Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di
era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari
faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-
akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan
ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap
fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang
siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam
mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif
tehadap kesehatan masyarakat.. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun
sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum
masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan
mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi
kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap
masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat
dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan pra perkawinan?
2. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan perkawinan?
3. Bagaimana pendekatan melalui budaya dan kegiatan kebudayaan kaitannya
dengan peran seorang bidan?
4. Bagaimana hukum perkawinan menurut islam ?
5. Bagaimana Adat Perkawinan Dari Jawa Tengah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan
pra perkawinan
2. Untuk mengetahui Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan
perkawinan
3. Untuk mengetahui Bagaimana pendekatan melalui budaya dan kegiatan
kebudayaan kaitannya dengan peran seorang bidan
4. Untuk megetahui hukum perkawinan menurut islam
5. Untuk mengetahui bagaimana Adat Perkawinan Dari Jawa Tengah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan


Masa pra perkawinan adalah masa pasangan untuk mempersiapkan diri ke
jenjang perkawinan Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan
kesehatan para calon ibu. Remaja wanita yang akan memasuki jenjang
perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya.
Aspek sosial budaya pada prakawin mencakup :
a. Makanan/minuman
b. Istirahat
c. Perlindungan dari iklim/cuaca
d. Kesehatan
e. Pendidikan
f. Interaksi Social/Komunikasi dengan sesama
g. Keyakinan diri (confidance)
h. Adanya prinsip benar-benar salah

Dewasa ini makin banyak ditemukan perlakuan diskriminatif terhadap


kaum remaja, yang menganggap seks adalah tabu dan perlu ditutup-tutupi
sehingga banyak remaja yang tidak mengerti akan seks dan pola hidup yang
tidak terbukatentang seks pranikahan.Ada juga yang melarang anak keluar
rumah bila menjelang perkawinan yang bertujuan untuk menghindari
marabahaya.Bagi anak perempuan dianjurkan untuk merawat tubuh dengan
luluran dan berpuasa.Tidak boleh diberi suntikan TT karena dianggap
diberikan suntikan KBsehingga lama untuk mendapatkan anak.

Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang


sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan
tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam
masa pra dan pasca kehamilan.

Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada


kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah. Penyampaian

3
nasehat tentang kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat
intelektual para calon ibu dan keadaan sosial budaya masyarakat. Nasehat
yang di berikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti karena
informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif. Remaja yang tumbuh
kembang secara biologis diikuti oleh perkembangan psikologis dan sosialnya.
Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda
memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin
akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan
keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan
kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja dengan memperhatikan aspek
sosial budaya setempat.

Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah dianjurkan. Tujuan


dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini tentang
kondisi kesehatan para remaja. Bila ditemukan penyakit atau kelainan di
dalam diri remaja, maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila
penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi maka diupayakan agar remaja
tersebut berupaya untuk menjaga agar masalahnya tidak bertambah berat atau
menular kepada pasangannya. Misalnya remaja yang menderita penyakit
jantung, bila hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada
dokter. Remaja yang menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak
terkena virus HIV. Caranya adalah agar menggunakan kondom saat
besrsenggama, bila menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon
ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan para remaja seperti
karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya.

Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan


kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya
yang ditujukan pada masyarakat reproduktip pranikah.

Bidan juga berperan dalam mencegah perkawinan dini pada pasangan pra
nikah yang masih menjadi masalah penting dalam kesehatan reproduksi
perempuan di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat,
anak perempuan yang menikah pertama kali pada usia sangat muda, 10-14

4
tahun, cukup tinggi, jumlahnya 4,8 persen dari jumlah perempuan usia 10-59
tahun. Sedangkan yang menikah dalam rentang usia 16-19 tahun berjumlah
41,9 persen. Dengan demikian, hampir 50 persen perempuan Indonesia
menikah pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Provinsi dengan
persentase perkawinan dini tertinggi adalah Kalimantan Selatan (9 persen),
Jawa Barat (7,5 persen), serta Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah
masing-masing 7 persen. Hal ini sangat berhubungan dengan sosial budaya
pada daerah tersebut yang mendukung perkawinan dini.

Usia perkawinan dini yang cukup tinggi pada perempuan mengindikasikan


rentannya posisi perempuan di masyarakat. Koordinator Kartini Network
Nursyahbani Katjasungkana menyebut dalam berbagai kesempatan,
pernikahan dini menunjukkan posisi perempuan yang lebih lemah secara
ekonomi maupun budaya. Secara budaya, perempuan disosialisasikan segera
menikah sebagai tujuan hidupnya. Akibatnya, perempuan memiliki pilihan
lebih terbatas untuk mengembangkan diri sebagai individu utuh. Selain itu,
segera menikahkan anak perempuan artinya keluarga akan mendapat mas
kawin yang berharga di masyarakat setempat, seperti hewan ternak. Data
Riskesdas memperlihatkan, perkawinan sangat muda (10-14 tahun) banyak
terjadi pada perempuan di pedesaan, berpendidikan rendah, berstatus
ekonomi termiskin, serta berasal dari kelompok buruh, petani, dan nelayan.

Sedangkan bagi perempuan, menikah artinya harus siap hamil pada usia
sangat muda. Bila disertai kekurangan energi dan protein, akan menimbulkan
masalah kesehatan yang dapat berakibat kematian bagi ibu saat melahirkan
dan juga bayinya. Dan resiko hamil muda sangat tinggi.

2.2 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Perkawinan


Perkawinan atau pernikahan dalam perspektif social budaya merupakan
sesuatu yang sakral dalam kehidupan masyarakat (Terutama dalam adat
Timur/Asia). Hal ini karena suatu pernikahan dibangun dan dilaksanakan di
atas nilai-nilai atau norma yang sakral pula. Nilai-nilai itu bisa berasal dari
keyakinan, agama, atau adat-istiadat yang diturunkan dari satu generasi ke

5
generasi berikutnya. Masing-masing suku bangsa atau penganut agama
memiliki cara dan tata cara melaksanakan sebuah pernikahan.
Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri.
Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang
dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan. Kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan agar
peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga meningkat.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan
bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan pengetahuan aspek sosial
budaya dalam penerapannya kemudian melakukan pendekatan-pendekatan
untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaan yang
tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Misalnya pola makan, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera
manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap
daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan
anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu.
Misalnya di Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang
makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu
daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja
harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan. Sikap seperti ini akan berakibat buruk bagi ibu hamil karena akan
membuat ibu dan anak kurang gizi.

2.3 Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan


Peran Seorang Bidan.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan

6
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan
diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai
tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman
medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun
bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga
swadaya masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi
sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya
perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang

7
berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan
Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai
wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang
telah ada pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian
wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari
masing-masing RT.
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM,
karang taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok
arisan, dan lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a) Jenis kelamin
b) Umur
c) Mata pencaharian
d) Pendidikan
e) Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin
dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan
secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif
dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang
efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus
dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa
yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk,
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

8
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas
profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan
dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif,
maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan
apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian atau
kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita
tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari
itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan
tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan
promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan
penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit
melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang
ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.

2.4 Hukum perkawinan menurut islam


1. Al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkawinan adalah sebagai berikut:
a. Perkawinan adalah tuntutan kodrat hidup dan tujuannya antara lain
adalah untuk memperoleh keturunan, guna melangsungkan kehidupan
jenisnya terdapat didalam QS. Al-Dzariyat:49, QS.Yasin:36, QS.al-
Hujurat:13, QS.al- Nahl:72.
b. Perkawinan adalah untuk mewujudkan kedamaian dan ketentraman
hidup serta menumbuhkan rasa kasih sayang khususnya antara suami
istri, kalangan keluarga yang lebih luas, bahkan dalam kehidupan umat
manusia umumnya. Hal ini dapat dilihat didalam QS. Al-Rum:21,
QS.An-nur:32.

9
c. Larangan-larangan Allah untuk dalam perkawinan dapat dilihat didalam
QS.al-Baqarah:235, QS.Al-Nisa:22-23, QS.an-Nur:3, QS.al
Baqarah:221, QS.al-Maidah:5, QS.al- Mumtahanah:10.
d. Perintah berlaku adil dalam perkawinan dapat dilihat di dalam QS. An-
Nisa’:3 dan 34.
e. Adanya peraturan dalam melakukan hubungan suami istri terdapat di
dalam QS. Al-Baqarah:187, 222, dan 223.
f. Aturan-aturan tentang penyelesaian kemelut rumah tangga terdapat di
dalam QS.an-Nisa’:35, QS. Al-Thalaq:1, QS. Al-Baqarah:229-230.
g. Aturan tentang masa menunggu (‘iddah) terdapat di dalam QS.al-
Baqarah:226-228, 231-232, 234, 236-237, QS. Al- Thalaq:1-2, 4, 7, dan
66, serta QS al-Ahzab;49.
h. Hak dan kewajiban dalam perkawinan terdapat di dalam QS. Al-
Baqarah: 228-233, serta QS. An-Nisa’:4.
i. Peraturan tentang nusyuz dan zhihar terdapat di dalam QS. An-Nisa’:20
dan 128, QS. Al-Mujadalah:2-4, QS. An-Nur;6.

2. Al Hadist
Meskipun Al-Quran telah memberikan ketentuan-ketentuan hukum
perkawinan dengan sangat terperinci sebagaimana disebutkan diatas, tetapi
masih diperlukan adanya penjelasan penjelasan dari sunnah, baik mengenai
hal-hal yang tidak disinggung maupun mengenai hal-hal yang telah
disebutkan Al- Qur’an secara garis besar. Beberapa contoh sunnah
mengenai hal-hal yang tidak disinggung dalam Al-Quran dapat disebutkan
antara lain sebagai berikut:
a. Hal-hal yang berhubungan dengan walimah.
b. Tata cara peminangan.
c. Saksi dan wali dalam akad nikah.
d. Hak mengasuh anak apabila terjadi perceraian.
e. Syarat yang disertakan dalam akad nikah.
Beberapa contoh penjelasan sunnah tentang hal-hal yang disebutkan
dalam Al-Qur’an secara garis besar sebagai berikut:

10
a. Pengertian quru’ yang disebutkan dalam Al-Qur’an mengenai masa
‘iddah perempuan yang ditalak suaminya.
b. Bilangan susuan yang mengakibatkan hubungan mahram.
c. Besar kecilnya mahar.
d. Izin keluar rumah bagi perempuan yang mengalami ‘iddah talak raj’i.
e. Perceraian yang terjadi karena li’an merupakan talak yang tidak
memungkinkan bekas suami istri kembali nikah lagi.

3. Ijmak Ulama Fiqh


Para ahli fiqh Munakahat banyak memberikan pemikiran, pendapat
tentang perkawinan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadis dengan
melakukan interprestasi serta analisis yang melahirkan hukum Fiqh dalam
bidang perkawinan yang menjadi sumber hukum perkawinan indonesia.
Para ahli Fiqh juga menguraikan tentang :
a. Pengertian perkawinan,
Antara lain seperti yang dikemukakan oleh Abu Yahya Zakariya Al-
Anshary, Nikah menurut istilah Syarak ialah akad yang mengandung
ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah
atau dengan kata-kata yang semakna dengannya (Abu Yahya Zakariya
Al-Anshary, t.t:30). selanjutnya Muhammad Abu Ishrah yang dikutip
oleh Abd. Rahman Ghazaly, akad yang memberikan faedah hukum
kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami isteri) antara pria
dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak
bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.
(Abd. Rahman Ghazaly, 2003:9).
b. Rukun dan Syarat sah Perkawinan.
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam
rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhuk dan
takbiratur ihram untuk shalat. Atau adanya calon penganten laki-
laki/peremouan dalam perkawinan.

11
Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk
dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat.
Atau menurut islam, calon penganten laki-laki/perempuan itu harus
beragama islam (Abd. Rahman Ghazaly, 2003: 45-46)
1. Jumhur Ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:
a) Adanya calon suami dan isteri yang akan melakukan
perkawinan,
b) Adanya wali dari pihak calon penganti wanita, akad nikah
akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya
yang akan menikahkannya.
c) Adanya dua orang saksi, pelaksanaan akad nikah akan sah
apabila dua orang saksi yang menyaksikan akad nikah
tersebut.
d) Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang diucapkan oleh
wali atau wakilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh
calon penganten laki-laki.

Jumlah rukun nikah ini para ulama berbeda pendapat:


Imam malik mengatakan, bahwa rukun nikah itu ada lima
macam, yaitu:
1. Wali dari pihak perempuan,
2. Mahar (mas kawin),
3. Calon penganten laki-laki
4. Calon penganten perempuan
5. Sighat akad nikah.

Imam Syafi i menyatakan rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
1. Calon penganten laki-laki,
2. Calon penganten perempuan,
3. Wali,
4. Dua orang saksi,

12
5. Sighat akad nikah

4. Hukum perkawinan Islam di Indonesia


Indonesia telah memiliki undang-undang nasional yang berlaku bagi
seluruh warga Negara Republik Indonesia, yaitu UU Perkawinan. Sebelum
diberlakukannya UU Perkawinan ini, Indonesia telah memberlakukan
peraturan-peraturan perkawinan yang diatur dalam KUH Perdata (BW) ,
Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks Ordonansi voor de
Christens Indonesiers) Staatsblaad 1933 No.74, Peraturan Perkawinan
Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken), Staatsblaad 1898 No.
158.
Selain itu, diberlakukan juga Undang-Undang Pencatatan Nikah,
Talak, dan Rujuk (NTR) dalam lembaran negara 1954 No.32 serta
peraturan Menteri Agama mengenai pelaksanaannya. Undang-Undang
Pencatatan NTR hanya mengenaii teknis pencatatan nikah, talak, dan rujuk
umat islam, sedangkan praktek hukum nikah, talak, dan rujuk pada
umumnya menganut ketentuan-ketentuan fiqh mazhab Syafi’i (Hamid
Sarong, 2010: 24-25).
Selain dari itu terdapat pandangan bahwa kenyataannya umat islam
di Indonesia sebagai anggota masyarakat yang besar jumlahnya, maka perlu
mendapat perhatiannya (Jamaluddin, 2009:74). Maka dari itu, lahirlah
Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang disusun dengan maksud untuk
melengkapi UU Perkawinan dan menjadi pedoman bagi hakim di lembaga
peradilan agama yang telah ditetapkan dan disebarluaskan melalui Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
Pasal 2 ayat 1 KHI menyebutkan bahwa : “Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu”. Ketentuan ini tidak ada beda dengan Pasal 2 ayat (1)
UU Perkawinan yang menyatakan perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Ini
menunjukakan isi dari Kompilasi Hukum Islam masih mengakui pluralisme
dalam hukum perkawinan di indonesia.

13
Namun dapat ditegaskan bahwa bagi umat Islam berlaku hukum
perkawinan Islam, sedangkan bagi agama selain islam berlaku hukum
perkawinan yang diatur dalam agamanya. Dalam Hukum perkawinan islam
mengatur agar perkawinan itu dilakukan dengan akad antara pihak-pihak
yang bersangkutan dengan disaksikan dua orang laki-laki setelah dipenuhi
syarat-syarat lain menurut hukum islam.
Dengan dikukuhkannya hukum agama (Fiqh Munakahat) sebagai
syarat sahnya suatu perkawinan, maka berlakunya hukum islam di
Indonesia bukan lagi berdasarkan kepada teori resepsi, melainkan langsung
berdasarkan kepada UU Perkawinan. Dengan demikian, pelaksanaan
Hukum Perkawinan Islam itu disamping menjadi tanggung jawab pribadi
umat islam, juga menjadi tanggung jawab pemerintah untuk ikut
mengawasinya. Adanya pengawasan pemerintah itu dimaksudkan agar
supaya dalam pelaksanaan Hukum perkawinan Islam itu tidak disalah
gunakan (Taufiqurrohman Syahuri, 2013: 23).

2.5 Adat Perkawinan Dari Jawa Tengah


A. Pelamaran
Secara adat pelamaran terdiri dari tiga bagjan, yaitu:
a. Nontoni
Nontoni adalah langkah pertama untuk pernikahan, seseorang pria
dengan orang tuanya pergi ke rumah gadis untuk melihat
danmemutuskan kalau diamau melamar gadis itu. Istilah Nontoni
berasal dari kata menonton, maksudnya seorang putra datang ke rumah
seorang putri untuk melihat putri itu. Putra dan orang tuanya datang ke
rumah orang tua putri dan membicarakan hal-hal biasa, tidak
membicarakan kemungkinan pernikahan. Putri yang ditonton masuk
ruangan tamu untuk menawarkan makanan dan minuman. Putri lain
selain yang sedang ditonton dilarang menawar supaya tidak terjadi
kebingungan. Putra yang datang tidak boleh menatap putri itu tetapi
melihat saja, putri itu akan masuk beberapa kali jadi ada waktu untuk
melihat dia. Kalau waktunya sudah cukup untuk putra dan orang

14
tuanya, mereka akan minta diri untuk pulang dan memberi tahu orang
tua putri kalau mereka mau lain kali akan memulai membicarakan
tentang pernikahan. Kalau putra itu tidak ingin menikah dengan putri
itu tidak ada masalah karena belum ada kesepakatan ataupun rencana.
Nontoni ini adalah acara pertama menurut adat, kalau putra suka pada
putri itu dia bisa memutuskan untuk mulai merencanakan pernikahan.
Maksud acara ini adalah supaya putra bisa melihat putri yang dia
belum kenal, yang dijodohkan oleh orang tuanya. Kini acara ini jarang
diselenggarakan karena orang tua makin jarang menjodohkan anaknya.
Kini banyak orang muda memilih calonnya sendiri, dan biasanya
berpacaran terlebih dahulu. Jadi keinginan untuk menikah bisa dimulai
dengan pelamaran saja. Menurut adat Jawa Barata cara yang pertama
dinamakan Neundeun Omong. Dengan acara ini orang tua putra atau
orang lain yang dihormati datang ke rumah orang tua putri untuk
membuat kesepakatan bahwa anaknya akan menikah. Pertemuan ini
dianggap seperti penerimaan tamu biasa sehingga persiapan sekedamya
saja.

Menurut adat orang yang datang untuk Neundeun Omong memakai


kalimat yang sama: "Urang nepungkeun bangkelung ngadeukeutkeun
baraya, sugan dipinareng tayahalangan harungan, omong ti sisi ti gigir,
urang sakalian ngalunaskeun hutang bae, nuluykeun pirundayaneun."
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia: "Kita pertemukan tangkai sirih,
mendekatkan kekeluargaan mudah-mudahan tiada sesuatu halangan dan
rintangan, ucap orang dari kanan dan kiri, sekalian (sekaligus)
melunaskan hutang, melangsungkan keturunan." {Adat dan Upacara
Perkawinan Jawa Barat, 1978/1979:81) Percakapan ini bukan perjanjian
tetapi pengucapan keinginan saja dan kecocokan kedua jodohini harus
dipertimbangkan dulu. Kalau ada orang yang ingin membatalkan
rencana tidak adamasalah danalasan yang benar tidak harus diucapkan,
cuma alasan yang tidak akan menyakiti hati jodoh. Kini acara ini dan
bisa dilewati dengan pelamaran saja.

15
b. Ngelamar
Saudara pria disuruh untuk menyampaikan pelamaran secara lisan
atau tertulis. Kalau semua ingin dilanjutkan orangtua putra akan minta
seseorang, disebut congkok, datang kerumah orang tua putri untuk
melamar. Congkok, calon pengantin putra dan mungkin diikuti laki-laki
lain diterima oleh beberapa orang di rumah putri. Sesudah beramah-
tamah congkok memberikan lamaran, bisa secara lisan atau tertulis.
Kalau lamaran secara tertulis seseorang yang dianggap cocok akan
dipilih untuk membacakannya. Keluarga putri bisa menerima pelamaran
langsung tetapi biasanya mereka berkata mereka harus
mempertimbangkan dulu dan akan memberi jawaban nanti.
Keluarga putri akan melakukan ini walaupun mereka sudah
memutuskan untuk menerima pelamaran sebagai lambang putrinya
tidak mudah dikawini atau diberikan kepada orang lain. Hal ini penting
untuk gengsi keluarga putri. Dan kalau terjadi pelamaran ini tidak
diantisipasi, keluarga putri akan memakai waktu ini untuk mencari tahu
tentang keluarga putra yang melamar. Jawaban akan dikirim, secara
lisan atau tertulis, kalau sudah diputuskan oleh keluarga putri.

Di Solo, Jawa Tengah, surat lamaran dibawa oleh kakak ibu atau
bapak calon pengantin putrake calon pengantin putri. Dulu surat ini
ditulis dalam Bahasa Jawa dan dengan hurufJawa tetapi kini Bahasa
Indonesia bisa dipakai asal isinya halus dan sopan. Sesudah beberapa
minggu calon pengantin putri membalas dengan surat untuk menerima
atau tidak.
Upacara ini dinamakan Nanyaan diJawa Barat dan terdiri dari
tigabagian utama. Arti nanyaan adalah bertanya. Orang yang datang
kerumah putri untuk melamar akan mengatakan maksud untuk datang,
bertanya kalau sudah ada orang yang meminang putri itu dan kalau
belum, bertanya kalau diarela menikah.
Istilah lain untuk acara ini adalah Ngelamar atau Nyeureyhan.
Kata ngelamar berasal dari kata melembar yang berarti menyerahkan
lembar-Iembaran sirih, istilah Nyeureyhan juga mempunyai arti

16
memberi sirih. (Adat dan Upacara Perkawinan Jawa Barat.
1978/1979:83) Kata-kata ini berasal dari tradisi yang makin jarang
dilakukan, yaitu membawa sirih untuk diserahkan kepada keluarga putri
pada waktu pelamaran. Hadiah sirih ini diikuti pinang, kapur, gambir
dan tembakau. Sesudah orang tua putri setuju dengan pelamaran,
putrinya dipanggil untuk dilamar. Kalau putri itu setuju, sirih pinang itu
akan diserahkan kepada bapak calon pengantin putri dan dimakan oleh
semua orang di rumah. Kalau bungkusnya dibuka sebelum dimakan
bermaksud ada sesuatu yang diinginkan, dankalau sirih tidak dimakan
bermaksud pelamaran tidak diterima. Akhirnya uang secukupnya
diserahkan kepada keluarga putri sebagai pengikat, artinya putri sudah
menjadi tunangan.
Kini calon pengantin putra akan membawa duabuah cincin sebagai
tanda kedua calon menjadi tunangan. Selain cincin ada juga pakaian,
sedikit uang, kue-kue, atau barang-barang lain bisa diberikan untuk
pesta juga.

c. Srah-srahan
Kalau gadis tersebut setuju untuk menikah, upacara srah-srahan
diadakan. Peningset, bermacam-macam hadiah, diberikan
olehpriakepada gadisuntuk menentukan tunangan. Hadiahnya biasanya
termasuk pakaian, perhiasan, alat-alat rumah tangga,uang dan Iain-lain,
tergantung pada kemampuan keluarga pengantin pria. Kini, karenaorang
tua makin jarang menjodohkan anaknya dan kebanyakan orang
mudaberpacaran terlebih dahulu, upacara nontoni tidak dilakukan lagi.
Walaupun orang muda memutuskan untuk menikah sendiri, calon
pengantin laki-laki biasanya masih melamar secara resmi.
Biaya upacara pernikahan merupakan tanggung-jawab orang tua
pengantin putritetapi keluarga pengantin putra memberikan kontribusi
dengan upacara srah-srahan. Beberapa hari sebelum pernikahan
orangtua pengantin putra datang dengan membawa peningset, yaitu

17
bermacam-macam hadiah dan uang untuk menentukan kedua pengantin
sudah diikat.
Pengantin putra harus memakai pakaian sederhana, dan tidak boleh
memakai perhiasan selain dari cincin tunangan. Busana gaya
Yogyakarta adalah kesatrian, baju surjan bergaris, yaitu jas dengan
lengan panjang biasanya terbuat dari kain bertenun, blankon
Yogyakarta, kalung karset dan keris. Untuk gaya Solo pangeranan, jas
beskap, kalung karset dan keris yang dipakai. Pengantin putra bertemu
dengan keluarga dan teman pengantin putri tetapi tidak boleh bertemu
dia sendiri.
Secara tradisi peningset ini terdiri dari:
1. Jadah, masakan yang terbuat dari nasi dan kelapa.
Artinya supaya calonsuamidan istri akan bersatu dengan
kuat, susah untuk dipisahkan, seperti makanan ini.
2. Jenang, masakan nasi dengan gula dan kelapa.
Artinya supaya pasangan hidup erat, bahagia dan manis
seperti makanan ini.
3. Pisang Raja.
Raja supaya mereka bahagia seperti raja. Pisangnyaharus
sudah masak, artinya perbincangan antara keduanya selalu jadi
(masak).
Berkaitan dengan peningset ketiga, kalau kesepakatan untuk
menikah dibatalkan, pisang yang belum masak akan dibawa,
sebagai lambang rencana belum terjadi.
Jadah, jenang dan pisang dimasukkan dalam panjang Hang,
yaitu bakul kecil yang terbuat dari janur yang dianyam. Hadiah ini
diberikan kepada keluarga pengantin putri serta uang di dalam peti
kecil. Keluarga pengantin putri juga bisa minta sesuatu lagi yang
diinginkan. Keluarga putra harus berusaha memenuhi Permintaan
ini sebagus mungkin karena hadiah ini akan diperlihatkan kepada
semua orang.

18
Kini, selain dari makanan dan uang, peningset yang
diberikan pengantin putra bisa termasuk barang-barang yang Iain
misalnya kain, pakaian, perhiasan, alat rias, alat-alat rumah
tangga, uang dan lain lain, tergantung pada kemampuan.
Kalau sesudah acara srah-srahan pernikahan dibatalkan
oleh putri peningset ini harus dikembalikan, kalaudibatalkan oleh
putra, hadiah tidak akan dikembalikan.
Di Solo hadiah peningset yang diberikan oleh keluarga
pengantin putra adalah sebagai berikut:
1. Pisang ayu, sirih ayu.
Melambangkan sedyorahayu, yaitu harapan kesejahteraan.
2. Dua buah jeruk besar.
Sebagai lambang bertekad bulat.
3. Dua buah cengkir gading.
Yang merupakan simbol kenceng ingpikir, artinya perasaan
tetap.
4. Dua batang tebu wulung kira-kira30 cm.
Simbol antepingkalbu, ketetapan hati.
5. Kain batik tradisional.
Dengan nama cita-cita yang luhur.
6. Kain batik truntum.
Yang berarti tumuruntun atau turun temurun,
berkembang.
7. Setagen, kain berwarna putih terbuat dari benanglawe.
Melambangkan pakaian.
8. Padi, garam, gula jawa.
Melambangkan makanan.
9. Kalau mampu, uang.
10. Bisa juga cincin emas.
Di Jawa Barat juga adat upacara seserahan, waktu dimana
pengantin putra membawa hadiah untuk membantu keluarga putri
dengan pernikahan. Pada waktu ini putra diserahkan kepada

19
keluarga putri. Kalau putra tinggal cukup dekat diadakan berjalan
kaki, kalau jauh, harus turundari kendaraan sembelum sampai
rumah putri dan berjalan kaki.
Keluarga putri akan menyiapkan makanan dan minuman
sekedarnya untuk menerima tamu yang ikut pengantin. Orang tua putri
memberikan pakaian pernikahan kepada pengantin Putra dan
diamemberikan bermacam-macam hadiah yangterdiri-dari makanan,
uang, alat-alat rumah tangga dan lain lain kepada pengantin putri.
Semua yang hadir duduk dan sesudah pidato penyerahan, hadiah yang
diberi diperlihatkan di tengah ruangan. Kemudian hadiran makan dan
pulang, kecuali pengantin putra yang akan menginap di rumah
keluarga tunangannya walaupun dia tidak boleh bertemu dengan
tunangan sendiri.

d. Nyeuyeuk Seureuh
Upacara ngeuyeuk seureuh, yang hanya ada pada adat Sunda,
biasanya dilaksanakan pada sore hari satu hari sebelum pernikahan. Arti
kata seureuh adalah sirih dan arti kata ngeuyeuk adalah mengurus,
mengeijakan atau berpegang-pegangan. Jumlah orang yang ikut upacara
ini harus berkelipatan tujuh, tujuh. Nomor tujuh dianggap nomor
keberuntungan. Ada banyak-bahan yang harus disiapkan untuk upacara
ngeuyeuk seureuh, misalnya: sirih beranting; pinang, gambir; kapur
sirih; tembakau; mayang pinang; pelita; kendhi berisi air; bokor dengan
beras putih, kunyit, bunga-bunga dan uang; bokor dengan air dan
bunga-bunga; tikar pandan; telur; kayu bakar dan daun pisang; pakaian
pengantin putri dan putra; kain putih dan bermacam-macam kain lain.
Semua bahan-bahan ini diletakkan di Iantai bersama-sama (kecuali
pelita) di atas tikar yang ditutupi dengan kain putih. Pembawa acara
memulai acara dengan pidato, lalu seorang laki-laki membakar
kemenyan dan membaca doa selamat. Pelita dengan tujuh sumbu,
simbol tujuh berarti hari dengan matahari yang terang, melambangkan
pengantin akan jujur dalam hubungan dan memperlihatkan keadaan

20
baik-baik saja kepada orang lain. Penjelasan ini bisa dilihat karena
lampu tersebut menerangi sekelilingnya saja, tetapi didalamnya ada
bayangan. Pembawa acara, sambil mengangkat tikar dan kain putih,
menceritakan bahwa semua orang, dengan sifat yang bagaimanapun,
akhimya akan dibawa ke kuburan dibungkus didalam kain putih.
Ada dua bentuk sirih yang disiapkan untuk upacara ini, lungkun dan
tektek. Dua macam sirih ini melambangkan dua orang yang berasal dari
tempat berbeda. Yang lungkun digelung sebagai simbol laki-laki dan
tembakau dimasukkan dalam Iubang untuk tektek, sebagai simbol
perempuan. Tektek juga melambangkan keselarasan karena ramuan
harus sesuai atau tidak baik,tidak dinikmati oleh yang makannya.
Keduanya diikat bersama, seperti dikawinkan, memakai rambu yang
hasil perempuan jadi ini merupakan symbol perempuan mengikat laki-
laki. Rambunya kuat sekali, tidak mudah patah, symbol isteri harus
kuat, tekad dan hati-hati.

B. Persiapan
Sesudah pelamaran seorang pria diterima oleh seorang wanita,
perencanaan upacara pernikahan dimulai. Upacara pernikahan merupakan
tanggung-jawab orangtua pengantin putri, dan upacara-upacara biasanya
diselenggarakan di rumahnya. Hari yang paling baik untuk pernikahan
ditentukan secara adat, bulan yang baik untuk pernikahan dipilih menurut
bulan Jawa, kalau cocok, dan tanggal lahir kedua pengantin dihitung untuk
menentukan hari upacara.
Penentuan Hari, Hari pernikahan ditentukan dengan cara
perhitungan. Menurut adat Jawa ada bulan dan hari yang baik dan kurang
baik untuk pernikahan jadi penentuan hari pernikahan penting. Waktu haji,
sesudah bulan Ramadhan, adalah bulan yang paling sering dipilih untuk
pernikahan karena dianggap waktu suci atau sakral. Selain bulan ini bulan
besar dianggap baik untuk pernikahan dan bulan sura dianggap sebagai
bulan istirahat, kurang cocok untuk pernikahan, namun pernikahan tidak

21
dilarang pada bulan ini. Hari lahir dianggap baik dan hari meninggal
dianggap tidak baik.

a. Tarub
Secara fungsi, tarub adalah bangunan sementara untuk tamu di
depan rumah, tetapi kepentingannya lebih dari yang fisik saja.
Tuwuhan, daun-daun dan buah-buahan yang digantung di kiri dan
kanan gerbang, atau pintu masuk, mempunyai arti sendiri-sendiri.
Upacara pernikahan dimulai dengan pemasangan bleketepe, anyaman
janur kecil yang digantung di tengah gerbang, untuk mengusir roh-roh
jahat.
Tarub adalah bangunan sementara, atau tratag, untuk tamu.
Tuwuhan, daun-daun dan buah-buahan, digantung dikiri dan kanan
gerbang atau jalan masuk, dirumah atau tempat pernikahan. Tarub ini,
yang dibuat beberapa hari sebelumnya dan tetap selama upacara-
upacara pernikahan, adalah sesaji kepada Tuhan untuk keselamatan
upacara pernikahan. Arti tuwuhan ini secara keseluruhan adalah baik
"kemakmuran tanaman maupun harapan kemakmuran bagi calon
keluarga yang baru."{Adat dan Upacara Perkawinan Daerah
Istimewah Yogyakarta, 1977/1978:47) Kata tuwuhan berasal dari
kata tumbuhan, kata ini merupakan lambang pengantin sudah berubah
menjadi dewasa dan harus meninggalkan pemikiran masa muda; juga
kedudukannya dalam masyarakat sudah berubah menjadi keluarga
batih dan mereka harus bertanggungjawab untuk akibatnya.
Tarub ini terdiri-dari:
1. Anyaman janur (daun kelapa muda) tua.
Janur ini melambangkan bahwa orangtua pengantin
sudahmengajar anaknya, kalau ada masalah di dalam keluarga
jangan sampai diketahui orang lain diluar keluarga. Juga supaya
pengantin mempunyai cahaya yang mempesona.

22
2. Pasangan cengkir, kelapa muda, di kiri dan kanan gerbang.
Cengkir melambangkan istilah kencenging pikir, supaya
pikiran pengantin kuat dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain. Kedua pengantin sudah setuju dan mantap, pernikahan sudah
dipertimbangkan. Jadi mereka tidakakan terpisah karena sudah ada
kesepakatan.

3. Pasangan kelapa gading (dengan kulit yang sudah kuning) di kiri


dan kanan gerbang.
Artinya kedua pengantin sudah saling tertarik dan saling
mencintai. Juga melambangkan kesembuhan karena air kelapa bisa
dipakai untuk obat.

4. Tandan pisang raja yang masak.


Pisang raja dipakai supaya hidupnya bahagia seperti raja dan
supaya putra bis amenjadi pemimpin yang baik,untuk keluarga,
lingkungan dan masyarakat. Tanden pisang supaya pengantin bisa
tinggal dimana saja, menyesuaikan diri dengan tempat dan menjadi
keluarga yang berhasil, sama seperti pohon pisang.

5. Tebu wulung (kulit berwarna kemerah-merahan).


Kata tebu melambangkan kata-kata antebing kalbu.
Antebing berarti ketekadandan kalbu berarti hati sanubari, jadi
artinya ketekadan hati sanubari supaya tidak mudah dipengaruhi.
Kata wulung melambankan kematangan jiwa. Jadi arti semuanya
adalah: kalau kejadian sudah dipikirkan dan diputuskan,
melakukannya dengan tekad dan jangan menyerah. Ini juga
lambang bahwa pasangan suami-isteri dianggap satu dan teguh
tetap satu, supaya tidak bisa dipisahkan oleh siapapun.

23
6. Bermacam-macam daun.
Daun beringin hendaknya supaya pasangan tumbuh seperti
pohon beringin, keluarga batih baru ini akan menjadi pelindung
keluarga luas, dan diharapkan untuk membantu kalau orang lain
ada urusan. Daun kluwih melambangkan kata lirtuwih, serba tahu.
Daun alang-alang berarti tanpa halangan. Daun apo-apo berarti
tidak ada apa-apa.

7. Padi.
Padi merupakan makanan pokok dan pekerjaan atau
kehidupan kebanyakan orang Jawa. Padi juga berhubungan dengan
Dewi Sri yang dianggap dewi rumah tangga atau Dewi Kesuburan.
Bleketepe (anyaman janur tua) di atas gerbang dari kiri
sampai kanan.Sebelum upacara-upacara dimulai ayah dan ibu
pengantin putri menggantung bleketepe yang kecil di tengah yang
besar untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda pernikahan
akan terjadi. Setangkai padi juga dipasang untuk mulai upacara.
Tarub gaya Solo memakai pisang raja disebelah kanan
gerbang saja, sebuah tandan pisang pulut dipasang di kiri gerbang
sebagai lambang kedua pengantin akrab mesra. Daun kroton
melambangkan kata maton, pendirian yang tetap. Daun bayem
melambangkan hati ayem, perasaan yang gembira dan tenteram.
Daun pupus berarti dipupus, diterima secara ikhlas. Daun pandan
melambangkan kata sepadan yaitu harmonis.

b. Sesaji
Tentu saja ada banyak hal yang hams diurus sebelum upacara
dimulai, salah satunya adalah sesaji atau sajen. Kehendak orang
yang menyajikan sajen adalah agar upacara-upacara selamat dan
sejahtera, sehingga upacara lancar dan selamat, dan tidak ada
kekurangan. Sesaji terdiri dari berbagai jenis makanan, buah-
buahan, minuman, bunga-bunga dan bahan-bahan lain.

24
Ada beberapa sesaji yang disediakan khusus untuk upacara-
upacara pernikahan, dan campuran bahan-bahan untuk setiap sesaji
tergantung pada maksud dan maknanya.
Sebagian upacara pernikahan yang kurang diperhatikan oleh para
tamu tetapi yang merupakan maksud yang penting sekali adalah
sajen atau sesaji. Ada beberapa macam sajen dengan maksud
berbeda yang terdiri dari berbagai jenis makanan, buah-buahan,
minuman, bunga-bunga dan barang-barang lain. Kehendak orang
yang menyajikan sajen secara dasar adalah agar upacara-upacara
selamat dan sejahtera, supaya setiap upacara lancar, dan tidak ada
kekurangan. Juga ada arti sendiri untuk sajen seperti sajen rasulan
yang disajikan pada sore hari sesudah upacara siraman dan
bermaksud untuk mengirimkan doa kepada leluhur.
Sebelum tarub dibuat sesajen harus disajikan yang terdiri dari
pisang, kelapa, tumpeng, daging kerbau, tempe, buah-buahan lain,
kue-kue bermacam minuman, bunga-bunga, jamu dan lain lain.
Maksudnya untuk menerima berkat dari nenek moyang dan
keselamatan dari roh-roh jahat. Sesajen seharusnya diletakkan
disemua tempat yang akan dipakai untuk upacara misalnya, kamar
mandi, dapur, gerbang, tarub, dan dijalan.Ada sajen khusus yang
harus disediakan dulu untuksemua upacara.

c. Pingitan
Dulu pengantin putri dipingit kira-kira tujuh hari sebelum hari
pernikahan, Selama waktu ini dia tidak boleh keluar atau bekerja
keras. Lulur pengantin, yaitu krim jamu badan, dioleskan kepada
kulitnya setiap hari untuk memperhalus dan memperputih kulit
supaya bercahaya. Putri juga puasa selama waktu ini untuk
memperlihatkan bahwadia:
1. Dapat menahan diri, dia sabar.
2. Tidak mudah tergoda, coba-cobaan.
3. Untuk mendapatkan ridhoAllahSWT,agar hidupnya bahagia.

25
d. Tata Rias Pengantin
Untuk setiap upacara pengantin putri harus kelihatan cantik,
seharusnya kulitnya kelihatan halus, kekuning-kuningan dan
bercahaya. Tata rias pernikahan bermaksud supaya pengantin putri
kelihatan seperti putri raja, yang mandi memakai lulur dan jarang
keluar dicahaya matahari sehingga kulitnya halus dan kuning.
Pengantin pria juga memakai sedikit rias untuk upacara panggih.
Rias pengantin adalah bagian perhiasan yang penting sekali. Untuk
setiap upacara pengantin putri harus kelihatan cantik, kulitnya
seharusnya kelihatan halus, kekuning-kuningan dan bercahaya. Tata
rias pernikahan bermaksud supaya pengantin putri kelihatan seperti
putri raja, yang mandi memakai lulur dan jarang keluar di cahaya
matahari sehingga kulitnya halus dan kuning. Pertama perias
membersihkan, menuangkan penyegar dan mengoleskan pelembab
pada muka pengantin wanita. Lalu alas bedak berwarna kekuning-
kuningan dioleskan kepada muka, leher danbadan yang kelihatan.
Untuk rias mata ada warna khusus yang dipakai untuk pernikahan yang
tergantung pada daerah.
Gaya Yogyakarta memakai warna hijau, coklat dan kuning. Gaya
Solo memakai warna coklat emas, coklat Tua dan hijau. Gaya Malang
memakai warna coklat, oranye dan kuning. Pensil alis mata hitam
dipakai untuk membuat bentuk cantik danrapi, bentuk ini sedikit
berbeda menurut gaya Yogyakarta dan gaya Solo, dan juga dipakai
untuk garis mata supaya mata kelihatan lebih nyata. Maskara dipakai
untuk mempertebal dan menghitamkan bulu mata. Warna yang cerah
dipilih untuk pemerah bibir. Bibir bisa dibuat kelihatan lebih tebal atau
lebih tipis, kalau perlu, denganpemakaian pensilwarna bibir. Pengantin
pria jugamemakai sedikit rias untuk pernikahan adat, upacara panggih.
Muka dibersihkan dan dioleskan dengan pelembab dan alas bedak,
tetapi tidak terlalu banyak. Rias mata berwarna coklatdan pemerah
bibirkecoklat-coklatan dipakai.

26
1. Paes
DiJawa Tengah rambut di dahi pengantin putri dipotong dan
dicukur membuat bentuk/wes sesudah upacara siraman supaya
siap untuk dirias dengan warna hitam pada pagi sebelum
akadnikah. Bentuk pares mi terdiri dari beberapa bagian yang
harus diukur dan digambar dengan hati-hati supaya mengikuti
bentuk yang benar. Simbolisme paes mi adalah untuk
mempercantik pengantin putri, atau lebih spesifik, untuk
membuang pikiran atau perilaku yang tidak baik supaya dia bisa
menjadi orang yang baik dan matang.
Berikutnya menurut gaya Yogyakarta. Yang pertama
bernama penunggul, ditengah dahi, tiga jari lebar dan turun
sampai ujung tiga jaridi atas alis. Dikiri dan kanan, setengah jari
dari bentuk penunggul ada bentuk pengapit, juga tiga jari lebar.
Lalu ad &penitis, dua setengah jari. Didepan kedua telinga ada
godeg, dari rambut di atas telinga, satu jari lebar, dua jari di depan
telinga sampai ujung satu jari di depan daun telinga. Sesudah
bentuknya diukur dan garis-garis digambar dengan pensil alis,
paes diwarnai hitam. Simbolisme paes ini adalah untuk
mempercantik pengantin putri, atau lebih spesifik, untuk
membuang pikiran atau perilaku yang tidak baik supaya diabisa
menjadi orang yang baik dan matang.
Bagian-bagian paes juga mempunyai arti sendiri, sebagai
berikutnya:
1. Penunggul.
Penunggul berhubungan dengan kata/wn/w/i//, kata Bahasa
Jawa yang berarti sesuatu yang paling besar, paling tinggi atau
paling baik, jadi penunggul merupakan symbol harapan
pengantin menjadi orang yang sempurna.

27
2. Pengapit.
Pengapit adalah pendampmg penunggul, maksudnya
untuk mengingatkan bahwa walaupun seseorang berusaha
untuk menjadi orang yang baik, selalu ada pendamping yang
bisa mempengaruhinya. Pengapit yang di kiri melambangkan
pengaruh buruk dan yang di kanan melambangkan pelindung
yang mengingatkandiri untuk tetap kuat dan tekad.

3. Penitis.
Penitis melambangkan harapan orang bisa mencapai tujuan
yang tepat. Godeg. Bentuk godeg melambangkan bahwa orang
harus tahu darimana asalnya dan kemana tujuannya. Tempat
asalnya adalah lebih penting dari pada tujuan, orang harus siap
untuk kembali ke tempat asalnya.
Di Solo pores juga dipakai tetapi gayanya sedikit berbeda,
bentuknya kurang tajam, lebih bulat dan ukurannya jugalain.
Bentuk yang ditengah dahi bernama gajah, setengah bulatan
ujung ditengah dahi tiga jari di atas alis dan empat jari lebar.
Setengah jaridari bentuk gajah di kiri dan kanan, ada bentuk
pengapit, bentuknya lebih tipis, satu jari lebar, dan lebih
tajam. Lalu, setengah jari dan pengapit adapenitis, yang dua
setengah jari,dan lebih bulat. Dan di depan kedua telinga ada
godeg, sama dengan gaya Yogyakarta. Bentuk alis juga
mengikuti bentuk paes.
Di Yogyakarta alis berbentuk tajam, sampai ada puncak
ditengah tetapi menurut gaya Solo alis berbentuk bulat. Paes
ini khusus di Jawa Tengah, akibat pengaruh dari kraton
Yogyakarta dan kraton Surakarta. Di Jawa Timur dan Jawa
Barat paes tidak dipakai.

28
2. Rambut Pengantin
Sesudah muka dan dahi diriasrambut dibuat dalam bentuk
sanggul. Bagian depan rambut disasak Dan dibentuk menjadi
sunggar, sedikit rambut di atas teriepas untuk digelung menjadi
lungsen. Cemara, atau rambut bagian belakang, diikat dan
digelung menjadi sanggul.
Sesudah sanggul dirapikan selanjutnya perhiasan dipasang.
Ada bermacam-macam bentuk sanggul tergantung pada gaya
pakaian dan daerah, misalnya gaya Yogyakarta biasa memakai
sanggul Tekuk, seperti kupu-kupu; Yogyakarta kebesaran
memakai sanggul Bokor, yang ditutup dengan bunga melati; Sala
Putri, gaya Solo, memakai sanggul Baigun Tulak, seperti kupu-
kupu; Malang Keprabon memakai sanggul Ukel Keprabon, yang
bulat. Sanggul, karena merupakan rambut terurai yang tidak
teratur dibentuk menjadi rapi dan teratur, F1 melambangkan
"manusia yang sebelumnya masih terpecah-pecah dan tidak
teratur...akhirnya menjadi sifat bulat manusia seutuhnya..."
(Marmien Sardjono. 1977:55).

3. Busana
Ada beberapa gaya busana yang bisa dipakai untuk upacara
pernikahan Jawa tetapi ada dua gaya busana yang utama, yaitu
busana basahan dan busana putri. Busana gaya putri pada dasarnya
adalah baju panjang bludiran, kain padan dan selop bludiran.
Adabeberapa macam busana basahan tetapipadadasarnya
semuanya sama. Busana basahan terdiri dari beberapa jenis kain
saja, gaya dodotan, yaitu tidak memakai baju atasan, dan selop
bludiran. Pengantin putramemakai topi kuluk yang berwarna
birumuda.
Busana gaya putri untuk pengantin putri terdiri dari baju
panjang bludiran, kain pradan, ikat pinggang, setagen dan selop
bludiran. Busana gaya putri untuk pengantin putra terdiri dari

29
baju sikepan bludiran, kain padan, lontong, kamus bludiran,
timang dan lerep boro, keris branggah dengan bunga Sritaman,
kalung dan karset. Adabeberapa macam busana basahan tetapi
padadasarnya semuanya memakai kain saja, tidak memakai
atasan. Pertama kain cinde, lalu kain kampuh di luar, udet cinde,
pending dan buntal. Pengantin putri memakai selop bludir kembar
dan pengantin putra memakai selop bludiran dan topi kuluk yang
berwarna biru muda. Kain mempunyai arti moralitas manusia
yang dulu masih remaja menjadi dewasa, yang belum lengkap
menjadi sempurna. Pending, ikat pinggang adalah peringatan
untuk menguasai nafsu. Pelepasan pending melambangkan
kehilangan kesucian

4. Perhiasan Pengantin
Perhiasan kebanyakan mengikuti gaya raja di kraton,
maksudnya pengantin sebagai raja sehari. Banyak perhiasan
dipakai supaya pengantin kelihatan cantik dan mewah. Bermacam-
macam kalung, gelang, cincin dan anting keemas-emasan dipakai
oleh calon pasangan suami-isteri, dengan makna sendiri-sendiri.
Untuk upacara siraman, malam midodareni dan untuk akad nikah
perhiasan sederhana saja dipakai. Untuk upacara panggih,
pernikahan adat, kalau pengantin memakai busana basahan
perhiasannya banyak sekali. Perhiasan busana basahan ikut gaya
raja di kraton, maksudnya pengantin sebagai raja sehari. Banyak
perhiasan dipakai supaya pengantin kelihatan cantik dan mewah.
Bermacam-macam kalung, gelang, cincin Dan anting keemas-
emasan dipakai oleh calon pasangan suami isteri. Menurut gaya
kebesaran Yogyakarta lima cunduk mentul, bunga emas di
atastangkai, dipakai di kepala pengantin putri. Paes, rias dan
perhiasan lain menghadap kedepan tetapi cunduk mentul
menghadap kebelakang. Jadi cunduk mentul ini merupakan

30
simbol peringatan "jangan baik didepan saja tapi dari belakang
dan luar dalamsama" (Marmien Sardjono. 1977:56).
Lima cunduk mentid melambangkan lima nafsu manusia, yaitu:
1. Nafsu kasih sayang
2. Nafsu kenikmatan
3. Nafsu keinginan
4. Nafsu kekuasan
5. Nafsu kesucian
(Marmien Sardjono. 1977:56).
Subang atau anting yang dipakai di daun telinga kiri
dankanan melambangkan bisikan yang didengar. Bisikan yang baik
diterima dengan telinga kanan dan bisikan yang jahatdengan telinga
kiri.
Kalung susun adalah tigakalung yang terikat. Yang pertama
kecil, yang kedua sedang danketiga besar. Artinya ketiga kalung
adalah:
1. Kemauan.
2. Wujud.
3. Hidup.
Ketiga kalung terikat menjadi satu karena salah satusifat
sendiri tidak berguna, tetapi semuanya bersama menjadikan orang
yang sempurna. Kedua ceniung dipakai diatas dahi di kiri dan
kanan. Bentuknya, mulai melengkung kebawah dan mengarah
keatas melambangkan orang menyatu dengan Allah. Kedua
ceniung melambangkan kesempurnaan karena perlengkapan.
Cincin dangelang merupakan simbol peraturan danikatan tangan.
Maksudnya, kebanyakan pendapatan diperoleh dengan tangan, jadi
peraturan dan ikatan diperlukan supaya berhasil.

31
C. Upacara Sebelum Pernikahan
1. Siraman
Acara siraman, yangdilaksanakan padahari sebelum pernikahan,
adalah acara memandikan pengantin supaya dia bersih dan suci untuk
malam midodareni (malam yang suci atau sakral) dan untuk
pernikahan pada hari berikutnya. Kedua pengantin dimandikan di
rumah sendiri dengan upacara sendiri, biasanya di kamar mandi atau
di kebun. Ditempatnya disediakan kursi kecil diatas tikar yang
ditutupi dengan bermacam-macam jenis daun, termasuk dlingo
beng/e (yang dipakai untukobat), dan empat jenis kain. Pengantin
putri memakai rias tetapi rambutnya terurai. Sebelum acara dimulai
pengantin minta do'a restu dar iorang tua, dan orangtua juga minta
do'a restu dari nenek dan kakek kalau masih hidup.
Pengantin putri memakai kain putih dan kain berpola Grompol
atau Nagasari dan bunga melati yang dirangkai menjadi baju.
Disamping pengantin ada mangkuk yang terbuat dari tembaga atau
perunggu yang berisi air bunga, gayung yang terbuat dari dua
tempurung kelapa yang terikat, dan kendhi berisi air suci.
Sebagian air dari mangkuk siraman dioleskan kepada kendhi untuk
dibawa kepada rumah pengantin putra untuk dipakai dalam upacara
siraman dia. Isi air bunga:
1. Air dari tujuh mata air.
2. Bermacam-macam bunga, termasuk bunga melati, bunga mawar
dan bunga sedap malam.
3. Lima warna bubuk berlaku sebagai sabun.
4. Sampo dan konditioner secara tradisional: abu beras, air kelapa
dan air asam jawa.
Pertama Ibu mengoleskan bubuk sabun kepada tangan dan kaki
putrinya. Lalu tujuh orang, atau lebih asalkan ganjil, menuangkan
tiga gayung air bunga kepada kepala dan badan pengantin. Bapak
pengantin memulai siraman dulu, lalu Ibu pengantin, dan selanjutnya
Ibu-Ibu terhormat yang dipilih karena dianggap berakhlak tinggi.

32
Tetapi tidak boleh ibu yang sudah bercerai, janda, yang tidak
mempunyai anak atau yang tidakbisamelahirkan anak. Maksudnya
supaya pengantin diberi berkatseperti Ibu-Ibu ini supaya mudahdan
cepat punyaanak. Pengantin juga mencuci muka sendiri denganair
dari kendhi.
Bahan-bahan yang disediakan untuk upacara siramanadat Sunda:
1. Bunga setaman termasuk bunga melati, bunga mawar, bunga
pacar banyu,bunga ceplok piling dan bunga soka.
2. Tujuhbuah keris-kerisan terbuat darijanur kuning diikat
bersama.
3. Perhiasanpeningset di dalam keranjang yang anyamannya
jarang.
Di upacara siraman Jawa Barat keris-kerisan dimasukkan ke
air siraman dan badan pengantin diperciki dengan air tersebut
sambil membaca do'a. Maksud do'a iniadalah "Semoga calon
pengantin ini selalu hidup bahagia dantidakada halangan satu pun".
(Bratawidjaja. 1997:32) Keranjang janur, dengan perhiasan
peningset di dalamnya, dipegang di atas kepala pengantin danair
siraman dituangkan melalui keranjang itu dengan cara yang
dijelaskan di atas.

2. Pemecahan Kendhi
Sesudah pengantin dimandikan Ibu pengantin menjatuhkan dan
memecahkan kendhi. Pemecahan ini adalahl ambang pengantin sudah
dewasa dan siap untuk meninggalkan keluarga untuk memulai
keluarga sendiri. Ibu tidak bertanggung jawab lagi,ada orang lain yang
bertanggung jawab. Menurut Dra. H.I. Roeswoto(1992:11)lambang
pemecahan kendhi adalah bahwa"calon pengantin putri sudah pecah
pamor atau daya tariknya."

33
3. Memotong rambut dan menanam rambut
Upacara berikutnya juga melambangkan akhir dari masa kecil dan
permulaan masa dewasa untuk pengantin. Sedikit dari ujung
rambutnya dipotong, maksudnya untuk membuang sangkal atau
kotoran dari masa kecil. Kotoran ini dianggap sebagai halangan dan
harus dibuang supaya tidak ada halangan lagi untuk kehidupan baru.
Rambut pengantin putra juga dipotong dan dibawa ke rumah putri
untuk ditanam bersama-sama di kebun. Kemudian pengantin putri
digendong masuk kamar oleh Bapak untuk kasih sayang yang terakhir
kali sebagai anak dan sebagai lambang ayah membawa anaknya
kepada hidup mandiri untuk mulai keluarga sendiri.
Bapak dan Ibu memotong sedikit dari ujung rambut pengantin, ini
dilakukan untuk membuang sangkal atau kotoran darimasa kecil.
Kotoran ini dianggap sebagai halangan dan harus dibuang supaya
tidak ada halangan lagi untuk kehidupan baru.

4. Penjualan Dawet
Dawet adalah sejenis minuman cendol yang dianggap bagus untuk
kecantikan. Pecahan dari kendhi dipakai oleh tamu sebagai uang
untuk 'membeli' dawet dari Ibu pengantin putri yang memakai alat-
alat penjual dawet. Bapak yang membawa payung menerima pecahan
kendhi dan memberi kembalian, yaitu hadiah kecil seperti uang receh
buat-buatan dengan pesan minta do'a restu.
Penjualan dawet dilakukan sebelum jam 12, waktu matahari
mencapai puncaknya, namanya gerak memuncak, untuk
melambangkan perkembangan. Pendapatan (pecahan kendhi) dari
penjualan dawet dimasukkan di dalam kantong dan disimpan.
Penjualan dawet ini supaya upacara kelihatan ramai, untuk membuat
suasana lebih akrab dan meriah, dan supaya nanti pendapatan
pengantin banyak. Kata dawet berhubungan dengan kemruwet,
artinya ramai atau banyak penunjung. Sesudah pengantin putri masuk

34
kamar untuk di rias upacara menjual dawet, sejenis minuman cendol,
dilaksanakan.
Pecahan dari kendhi diberikan kepada tamu untuk 'membeli1 dawet
dari Ibu pengantin putri yang memakai barang-barang penjual dawet.
Pecahan kendhi diberikan kepada Ayah yang membawa paying dan
dia memberi kembalian. Pendapatan (pecahan kendhi) dari penjualan
dawet dimasukkan ke dalam kantong dan disimpan. Upacara
penjualan dawet ini bermaksud untuk membuat upacara ramai, seperti
minuman ini,dan supaya nanti pendapatan pengantin banyak.

5. Meratus Rambut
Sambil upacara penjualan dawet dijalankan diluar, di dalam kamar
pengantin perias sedang menjemur dan meratus rambut pengantin
putri. Dalam acara meratus, bubuk ratus dan gula pasir dipanaskan
dengan api dan asapnya diarahkan kepada rambut pengantin putri
supaya baunya wangi. Lalu rambutnya digelung, muka dan lehernya
dicuci, dandirias dengan hati-hati.
Sesudah siraman periasmenjemur rambut pengantin putri dengan
handuk dan meratus(memberi wangi-wangian dari asap bubuk wangi)
rambut. Asapnya dari bubuk ratus dan gula pasir yang diberi api.
Perias duduk di belakang pengantin putri, rambutnyadisisir dan
handuk dibentangkan di atas kepala supaya asap dari bawah tidak
cepat keluar.
Lalu rambutnya digelung, muka dan lehemya dicuci, dan dirias
dengan hati-hati supaya dia siap untuk malam midodareni. Pengantin
putri memakai kain berpola Sidomukti atau Sidoasih dan kebaya.
Simbol pola kain ini adalahuntuk hidupyang sejahteradan pemujian
dari orang lain.

6. Upacara Ngerik
Sesudah upacara meratus rambut, upacara ngerik dilangsungkan.
Upacara ngerik merupakan persiapan untuk tata rias yang akan

35
dipakai untuk upacara pernikahan pada hari berikutnya. Anak rambut
di dahi gadis dihilangkan dan bagian-bagian dicukur dalam bentuk
paes.
Sekarang pengantin putri sudah siap untuk malam midodareni.
Tempat duduk pengantin secara adat terdiri dari tikar, bermacam-
macam daun diatasnya, dan ditutupi dengan kain putih. Kini tempat
duduk ini sering disiapkan dulu, tikar dan kain putihnya dijahit dan
daun-daunnya dimasukkan di dalam. Menurut gaya Solo simbolisme
alat-alat upacara ngerik sebagai berikut:
1. KlosoBongko
Sebagai alas, merupakan simbol dasar hidup.
2. Daun Kluwih
Sebagai simbol sifat limiwih, unggul.
3. Daun Alang-alang
Supaya tidak ada halangan.
4. Daun Opo-opo
Supaya tidak terjadi apa-apa.
5. Daun Dadap Srep
Melambangkan daya sirep, tenang.
6. Daun Nanas
Karena buah segar melambangkan kesegaran dan kesehatan.
7. Sindur Bangun Tulak
Melambangkan kata-katatulak bahaya supaya tidak ada yang
berbahaya.
8. Kain putih
Sebagai simbol kesucian.

7. Malam Midodareni
Malam sebelum hari pernikahan merupakan malam terakhir
pengantin putri sebagai remaja atau gadis, malam ini dianggap suci
dan diberi nama malam midodareni. Dari jam enam sampai jam 12
malam pengantin putri tidak boleh keluar dari kamar, waktu ini

36
dimaksudkan untuk berkenalan dengan keluarga pengantin putra dan
untuk menerima nasihat tentang kehidupan sesudah menikah.
Selama waktu ini pengantin putri diberi makanan oleh orang tuanya
untuk terakhir kali. Malam ini merupakan malam terakhir pengantin
putri sebagai remaja atau gadis. Dari jam enam sampai jam 12 malam
pengantin putri tidak boleh keluar dari kamar. Selama waktu ini dia
dikunjungi oleh keluarga dan teman (perempuan saja).
Waktu ini untuk perkenalan dengan keluarga pengantin putra dan
untuk memerima nasihat tentang hidup sesudah menikah dari Ibu-Ibu.
Pengantin diberi makanan untuk terakhir kali oleh orang tuanya. Pada
malam sebelum pernikahan pengantin putra diserahkan kepada
keluarga putri dalam acara nyantri.
Dia akan menginap di rumah pengantin putri, walaupun mereka
tidak boleh bertemu, karena persiapan untuk pernikahan dimulai pada
pagi hari. Juga ada kepercayaan bahwa pengantin putri dikunjungi
bidadari supaya dia kelihatan cantik selama upacara pernikahan.
Kepercayaan ini berasal dari legenda 'Joko Tarub'. Menurut cerita
ini seorang laki-laki bemama Joko Tarub ingin beristeri dengan
seorang bidadari bernama Nawang Wulan. Joko Tarub
menyembunyikan busana Nawang Wulan waktu dia mandi supaya dia
tidak bisa kembali ke surga karena dia tidak bisa terbang lagi. Sesudah
pasangan menikah Nawang Wulan melahirkan seorang putri, bemama
Nawangsih tetapi nanti Nawang Wulan berpisah dari putrinya. Suatu
hari Nawang Wulan menemukan busana sehingga diabisa pulang ke
surga tetapi dia berjanji untuk kembali dan mengunjungi putrinya,
kalua dia menikah, pada malam sebelum upacaranya. (Dra.H.I.
Roeswoto, 1992:20)
Kembar Mayang Kedua mempelai membuat kembar mayang pada
malam midodareni untuk ditukar pada hari esoknya. Kembar
Mayang terbuat dari anyaman janur, dan terdiri dari bermacam-
macam bentuk anyaman. Kembar mayang melambangkan harapan
untuk masa depan yang sehat, sejahtera dan nyaman. Tetapi bagian-

37
bagian kembar mayang juga mempunyai arti sendiri. Bagian-bagian
kembar mayang dan simbolisme menurut gaya Solo:
1. Janur
Sebagian katajanur, nurberarti cahaya, supaya pengantin
kelihatan cantik, bercahaya dan mempesona.
2. Keris-kerisan
Dalam pasangan kembar mayang ada 80 keris-kerisan.
Bentuk keris melambangkan sifatsifat keris, yaitu kekuatan
untuk melindungi pengantin.
3. Walang-walangan
Delapan buah bentuk walang-walangan merupakan simbol
sama dengan pemakaian daun alang-alang, yaitu supaya tidak
ada halangan.
4. Payung-payungan
Dua buah payung-payungan melambangkan perlindungan
untuk sepasang pengantin karena payung melindungi dari hujan
atau matahari. Ini juga berkaitan dengan perlindungan Tuhan
Yang Maha Kuasa.
5. Burung-burungan
Delapan buah burung-burungan adalah lambang keindahan,
supaya kedua pengantin hidup bahagia seperti burung.

Bagian-bagian kembar mayang dibuat dengan hati-hati


dandisatukan rapat secara rapi. Akhirnya delapan rangkaian bunga
melati diikatkan pada kembar mayang.

Upacara Langkahan
Upacara langkahan diselenggarakan cuma kalau kakak
pengantin belum menikah. Adik yang mendahului kakak untuk
menikah dianggap kejadian yang kurang baik, upacara langkahan
bermaksud untuk menghindari kemungkin terjadi akibat yang buruk
untuk kakak yang belum menikah. Upacara ini dilakaukan pada

38
malam midodareni sebelum ramai karena upacara ini untuk
keluarga saja. Adik memberi hadiah kepada kakaknya sambil
mohon diperbolehkan untuk menikah lebih dahulu oleh kakaknya.
Dulu hadiahnya merupakan tongkat yang terbuat dari tebu wulung
dan panggang ayam. Kini hadiah tertentu bisa diminta oleh kakak
menurut kemampuan.

D. Upacara Pernikahan
1. Upacara Pernikahan
a. Akad Nikah
Akad Nikah adalahupacara pernikahan secaraagamadan
secara resmi. Menurut pemerintah Cuma akad nikah yang perlu
dilaksanakan untuk menikah secara hukum. Upacara ini
bisadilakukan di gereja untuk orang Kristen, di mesjid untuk
orang Islam atau di rumah. Yang berikut adalah acara akad
nikah Islam yang diselenggarakan di rumah pengantin putri.
Pengantin putrimemakai kaindengan kebaya putih yang halus
sekali danjuga memakai bunga melati di rambutnya.
Putra memakai jas dan kopiah dan dudukdi seberang meja
dari calon isteri yang duduk di tengah Ibu dan Bapaknya.
Pertama Bapak Penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA)
membaca syarat-syarat untuk pernikahan. Pengantin putra harus
menyetujui untuk memenuhi semua syarat-syarat ini
danbersumpah untuk menjaga dan melindungi isterinya.
Bapak pengantin putri menyerahkan putrinya kepada
pengantin putra.
Sesudah kedua belah pihak sudah setuju untuk dinikahkan
kedua pengantin dan kedua saksi menandatangani surat nikah.
Kedua saksi ini dihadirkan untuk menentukan bahwa kedua
pengantin menikah atas keinginan sendiri, bukan karena
paksaan.

39
b. Upacara Panggih
Pada siang hari sesudah akad nikah upacara pernikahan
adat dilaksanakan. Untuk acara ini orang tua pria tidak boleh
ikut. Pasangan pengantin memakai busana tradisional. Pertama
ada 'temu pengantin', pengantin putra membawa pisang raja
sebagai tanda dia sudah siap dan masuk gerbang atau pintu
depan diikuti dua pendamping (saudara atau teman akrab orang
tuanya) yang membawa payung.
Lalu kedua pengantin menukar kembar mayang sebagai
tanda pengantin masih suci, belum kawin. Kembar Mayang ini
dilempar di atas tarub untuk melambangkan hidup pasangan
nanti selalu naik ke atas. Di daerah-daerah di Jawa adaperbedaan
kecil, beberapa yang dijelasakan di bawah, tetapi kebanyakan
acara sama.
Upacara panggih dimulai dengan sawat-sawa/an atau
balangan gantal sirih. Pengantin putra-putri saling melempar
daun sirih. Kini artinya bertemunya perasaan (melempar hati),
dan dianggap waktu yang menyenangkan. Tetapi dahulu acara
ini berasal dari kepercayaan bahwa daun sirih bisa membuat
makhluk yang menyamar sebagai pengantin kembali ke bentuk
aslinya.
Kemudian dilaksanakan acara wiji dadi. Pengantin putra
meletakkan telur ayam kampung kepada dahinya sendiri dan
dahi pengantin putri dan lalu melempar telur ini supaya pecah.
Ini melambangkan pikiran kedua pengantin menjadi satu supaya
bisa mengatasi semua masalah. Acara ini menunjukkan kesucian
putri, bahwa diamasih gadis, dan sebagai simbol
mengembangkan keturunan, bahwa dia akan menjadi ayah.
Kakinya dibasuh dengan air bunga setaman, berisi bunga melati,
bunga mawar dan bunga kenanga; dan dibersihkan oleh
pengantin putri yang duduk di depan putra.

40
Ini melambangkan bahwa putri menghormati suaminya dan
bahwa dia tetap setia dan tetap sedia melayani suaminya. Lalu
kedua mempelai bersalaman, berpegangan tangan dengan jari
kelingking, danIbu pengantin putri menutup bahu keduanya
dengan kain selendang yang berwama merah dan putih.
Warna merah melambangkan gula merah dan putih
melambangkan kelapa, penting karena banyak dipakai dalam
makanan Indonesia. Pengantin diantar oleh Bapak ke kursi
pelaminan, lambang Bapak menunjukkan kepada pasangan
mempelai jalan hidup yang baik supaya bahagia, dan Ibu
memberi semangat. Kedua pengantin duduk di pangkuan Bapak
mempelai putri, putri di kaki kiri, dan putradi kaki kanan.
Ibu putri bertanya kepada Bapak siapa yang lebih berat
dandiabertanya bahwa mereka sama saja. Ini adalah simbol
kepentingan sama, tidak ada perbedaan, diantara anaksendiri dan
anak menantu. Kemudian ada acara kacar-kucur. Pengantin
pria memberikan beras, kacang, dan uang receh yang dibungkus
dalam kain berwarna merah dan putih kepada wanita selanjutnya
diberikan kepada orangtuanya. Maksudnya suami akan memberi
hasil kerja, atau kekayaan, kepada isterinya untuk disimpan.
Akhirnya pasangan pengantin makan bersama dalam acara
dahar klima, biasanya nasi kuning dan lauk pauk,bermacam-
macam makanan misalnya telur dadar, tempe kering, bergedel,
abon dan lain lain. Pertama pengantin putra memberi makanan
kepada isterinya danlalu pengantin putri memberi makanan
kepada suaminya, dan terus menyuap bersama. Acara ini
melambangkan bahwa mereka saling memberi dan menerima,
bahwa hasil rejeki akan dipakai bersama. Di Solo acara ini
dijelaskan sebagai simbol bahwa nanti pasangan suami
isteriakansaling menolong, keduanya saling bertanggung jawab
dalam rumah tangga. Ditambah dengan acara biasa, kalau
pengantin putri adalahanak pertama atau anak terakhir, ada

41
upacara lain. Kalau dia anak pertama minuman terbuat dari
kelapa hijau yang diminum oleh Ayah dan Ibu pengantin putri
dan diikuti pasangan pengantin.
Ibu pengantin putri bertanya kepada Ayah bagaimana
rasanya dan dia menjawab segar dan lezat, tidak ada yang
kurang. Ayah jawaban begini supaya rumah tangga selalu segar.
Kalau pengantin putri merupakan anak terakhir upacara
pernikahan ini adalah yang terakhir jadi ada uang yang
dibagikankepada saudara-saudara pengantin putri.
Upacara ini diselesaikan dengan pasangan pengantin minta
do'a restu dari orang tua. Kalau menurut acarapernikahan
Malang, JawaTimur, sebelum upacara panggih dimulai
pengantin putra membawa ayam untuk diberi kepada tunangan.
Pengantin putra bicara memakai sandi, dia berkata kepada wakil
putri bahwa dia mencari jodoh untuk ayamnya.
ayam diberikan kepada wakil putri dan kedua pengantin baru
bisa bertemu. Pengantin laki-laki dan perempuan membawa
rontek, tongkat yang dihiasi dengan kertas berwama-warni
dalam bentuk bunga, dan masuk dari arah berbeda untuk
bertemu. Lalu upacara panggih diselenggarakan. Sesudah acara
menginjak telur, bunga ditukar sebagai tanda kedua pengantin
saling kasih sayang.
Lalu keduanya minum air putih yang diberi orang tuanya,
melambangkan orangtua memberi kekuatan kepada anaknya.
Kemudian pasangan berpegangan jari kelingking dan berputar
membuat angka delapan melambangkan masa berdua; suka dan
duka, kebahagian dan kesusahan; semua harus dijalani bersama.
Berlangsung dengan upacara biasa.
Upacara panggih menurut gaya Solodimulai dengan upacara
sungkem. Kedua mempelai mengucapkan terima kasih untuk
bimbimgan sejak lahir sampai menikah dan menunjukkan
baktinya kepada orangtua dan keluarga yang lebih tua supaya

42
dapat berkat Tuhan dalam hal rumah tangga yang baru.
Pengantin putri juga bisa melakukan sungkem kepada suaminya,
sebagai lambang kebaktian isteri terhadap suami. Kalau
kedudukan isteri dalam masyarakat lebih tinggi daripada
suaminya sungkem menunjukkan bahwa dalam keluarga dia
berbakti dan menghargai suaminya.
Kini acara ini sering tidak dilakukan, dan tidak harus,
kecuali kalua keluarga ingin upacara pernikahan lengkap, dan
memenuhi semua syarat upacara menurut adat Jawa. Kemudian
ada upacara saweran, yaitupetua nyinden, pembacaan yang
dilagukan, dalam Bahasa Sunda. Pesan-pesan ini untuk
pengantin mengenai rumah tangga, tentang cita-cita
yangdiperlukan seperti harus setia, selalu siap untuk susah dan
senang.
Bahan-bahan yang disiapkan:
1. Beras putih
Simbol kebahagian hidup.
2. Kunyit
Simbol kejujuran dan kemuliaan.
3. Bunga-bunga
Simbol keharuman nama baik rumah tangga.
4. Uang receh
Simbol kekayaan atau kecukupan.
5. Payung
Simbol perhatian.
6. Sirih dijadikan serutu
Simbol kejujuran diantara pasangan suami-isteri.
7. Permen
Simbol watak manis dan ramah tamah.
8. Kunyit dicampur dengan air dan lalu dicampur dengan
beras putih, dijadikan nasi kuning. Sambil membaca petua
melemparkan campuran bahan-bahan ini sebagai peringatan

43
kepada pengantin putri dan putra bahwa kalau hidupnya
mulia dan bahagia seharusnya senang membantu orang lain.
Berikutnya adalah upacara nincak endog, yaitu injak
telur. Pengantin putra berdiri di tangga dan pengantin putri
berdiri di anak tangga satu tingkat lebih tinggi. Bahan-bahan
upacara ini, yang melambangkan nasihat untuk keselamatan
kedua pengantin, terdiri-dari:
1. Tujuh tangkai sagar (lidi enau)
Sifatnya keras, tidak mudah patah, peringatan kepada
kedua pengantin agar jangan cepat marah, karena bisa
mengakibatkan hidup yang tidak harmonis.
2. Telur ayam
Melambangkan keinginan untuk menjadi orang yang
bertanggung jawab dan keinginan isteri untuk mengikuti
bimbingan suami.
3. Pelita dengan tujuh sumbu
Untuk menerangkan cara mengurus rumah tangga
supaya keduanya asah, asu dan asih.
4. Elekan, potongan bambu yang kosong
Sebagai peringatan jangan sampai kosong, harus
berilmu.
5. Kendhi berisi air bening
Sebagai alat pembersih dan pendingin, untuk
membuat suasanayangbaik.
6. Papan
Untuk menginjak telur. Wanita ataulaki-laki yang
belum menikah tidak boleh melangkahi papan karena
kepercayaan kalau terjadi mereka tidak akan dapatjodoh.
Tetapi yang sudah menikah harus melangkahi papan untuk
melambangkan isteri harus mengikuti bimbingan
suaminya.

44
Pengantin pria memegang pelita yang dinyalakan dan
pengantin wanita membakar tujuh tangkai sagar dengan
apinya. Api dimatikan, selanjutnya sagar dipatahkan
dandibuang. Kemudian mempelai pria menginjak telur
sampai pecah dan kakinya dibersihkan oleh mempelai
wanita. Lalu kedua pengantin melangkahi papan tersebut
bersama.
Pengantin putri masuk rumah tetapi pengantin putra
menunggu diluar untuk upacara berikutnya. Pengantin
putra mengetuk pintu tiga kali untuk memulai upacara
buka pintu. Pengantin putri menjawab dengan pertanyaan
dan diteruskan dengan tanya jawab syair tertentu dan akhir
pengantin putri meminta kepada pengantin putra untuk
mengucapkan do'a. Do'a ini merupakan janji keduanya
akan tetap setia. Akhirnya pengantin putra boleh masuk
rumah.
Dalam upacara huap lingkung kedua mempelai
makan bersama. Pengantin putra melingkarkan tangan
kanannya ketengkuk pengantin putri dan sebaliknya.
Mereka saling memberi makanan tiga kali dan lalu
memberi minuman. Kemudian adalah rebutan ayam.
Kedua mempelai memegang kaki ayamdan menarik
sampai terbagi dua. Siapa yang dapat bagian yang paling
besar akan dapat rezeki yang paling besar. Upacara ini
juga bermakna kedua mempelai harus bekerja sama untuk
mencari rezeki.

c. Resepsi
Pada sore atau malam sesudah upacara pernikahan resepsi
diselenggarakan untuk merayakan pernikahan. Pasangan suami-
isteri yang baru menikah memasuki ruangan yang disediakan
untuk resepsi dengan upacara kirab. Pertama cucukinglampah,

45
seseorang sebagai penunjuk jalan, masuk dan lalu pasangan
pengantin didahului patah sakembar, dua anak perempuan
berpakaian kembar. Pasangan pengantin diikuti kelompok putri
domas; dua orang perjaka, biasanya adik atau saudara pengantin;
keluarga yang belum menikah; orang tua kedua pengantin dan
keluarga lain.
Kalau ada hiburan biasanya merupakan tarian tradisional
untuk sambutan saja, atau musik gamelan yang mengiringi
selama resepsi. Tamu yang diundang memberi hadiah,
menandatangam buku tamu dan memberi salam dan selamat
kepada pasangan suami-isteri baru.
Makanan disajikan dan tamu diterima selama kurang lebih
duajam, tergantung pada jumlah hadirin. Akhirnya upacara
pernikahan seiesai dan pasangan suami-isteri pulang untuk mulai
kehidupan bersama.
Upacara pernikahan adat di pulau Jawa begitu rumit;
persiapan, upacara-upacara dan bahan-bahan semua bermakna
khusus untuk keselamatan dan kesejahteraan pasangan
pengantin dan keluarganya. Dan makna ini yang membuat
upacara pernikahan penting, kalau tidak ada makna pasti tidak
akan ada maksud. Semoga upacara pernikahan adat tidak hilang
seiring perkembangan zaman. Jadi ini merupakan tugas untuk
semua orang untuk menjagadan melestarikannya.

46
BAB III
ANALISA
3.1 Hasil analisa
Pada zaman modern sekarang, terkadang kita berpikir banyak sekali
seseorang yang ingin menikah tetapi dipersulit dengan tinggi nya mahal, biaya
resepsi dan lainnya. Pada hal menurut agama kita bahwa pernikahan akan sah
apa bila adanya Calon pengantin laki-laki, Calon pengantin perempuan, Wali
pengantin perempuan, Dua orang saksi, dan Sighat akad nikah, maka
pernikahan tersebut sah.
Tetapi terkadang masyarakat malu jika tidak adanya resepsi pada acara
pernikahan. Jika memang dari kedua belah pihak memiliki dana yang cukup
untuk mengadakan resepsi tidak jadi masalah.
Disini kami mengambil perkawinan budaya jawa tengah, ternyata masih
ada juga budaya budaya perkawinan adat jawa tengah dilakukan. Seperti yang
sudah kami lakukan wawancara, mereka sama sama orang asli jawa tengah,
dari acara lamaran sampai pernikahan semua menggunakan adat jawa tengah.
Walaupun dari beberapa teori yang kami dapatkan ada yang tidak
dilakukan, karena calon suami tersebut jauh jadi tidak dilakukan. Maka dari itu
setelah kami melakukan wawancara, tidak ada masalah jika seseorang menikah
mau sesuai dengan budaya masing-masing atau tidak, yang terpenting adalah
kedua belah pihak mampu melaksanakannya.

47
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat
dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat
berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan
melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
tradisional tersebut.
Seorang bidan juga harus mengetahui budaya perkawinan di Indonesia,
karena agar kita tau dan bisa memahami budaya mereka dan saling menghargai
budaya mereka.

4.2 Saran
Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat
dengan selalu mengadakan komunikasi efektif dan dengan adanya tugas ini
semua kita semua sebagai seorang bidan bisa menghargai budaya masyarakat
disekitar kita.

48
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Asep, Elang Mohamad, dan Engkus Kusnadi. 2015. Ilmu Sosial Dan
Budaya Dasar Untuk Kesehatan. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia

A.Basiq Djalil 2006 .Peradilan Agama di Indonesia, Kencana, Jakarta.

A.Hamid Sarong 2010. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Pena, Banda Aceh.

Amir Syarifuddin 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana,


Jakarta.

49
LAMPIRAN

50

Anda mungkin juga menyukai