembiasaan
atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi harus didasari oleh wawasan keilmuwan yang
mantap. Jabatan profesional juga menuntut pendidikan formal. Jabatan yang terprogram
secara relevan dan berbobot akan terselenggara secara efektif, efisien, serta memiliki tolak
ukur evaluasi yang terstandardisasi.
3. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas sehingga pilihan jabatan serta
kerjanya didasarkan pada kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan
perannya, serta memiliki motivasi dan upaya urituk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini
mendorong pekerja profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan
(menyempurnakan) diri serra karyanya. Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya
dan memiliki etos kerja yang tinggi.
4. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari maryarakat dan/ atau negara.
Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serra kode etik yang harus dipenuhi oleh
pelakunya. Hal ini menjamin kepantasan berkarya dan merupakan tanggung jawab sosial
profesional tersebut.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong
jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan
jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang
ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan
negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional
profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan fungsional.
Sesuai dengan uraian di atas, sudah jelas bahwa bidan adalah jabatan profesional.
Persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional telah dimiliki oleh bidan tersebut.
Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
12. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
Standar pendidikan bidan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan bidan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar pendidikan
bidan tersebut dibagi atas beberapa standar, antara lain sebagai berikut :
Standar II : Falsafah
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai falsafah yang mencerminkan visi
misi dari institusi yang tercermin pada kurikulum.
Defnisi Operasional :
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai nilai mengenai pendidikan
Kebidanan dan pelayanan kebidanan.
2. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistim pendidikan nasional
Indonesia.
Standar VI : Kurikulum
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan kurikulum nasional yang di
keluarkan oleh lembaga yang berwenang dan organisasi profesi serta dikembangkan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan mengacu pada falsafah dan
misi dari lembaga pendidikan kebdanan.
Definisi Operasional :
1. Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada kurikulum nasional yang di
keluarkan oleh Diktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan
nasional dan organisasi profesi serta
2. Dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan
mengacu pada falsafah dan misi dari lembaga pendidikan kebidanan. Dalam
pelaksanaan pendidikan kurikulum dikembangkan sesuai dengan falsafah dan
visi institusi pendidikan kebidanan.
Standar IX : Lulusan
Lulusan pendidikan bidan mengemban tanggung jawab profesional sesuai
dengan tingkat pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan,
merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
2. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan
profesiona, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di
institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
3.Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan
maupun praktik perorangan.
4. Lulusan program kebidanan, tingkat master dan doktor melakukan praktik
kebidanan lanjut, penelitian, pengembangan, konsultan pendidikan dan
ketatalaksanaan pelayanan.
5. Lulusan wajib berperan aktif dan ikut serta dalam penentuan kebijakan dalam
bidang kesehatan.
6. Lulusan berperan aktif dalam merancang dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebagai tanggapan terhadap perkembangan masyarakat.
1. Standar organisasi
2. Standar falsafah
3. Standar sumber daya pendidikan
4. Standar program pendidikan dan pelatihan
5. Standar fasilitas
6. Standar dokumen penyelenggarann pendidikan berkelanjutan
7. Standar pengendalian mutu
Standar I : Organisasi
Penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan bidan berada di bawah organisasi
ikatan bidan indonesia (IBI) pada tingkat pengurus pusat (PP-IBI),pengurus daerah
(PD-IBI) dan pengurus cabang (PC-IBI)
Definisi Operasional:
1. Pendidikan berkelanjutan untuk bidan,terdapat dalam organisasi profesi IBI .
2. Keberadaan pendidikan berkelanjutan bidan dalam organisasi profesi
IBI,disahkan oleh PP-IBI/PC-IBI
Standar II : Falsafah
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai falsafah yang selaras
dengan falsafah organisasiprofesi IBI yang tercermin visi, misi, dan tujuan.
Definisi operasional:
1. Bidan harus mengembangkan diri dan belajarsepanjang hidupnya.
2. Pendidikan berkelanjutan merupakan kebutuhan untuk
meningkatkankemampuan bidan.
3. Melalui penelitian dalam pendidikan berkelanjutan akan memperkaya body of
knowledge ilmu kebidanan.
Standar V : Fasilitas
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas pembelajaran yang sesuai
dengan standar
Definisi operasional:
1. Tersedia fasilitas pembelajaran yang terakreditasi
2. Tersedia fasilitas pembelajaran yang sesuai perkembangan ilmu tehnologi.
Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan
dan memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM
Februari 1999, kompetensi bidan sebagai berikut :
1.Bidan memiliki persyarakatan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
a.Memberikan informed concent kepada pasien.
b. Melakukan pengambilan sediaan darah untuk pemeriksaan lab sederhana.
c. Melakukan pemeriksaan protein urine.
d. Melakukan pemeriksaan reduksi urine.
e. Melakukan pemeriksaan HB.
5. Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
terhadap budaya setempat.
a.Melakukan pemeriksaan ibu nifas.
b. Melakukan perawatan payudara pada ibu nifas normal.
c.Melatih senam nifas pada ibu nifas normal.
d.Mengatasi mastitis pada ibu nifas .
e. Memberikan KIE pada ibu nifas normal.
f. Mengajarkan teknik menyusui yang baik.
g. Dll.
6. BIdan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada BBL sampai
dengan usia 1 bulan.
a.Melakukan pemeriksaan fisik pada BBL.
b.Melakukan resusitasi pada bayi asfiksia.
c. Melakukan perawatan tali pusat.
d. Mencegah hipotermi pada BBL.
e. Melakukan rujukan bayi baru lahir tidak normal.
f. Dll.
7.Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita
sehat (1 bulan sampai dengan 5 tahun)
a.Melakukan pemantauan tumbuh kembang.
b. Memberikan KIE pada balita.
c. Melakukan rujukan balita sakit.
d. Dll.
Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan kilen dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis. Pada masing
masing metode baik Varney maupun SOAP mempunyai langkah langkah yang
berbeda.
Pada metode Varney, pengumpulan data ini dinamakan Pengumpulan data dasar.
Pada langkah awal ini dikumpulkan semua informasi data yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan klien untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
Pada metode SOAP, pengumpulan data ini dinamakan S yaitu :
SubjekMenggambarkan pendokumentasia hanya pengumpulan data klien
melaluianamnesis.
Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau
keluarga (identitas umum, keluhan riwayat menaeche, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penyakitt keturunan, riwayat psikososial, pola hidup.
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang berhubungan dengan diagnose. Pada orang yang bisu, dibagian data
dibelakang S diberi tanda O atau X ini menandakan orang itu bisu. Data
subjektif menguatkan diagnose yang akan dibuat.
Dan juga disebut O yaitu Objektif.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisikj klien, hasil lab, dan
test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung
assessment.
Tanda gejala objektif yang diperoleh hasil pemeriksaan (tanda KU, Fital Sigh,
khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboraturium dan pemeriksaan penunjang).
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, aukultasi dan perkusi. Data ini member bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis,
hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi ( hasil Laboraturium, sinar X,
rekaman CTG, dan lain lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan kedalam kategori ini. Apa yag diobservasi oleh bidan akan menjadi
komponen yang berarti dari diagnose yang ditegakkan.
Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Pada metode VARNEY, langkah ini dinamakan, Menetapkan Kebutuhan Tindakan
Segera.
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain, atau rujukan
berdasarkan Kondisi Klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat
terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan tindakan segera
untuk menangani/mengatasi diagnosa/masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga
mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan
segera untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
atau anak (misalnya menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia
bahu pada kala II). Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan rujukan
dengan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, maka bidan
perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu
seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan tindakan harus sesuai
dengan prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa /
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency / segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri
kolaborasi atau rujukan.
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan. Ada dua model pendokumentasian, yaitu metode Varney
dan metode SOAP.
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
Dokumentasi asuhan pada ibu hamil adalah keterangan tertulis dari seluruh
proses asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, mulai dari pengkajian data subjektif
dan objektif, rumusan diagnosis, rencana dan pelaksanaan tindakan serta hasil
evaluasinya (Mandriwati, 2008)