Ibu Nifas
18 Oktober 2014elok1219 Tinggalkan komentar
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009)
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi
yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh
sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani
dan mengenali tanda bahaya secara dini.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu. Perubahan
fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada
kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya
selama masa nifas ini (Bobak, 2009)
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya, seorang
bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
Rumusan Masalah
Tujuan
o Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi
o Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan
o Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem perkemihan
o Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
muskuluskeletal
BAB II
Tinjauan Teori
o Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
1. a) Produksi susu
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya
untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI
juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus
posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let
down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan
dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat
berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).
Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada
kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah
turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus
melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan situs plasenta,
sebagaimana di perlihatkan dalam pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan
banyaknya lokia. Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh
pemberian sejumlah preparat metergin dan lainya dalam proses persalinan. Involusi tersebut
dapat dipercepat proses bila ibu menyusui bayinya.
Desidua tertinggal di dalam uterus. Uterus pemisahan dan pengeluaran plasenta dan membran
terdiri atas lapisan zona spongiosa, basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang
tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan
yang lambat laun akan manual neorco, suatu lapisan superfisial yang akan dibuang sebagai
bagian dari lokia yang akan di keluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional
yang berada di sebelah miometrium. Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar
endometrium basilar di dalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya
endometrium pada situs plasenta skan memakan waktu kira-kira 6 minggu.
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs menuju lapisan uterus di
sekelilingnya, kemudian ke bawah situs plasenta, selanjutnya menuju sisa kelenjar
endometriummasilar di dalam desidua basalis. Penumbuhan endometrium ini pada
hakikatnya akan merusak pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang
menyebabkannya mengendap dan di buang bersama dangan caira lokianya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai
dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat
involusi. Satu minggu setelah melahiran beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir
minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100
gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta di lahirkan. Setiap kali bila di timbulkan, fundus
uteri berada di atas umbilikus, maka hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah pengisian
uterus oleh darah atau pembekuan darah saat awal jam postpartum atau pergeseran letak
uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat setelah kelahiran.
Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi jumlah otot sel. Sebaliknya,
masing-masing sel akan berkurang ukurannya secara drastis saat sel-sel tersebut
membebaskan dirinya dari bahan-bahan seluler yang berlebihan. Bagaimana proses ini dapat
terjadi belum di ketahui sampai sekarang.
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak di perlukan lagi. Hal ini
karena uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak mempunyai permukaan yang luas dan
besar yang memerlukan banyak pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian
akan menjadi lenyap dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin. Mereka dianggap
telah di gantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang lebih kecil.
1. InvolusiUterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum
hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil
seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat dilihat di bawah ini:
1. Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara
darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium
(Varney, 2007; 960).
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali. Vagina yang semula
sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke
6-8 setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4. Esterogen
setelah melahirkan sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae
kembali (Maryunani, 2009; 14).
Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 minggu (tergantung elastic tidak atau
seberapa sering melahirkan) , walaupun tetap lebih kendur di banding sebelum melahirkan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi
makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan
juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain
:
Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi etensi urin.
Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi dalam
tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi tidak
tertahankan
Adaptasi sistem muscoluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.
Hari pertama abdomen menonjol masih seperti mengandung, 2 minggu menjadi rilek,
6 minggu kembali seperti sebelum hamil.
Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot otot rectus abdominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, vascia tipis
dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau bediri atau mengejan.
Bila kekuatan otot dinding perut tidak di capai kembali maka tidak ada kekuatan otot
yang menyokong kehamilan berikutnya.
Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini, secara alami dengan
menurunya progesterone.
1. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur
sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang di namakan strie. Melalui
latihan postnatal,otot otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam
beberapa minggu.
1. Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat mengilang sempurna melainkan membentuk garis
lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan
muskulus rectus abdominalis tersebut dapat di lihat dari pengkajian keadaan
umum,aktivitas,paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot
kembali normal.
1. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan difragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus, setelah janin lahir, berangsur angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum retundum menjadi kendor mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
1. Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang , tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama
morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini
biasanya di tandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat
bergerak ditempat tidur atau saat saat bejalan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu. Perubahan
fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada
kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya
selama masa nifas ini. Adapun perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Payudara
2. Uterus
3. Vagina
4. Perineum
5. Sistem pencernaan
6. Sistem perkemihan
7. Sistem muskuluskeletal
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena itu,
tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan tersebut agar dapat
memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
3.2 Saran
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya, seorang
bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
Dan semoga makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya agar makalah ini selalu dapat
digunakan. Bagi mahasiswa dapat membaca makalah ini sebagai referensi dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Dan juga sebagai referensi terhadap perubahan organ reproduksi
selama masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-80)
Anggrani, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama : Yogyakarta
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005. Keperawatan
Maternitas.Jakarta:EGC
Fitria, Dina. 2012, 16 Desember. Perubahan Organ Reproduksi Selama Masa Nifas. Di
Unduh : 04-09-14. http://difiramidwife.blogspot.com/2012/12/perubahan-organ-reproduksi-
selama-masa.html
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Sinta, Janing. 2013, 23 Juli. Perubahan fisiologis masa nifas. Di unduh : 01-08-14.
http://bidanshare.wordpress.com/2013/07/23/perubahan-fisiologis-masa-nifas/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting bagi
kesehatan ibu dan anak,setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Pada masa ini terjadi
banyak sekali perubahan-perubahan penting seperti perubahan fisiologi yang berpengaruh
sekali pada Ibu. Perubahan pada ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung-
jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota
keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas antara lain :
1. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-
saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu.
2. Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga.
3. Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Masa Nifas (Puerperium)
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dari Masa Nifas
3. Untuk mengetahui perubahan-perubahan fisiologis pada ibu Masa Nifas
1.4 Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswi kebidanan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai perubahan Fisiologis pada ibu nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak
bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1.Periode DINI
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu.
2.Periode INTERMEDIAT postpartum (24 jam- 6-8minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan baik.
3.Periode REMOTE POSTpartum (SEHAT SEMPURNA)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling.
Klasifikasi Lochea :
ibu
3) Membantu ibu dalam menyusui bayinya
4) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua
6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
8) Membuat kebijakan, perecana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu
tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
12) Memberikan asuhan secara professional (Anggraini, 2010)
referensi :
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta : Pustaka Rihana
CARA MENAGGULANGI:
Melahirkan si Kecil adalah momen yang sangat membahagiakan. Kebahagiaan ini seakan
mengalahkan segala kelelahan yang dirasakan oleh ibu yang baru saja melahirkan. Namun,
perlu dicermati juga beberapa gangguan atau keluhan yang bisa saja dialami oleh ibu pada
masa nifas ini. Dengan begitu, ibu diharapkan dapat bersikap bijaksana agar keluhan pada
masa pasca melahirkan ini dapat diatasi. Nah, apa sajakah gangguan ibu pada masa nifas?
Berikut ini ulasannya ya, Mam.
1. Anemia
Anemia bisa disebabkan karena infeksi akibat perdarahan, kelelahan karena proses
persalinan yang lama, dan sudah menderita anemia sejak masa kehamilan. Untuk
mengatasinya, konsumsilah suplemen zat besi ya, Mam.
2. Perdarahan hebat
Masa nifas ditandai dengan keluarnya darah atau perdarahan selama sekitar 40 hari.
Pada hari pertama hingga kedua setelah melahirkan, darah segar yang keluar
bercampur sisa ketuban, kemudian darah bercampur lendir. Lalu, setelah seminggu
darah akan berubah menjadi kuning kecokelatan, lalu lendir keruh. Pada akhir masa
nifas, akan keluar cairan berwarna bening.
3. Rambut rontok
Rambut rontok wajar dialami oleh ibu pada masa nifas. Hal ini disebabkan adanya
penurunan hormon secara drastis. Gangguan ini biasa diatasi dengan menggunakan
produk shampoo dan kondisioner yang berkualitas, mengonsumsi makanan yang
mengandung vitamin E, memotong rambut lebih pendek, dll.
4. Payudara bengkak
Pada masa nifas juga terjadi proses menyusui. Mulainya proses menyusui ditandai
dengan payudara membengkak, keras, dan menghitam di sekitar puting susu. Bahkan,
payudara bengkak ini pada sebagian ibu diserta rasa nyeri bahkan demam.
6. Infeksi vagina
Infeksi pada vagina ini ditandai dengan vagina berbau tidak sedap, terasa perih, panas,
berwarna merah, bahkan terdapat nanah. Infeksi jalan lahir ini bisa diatasi dengan
selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaan.
7. Pegal
Proses persalinan yang mengeluarkan banyak energi serta kelelahan merawat bayi
membuat badan Anda terasa pegal. Anda bisa mengatasinya dengan memijat badan
Anda secara tepat.
8. Perut mulas
Perut mulas disebabkan adanya kontraksi untuk merapatkan dinding rahim sehingga
rahim akan mengecil secara berangsur-angsur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak
bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya brkaitan saat melahirkan.
Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan perubahan fisiologis pada saat
setelah melahirkan ( masa nifas ).Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan pada
sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, pada sistem hematologi, pada sistem pencernaan,
pada sistem ekskresi, pada sistem endokrin, pada sistem musculoskeletal, dan perubahan
tanda-tanda vital
3.2 Saran
Untuk menghadapi perubahan pada masa nifas yang dialami ibu, bidan memerlukan
manajemen yang baik, agar ibu nifas mampu melaluinya dengan baik. Selain itu penting
adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana perubahan yang terjadi pada saat
masa nifas, agar ibu mampu membedakan antara perubahan yang fisiologis atau patologis
pada saat masa nifas.