Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Teori - Teori Terjadinya Penyakit, Pengertian Penyebab dan

Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Serta Pengertian Sehat Menurut WHO

Teori-Teori Terjadinya Penyakit

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk
menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.

Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit

Penyakit adalah salah satu gangguan kehidupan manusia yang telah dikenal orang
sejak dahulu. Pada mulanya, konsep terjadinya didasarkan pada adanya gangguan makhluk
halus atau karena kemurkaan dan yang maha pencipta. Hingga saat ml, masih banyak
kelompok masyarakat di negara berkembang yang meng anut konsep tersebut. Di bin pihak
masih ada gangguan kesehatan/ penyakit yang belum jelas penyebabnya, maupun proses
kejadian.Pada mulanya konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan
makhluk halus atau karena kemurkaan dari Yang Maha Pencipta. Kemudian Hipocrates telah
mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
meliputi air, udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Dikenal pula teori tentang terjadinya
penyakit yang timbul karena adanya gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia
(teori humoral). Kemudian berkembanglah teori tentang faktor penyebab penyakit yang tidak
dapat dipisahkan dengan berbagai faktor yang berperan dalam proses kejadian penyakit yang
dikembangkan melalui teori ekologi lingkungan yang didasarkan pada konsep bahwa
manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu dan pada
keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit tertentu pula.
Ditinjau dari sudut epidemiologi, konsep mengenai arti penyakit digambarkan sebagai
mal-adjusment atau ketidakmampuan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya dan merupakan fenomena sosial dimana penyakit dapat timbul setiap saat
pada seluruh bagian masyarakat di atas permukaan bumi ini tanpa
ada pengecualian. Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai
sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi manusia (pejamu)
dengan berbagai sifatnya, penyebab (agent), serta dengan lingkungan (environment).
Secara garis besar perkembangan teori – teori terjadinya penyakit adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.
2. Teori Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara,
tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
3. Teori Contangin, bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat
penular, yaitu kantagion. Disebut juga teori cara penularan penyakit melalui zat penular.
4. Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan keseimbangan
cairan dalam tubuh.
5. Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
6. Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan dilengkapi
teori imunitas.
7. Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam Iingkungan
tertentu dapat menimbulkan penyakit.

Macam-Macam Teori Terjadinya Penyakit

1.Teori Hipocrates

Teori Hipocrates menyatakan bahwa sebuah penyakit terjadi karena faktor lingkungan seperti
udara, tanah, cuaca dan air. Bapak kedokteran dunia, Hipocrates (460-377 SM), berhasil
membebaskan hambatan filosofis yang bersifat spekulatif superstitif (tahayul) dalam
mengartikan terjadinya penyakit pada zamannya. Hipocrates menyebutkan 2 teori asal
terjadinya penyakit yaitu, pertama, penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup,
dan kedua, penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Kedua teori tersebut termuat dalam bukunya yang berjudul “On Airs, Water and Places”.
Hipocrates merupakan orang yang sama sekali tidak mempercayai hal-hal yang berbau
tahayul, ia meyakini bahwa penyakit terjadi karena proses alamiah belaka.
Hippocrates mengatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air,
udara, tanah, cuaca (tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
Yang melatarbelakangi timbulnya pernyataan tersebut yaitu karena di Yunani pada saat itu
terjadi banyak penyakit menular dan menjadi epidemik dan saat menyaksikan pasiennya
meninggal, ia sangat frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter. Kemudian ia pun
melakukan observasi tentang penyebab dan penyebaran penyakit di populasi. Hippocrates
belajar mengenai penyakit menggunakan tiga metode ; Observe, Record, dan Reflect.
Hippocrates melakukan pendekatan deskriptif sehingga ia benar-benar mengetahui kondisi
lingkungannya. Ia kemudian mempelajari tentang istilah prepatogenesis, yaitu faktor yang
mempengaruhi seseorang yang sehat sehingga bisa menjadi sakit. Metode yang digunakan
Hippocrates adalah metode induktif, artinya data yang sekian banyak ia dapatkan, ia
kumpulkan dan diolah menjadi informasi. Informasi ini kemudian dikembangkan menjadi
hipotesis.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut
sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini
kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri
dari empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom
air (basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan
air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom
tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara
demam dianggap terlalu banyak darah.
Hipocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan tahayul atau
keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia
mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat mempengaruhi
tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau
ajaran Hipocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berfikir mistis-magis dan
melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme
yang alamiah belaka. Contoh kasus dari teori ini adalah perubahan cuaca dan lingkungan
yang merupakan biang keladi terjadinya penyakit.

2. Teori Contangion

Teori ini adalah teori yang paling sederhana, bahwa panyakit berasal dari kontak langsung
antar penyakit seperti penyakit cacar dan herpes. Kontak langsung ini dapat berupa lewat
media kulit (panu), melalui jarak jauh (udara/bersin), bersinggunangan dengan penyakitnya
dan zat penular lainnya (kontangion).
Konsep teori contangion dicetuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553) yang mengatakan
bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui zat penular (transference)
yang disebut kontangion. Girolamo membedakan 3 macam kontangion, yaitu pertama, jenis
kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung (bersentuhan, berciuman, hubungan
seksual), kedua, jenis kontangion yang menular melalui benda-benda perantara (benda
tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang
lain) misalnya melalui pakaian, handuk dan sapu tangan, ketiga, jenis kontangion yang dapat
menularkan dengan jarak jauh.
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme
yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi
penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi
meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai
jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang
diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman
praktek.

3. Teori Humoral

Dikenal dalam kehidupan masyarakat China yang beranggapan bahwa penyakit disebabkan
oleh gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dikatakan bahwa dalam tubuh manusia
terdapat empat macam cairan yaitu putih, kuning, merah dan hitam. Bila terjadi
ketidakseimbangan akan menyebabkan penyakit, tergantung dari jenis cairan yang dominan.

4. Teori Miasma (Miasmatic Theory)

Konsep muncul miasma sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah
penyakit. Kosnep ini dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata
Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara
buruk)Timbulnya penyakit adalah berasal dari uap sisa hasil pembusukan makhluk hidup,
barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara
dan dipercaya sebagai mengambil bagian dalam proses penyebaran penyakit. Konsep ini
muncul pada sekitar abad 18-19.
Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari
bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria
dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-
rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena
udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu, ada kepercayaan bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan
terkena penyakit. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menutup rumah rapat-rapat
terutama di malam hari, karena orang percaya udara malam cenderung mengandung miasma.
Kemudian, kebersihan juga dianggap hal penting untuk dapat mencegah/menghindari miasma
tersebut. Saat ini cara sanitasi yang dilakukan sangat efektif mengurangi tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek,
Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut sesungguhnya
merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small living)

4. Teori Kuman (Germ Theory)

Teori ini menyatakan bahwa penyebab penyakit adalah berasal dari kuman. Para ilmuan saat
itu diantaranya Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910) dan Ilya Mechnikov
(1845-1016) mengatakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Pengamatan Louis Pasteur pada fermentasi anggur adalah salah satu bukti konsep teori
Kuman. Ia menemukan proses pasteurisasi dalam melakukan fermentasi tersebut, yaitu
dengan cara memanasi cairan anggur hingga temperature tertentu sampai kuman yang tak
diinginkan menyebabkan kegagalan fermentasi mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan
lainnya yang mengesankan adalah adanya virus rabies dalam organ saraf anjing, dan berhasil
menemukan vaksin anti rabies. Untuk itulah Louis Pasteur dijuluki Bapak Teori Kuman.
Tokoh lainnya adalah Robert Koch. Temuannya dikenal dengan “Postulat Koch” yang terdiri
dari, pertama, kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang
sehat, kedua, kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya, ketiga, kuman yang dibiakkan
dapat ditularkan secara sengaja pada hewan yang sehat dan menimbulkan penyakit yang
sama, dan keempat, kuman tersebut harus bisa diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.

5. Teori Ekologi Lingkungan

 Segitiga Epidemiologi (Epidemiology Triangle)


Teori yang dikembangkan oleh John Gordon ini menggambarkan hubungan 3 komponen
penyebab penyakit yaitu host, agen dan lingkungan (dibentuk segitiga). Agen merupakan
entitas yang diperlukan untuk mengakibatkan penyakit pada host yang rentan. Agen dapat
bersifat biologis (parasit, bakteri, virus), juga dapat bersifat bahan kimia (racun, alkohol,
asap), fisik (trauma, radiasi, kebakaran), atau gizi (defisiensi, kelebihan). Agen memiliki
sifat, pertama, infektivitas yaitu kemampuan agen untuk mengakibatkan infeksi pada host
yang rentan, kedua, patogenitas yaitu kemampuan agen untuk menyebabkan penyakit pada
host, dan ketiga virulensi yaitu kemampuan agen untuk menimbulkan berat ringan suatu
penyakit pada host.
Host merupakan manusia atau organisme yang rentan oleh adanya agen. Faktor internal host
meliputi umur, jenis kelamin, ras, agama, adat pekerjaan dan profil genetik. Lingkungan
adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen atau host, tetapi dapat
mendukung masuknya agen ke dalam host dan menimbulkan penyakit.

 Jala-jala Kausasi (The Web of Causation)

Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini
sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu
penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya factor interaksi lingkungan yang
berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang peranan penting dalam terjadinya
penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut
model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan
sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya
penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada penyebab-penyebab
yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai suatu akibat dari
suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu sendiri hasil dari silsilah
(geneologi) yang mendahuluinya dan yang kompleks (complex geneology of antecenden).
Suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat.Penyakit juga dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong mata rantai di berbagai faktor.
Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana
banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain
seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.

 Model Roda (The Wheel Causation

Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda
tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen
lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat
relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit
herediter tentunya proporsi inti genetikrelatif besar, sedang penyakit campak status imunitas
penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih
besar dari yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran
lingkungan biologis lebih besar.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi
dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada
penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan
lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan
genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke
dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang
menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih
besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena
keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan.Pada model roda,
mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang
berguna untuk analisa epidemiologi.

Pengertian Penyebab dan Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit


Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi brkembang dari rantai sebab akibat
ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan
berbagai sifatnya, ( biologis,fisiologis, psikologis, sosiologis, dan antropologis) dengan
penyabab (agent) serta dengan lingkungan ( environment ). (Nur Nasry Noor, 2008)
Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat ke
suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara :
 manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis,
antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environment).
 Agen: Suatu faktor yang harus hadir untuk suatu penyakit agar penyakit itu terjadi, contoh:
Virus influensa adalah agen influenza.
 Keadaan lingkungan (environment) juga menentukan apakah transmisi efektif penyakit dapat
terjadi dalam situasi tertentu.
Dalam teori keseimbangan, maka interaksi ketiga unsur tersebut harus dipertahankan keadaan
keseimbangannya, dan bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya akan
menyebabkan timbulnya penyakit tertentu

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan
keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, kan menyebabkan
timbulnya penyakit tertentu.

Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan proses interaksi tersebut dapat


dipertahankan , baik melalui intervensi alamiah terhadap salah satu dari ketiga unsur tersebut.
Maupun melalui usaha tertentu manusia dalam bidang pencegahan maupun dalam bidang
peningkatan derajat kesehatan.

Unsur Pejamu

Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sekat biologis tertentu seperti :
 Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan
 Bentuk anatomis tubuh serta

2. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti


 Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan sosial
kemasyarakatan.
 Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat. (Nur Nasry
Noor, 2008)
pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya di sebabkan oleh satu faktor
tunggal semata, pada umumnya kejadian penyakit di sebabkan oleh berbagai unsur yang
secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit, namun demikian, secara dasar, unsur
penyebab penyakit dapat di bagi dalam dua bagian utama yakni :
Penyebab kausal primer, dan Penyebab kausal sekunder.

 Penyebab kausal primer

Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal Terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa
walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya, Pada penyakit
tertentu, unsur ini dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausul ini dapat
dibagi dalam 6 kelompok yaitu :
Unsur ‘penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup
termasuk kelompok mikro organisme seperti Virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok
cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya di jumpai pada penyakit infeksi
menular
Unsur penyebab, nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan
dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi
tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
unsur penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari
luar tubuh termasuk berbagai jenis zat, racun, obat-obatan keras, berbagai senyawaan kimia
ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada pula senyawaan kimiawi sebagai hasil
produk tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum,
kolesterol, dan lain-lain
unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses
fisika umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa), radiasi dan lain-
lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat
menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang pertalian dengan kejadian penyakit gangguan
jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses dan
mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih menitik
beratkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-
0hati terhadap faktor kehidupan sosial yang bersifat non kausal serta lebih menampakkan diri
dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiawaan.

 Penyebab non kausal (sekunder)

Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit


dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka dalam
setiap analis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit, kita tidak
hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua
unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal ini di dasarkan pada ketentuan bahwa
pada umumnya kejadian setiap penyakit sangat di pengaruhi oleh berbagai unsur yang
berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Sebagai contoh pada
penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.
Kejadiannya tidak di batasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus di analisis dalam
bentuk suatu rantai sebab akibat di mana peranan unsur penyebab sekunder sangat kuat dalam
mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sama menimbulkan
penyakit. (Nur Nasry Noor, 2008)
Dan penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
Biotis khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan
 Protozoa : misalnya Plasmodum, amodea
 Metazoa : misalnyaarthopoda , helminthes
 Bakteri misalnya Salmonella, meningitis
 Virus misalnya dengue, polio, measies, lorona
 Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
Abiotis, terdiri dari :
 Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral, protein
dan vitamin)
 Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
 Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
 Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
 Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
 Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik.
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.
(Heru Subari, 2004)

1. Unsur lingkungan (Enviroment)

Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya sifat
karakteristik individu sebagai pejamu dan iku memegang peranan dalam proses kejadian
penyakit.
 Lingkungan Biologis
 Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara ,ain meliputi :
 Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
 Vektor pembawa infeksi
 Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik
sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai
reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ; dan
 Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit
menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting
dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur
lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber kehidupan) maupun yang
mengancam kehidupan / kesehatan manusia (Nur Nasry Noor, 2008)
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung,
maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik
(termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
 Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
 Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan
 Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat
manusia sendiri (Nur Nasri Noor, 2008)

3. Lingkungan sosial

Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut.Lingkungan sosial ini meliputi :
 Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
 Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
 Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan
 Kebiasaan hidup masyarakat
 Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial
lainnya.

4. Konsep Faktor Risiko

Konsep hubungan sebab akibat bentuk segitiga epidemiologi serta bentuk hubungan
keseimbangan host, agent, dan environment dalam proses kejadian penyakit lebih sesuai pada
penyakit infeksi atau menular. Namun pada penyakit non infeksi konsep faktor risiko lebih
sesuai. Hal ini disebabkan karena terjadinya transisi epidemiologi dewasa ini, dimana
dominasi penyakit infeksi masa lalu digantikan posisinya oleh penyakit noninfeksi seperti
penyakit degeneratif dan psikososial.
Konsep medan kesehatan dapat digunakan untuk menganalisis interaksi penyebab status
kesehatan masyarakat. Konsep ini terutama untuk penyakit non infeksi dengan faktor risiko
(penyebab) jamak dan efek yang jamak pula. Ada 4 bagian utama dalam konsep tersebut
yaitu :
1. Gaya hidup ( life style) dewasa ini merupaka faktor risiko yang paling dominan dalam
proses kejadian penyakit dan sanga menentukan derajat kesehatan suatu kelompok populasi
tertentu. Gaya hidup tersebut meliputi :
a. Risiko akibat gaya hidup mewah termasuk pola makan dan kegemukan, kurang olah raga dan
fitness.
b. Pola konsumsi antara lain :
 Makan berlebihan
 Konsumsi kolesterol berlebih
 Konsumsi dan ketagihan alkohol
 Rokok
 Penggunaan obat salah / berlebihan
 Konsumsi gula berlebih.
c. Pekerjaan dan risiko akibat kerja termasuk tertekan pada pekerjaan serta berbagai gangguan
kesehatan akibat kerja dan lingkungan kerja.

2. Lingkungan yang meliputi

a. Dimensi fisik dari lingkungan, baik yang bersifat pencemaran udara, bunyi, serta
pencemaran tanah dan air.
b. Dimensi sosial dan psikologis termasuk kepadatannya pendudu, isolasi sosia;, interaksi sosial
dan lain-lain.

3. Biologi manusia

Elemen ini lebih mengarahkan ke biologi dasar manusia yang memiliki ciri individual. Hal
ini sangata erat hubungannya dengan faktor genetis dalam biologi molekuler yang
mempengaruhi mutasi genetis patogen, cacat bawaan serta pertumbuhan yang lambat. Faktor
usia kedewasaan dan usia tua memberikan konstribusi faktor risiko artiritis, kanker,diabetes,
tulang kropos dan lainnya.

4. Sistem organisasi pelayanan kesehatan


Ada 3 elemen utama yaitu : kuratif, restoratif, dan preventif
Sistem meliputi kualitas, kuantitas, dan ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan.
 Kuratif meliputi obat, pengonbatan gigi, dan pelayanan spesialisasi
 Resoratif meliputi rumah sakit, rumah jompo, dan rawat jalan
 Elemen preventif sangat terbatas
A. KONSEP SEHAT

Dari Proses terjadinya penyakit, kita harus menentukan batas-batas antara sehat, kurang
sehat, dan tidak sehat ( sakit ).
Menurut W.H.O. : “ sehat adalah kesempurnaan fisik, mental, dan keadaan sosial dan bukan
berarti hanya bebas dari penyakit atau kelainan / cacat. Dengan demikian, sakit dapat
diartikan sebagai : suatu penyimpangan dari status penampilan yang optimal. Sedangkan
penyakit merupakan suatu proses gangguan fisiologis (faal tubuh), serta / atau gangguan
psikologis / mental maupun suatu gangguan tingkah laku ( behavior)”. Dalam membicarakan
penyakit sebagai gangguan unsur – unsur tersebut, maka harus dibedakan pengertian antara
disease,illness, dan sickness. ( Nur Nasry Noor, 2008)
Teori faktor yang mempengaruhi sehat antara lain:
1. The Traditional (acological) Models
a) Agent
b) Host
c) Environment
2. The Health Field Concept (HL Lamfraboise, 1973)
a). Environment
b). Life style
c). Biological
d). System of health service
3. The Environment of Health (HL Blum, 1974)
a). Environment
b). Behaviour (life style)
c). Health service
d). Hendity
B. KONSEP SAKIT

- Definisi Sakit antara lain:


1. Perkins (1937)
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rokhani dan sosial.
2. Reverlly
Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan dengan individu.
3. New Webster Dictionary
Sakit adalah suatu keadaan yang ditandai dengan suatu perubahan gangguan nyata yang
normal
- Teori faktor yang mempengaruhi sakit antara lain:
Epidemiologi Triagle (Ecological Models)
Dalam pandangan epidemiologi dikenal dengan istilah segitiga epidemioIogi, yang digunakan
untuk menganalisis terjadinya penyakit. Bahwa Sakit terjadi karena interaksi antara agent,
host and environment. Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya
penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infektius sebagai agent, namun
selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak
menular dengan memperluas pengertian agent. Dalam konsep ini faktor-faktor yang
menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Agent penyakit (faktor etiologi)
a. Zat nutrisi: ekses (kolesterol)/defisiensi (protein)
b. Agen kimiawi : zat toksik/allergen (obat) antara lain karbonmonoksida, pestisida, hg, arsen
c. Agen fisik: radiasi, air, udara
d. Agent infektius: virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, metazoa
Selain itu sifat mikroorganisme sebagai agent penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
• lnfektivitas yaitu kemampuan daya serang ke dalam host
• Patogenitas yaitu kemampuan agent untuk merusak host, sehingga menimbulkan sakit
• Virulensi yaitu kemampuan agent untuk menimbulkan gejala berat
- Adapun syarat agent sebagai penyebab penyakit:
1. Dijumpai pada setiap kasus yang diteliti, pada keadaan yang sesuai (necessary cause)
2. Agent hanya menyebabkan penyakit yang diteliti (specific effect)
3. Agent diisolasi sempuma, berulang ditumbuhkan, dan dibiakan (sufficient cause)
2. Host/ pejamu
Faktor host (intrinsik) yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit antara lain:
a. Genetik, misalnya penyakit herediter seperti hemophilia
b. Umur, misalnya usia lanjut berisiko penyakit jantung
c. Jenis kelamin, misalnya penyakit kelenjar gondok terutama pada wanita, jantung &
hipertensi pada laki-laki
d. Keadaan fisiologi., misalnya hamil & persalinan bisa menyebabkan anemia, psikosis
pascapartum
e. Kekebalan dan penyakit yang diderita sebelumnya
3. Faktor lingkungan
- Faktor lingkungan(ekstrinsik) sebagai penunjang terjadinya penyakit:
a. Lingkungan fisik antara lain: geografi & keadaan musim
b. Lingkungan biologis, yaitu semua makhluk hidup yang berada di sekitar manusia
c. Lingkungan sosial ekonomi
• Pekerjaan
• Urbanisasi
• Perkembangan ekonomi
• Bencana alam

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Nur Nasry. EPIDEMIOLOGI. Jakarta : Rineka Cipta, 2008


Subari, Heru, dkk. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta : Media Pressindo, 2004
http://agustinaprimafkmundip.blogspot.com/2014/03/perkembangan-teori-teori-terjadinya.html

Anda mungkin juga menyukai