Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

Jawaban Ujian Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen : Prof. Dr. Achmad Dardiri, M. Hum

Disusun oleh :

TINI (15913078)

PROGRAM KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016

1
SOAL

1. Ambil 3 ( tiga ) definisi Filsafat Ilmu, bandingkan apa kelebihan dan


kekurangannya. Di antara ke 3 (tiga) definisi tersebut, Anda memilih yang
mana? Jelaskan asalan Anda!

Jawaban:

Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap


hakikat ilmu.Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia Barat berasal dari zaman
Yunani Kuno.Pada zaman itu keduanya termasuk dalam pengertian
episteme.Kata phiosophia merupakan suatu kata padanan dari episteme.Menurut
Marcus Tullius Cicero seorang filsafat Romawi terkemuka yang tergolong
aliran Stoicisme.Baginya Filsafat adalah ibu dari semua pengetahuan dan diberi
definisi sebagai ars vitee atau pengetahuan kehidupan.Ilmu zaman Yunani
Kuno episteme atau pengetahuan rasional mencakup filsafat maupun
ilmu.Tidak terdapat masalah besar atau kebutuhan penting untuk membedakan
secara tegas kedua jenis pengetahuan itu.1Istilah lain dari filsafat ilmu adalah
theory of science (teori ilmu), meta science (adi-ilmu), science of science (ilmu
tentang ilmu). Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dikemukakan yang
pertama adalah:

1. The Liang Gie mendifinisikan bahwa filsafat ilmu adalah segenap


pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi
kehidupan manusia. Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu (i) filsafat
ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut
berbagai hubungan luar dari kegiatan ilmiah; dan (ii) filsafat ilmu dalam arti
sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan

1
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakatra: Liberty, 2004), hlm 11.

2
ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu pengetahuan ilmiah dan cara-cara
mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

2. A. Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi saol filsafat ilmu dalam


emapt bidang: (i) logika ilmu yang berlawanan dengan epistimologi ilmu; (ii)
filsafat ilmu kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu kemanusiaan; (iii)
filsafat ilmu yang berlawanan dengan telaah masalah filsafati dari sesuatu ilmu
khusus; dan (iv) filsafat ilmu yang berlawanan dengan sejarah ilmu.2

3. Lewis White Beck.Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai


metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.3
 Kelebihan dari ketiga pendapat yang mendifinisikan tentang masalah
filsafat ilmu yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
akan tetapi jika dilihat dari sudut pandangan antara ketiga pendifisi ini
adalah menurut The Liang Gie, karna disini The Liang Gie telah
mengemukakan segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Yang
mana menurut The Ling Gie ini kalau filsafat ilmu itu dapat dibagi
menjadi dua, yaitu dalam arti yang luas dan secara sempit. Jika dalam
arti yang luas The Liang Gie ini mendifinisikan bahwa dalam arti yang
luas adalah yang menyangkut berbagai hubungan dari luar kegiatan
yang ilmiah. Sedangkan dalam arti yang sempit The Liang Gie ini
menyatakan yang menampung permasalahan yang bersangkutan
dengan hubungan ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu, seperti
pengetahuan ilmu dan cara-cara mengusahakan serta cara mencapai
pengetahuan ilmiah.

2
H. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, Ontologi, Efistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pusatak Pelajar: 2010)aa, hlm.56
3
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.
49

3
Sedangkan jika menurut pendapat A. CorneliusBenjamin, lebih
menyeluruh tentang pemikirannya seperti kepada logika, kealaman,
ilmu khusus, dan sejarah ilmu.Jika menurut Lewis White Beck, lebih
kepada mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah
sebagai suatu keseluruhan.
 Kekurangan dari ketiga pendapat yang mendifinisikan memiliki
kekurangan yang mana kekurang dari pendifinisi The Liang Gie hanya
terfokos pada dua masalah yaitu secara luas dan sempit, kekurangan
penjabaran dari antara kedua bagian yang secara meluas dan sempit,
kurang menyeluruh. Sedangkang kekurangan menurut A.
CorneliusBenjamin ini dia lebih keseluruh dari pemikiran, alam, ilmu,
dan sejarah namun, penjelasan diantara ke empat yang dijelaskannya
kurang dalam diperjelaskan lebih luas. Kekurangan dari Lewis White
Beck, kekurangannya Lewis White Beck ini lebih mempertanyakan dan
menilai hanya dari metode-metode pemikiran secara ilmiah saja, walau
dengan keseluruhan.
Saya lebih memilih pendapatnya The LiangGie, karena The Liang Gie ini,
memikirkan bahwa filsafat Ilmu ini meliputi segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala kehidupan manusia. Dari arti yang
luas, Dia lebih menampakan dari permasalahan yang menyangkut berbagai
hubungan luar dari kegiatan ilmiah, berarti Dia tidak hanya terpokus pada yang
ada didalam saja.Sedangkan dalam arti yang sempit Dia, lebih menampung
permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat
dalam ilmu itu saja namun, bersangkutan juga dengan pengetahuan ilmiah, dan
cara-cara mengusahkan serta mencapai pengetahuan ilmiah.Karena tugas
filsafat adalah pada berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala
yang ada ini.Al-Qur’an sendiri menyuruh manusia supaya berpikir tentang
wujud dan alam, sekitarnya hal itu sebagai jalan untuk mengetahui Tuhan.

4
2. Mengapa mengkaji ilmu secara filosofis perlu dan penting bagi para ilmuan
seperti Anda!
Jawaban:
karena dalam pempelajari ilmu terutama tentang ilmu filsafat atau filsafat
ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah
perkembang ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembang para
ilmuan secara umum mengundang tujuan-tujuan. Secara pengujian penalaran
ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmia.Dan seorang
ilmuwan seperti kami yang masih banyak kekurangan ini harus meliki sikap
kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari
sikap solipsistik, mengangap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.Bagi
sesorang yang mempelajari ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai
tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki
landasan berpijak yang kuat.Ini berarti ilmuan seperti kami sosial perlu
mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seorang ahli
ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang
ilmu-ilmu sosial. Sehingga antara ilmu yang satu dengan lainnya saling
menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerja sama yang harmonis untuk
memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.Setelah berpikir tentang
alamsemesta dengan seisinya yang beraneka ragam, maka diyakini bahwa alam
ini ada penciptaanya, yang tiada lain adalah Tuhan.Dia yang mengeluarkan dari
“ketiadaan” ke maujud (creation ex nihil) dan tidak mungkin kelaur (tercipta)
dengan sendirinya. Dari itu pasti ada pelaku penciptaan tersebut, pelaku ini
tidak diketahui dengan indera, sebab bila diketahui dengan indera berate berupa
materi (bendawi). Kalu berupa materi, masih berupa elemen dari alam itu
tentunya diciptakan.

5
3. Jelaskan secara rinci landasan-landasan: ontologis, efistemologis dan
Aksiologis ilmu?
Jawaban:
 Ontology berasal dari bahasa Yunani on atau ontos( ada, keberadaan)
dan logos (Ilmu), yang artinya “ terori mengenai ada yang berada”. Ia
merupakan cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti
seluas mungkin yang menggunakan kategori-karegori seperti: ada (being),
eksistensi (existence), kenyataan (realitiy), perubahan (change), tunggal (one),
dan plural (many). Ontologis menyelidiki relitas seluruh objek yang ada di alam
semesta ini. Oleh kerenanya, ia merupakan “ ilmu pengetahuan’ yang paling
universal dan menyeluruh. Sedangkan ontology suatu ilmu adalah sesuatu yang
ingin diketahui ilmu tersebut, atau dngan kata lain, sesuatu yang menjadi
bidang telaah ilmu yang besangkutan.
 Epistimologi berasal dari bahasa yunani episteme dan logos, yang
keduanya berarti ilmu dan pengetahuan. Efistimologi disebut juga dengan
istilah teori pengetahun(theory ofbknowledge). Ia merupakan cabang filsafat
yang berurusan dengan hakekat ilmu pengetahuan, dari mana pengetahuan
tersebut didapatkan. Dengan kata lain, epistemology atau teori pengetahuan
,membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam urusan
memperoleh pengetahuan.
 Aksiologi berasal dari kata Yunani axios (pantas)dan logos (ilmu),
yang berarti studi filosofis yang menyangkut teori umum tentang nilai atau
studi tentang hakekat nilai-nilai. Aksiologi ilmu berarti membahas kegunaan
dan manfaat ilmu pengetahuan bagi manusia.4
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orentasi
atau nilai sesuatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat
menjadi sasaran oreintasi manusia dalam usaha menjawab sesuatu pertanyaan
yang amat fundamental, yakni bagaiman manusia harus hidup adan bertindak.
4
Muhammad Roy, Ushul Fiqih Madzab Aristoteles, ( Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004),
hlm. 21

6
Dengan kata lain, aksiologiadalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan
kegunan ilmu pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan
kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan
kemasalahatan umat manusia atau tidak.5

4. Jelaskan mengapa membicarakan Ilmu tidak dapat dilepaskan dari persoalan


moral dan kebudayaan!
Jawaban:
Membicarakan Ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari persoalan moral
dan kebudayaan.Karena hubungan tentang ilmu dan moral (etika) membangun
masyarakat ilmiah, dan menunjukan masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan
semuanya berhubungan dengan cabang filsafat ilmu.Ilmu merupakan
pengetahuan yang kita kenal sejak bangku sekolah dasar samapai pendidikan
lanjut dan perguruan tinggi.Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus
terangkepada diri kita sendiri. Membahas tentang unsur-unsur ilmu dan moral
seperti kehendak manusia yang bebas, tujuan dari suatu perilaku cara atau jalan
yang digunakan untuk mencapai tujuan, akibat yang ditimbulkan oleh
masyarakat, tentang adanya pilihan bebas atau tidak, pembahasan tentang ada
batas atau tidak ada batas nilai baik dan buruk itu, konsep tentag kesadaran
moralitas adanya hakikat manusia, adanya hakikat Tuhan, perlawanan etis
terhadap nilai baik dan buruk, dinamika diri manusia, yang mana mencari
keseimbangan moral, sifat keras kepala dan hilangnya rasa malu dan dosa dari
perilaku manusia.
Untuk membangun masyrakat ilmiah menuju masyarakat berbudaya ilmu
pengetahuan dan hubuangan antara ilmu dan moral (etika) yang merupakan
bagian dari ilmu humaniora belum memperoleh perhatian dari masyrakat atau
para peneliti (sarjana).Dari sisi masyrakat luas sangat membutuhkan
terbentuknya konsep moral (etika) dan ilmu yang dapat mengembangkan skap
dan perilaku yang baik satu pihak dan menghilangkan, melenyapkan sikap dan

5
Ibdi, . . . hlm. 78

7
perilaku buruk seperti perilaku penyimpangan dan kejahatan.Suatu ilmu dan
moral (etika) adalah suatu sumber pengetahuan yang diharapkan dapat
meminimalakan dan mengehentikan perilaku menyimapang di kalangan
masyarakat.Untuk itu, pengkajian kita difokuskan pada usaha meningkatkan
peranana ilmu sebagai sumber moralitas dalam mendukung pengembangan
kebudayaan.6

5. Mengapa ilmu dianggap tidak mampu menyelesaikan semua persolan/ aspek


kehidupan manusia? Apa tawaran solusi anda?
Jawaban:
Karena ilmu pengetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends).
Subtansi Ilmu itu bebas nilai (value-free) tergantung pada pemakainnya. Karena
itu, sangat dikhawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat
muatan negatif dikendalikan atau jatuhnya keorang-orang yang berakal picik,
sempit dan sectarian; berjiwa kerdil, kumuh dan jahat, bertangan besi dan
kotor.Inilah sebabnya ilmu dianggap tidak mampu menyelesaikan semua
persoalan atau aspek kehidupan manusia dan ilmu sangatlah, mempengaruhi
dalam aspek kehidupan manusia.Ilmu pengetahuan atau ajaran tentang segala
sesuatu yang berbeda. Jika hanya ilmu pengetahuan tampa dilandasi dengan Al-
Qur’an, hadis, tampa dilandasi dengan imam maka ilmu akan mengarahkan
manusia kepada kejahatan. Ilmu tampa imam bagaikan pohon tampa buah.
Tawaran dan solusi dari kami ilmu seharunya beriringan dengan apa yang telah
dijelaskan didalam Al-Qur’an yaitu beriringan sejalan dengan apa yang kita
ketahui dan apa yang telah diajarkan didalam kitab suci Al-Qur’an.

6
Muhammas Alfan, Filsafat Etika Islam, (Bandung: Pusataka Setia, 2011), hlm. 61

8
6. Mungkinkah kita mengislamkan ilmu, mengilmukan Islam, dan
menginterrasikan keduannya? Jelaskan jawaban Anda dengan contoh!
Jawaban:
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan,
serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang relevan akan
disebutkan didalam pembahasan ini. Di dalam Al-Qur’an, kata al-ilm dan kata-
kata jadinya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat yang diwahyukan
kepada Rassullah saw, menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran
untuk manusia. Seperti yang terdapat pada ayat al-Alaq 1 sampai 5 ini.Yang
menyeru manusia kepada membaca dan tulis.



1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.7


Dan tentang penciptaan Adam, Al-Qu’ran mengatakan bahwa malaikat pun
disuruh bersujud di hadapan Adam setelah beliau diaraji nam-nama.Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama(benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat dan berfirman:” sebutkanlah kepada-
Ku nama-nama benda itu, jika kamu memang orang yang benar!” mereka
menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada Kami; Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi

7
Mushafal Hilali, Al-Qur’an Al-Alaq.hlm. 597.

9
Mahabijaksana. (QS 2:31-32). Al-Qur’an mengatakan bahwa tidak sama,
anatara mereka yang mengetahui dengan mereka yang tidak mengetahui. Dalam
(QS. 39:9). Dan hanya orang yang belajarlah, yang memahami:


43. dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah.


Konsepsi islam tentang ilmu masalah ilmu-ilmu apa yang dianjurkan Islam,
telah merupakan pokok penting yang mendasar sejak hari-hari pertama Islam,
apakah ada bentuk ilmu khusus yang harus dicari? Sebagain ulama besar
Islamhanya memasukkan cabang-cabang ilmu yang secara langsung
berhubungan dengan agama. Sedangkan tipe-tipe ilmu yang lain, mereka
menyerah kepada masyarakat untuk menentukan ilmu mana yang paling
esensial untuk memelihara dan menyejahtrakan diri mereka. Hadist ” Mencari
ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” telah melahirkan berbagai pembahasan,
seperti ilmu apa yang harus dicari oleh seorang Muslim. Menurut Al-Ghazali
sendiri lebih memandang bahwa ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah
terbatas pada pelaksanaan kewajiban-kewajiban syariat Islam.8
Perlunya pengilmukan islam, orang islam harus melihat, “realitas malalui
islam, dan eksistensi Humaniora dalam Al-Qur’an. Demistifakasi islam, disini
dikemukakan tentang perlunya Islam sebagai teks (Al-Qur’an dan As-Sunnah)
untuk dihadapkan kepada realitas, baik realitas sehari-hari maupun realitas
ilmiah. Dengan kata lain, dari teks ke konteks (teks-konteks). Dalam ilmu
berarti, bahwa gerakan intelektual Islam harus melangkah kea rah “pengilmuan
Islam”.kita harus meninggalkan “Islamisai pengetahuan”, gerakan intelektual.
Sebab orang Islam harus melihat realitas melalui Islam.karena menurut ilmu
budaya dan sosiologi pengetahuan, realitas itu dilihat secara langsung oleh

8
Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains menurut Al-Qur’an, (Bandung: Misan, 1996), hlm. 40

10
orang, tetapi melalui tabir (kata, konsep, symbol, budaya, persetujuan
masyarakat). Dan semua ilmu-ilmu sekular tidak semuanya objektif.
Misal, contohnya banyak orang Islam sendiri yang ragu-ragu bahwa Islam
suatu sistem, karena mereka belajar dari ilmu-ilmu sekular seperti di Barat yang
mengajarkan bahwa agama terbatas pada persoalan individual, tidak mestinya
campur tangan dalam urusan publik. Lebih-lebih mereka yang belajar secar
“ilmiah”.Seperti melalui Marxisme yang melihat agama dengan konsepsi bahwa
“agama adalah candu” dan freudiansme bahwa “agama adalah ilusi”.Pemikiran
manusia (ilmu dan filsafat) telah menjadi “petunjuk bagi orang yang percaya”
menggantikan kedudukan agama yang sebenarnya.Boleh saja mengislamkan
ilmu dan mengilmukan Islam tergantung pendapat dan pandangan masing-
masing.

11

Anda mungkin juga menyukai