Anda di halaman 1dari 23

ALIRAN TEORI YANG MENDASARI PENELITIAN KUALITATIF

ALIRAN TEORI BUDAYA


• Manusia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda—pola perkawinan,
cara mendidik anak, kegiatan ekonomi, seni budaya, dsb. Kebudayaan ini
diwariskan dari generasi ke generasi.
• Sistem budaya tsb merupakan pengetahuan yg oleh warga masyarakatnya
digunakan untuk menafsirkan pengalaman dan mengembangkan tingkah
laku.
• Oleh karena itu, keseluruhan sistem budaya tsb merupakan sistem makna.

• Untuk memahami tingkah laku tidak cukup hanya dengan observasi


melainkan juga melacak lebih jauh makna yang terdapat dibalik tingkah
laku itu.
• Diperlukan penelitian yg mendalam hingga ke inner behavior, holistik,
bertolak dari sudut pandang manusia pelakunya dan menggunakan analisis
yg lebih induktif.
ALIRAN TEORI FENOMENOLOGI

 Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yg tampak merupakan


konsekuensi/akibat dari sejumlah pandangan atau dokrin yang “hidup di
kepala” manusia pelakunya. Oleh karena itu, realitas itu bersifat subyektif
interpretif.
 Sheler menyebutkan dengan “pengalaman fenomenologis”, yang melalui
pengalaman itulah kita bisa memahami “fakta fenomenologis”.
 Misalnya, gagasan memasukan program latihan keterampilan di pondok
pesantren dalam pengertian bahwa lulusan pondok pesantren bisa tampil
sebagai ahli agama dan juga produktif di sektor ekonomi.
 Oleh karena itu, peneliti beraliran fenomenologi berupaya masuk ke dalam
dunia konseptual para manusia pelaku yang menjadi subyek penelitiannya,
kemudian menghayati dan berusaha mengetahui makna sesuatu bagi
orang2 yang ditelitinya
ALIRAN TEORI INTERAKSINONISME SIMBOLIK
 Teori ini berusaha menjelaskan tingkah laku manusia melalui analisis makna
(Charles Horton Cooley, Herbert Mead dll).
 Teori ini bersandar pada tiga premis:
1. Manusia berbuat ke arah sesuatu atas dasar makna yang melekat pada sesuatu
itu dan manusia mengejar makna tsb. Mis. seorang pejabat membeli mobil
terbaru karena mengejar makna yg ada di mobil itu, misalnya lebih berwibawa
dan bergengsi.
2. Makna tentang sesuatu berkembang dari atau melalui interaksi antarmanusia
dalam kehidupan sehari-hari. Makna dimaksud dipelajari, dipelihara dan diberi
batasan2 dalam konteks interaksi manusia. Melalui proses inilah misalnya
seorang mahasiswa memahami bahwa dirinya “cantik”, “manusia idola” dsb.
3. Makna2 tsb dipegang, dijadikan acuan, dan diinterpretasikan oleh seseorang
dalam berhubungan dengan sesuatu yang dihadapinya. Ia digunakan sebagai
acuan untuk menafsirkan suatu situasi, keadaan dalam lainnya dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, karena makna yang melekat pada dirinya
“cantik”, di duga tidak akan pernah sepi dari tamu pria atau mungkin ia
selektif (“jual mahal”) memilih teman pria.
 Dengan demikian, tanpa memperhatikan sistem makna, kita tak akan
memahami fenomena sosial, budaya, dan tingkah laku manusia secara benar
dan utuh.

ALIRAN TEORI ETNOMETODOLOGI


 Setelah 20 tahun sosiologi dikuasai oleh mazhab struktural-fungsional (yang
menggunakan paradigma positivistik), beberapa ahli mulai menyimak kembali
karya2 yang beraliran fenomenologis. Kemudian muncul beberapa kelompok
peneliti yang mulai melakukan apa yang mereka sebut dengan
“etnometodologi” (tokohnya Harold Garfin)
 Etnometodologi lebih fokus pada bidang masalah yang diteliti. Perhatiannya
pada bagaimana warga di suatu masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari (metode2 yang mereka gunakan dalam kehidupannya sehari-hari,
serta bagaimana pengertian mereka mengenai hal tsb)
 Untuk mendapatkan informasi, seorang peneliti tak obahnya seorang “juru
potret”. Mendeskripsikan apa adanya dari apa yang diperoleh di lapangan
mengenai bagaimana manusia pelaku budaya dalam kehidupan kesehariannya.
PERBEDAAN PANDANGAN DASAR KUALITATIF &
KUANTITATIF
PANDANGAN(AXIOM) KUALITATIF KUANTITATIF
POSITIVISTIK
Sifat realitas Realitas bersifat Realitas itu tunggal,
ganda,hasil konstruksi, dan konkrit teramati, dan dapat
holistik dipragmentasikan
Hubungan peneliti dg yang Interaktif, tak dapat Independen
diteliti dipisahkan
Posibilitas generalisasi Hanya mungkin dalam Bebas dari ikatan konteks
ikatan konteks dan waktu dan waktu
Posibilitas membangun Mustahil memisahkan Ada sebab riil yang secara
jalinan hubungan kausal sebab-akibat pada semua temporal atau secara
keadaan secara simultan simultan senantiasa
mendahului dan melahirkan
akibat2.
Peranan nilai Tidak bebas nilai Bebas nilai
TIGA MASA:
1. Pra-positivisme: masa ini orang berpandangan bahwa apa yang
terjadi bersifat alamiah. Peneliti sebagai pangamat hanya bersifat
pasif—tidak berusaha memanipulasi lingkungan dan melakukan
eksperimen.
2. Positivisme: munculnya pandangan baru bahwa peneliti dapat
dengan sengaja melakukan perubahan dengan melakukan
eksperimen. Masa ini disebut munculnya metode ilmiah. Orang
percaya bahwa dengan melakukan eksperimen, orang dapat
menemukan aturan-aturan, hikum-hukum, dan prinsip-prinsip
umum tentang dunia kenyataan, baik dalam ilmu alam maupun ilmu
sosial. Positivisme berpendirian bahwa tidak ada akibat tanpa sebab.
 Sebab-akibat
 Bebas nilai
 Menguji teori
 Deduktif
 Menemukan hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku umum
3. Post-positivisme = metode naturalistik = metode
kualitatif. Pengalaman manusia begitu kompleks
dan tidak dapat diikat dengan teori tertentu. Teori
harus terbuka. Penelitian kualitatif adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan mereka, memahami bahasa
dan pandangan mereka tentang dunia sekitarnya.
 Membangun teori
 Induktif
 Mendapatkan pemaknaan
 
VARIAN DAN DESAIN PENELITIAN SOSIAL
KUANTITATIF KUALITATIF
Prancis dan Ingris Jerman
Aliran filsafat: materialisme, realisme, Pemikiran filsafat: ala Plato, pemikiran
naturalisme, empirisme, dan positivisme. Kant dan Hegel. Aliran filsafat: idealisme,
Lahir ilmu sosial berwajah positivisme rasionalisme, humanisme, fenomenologi,
sebagai cara untuk menjelaskan fenomena dan interpretivisme. Dari sini berkembang
sosial. ilmu sosial interpretisme untuk
menjelaskan fenomena sosial.
Pemikiran positivisme—manusia Ilmu sosial interpretivisme—manusia
dipandang sebagai makhluk jasmaniah yg dipandang sebagai makhluk rohaniah.
se-hari2 berperilaku (merespon) terhadap Manusia bukanlah berprilaku, melainkan
stimulus yang menerpanya. Dari sini bertindak. Perilaku berkonotasi
muncul upaya utk mengidentifikasi mekanistik (otomatis), pada hal tingkah
variabel2 yang menyebabkan suatu laku sosial manusia senantiasa melibatkan
fenonmena, da kemudian lahir niat tertentu, pertimbangan tertentu, dan
mis.penelitian korelasi, komparasi dsb. alasan tertentu pula. Ia melibatkan makna
dan iterpretasi.
 Dalam tradisi ilmu sosial interpretivisme, tingkah laku sosial manusia niscaya
melibatkan kesadaran sosial tertentu.

 Weber memberi istilah tindakan sosial (social action)—bukan perilaku sosial


(social behavior). Manusia bertindak, bukan berperilaku.

 Realitas sosial sesungguhnya bersifat maknawi. Ia bergantung pada makna dan


interpretasi yang diberikan oleh manusia yang memandangnya. Pertunjukan
NOAH misalnya bisa dimaknai beragam oleh orang. Anak muda mungkin
memaknai dengan pertunjukan emas, tukang parkir mungkin memaknai dengan
memperoleh uang, sementara tukang copet memaknai kesempatan untuk
merogok dompek penonton.

 Oleh sebab itu, suatu fenomena sosial barulah bisa dipahami bila (berhasil)
memahami dunia makna yang tersimpan dalam diri para pelakunya.
 Bogdan dan Taylor (Furchan, hal.18) mengemukakan bahwa ada 2 perspektif
teoritis yang menguasai dunia ilmu sosial:

1. Positivisme (abad 19 dan awal abad 20), terutama Aguste Comte dan Emile
Durkheim. Penganut paham ini mencari fakta atau sebab-musabab gejala
sosial dengan tidak banyak mempertimbangkan keadaan subyektif individu.
Fakta sosial atau gejala sosial bersifat memaksa terhadap perilaku manusia.
2. Fenomenologis yang berasal dari Max Weber. Paham ini ingin memahami
perilaku manusia dari kerangka berfikir perilaku itu sendiri. Realita adalah
bagaimana imajinasi orang terhadap dunia ini.
 Dengan adanya perbedaan tsb, maka metodologi yang digunakan berbeda pula.

 Kaum positivis mencari fakta dan sebab-musabab melalui kuesioner survai,


inventori, yang menghasilkan data kuantitatif dan menggunakan statistik untuk
membuktikan hubungan antar variabel yang telah dioperasionalkan.

 Kaum fenomenologis mencari pemahaman (understanding) lewat metode


kualitatif seperti partisipasi observasi, wawancara terbuka, dan dokumen
pribadi. Metode ini akan menghasilkan data deskriptif seperti apa subyek
melihat dunianya.
 Paradigma = sudut pandang dalam melihat suatu gejala sosial.
 Seorang remaja memberikan hadiah kepada teman putrinya yang tengah
berulang tahun dapat ditafsirkan beraneka ragam.

 Setelah peneliti merasa cocok dengan fokus penelitiannya, kegiatan berikut


memilih paradigma penelitian.
ASUMSI PARADIGMA KUANTITATIF DAN KUALITATIF (CRESWELL)

Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif


Ontologis Apa sifat realita? Realita objektif, Realita subjektif,
(mempelajari apa tunggal, terpisah ganda, seperti
yang diketahui) dari peneliti tampak dalam
penelitian
Epistimologis (cara Apa hubungan Peneliti mandiri Peneliti
bagaimana peneliti dan yg dari yang diteliti berhubungan
pengetahuan diteliti? dengan yang diteliti
disusun)
Aksiologis Apa peran nilai? Nilai bebas dan Nilai terkadang bias
(berhubungan tidak bias
dengan nilai)
Asumsi Pertanyaa n Kuantitatif Kualitatif
Retoris Apa itu bahasa Formal Informal,
penelitian? Bahasa ,berdasarkan mengembangkan,
umum definisi keputusan, bahasa pribadi,
memakai kata2 memakai kata2
kuantitatif . kualitatif
Metodologis Apa itu proses Proses deduktif, Proses induktif,
penelitian? sebab-akibat, pembentukan
desain statis faktor2
13 KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF (DAVID
D.WILLIAMS)

1. Pengumpulan data dilakukan dalam latar belakang alamiah (natural settings)


2. Peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan
menginterpretasikan data
3. Kebanyakan penelitian kualitatif sarat dan kaya dengan deskripsi
4. Lazim menelaah proses2 yang terjadi, termasuk bagaimana variabel2 saling
membentuk dan bagaimana orang2 saling berinteraksi
5. Menggunakan analisis induktif terutama pada tahap awalnya dan peneliti tidak
berpegang pada masalah yang telah dibatasi sebelumnya.
6. Makna dibalik tingkah laku manusia merupakan hal esensial—peneliti tidak
hanya tertarik pada apa yang dikatakan dan dilakukan orang2 tetapi juga
maknanya dalam sudut pandang mereka.
7. Peneliti dituntut sebanyak mungkin melakukan sendiri kegiatan penelitian di
lapangan.
8. Terdapat kegiatan triangulasi, baik triangulasi metode pengumpulan datan
maupun triangulasi sumber data. ini sebagai upaya verifikasi atas data
yang ditemukan
9. Orang yang diteliti diperlakukan sebagai partisipan, konsultan, atau
kolega peneliti. Ia merupakan subjek—bukan objek
10. Perspektif emic/partisipan sangat diutamakan dan dihargai tinggi,
sehingga bisa menemukan apa yang disebut dengan fakta fenomenologis.
11. Temuan penelitian jarang dianggap sebagai “temuan final” sepanjang
belum ditemukan bukti2 kuat kuat. Bila belum sampat ke tingkat itu,
penelitian baru sekedar mengajukan hipotesa.
12. Pengambilan sampel biasanya dilakukan secara puposive. Rancangan
sampel probabilitas biasanya tidak digunakan meskipun tidak
menolaknya.
13. Data kuantitatif dan data kualitatif dalam penelitian sama2 digunakan
CIRI-CIRI UMUM YANG MEMBEDAKAN PENELITIAN KUALITATIF
DAN KUANTITATIF DALAM SETIAP LANGKAH PENELITIAN

1. Identifikasi Masalah Penelitian

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


 Menggambarkan atau  Pengeksplorasian

menjelaskan hubungan terhadap masalah


antar variabel  Pemahaman yang detail

terhadap inti masalah


2. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


 Literature memiliki  Memiliki peran yang kecil

peran yang besar yang dalam mendukung


mendukung pertanyaan pertanyaan penelitian
penelitian yang akan yang akan dijawab
dijawab  Memberikan alasan
 Mendukung peneliti pentingnya masalah
dalam menetapkan penelitian ini
tujuan penelitian dan
pertanyaan penelitian
atau hipotesis
3.MENETAPKAN TUJUAN PENELITIAN

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


 Lebih spesifik  Lebih bersifat umum dan

 Data dari variabel bisa luas


diukur dan diobservasi  Menemukan pemahaman

melalui pengalaman
partisipan
4.PENGUMPULAN DATA

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


 Mengumpulkan data
 Mengumpulkan data
menggunakan format
dengan menggunakan
umum, membuat pertanyaan
instrumen yang memungkinkan
 Data yang dikumpulkan partisipan memberikan
bersifat numeric respon yang diinginkan
 Mengumpulkan
 Mengumpulkan data berupa
teks atau foto
informasi dari sampel  Mengumpulkan informasi
yang besar dari sampel yang kecil
5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
 Analisis data cenderung
 Analisis data berbentuk
menggunakan analisis
statistik.
text analisis.
 Analisis data berbentuk  Analisis data berupa

deskriptif, perbandingan, deskripsi dan


atau hubungan antar pengembangan tema.
variabel.  Interpretasi data berupa
 Interpretasi data cenderung

berisikan perbandingan hasil


pemaknaan mendalam
prediksi penelitian sekarang dari temuan.
dengan hasil penelitian
sebelumnya.
6. PELAPORAN DAN PENILAIAN PENELITIAN

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


 Laporan penelitian  Laporan penelitian lebih
menggunakan standar, flexibel, struktur dan
struktur ,dan kriteria kriteria evaluasi sewaktu-
evaluasi yang telah waktu bisa berubah.
ditetapkan.  Peneliti hendaknya
 Peneliti hendaknya
menggunakan pendekatan
menggunakan pendekatan subjektif(reflexive) dan
pendekatan yang objektif bias.
dan tidak bias.
PERSAMAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

 Kedua jenis penelitian tersebut mengikuti enam langkah proses penelitian.


 Dalam hal penyajian pendahuluan penelitian terdapat beberapa persamaan,
diantaranya dalam penyajian topik seperti: menyampaikan permasalahan,
setidaknya harus didukung oleh kajian teori, dan pentingnya permasalahan
tersebut diteliti. Ini tidak berarti bahwa masalah penelitian tersebut sama,
tetapi persamaan hanya dalam hal pelaporan masalah.
 Terdapat persamaan dalam alat pengumpulan data : interview, observasi,
dan dokumen.

Anda mungkin juga menyukai