Anda di halaman 1dari 19

Hand Out

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar


Kajian Materi : Sosial Budaya pada Masyarakat Jawa Tengah terhadap Ibu
Nifas
Sub Topik :
- Pengertian Sosial Budaya Dasar
- Tujuan Umum Sosial Budaya
- Tujuan Ilmu Sosial Budaya Terhadap Ibu Nifas
- Manfaat Ilmu Sosial Budaya Terhadap Ibu Nifas
- Kerugian Ilmu Sosial Budaya Terhadap Ibu Nifas
- Teori Tentang Ibu Nifas
- Sosial Budaya pada Masyarakat Jawa Tengah ( Kebumen)
- Bentuk Sosial Budaya pada Masyarakat Jawa Tengah pada
Ibu Nifas
a) Bentuk yang Bermanfaat
b) Bentuk yang Merugikan
- Peran Bidan dalam Sosial Budaya di Masyarakat Jawa
Tengah
- Contoh Cara Beradaptasi dalam Sosial Budaya di
Masyarakat
- Contoh Cara Beradaptasi dalam Sosial Budaya di Jawa
Tengah

Dosen Pengampu : Indah Fitri Andini, SST, M.Keb

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti perkuliahan pokok bahasan ini mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar pada Ibu Nifas.
URAIAN MATERI

A. PENGERTIAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan integrasi
dari dua ilmu lainnya, yaitu :

1. Ilmu Sosial  : yang juga merupakan sosiologi (sosio; sosial, logos; ilmu), jadi ilmu
social adalah cabang ilmu pengetahuan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu
untuk menanggapi masalah-masalah social.
2. Ilmu Budaya : ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendasar daolam
kehiudupan manusia sebagai mahluk berbudaya.

Ilmu Sosial Budaya Dasar merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang di kembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah social manusia dan kebudayaan. Istilah ISBD di kembangkan
pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari
istilah bahasa Inggris “The Humanities”. Adapun istilah humanities itu berasal dari bahasa
latin Humnus yang artinya manusia, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the
humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan
lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan nilai-
nilai manusia  sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities disamping tidak
meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.

Dapat dikatakan pula pengertiannya, sebagai integrasi ISBD dan IBD memberikan dasar-
dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada manusia sehingga mampu
mengkaji masalah sosial dan budaya secara arif.  ISBD sebagai kajian masalah sosial,
kemanusiaan dan budaya sekaligus pula memberi dasar yang bersumber dari dasar-dasar ilmu
sosial yang terintregasi.  ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan
hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai mahluk sosial yang berbudaya, dan masalah masalah yang
terwujud dari padanya.

Untuk mengetahui lebih lanjut  tentang asal mula ilmu social dan budaya dasar, perlu
diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof. Dr. Harsya Bactiar mengemukakan bahwa
ilmu dan pengetahuan dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Ilmu Alamiah (Natural Science) : bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang


terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini di gunakan metode ilmiah.
Caranya adalah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-
keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini
kemudian di generalisasikan. Atas dasar ini lalu di buat prediksi.
2. Ilmu Sosial (Social Science) : bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang
terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode
ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil pengkajian ini lebih
bersifat kualitatif, sebab hal ini menyangkut pola prilaku dan tingkah laku manusia di
masyarakat yang cenderung berubah-ubah.
3. Pengetahuan Budaya (The Humanities) : bertujuan untuk memahami dan mencari arti
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan
metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat
unik, kemudian diberi arti.

Sumber : https://www.academia.com/paper/2018/02/19/Sosial-Budaya-Dasar-di-Indonesia-/

B. TUJUAN UMUM SOSIAL BUDAYA

1. Mengembangkan kesadaran masyarakat agar dapat menguasai pengetahuan tentang


keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman kesederajatan
manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Memberi landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada
masyarakat sebagai bekal bagi hidup dalam bermasyarakat, selaku individu dan
makhluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan
keahliannya.

Sumber : https://www.academia.com/paper/2018/02/19/Sosial-Budaya-Dasar-di-Indonesia-/

C. TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA TERHADAP IBU NIFAS

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu. Jadi arti keseluruhan dari
aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.

Memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar menurut
kepercayaan masyarakat Jawa Tengah yang dapat memberikan keutungan bagi ibu tersebut,
terkadang adat yang mereka gunakan tak ada hubungannya dengan kondisi ibu dan bayi
tetapi mereka tetap mempercayai kepercayaan yang sudah turun menurun, sehingga tidak
terjadi apa-apa pada ibu, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu. Hal ini bertujuan
agar masyarakat dapat melindungi ibu dan bayi tersebut dan juga untuk memenuhi aspek
budaya yang mereka percaya dan sudah turun temurun dilakukan.

Sumber : https://www.academia.com/paper/2018/02/19/Sosial-Budaya-Dasar-di-Indonesia-/

D. MANFAAT ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR PADA IBU NIFAS

Manfaat yang dapat diambil dari kehidupan masyarakat Kebumen dalam menghadapi
masa nifas yaitu Ibu dan bayi dapat merasakan dampak-dampak positif yang ada, yaitu
seperti contohnya, Pada saat menguburkan ari-ari tepat dibawahnya harus diletakkan lampu
hal ini berdampak positif agar binatang tidak berani mendekat dan memakan ari-ari tersebut.

Hal ini membuktikan bahwa kehidupan sosial budaya terhadap Ibu Nifas pada masyarakat
Kebumen memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri.

Sumber : https://aryadningrat.wordpress.com/2015/10/26/makalah-persalinan-dan-nifas-adat-jawa/

E. KERUGIAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR PADA IBU NIFAS

Dalam perkembangan zaman, kehidupan sosial budaya masyarakat Kebumen terhadap


Ibu Nifas ternyata masih menimbulkan dampak negative, baik it untuk ibu maupun bayi.
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Kebumen masih sering melakukan hal-hal
atau kebiasaan-kebiasaan yang dapat merugikan bagi diri mereka sendiri, contohnya sang ibu
nifas dilarang memakan telur atau sejenis makanan lainnya yang amis. Karena mereka
beranggapan makanan yang amis dapat membuat luka sang ibu lama kering. Hal ini dapat
merugikan sang ibu karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu
dan bayi sehat.

Sumber : https://aryadningrat.wordpress.com/2015/10/26/makalah-persalinan-dan-nifas-adat-jawa/

F. TEORI TENTANG IBU NIFAS


Masa nifas (postpartum/puerperium)berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer”yang
artinya bayi dan “porous”yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas
berkisar 6-8 minggu.
Masa nifas (puerperium)adalah masa pulih kembali mulai persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.
Masa nifas (puerperium)dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu atau 42 hari,namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3bulan.
Masa nifas (puerperium)adalah masa pulih kembli, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kembali seperti sebelum hamil.
Masa nifas (puerperium)dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.

Sumber : https://aryadningrat.wordpress.com/2015/10/26/makalah-persalinan-dan-nifas-adat-jawa/

G. SOSIAL BUDAYA PADA MASYARAKAT SUKU JAWA ( KEBUMEN,


JAWA TEGAH )

1. Daerah Kebumen(Jawa Tengah)


Kebumen adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan ibu kota Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayah Kecamatan Kebumen 42,04 km²
terdiri atas 24 Desa, 5 Kelurahan, 138 RW, dan 554 RT. Jumlah penduduk Kecamatan
Kebumen berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen pada
Tahun 2015 sebanyak 121.580 jiwa yang terdiri dari laki-laki 60.579 jiwa dan perempuan
61.001 jiwa.
Walaupun Kecamatan Kebumen menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kebumen
tetapi jumlah penduduk Kecamatan Kebumen terbanyak kedua di Kabupaten Kebumen
setelah Kecamatan Karanganyar yang terletak 22 Km sebelah barat Kota Kebumen.

2. Sejarah rakyat kebumen


Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai
Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari
Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini
sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam
penyerbuan prajurit Mataram pada zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di
Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa
Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai
petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini
dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit
Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi
Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal
pangan.
Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama
Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger / Pakubuwono I dari Mataram, dimana ibu Joko
Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia
memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung
Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada
kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas,
karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung
Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen
keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya. Di
dalam "Babad Mataram" disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang
Mataram/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit
Dalam di Karaton Surakarta.

3. Macam-macam budaya kebumen


- Cépét
Cépét yaitu kesenian tradisional di desa watulawang yang dimainkan oleh 12 orang, dan
memakai topeng raksasa. Rambutnya terbuat dari duk ( sabut pohon aren ) pemainnya
mengenakan pakaian hitam, dan memakai sarung sebagai blebed dan di iringi oleh musik
tradisional yaitu kentongan, jidur ( kendang gede ) dan drum bekas. Cepet atau oleh sebagian
masyarakat di sebut juga dangsak sudah ada sejak tahun 1960-an yang di dirikan oleh
Almarhum Bapak Parta Wijaya, dan turun temurun sampe sekarang. Ada yang unik dari seni
ini, yaitu pentas hanya setahun sekali, tepatnya pada perayaan 17 agustus.
- Kuda Lumping / Ébég
Kuda Lumping atau bahasa populernya di watulawang adalah Ebeg adalah seni
tradisional  seperti yang ada di daerah2 lain di Jawa. Untuk di Watulawang sendiri, seni kuda
lumping masih sangat klasik, belum terjamah oleh seni modern, tapi justru yang klasik ini
malah di mata masyarakat di lestarikan, karena itu warisan nenek moyang.
Seperti umumnya, kuda lumping di mainkan oleh 12 orang yang menunggang kuda
memakai kostum ksatria, 2 orang memainkan barong,dan 2 orang lagi memakai topeng yang
di sebut cepet dan penthul yang biasa ngelawak. Kuda disini bukan kuda beneran tapi kuda
kepang, atau kuda lumping, yaitu  gambar kuda yang terbuat dari anyaman bambu, kemudian
di bentuk menyerupai kuda, dan di beri warna. Musik yang mengiringi berupa seperangkat
gamelan , dan di lengkapi juga dengan wawanggana atau sinden. Gending – gending yang di
bawakan biasanya juga gending- gending klasik pada umumnya. Pada seni ini juga ada acara
kesurupan, setelah mengiringi beberapa gending, biasanya di adakan janturan ( memasukkan
roh halus pada para pemain ) sehingga para pemain kesurupan.  Dan satu persatu di sembur,
atau di timbul agar tersadar dari kesurupan nya.Dalam pementasan ini juga harus di sediakan
macam macam sesaji di meja kusus sajen, untuk ngasih makan para roh halus yang masuk ke
dalam tubuh para pemain.
Pementasan kuda lumping ini biasanya pada saat saat tertentu, yaitu pada tanggal 17
agustus, dan di hari – hari lain kalo ada yang nanggap. 
- Wayang Kulit
Wayang kulit termasuk seni yang terpopuler dan paling elit, di antara seni – seni
tradisonal lainnya. Wayang kulit atau wayang purwa merupakan budaya Jawa yang di
wariskan oleh nenek moyang, sebelum ada wali di tanah jawa, seni wayang merupakan media
untuk menyebarkan agama hindu, setelah wali songo masuk ke tanah jawa, maka di rubahlah,
secara bertahap, dan menjadi media untuk menyebarkan agama islam pada waktu itu oleh
para wali.
Wayang kulit pada umumnya mengambil cerita cerita Mahabarata dan Ramayana, juga
ada pula yang mengambil dari Cerita panji sebagai lakon carangan ( bukan pakem ).Di desa
watulawang sendiri budaya ini mulai di tinggalkan generasinya, banyak generasi muda yang
sudah tidak menyukainya, hanya para orang tua, dan sebagian kecil pemuda aja yang masih
melestarikan. Basis  seni wayang di kecamatan pejagoan hanya terdapat di desa Watulawang,
ada 5 dalang ( pemain wayang )  beserta group nya di desa ini, walupon desanya kecil, tetapi
kaya akan seni budaya.Pementasan wayang biasanya di tempat orang – orang punya hajat
sebagai hiburan.
- Angguk
Angguk di sebut juga menoreng, atau wayang orang. Dulu tahun 70 an seni ini sempat
popular di watulawang, namun mulai meredup bahkan sampe bubar kelompoknya kira- kira
tahun 80-an. Dan seni ini mulai muncul lagi pada tahun 97 an, dan sampe sekarang masih
eksis. Angguk adalah seni wayang yang dimainkan oleh orang, ceritanya mengambil cerita
babad umar maya dan amir ambyah.Kesenian ini berpusat di dukuh Era, RT. 10, RW 02,
Desa Watulawang dan di ketuai oleh Bp. Marwi.
- Khaul Syech Ibrahim Asmorokondi
Setiap tanggal 31 Desember selalu dilaksanakan Khaul Syech Ibrahim Asmorokondi oleh
masyarakat Kuwarisan, Panjer Kebumen. Khaul dilaksanakan setelah sholat Jum'at. Khaul ini
dilaksanakan setiap bulan syuro di pelataran masjid Banyumudal. setiap kepala keluarga di
desa kuwarisan membuat 1 ingkung bahkan lebih dari 1 karena saudaranya ada yang di luar
kota. Setiap orang yang berasal dari/ keturunan desa kuwarisan wajib membuat ingkung dan
membawanya ke pelataran masjid Banyumudal walaupun mereka sudah tidak berdomisili di
daerah Kuwarisan.  Tradisi ini sudah pernah masuk dalam catatan MURI karena membawa
sebanyak 6000 ingkung ayam jantan ke pelataran Masjid Banyumudal.
Tradisi rutinan diselenggarakan untuk berdoa bersama mencari keselamatan dan
kesejahteraan bagi semua warga di desa Kuwarisan maupun di luar desa Kuwarisan. Dalam
tradisi ini tidak meminta keselamatan kepada Syech Asmorokondi melainkan kepada Allah
SWT kita meminta. “Tradisi ini hanyalah sebagai perantara untuk mengumpulkan
masyarakat untuk berdoa bersama bukan merupakan suatu kemusyrikan ataupun Bid'ah.
Dan ingkung yang dibuat bukan merupakan persembahan kepada Syeck Asmorokondi namun
hanyalah bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT yang masih
memberikan rizki sehingga masih bisa membuat ingkung yang akhirnya ingkung tersebut
dimakan bersama-sama keluarga di masing-masing rumah warga.”
- Shalawat Jamjaneng
Merupakan bentuk kesenian yang bernafaskan Islam, hal ini salah satunya dapat
terlihat dari syair lagu yang disajikan. Jamjaneng sendiri diciptakan oleh Kyai Jamjani yang
hidup di tahun 1824. Pada awalnya kesenian ini berkembang di masjid serta di mushola-
mushola dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Masuknya budaya luar dan
perkembangan di bidang musik yang semakin cepat, menyebabkan perubahan terhadap
kehidupan Salawat Jamjaneng. Hal itu menjadikan munculnya dua bentuk Salawat Jamjaneng
yaitu Jamjaneng tradisi dan Jamjaneng modern. Namun dua bentuk dari Salawat Jamjaneng
tersebut sebenarnya mempunyai sumber yang sama yaitu kitab Al Barzanji.
Kitab yang dijadikan sumber dari syair lagu Salawat Jamjaneng. Ada beberapa faktor
mendasar yang membedakan ke dua bentuk kesenian ini yaitu mengenai bentuk sajian
pertunjukan. Penulis akan mengkaji mengenai perubahan yang terjadi dalam kesenian
Jamjaneng. Perubahan yang terjadi dapat meliputi struktur musik, bentuk syair, dan fungsi
dari pertunjukan Jamjaneng. Pertunjukan Jamjaneng selalu berkaitan erat dengan agama
Islam, dan dijadikan sebagai media berdakwah. Perubahan yang terjadi pada kesenian ini,
tentunya juga akan mengubah makna yang terkandung di dalam pertunjukan Salawat
Jamjaneng.

Sumber : https://www.scribd.com/document/70646581/Aspek-Sosial-Budaya-Dalam-Masa-Nifas

H. BENTUK SOSIAL BUDAYA PADA MASYARAKAT KEBUMEN


TERHADAP IBU NIFAS ( Bentuk yang Bermanfaat dan Bentuk yang
Merugikan )

- Tradisi Masyarakat Kebumen pada Masa Nifas


Suku Jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa postpartum(nifas). Namun,
tidak semua perawatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa tersebut dapat diterima
bila ditinjau dari aspek medis karena ada dampak yang baik dan tidak baiknya bagi ibu
nifas.Oleh sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas pada suku Jawa merupakan
salah satu aspek penting diketahui para pelayan kesehatan untuk lebih memudahkan
memberikan pendekatan dalam pelayanan kesehatan.

1) Perawatan ari-ari
Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau
mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi
tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya :
Tepat di tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya,
lampu tersebut merupakan symbol penerangan bagi bayi yang dimaksudkan agar kehidupan
bayi nanti akan terang juga bila di terangi oleh sinar lampu.
Dampak positive : Agar binatang tidak berani mendekat dan memakan ari-ari tersebut
Dampak negative : Tidak ada
Ari-ari bayi dibungkus bersama buku,bunga setaman (bunga mawar, melati, dan
kenanga). Di atasnya dsb ditujukan agar mendo’akan sibayi dalam jalan hidupnya nanti
terang dan kehidupanyapun baik.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga
dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu dan juga kepercayaan
kepada makhluk mistis yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu bila tidak dipagari.
Dampak positive : Agar ari-ari tidak dibongkar dan dimakan oleh binatang
Dampak negative : Tidak ada
2) Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang ditujukan
terhadap ibu nifas padahal, banyak juga yang berdampak negative dan merugikan bila
ditinjau dari aspek kesehatan diantaranya yang berdampak negative dan positif yaitu.
Masa nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau amis karena
kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh bila mereka memakan
itu.
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi
seimbang agar ibu dan bayi sehat.
Setelah melahirkan ibu hanya boleh makan dengan bumbu hanya garam sajajuga
tanpa bumbu.
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
Masa Nifas dilarang tidur siang
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena
tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.
Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak makan
makanan yang padat.
Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib
dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-
organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang.
Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian
imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu
umur 0-7 hari dan 8-30 hari dan ibu juga butuh sinar matahari.
Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan
tapel
Dampak positif : Jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi
lancar.
Dampak negative : Pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan.
Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim.
Dampak positif : Dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama
usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan
jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran
semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang
belum muncul atau pun pengaruh psikologis, semisalkekhawatiran akan robeknya jahitan
maupun ketakutan bakal hamil lagi.
Dampak negative : Tidak ada
3) Perawatan pada bayi
Pada dahi bayi diberikan ujung tali bedungan yang telah digigit yang bertujuan untuk
penghilang cegukan.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
Pada dahi bayi juga diletakan olesan hitam dari pantat kuali yang bertujuan untuk
mencegah dan menghilangkan cegukan serta sering diberikan pada menjelang sore hari agar
bayi terhindar dari gangguan makhluk mistis.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative: Bila kulit bayi sensitive dapat menyebabkan Iritasi karena pantat
kuali/wajan iu bersifat kasar dan mengandung zat kimia karbon
Jikalau bayi sering menangis dan diduga diganggu oleh makhluk mitos, didahi bayi
diberikan kunyit(parutan nya).
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
Sebelum tali pusar lebas atau tercopot maka bayi pun dilarang untuk keluar dari
rumah dikarenakan takut akan gangguan dari makhluk mitos.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Bayi membutuhkan sinar matahari yang baik untuk perkembanganya
dan merugikan bila bayi hanya di ddalam rumah saja dan tidak mendapatkan vitamin D.
Dibawah kasur bayi diletakan daun putri malu dan 7 batang lidi kelapa hijau yang
bertujuan agar si bayi tidak mudah terkejut atau kagetan.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
Sumber : https://www.kompasiana.com/nurus/552b1b5e6ea834f844552d1a/asuhan-kebidanan-pada-masa-nifas?
page=all
I. PERAN BIDAN DALAM SOSIAL BUDAYA DI MASYARAKAT

Pada dasarnya bidan telah melaksanakan tugas pokok bidan di komunitas sebagai seorang
pelaksana, pengelola maupun pendidik. Dimana di dalam tugas pelaksana ada tugas mandiri
dan tugas kolaborasi atau kerjasama. Beberapa tugas bidan pelaksana dikomunitas adalah
menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan, memberikan pelayanan dasar pada
anak remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien, memberikan asuhan kebidanan
pada klien selama kehamilan normal, memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien atau keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir, memberikan askeb kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan keluarga,
memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB,
memberikan askeb pada wanita usia reproduksi dan wanita menopause, memberikan askeb
pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga.
Selain itu beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan bidan adalah berupa penyuluhan
dan konseling baik individu maupun keluarga tentang perawatan kehamilan, pelaksanaan
kelas ibu hamil, pertolongan persalinan di fasilitas yang memadai, pelayanan KB, pemberian
PMT balita dan ibu hamil, pelaksanaan UKS berupa pemeriksaan gigi mulut, cuci tangan atau
PHBS, pemberian imunisasi bayi balita, Bulan Imunisasi Anak Sekolah dan pelaksanaan
posyandu lansia.
Bidan selalu berupaya memberikan penyuluhan dan informasi kesehatan kepada ibu ibu
nifas agar tidak melakukan tradisi yang dapat membahayakan kondisi kesehatan mereka
sendiri walaupun itu adalah kebiasaan yang turun temurun. Dan para ibu-ibu nifas itu pun
mengikuti anjuran dari para bidan untuk menjaga kesehatan mereka.

Sumber : https://www.kompasiana.com/nurus/552b1b5e6ea834f844552d1a/asuhan-kebidanan-pada-masa-nifas?
page=all

J. CONTOH CARA BERADAPTASI DALAM SOSIAL BUDAYA DI


MASYARAKAT
Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi  agar terhubung
dengan lingkungan dan orang lain. Proses komunikasi biasanya dilakukan dengan cara lisan
atau verbal, tetapi jika kedua pihak tidak dapat mengerti bahasa verbal keduanya masih bisa
menggunakan gerak gerik atau bahasa tubuh. Komunikasi juga bisa dikatakan membagi yang
merupakan suatu proses untuk membangun sebuah kebersamaan dan pengertian. Contoh lain,
ketika saya berkenalan dengan teman baru, baik dikenalkan atau bertemu dalam suatu acara
misal nya, jangan harap mereka akan mudah akrab begitu saja, mereka seperti membatasi diri
dan berhati-hati dengan orang yang baru apalagi untuk bertukar nomor telepon atau kontak,
butuh waktu untuk mereka membuka diri dan mengundang kita ke rumah atau tempat tinggal
mereka, kalau dulu di Indonesia teman baru saya sering menawarkan “ kapan mampir ke
rumah? Atau kalau deket-deket rumah saya mampir ya”  walaupun mungkin hanya basa-basi,
tidak pernah saya dengar kalimat mengundang seperti itu. Begitu pula dalam dunia kerja,
tidak mudah mereka mengundang rekan kerja untuk saling mengunjungi satu sama lain,
kecuali sudah kenal akrab, mereka membatasi hubungan perkerjaan secara professional.
Awal nya saya pikir mungkin sombong, tetapi lama kelamaan saya menyadari, ini
budaya mereka dalam kehidupan sehari-hari, saya yang harus beradaptasi, bukan mereka
yang harus memahami saya, tetapi jika sudah kenal akrab, mereka pun mau terbuka dan
memahami beberapa kebiasaan atau adat ketimuran kita, misal nya saat ada undangan makan
malam, mereka akan memahami kalau kita tidak makan/minum suatu hidangan tertentu dan
mengerti keputusan kita. Atau bahkan ada yang berbaik hati, menawarkan untuk
menyediakan nasi di samping kentang, sebelum kita datang atau saat mereka mempersiapkan
hidangan. Tidak sedikit pula orang asing yang kita temui ketika berpapasan di jalan yang mau
bertegur sapa.
Orang-orang yang sudah tua, atau lanjut usia, sangat diperhatikan pemerintah disini,
mereka bisa mendapatkan bantuan, berupa suster atau perawat yang datang ke tempat tinggal
mereka untuk sekedar memberikan obat yang harus mereka minum apabila mereka sakit, jika
tinggal sendiri, akan ada yang datang untuk membersihkan tempat tinggal mereka, intinya
dirawat pemerintah, kalau Indonesia sudah sewajar nya anak merawat orang tua mereka
apabila sudah lanjut usia, tetapi disini, anak-anak sudah punya kehidupan dan rumah tangga
masing-masing, sehingga terkesan lupa akan orang tua, maka pemerintah memberikan
bantuan secara gratis bagi orang lanjut usia yang membutuhkan, mereka bisa telepon 24 jam
apabila membutuhkan bantuan sang perawat. Bagi yang memerlukan perawatan khusus, atau
memerlukan perhatian lebih mereka tinggal di panti jompo, ini hal yang biasa disini,
walaupun masih ada sanak keluarga  mereka.
Budaya antri pun sangat disiplin disini, baik dalam antri untuk naik dan turun bus atau
kereta atau kendaraan umum lain, atau antri untuk menggunakan kamar kecil. Semua teratur.
Membuang sampah pun ada aturan nya, sampah plastic, sampah limbah rumah tangga,
sampah kertas, dan botol-botol ada tempat nya masing-masing, jika ingin buang sampah
dalam bentuk besar seperti perabot rumah tangga, TV, Sofa dan sebagai nya, harus ke pusat
pembuangan sampah khusus. Dalam urusan jalan kaki, saya harus berjalan di trotoar yang
sudah disediakan, apabila akan menyebrang pun harus di tempat penyebrangan atau
menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki.
Beberapa hal yang saya sebutkan tadi hanya sebagian contoh berdasarkan pengalaman
saya, saya tinggal dikota kecil, tidak banyak pendatang disini, mungkin jika tinggal di
Ibukota atau kota besar yang lebih banyak pendatang, agak sedikit berbeda, sejauh ini,
masyarakat di kota saya tinggal cukup kooperatif dan mau membantu apabila saya kesulitan
atau bertanya, bisa dikatakan cukup ramah dan terbuka terhadap pendatang dan minoritas
seperti saya ini.
Selain bahasa setempat, saya masih harus banyak belajar tentang kehidupan
masyarakat sekitar saya, karena walau bagaimana pun juga, saya ingin bersosialisasi tanpa
menyinggung atau di anggap tidak sopan nanti nya, tidak mudah, mengingat betapa jauh
berbeda dengan budaya di tanah air, tetapi jika banyak orang Indonesia yang sudah hidup dan
beradaptasi sampai puluhan tahun disini, saya juga akan berusaha, dengan tidak melepas dan
melupakan adat-istiadat dan kebudayaan dari tanah air yang sudah diperkenalkan orang tua,
masyarakat dan lingkungan terdahulu, setidak nya itu salah satu pesan orang tua saya, agar
tidak melupakan budaya dan adat-istiadat dari mana saya berasal.

Sumber : https://www.kompasiana.com/cena/54f820c2a33311855e8b4583/adaptasi-dengan-budaya-indonesia

K. CONTOH CARA BERADAPTASI DALAM SOSIAL BUDAYA DI JAWA


TENGAH
Penyesuaian Budaya Salah satu identitas dan karakteristik yang paling nyata dimiliki
oleh bangsa Indonesia adalah suku bangsa, budaya, bahasa, dan agama, sehingga tidak hera
kalau dalam proses komunikasi sosial, kontak sosial dan hubungan sosial senantiasa ditandai
oleh konstalasi kehidupan yang cenderung harmonis pada satu sisi dan kerapkali disharmonis
pada sisi lain. Secara keseluruhan masyarakat Kebumen telah sukses membangun komunikasi
sosial dan pola hubungan sosial diantara warga komunitas yang lebih dominan bercirikan
integral, interdependen, dan harmonis di tengah kehidupan sosialnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses interaksi dan hubungan sosial tersebut tidak hanya berlangsung
dalam pola hubungan biasa sebagaimana lazimnya.
Akan tetapi, lebih jauh dari itu telah memasuki ruang sosial yang kondusif tanpa
adanya rintangan soal perbedaan agama dan budaya yang cukup berarti.Kini, hampir semua
warga komunitas transmigrasi telah melangsungkan pernikahan/kawin dengan penduduk
lokal di sekitar wilayah Kebumen. Dalam proses pelaksanaan upacara pernikahan/kawin bagi
mereka yang berbeda keyakinan, tetap menjunjung tinggi toleransi beragama dan adat istiadat
masing-masing etnis yang tampak mulai dari prosesi lamaran hingga pada acara pelaksanaan
seperti yang sudah lazim terjadi di Kebumen yang mayoritas penghuninya adalah orang Jawa
yang beragama Islam.
Akan tetapi, pernikahan yang berlangsung antara warga transmigrasi dengan
penduduk lokal digelar dengan memadupadankan adat dari kedua belah pihak. Demikian pula
dalam hal penampilan kesenian, setelah menggelar tari-tarian tradisional Jawa, setelah selesai
acara maka akan dilanjutkan dengan acara Lulobersama yang merupakan tarian khas
penduduk lokal (Suku Tolaki) yang kini digemari oleh semua kalangan dari berbagai
etnis.Tampaknya, masalah pernikahan/kawin tersebut berlangsung dengan lancar dan aman,
karena pada umumnya mereka tidak mempersoalkan masalah perbedaan etnis dan keyakinan
dan bahkan amat terkesan bahwa semua pihak relatif terbuka untuk saling menerima,
sehingga tidak ada lagi diantara etnis tertentu atau semua etnis yang terkesan begitu fanatik
atas nama agama dan adat istiadatnya masing-masing. Proses akulturasi juga terjadi dalam
ruang bahasa daerah yang digunakan masing-masing etnik yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat
dan Jawa Timur tetap manggunakan bahasa dan dialeknya, sehingga bahasa dan dialek warga
transmigran tersebut dimengerti dan digunakan oleh penduduk lokal dan masyarakat
pendatang lain seperti orang Muna yang sudah pandai berbahasa dan berdialek Jawa.
Demikian pula sebaliknya, warga komunitas transmigrasiitu sendiri juga sudah banyak
memahami bahasa penduduk lokal sehingga dalam praktek kesehariannya, tak sedikit ditemui
mereka tetap saling mengerti dan memahami maksud dari percakapan, walaupun
menggunakan bahasa daerah masing-masing.

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/246203-none-f9ae28de.pdf

SOAL EVALUASI
1. Fungsi nilai sosial dalam kehidupan masyarakat adalah...
A. Memberi contoh tentang perilaku yang baik
B. Sebagai pengawas perilaku manusia
C. Membedakan hal-hal yang disukai dan tidak disukai
D. Gambaran tentang anjuran dan larangan
E. Memberi arah tentang perilaku baik

Pembahasan: Salah satu fungsi nilai sosial adalah “alat pengawas dengan daya tekan dan
daya pengikat tertentu”. Sementara itu fungsi nilai sosial yang lain adalah “a. Alat solidaritas
dalam masyarakat; b. Petunjuk arah cara berpikir, berperasaan, bertindak, dan penentu dalam
memenuhi peran sosial; d. Faktor pendorong seseorang meraih cita-cita; e. Benteng
perlindungan dan menjaga stabilitas budaya kelompok masyarakat” (Sri dan Yusniati,
2007:25).
Jawaban: B. Sebagai pengawas perilaku manusia

2. Norma dijadikan pedoman hidup dalam memenuhi kebutuhan sosial sebab...


A. Mengembangkan nilai persatuan dan patriotisme
B. Mengungkapkan rasa estetika
C. Mengatur berbagai aktifitas
D. Mengembangkan prinsip benar salah
E. Menimbulkan keyakinan diri yang amat kurang
Pembahasan: Apabila berkaitan dengan norma maka di antara pilihan itu yang mendekatainya
adalah mengembangkan prinsip benar salah.
Jawaban: C. Mengembangkan prinsip benar salah.

3. Salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian seseorang yang berkaitan dengan
kondisi fisik tempat tinggal adalah... 
A. Warisan biologis 
B. Lingkungan geografis 
C. Lingkungan budaya 
D. Lingkungan sosial 
E. Lingkungan bermain 

Pembahasan: Lingkungan fisik merupakan salah satu faktor memengaruhi kepribadian


seseorang. Lingkungan fisik berarti “perbedaan topografi, iklim, kesuburan tanah, dan
sumber daya alam”. Dalam opsi itu kiranya yang mendekati pengertian tersebut adalah
lingkungan geografis (Sri dan Yusniati, 2007:78).
Jawaban: B.

4. Salah satu contoh fungsi media massa dalam sosialisasi sekunder adalah...
A. Memicu masyarakat menjadi konsumtif
B. Menanamkan nilai-nilai fundamental
C. Membudayakan masyarakat secara formal
D. Menanamkan rasa tenteram dan damai
E. Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat

Jawaban: C

5. Perhatikan pernyataan berikut!


1. Dikenakan hukuman kurungan
2. Dikucilkan dari masyarakatnya
3. Gosip lisan secara luas
4. Diharuskan membayar denda berupa uang atau barang
Pernyataan tersebut yang termasuk jenis pengendalian sosial yang berlaku pada masyarakat
tradisional adalah nomor... 
A. 1 dan 2 
B. 1 dan 3 
C. 2 dan 3 
D. 2 dan 4 
E. 3 dan 4 

Jawaban: C

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Sofia Rangkuti, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Teori dan Konsep),
Jakarta: Dian Rakyat, 2002

https://aryadningrat.wordpress.com/2015/10/26/makalah-persalinan-dan-nifas-adat-jawa/

https://www.scribd.com/document/70646581/Aspek-Sosial-Budaya-Dalam-Masa-Nifas

https://www.academia.com/paper/2018/02/19/Sosial-Budaya-Dasar-di-Indonesia-/

https://www.kompasiana.com/nurus/552b1b5e6ea834f844552d1a/asuhan-kebidanan-pada-
masa-nifas?page=all

https://ruardy.wordpress.com/2012/03/06/tulisan/

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=cara+beradaptasi+di+suku+jawa

https://media.neliti.com/media/publications/246203-none-f9ae28de.pdf
https://www.kompasiana.com/cena/54f820c2a33311855e8b4583/adaptasi-dengan-budaya-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai