0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
96 tayangan20 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang perspektif ilmu sosial budaya dan humaniora dalam praktik kebidanan, mencakup pengertian sosial budaya, hubungannya dengan kebidanan, pengertian humaniora dan hubungannya dengan kebidanan, serta pengertian spiritual dan hubungannya dengan kebidanan."
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Perspektif ilmu sosial budaya dan humaniora dalam praktik ppt
Dokumen tersebut membahas tentang perspektif ilmu sosial budaya dan humaniora dalam praktik kebidanan, mencakup pengertian sosial budaya, hubungannya dengan kebidanan, pengertian humaniora dan hubungannya dengan kebidanan, serta pengertian spiritual dan hubungannya dengan kebidanan."
Dokumen tersebut membahas tentang perspektif ilmu sosial budaya dan humaniora dalam praktik kebidanan, mencakup pengertian sosial budaya, hubungannya dengan kebidanan, pengertian humaniora dan hubungannya dengan kebidanan, serta pengertian spiritual dan hubungannya dengan kebidanan."
Kelompok 4 : 1. Ela furnitah 2. Ernita puspita sari 3. Germana klara gelu 4. Indah pratiwi 5. Riryn bilia utami A. Pengertian Sosial Budaya Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Sedangkan budaya berasal dari kata bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. . Pengertian sosial budaya menurut para ahli : Andreas Eppink Sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Burnett Kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, adat istiadat, moral, hokum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. B. Hubungan Ilmu sosial budaya dalam konteks kebidanan Dalam masyarakat pada umumnya masih banyak yang belum memahami pentingnya kesehatan. Hal ini bias dikarenakan tingkat pendidikan, adat istiradat, budaya serta mitos – mitos tentang cara mengobati masalah kesehatan mereka Kebiasaan/mitos kesehatan yang ada di masyarakat : Ibu hamil Ibu hamil dilarang makan ikan, daging, dan telur karena berbau amis. Ritual upacara selamatan ibu hamil saat usia kandungan 4, 7, 9 bulan. Minum air dan minyak kepala agar melancarkan persalinan. Membawa gunting/pisau agar tidak diganggu makhluk halus Kepercayaan kalau perut ibu hamil membulat maka anaknya perempuan. Ibu hamil tidak boleh makan buah nanas atau durian Ibu hamil tidak boleh membicarakan kejelekan orang lain karena bias berbalik kepada anak Saat hamil tidak boleh menyimpan sesuatu ke dalam kantong dalam waktu yang lama dan mengusap sembarangan karena akan menyebabkan tompel pada anak. Di Suku Dani Papua, kehamilan dianggap menggangu tugas pokok wanita (mencari ubi dan bahan makanan) maka banyak mereka melakukan aborsi secara tradisional yang berdampak buruk pada Ibu. Di daerah Jawa dan Sunda jika ibu hamil mengidam, maka keluarga harus segera memenuhi keinginan ibu karena jika tidak maka akan menyebabkan bayi ileran nantinya. Ibu hamil dilarang makan cumi – cumi, udang, karena takut nanti saat anak dilahirkan tubuh anak akan membungkuk seperti udang dan memiliki tangan yang bersekat Ibu bersalin Di daerah masyarakat Bali Aga, persalinan dibantu oleh Balian Tekuk (dukun beranak) yang notabene adalah pria karena menganggap proses persalinan adalah tanggung jawab pria. Maka persalinan akan dibantu oleh Balian Tekuk dan didampingi oleh suami. Jika terdapat permasalahan dalam proses persalinan maka balian tekuk akan membacakan mantra – mantra dan mengurut – ngurut perut ibu. Hal ini bertentangan dengan ilmu kebidanan karena dengan mengurut perut ibu bisa mengakibatkan perdarahan pada ibu. Penduduk daerah Mentawai pulau siberut dulunya menganggap persalinan adalah hal yang pribadi maka proses persalinan hanya dihadapi oleh suami dan keluarga terdekat yang sudah melahirkan. Bayi baru lahir Memberikan ramuan – ramuan di pusar bayi agar tali pusat cepat kering Meletakkan uang logam di atas pusar bayi agar tidak bodong Bayi diberi air nasi agar bayi kenyang Bayi dipasangi jimat dan diucapkan mantra – mantra Aspek sosial budaya dalam Perkawinan Pernikahan merupakan suatu sarana untuk menyatukan dua insan manusia. Berdasarkan pada aspek sosial budaya makan dalam pernikahan ada 4 fase/proses yang akan dihadapi : Fase pertama yaitu bulan madu, pada masa ini semua terasa indah dan menyenangkan Fase kedua yaitu pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakterisitik serta kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan. Fase ketiga mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi. Fase menerima kenyataan yaitu apabila sukses menerima kenyataan maka pasangan tersebut akan mendapat kebahagiaan. Menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan : Suami maupun istri tidak bisan menerima perubahan sifat dan kebiasaan pasangan di awal pernikahan Suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah Perbedaan budaya dan agama antara suami dan istri Suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga. Peran Bidan dalam aspek sosial budaya Menjadi seorang bidan desa dan ditempatkan pada desa di pelosok masih tinggi menjunjung adat istiadat dan mitos – mitos yang ada dalam masyarakat. Sehingga bidan harus bekerja keras, karena masyarakat lebih mempercayai mitos dari pada nakes dan mereka sangat mempercayai dukun untuk menolong persalinan dan mengobati penyakit mereka. Padahal persalinan dengan bidan sangat riskan terhadap infeksi. Upaya Pemerintah untuk penunjang keberhasilan program KIA Membangun sarana kesehatan disetiap desa seperti puskesmas, polindes dll. Menyediakan nakes yang kompeten dan memadai Memberi fasilitas kesehatan yang memadai dan lengkap Lebih sering melakukan penyuluhan tentang kesehatan Menyediakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang tidak mampu, contohnya jamkesmas, jampersal C. Pengertian Humaniora Humaniora, menurut KBBI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka;1998) adalah ilmu – ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya. Istilah humaniora yang berasal dari program pendidikan yang dikembangkan Cicero, yang disebut humanitas sebagai faktor penting pendidikan untuk menjadi operator yang ideal. D. Hubungan ilmu humaniora dalam konteks kebidanan Humaniora dalam kebidanan merupakan studi yang memusatkan perhatiannya pada kehidupan manusia, menekankan unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan dan berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat normative. Jadi yang di maksud dengan Humaniora adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau diperhatikan manusia. Pengertian lain menyebutkan bahwa humaniora adalah ilmu yang berkaitan dengan rasa seni yang dimiliki oleh manusia, seperti seni sastra, musik, pahat, lukis, dan sebagainya. Berangkat dari pemahaman tentang manusia yang demikian, maka ilmu humaniora itu penting dipelajari, disamping mempelajari ilmu – ilmu canggih. Humaniora Kebidanan dalam Pendidikan Agama Semula humaniora mencakup didalamnya juga agama/keperacayaan, tetapi kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) (Enycl Britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora yang mempercayai adanya hubungan supranatural sebagai naluri manusia Nilai – nilai agama diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusanNya. Nilai – nilai religius seharusnya merupakan nilai – nilai yang paling dasar dari segala tata nilai dan karena itu ada titik temu dengan nilai – nilai budaya yang dikembangkan manusia. Humaniora Kebidanan Pendidikan Pancasila Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan pelayanan professional. Bidan senantiasa berupaya memberi pemeliharaan kesehatan yang komprehensif terhadap remaja putri, wanita pranikah, wanita prahamil, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi insan bangsa yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada umunya. E. Pengertian Spiritual
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan terkait definisi spiritualitas.
Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care Education of Health Care Profesionals menyebutkan bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan yang menyatukan semua aspek manusia, termasuk komponen agama, memberikan dorongan kepada seseorang untuk menemukan arti, tujuan, dan pemenuhan dalam kehidupan, serta menumbuhkan semangat untuk hidup. Konsep spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan kebidanan. Price et al (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Spiritual Experience of High-Risk Pregnancy” menyebutkan bahwa aspek spiritualitas membantu dalam mengatasi stress pada kehamilan risiko tinggi, dan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. F. Hubungan Ilmu Spiritual Dalam Konteks Kebidanan Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiri tual Care Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa dalam meberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam upaya mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan memperhatikan aspek penghormatan pada klien. Bian juga berperan memfasilitasi klien dalam melakukan kegiatan ritual keagamaan. Selain itu, membangun komunikasi, memberikan perhatian, dukungan, menunjukkan empati, serta mebantu klien untuk menemukan makna dan tujuan dari hidup, termasuk berkaitan dengan kondisi yang mereka yang hadapi. Pandangan Agama Yang Berhubungan dengan Praktik Kebidanan : Keluarga Berencana (KB) Ada pendapat mengenai sebagian Agama bahwa penggunaan alat kontrasepsi itu berlawanan dengan kehendak Tuhan YME seperti Agama Katolik yang tidak memperbolehkan untuk menggunakan alat kontrasepsi, dan beberapa lainnya ada yang memperbolehkan penggunaan alat kontrasepsi. Khitan pada perempuan Khitan secara bahasa diambil dari kata “khotana” yang berarti memotong. Khitan bagi laki-aki adalah memotong kulit menutupi ujung zakaar, sehingga menjadi terbuka. Sedangkan khitan pada perempuan adalah memotong sedikit kulit (selaput) yang menutupi ujung klitoris (preputium clitoris) atau membuang sedikit dari bagian klitoris atau gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung lubang vulva bagian atas kemaluan perempuan. Alasan Pelaksanaan Sunat Perempuan : WHO membedakan alasan pelaksanaan FGC (Female Genital Cutting) menjadi 5 kelompok yaitu : Psikoseksual Diharapkan pemotongan klitoris akan mengurangi libido pada perempuan, mengurangi/menghentikan masturbasi, menjaga kesucian dan keperawanan sebelum menikah, kesetiaan sebagai istri, dan meningkatkan kepuasaan seksual bagi laki-aki. Terdapat juga pendapat sebaliknya yang yakin bahwa sunat perempuan akan meningkatkan libido sehingga akan lebih menyenangkan suami. Sosiologi Melanjutkan tradisi, menghilangkan hambatan atau kesial bawaan, masa peralihan pubertas atau wanita dewasa, perekat sosial, lebih terhormat. Hygiene dan estetik Organ genetalia eksternal dianggap kotor dan tidak bagus bentukya, jika sunat dilakuakn untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan. Mitos Meningkatkan kesuburan dan daya tahan anak Agama Dianggap sebagai perintah agama, agar ibadah lebih diterima.