Disusun oleh :
TINI (15913078)
YOGYAKARTA
2016
1
SOAL
Jawaban:
1
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakatra: Liberty, 2004), hlm 11.
2
ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu pengetahuan ilmiah dan cara-cara
mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
2
H. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, Ontologi, Efistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pusatak Pelajar: 2010)aa, hlm.56
3
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.
49
3
Sedangkan jika menurut pendapat A. CorneliusBenjamin, lebih
menyeluruh tentang pemikirannya seperti kepada logika, kealaman,
ilmu khusus, dan sejarah ilmu.Jika menurut Lewis White Beck, lebih
kepada mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah
sebagai suatu keseluruhan.
Kekurangan dari ketiga pendapat yang mendifinisikan memiliki
kekurangan yang mana kekurang dari pendifinisi The Liang Gie hanya
terfokos pada dua masalah yaitu secara luas dan sempit, kekurangan
penjabaran dari antara kedua bagian yang secara meluas dan sempit,
kurang menyeluruh. Sedangkang kekurangan menurut A.
CorneliusBenjamin ini dia lebih keseluruh dari pemikiran, alam, ilmu,
dan sejarah namun, penjelasan diantara ke empat yang dijelaskannya
kurang dalam diperjelaskan lebih luas. Kekurangan dari Lewis White
Beck, kekurangannya Lewis White Beck ini lebih mempertanyakan dan
menilai hanya dari metode-metode pemikiran secara ilmiah saja, walau
dengan keseluruhan.
Saya lebih memilih pendapatnya The LiangGie, karena The Liang Gie ini,
memikirkan bahwa filsafat Ilmu ini meliputi segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala kehidupan manusia. Dari arti yang
luas, Dia lebih menampakan dari permasalahan yang menyangkut berbagai
hubungan luar dari kegiatan ilmiah, berarti Dia tidak hanya terpokus pada yang
ada didalam saja.Sedangkan dalam arti yang sempit Dia, lebih menampung
permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat
dalam ilmu itu saja namun, bersangkutan juga dengan pengetahuan ilmiah, dan
cara-cara mengusahkan serta mencapai pengetahuan ilmiah.Karena tugas
filsafat adalah pada berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala
yang ada ini.Al-Qur’an sendiri menyuruh manusia supaya berpikir tentang
wujud dan alam, sekitarnya hal itu sebagai jalan untuk mengetahui Tuhan.
4
2. Mengapa mengkaji ilmu secara filosofis perlu dan penting bagi para ilmuan
seperti Anda!
Jawaban:
karena dalam pempelajari ilmu terutama tentang ilmu filsafat atau filsafat
ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah
perkembang ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembang para
ilmuan secara umum mengundang tujuan-tujuan. Secara pengujian penalaran
ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmia.Dan seorang
ilmuwan seperti kami yang masih banyak kekurangan ini harus meliki sikap
kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari
sikap solipsistik, mengangap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.Bagi
sesorang yang mempelajari ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai
tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki
landasan berpijak yang kuat.Ini berarti ilmuan seperti kami sosial perlu
mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seorang ahli
ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang
ilmu-ilmu sosial. Sehingga antara ilmu yang satu dengan lainnya saling
menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerja sama yang harmonis untuk
memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.Setelah berpikir tentang
alamsemesta dengan seisinya yang beraneka ragam, maka diyakini bahwa alam
ini ada penciptaanya, yang tiada lain adalah Tuhan.Dia yang mengeluarkan dari
“ketiadaan” ke maujud (creation ex nihil) dan tidak mungkin kelaur (tercipta)
dengan sendirinya. Dari itu pasti ada pelaku penciptaan tersebut, pelaku ini
tidak diketahui dengan indera, sebab bila diketahui dengan indera berate berupa
materi (bendawi). Kalu berupa materi, masih berupa elemen dari alam itu
tentunya diciptakan.
5
3. Jelaskan secara rinci landasan-landasan: ontologis, efistemologis dan
Aksiologis ilmu?
Jawaban:
Ontology berasal dari bahasa Yunani on atau ontos( ada, keberadaan)
dan logos (Ilmu), yang artinya “ terori mengenai ada yang berada”. Ia
merupakan cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti
seluas mungkin yang menggunakan kategori-karegori seperti: ada (being),
eksistensi (existence), kenyataan (realitiy), perubahan (change), tunggal (one),
dan plural (many). Ontologis menyelidiki relitas seluruh objek yang ada di alam
semesta ini. Oleh kerenanya, ia merupakan “ ilmu pengetahuan’ yang paling
universal dan menyeluruh. Sedangkan ontology suatu ilmu adalah sesuatu yang
ingin diketahui ilmu tersebut, atau dngan kata lain, sesuatu yang menjadi
bidang telaah ilmu yang besangkutan.
Epistimologi berasal dari bahasa yunani episteme dan logos, yang
keduanya berarti ilmu dan pengetahuan. Efistimologi disebut juga dengan
istilah teori pengetahun(theory ofbknowledge). Ia merupakan cabang filsafat
yang berurusan dengan hakekat ilmu pengetahuan, dari mana pengetahuan
tersebut didapatkan. Dengan kata lain, epistemology atau teori pengetahuan
,membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam urusan
memperoleh pengetahuan.
Aksiologi berasal dari kata Yunani axios (pantas)dan logos (ilmu),
yang berarti studi filosofis yang menyangkut teori umum tentang nilai atau
studi tentang hakekat nilai-nilai. Aksiologi ilmu berarti membahas kegunaan
dan manfaat ilmu pengetahuan bagi manusia.4
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orentasi
atau nilai sesuatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat
menjadi sasaran oreintasi manusia dalam usaha menjawab sesuatu pertanyaan
yang amat fundamental, yakni bagaiman manusia harus hidup adan bertindak.
4
Muhammad Roy, Ushul Fiqih Madzab Aristoteles, ( Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004),
hlm. 21
6
Dengan kata lain, aksiologiadalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan
kegunan ilmu pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan
kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan
kemasalahatan umat manusia atau tidak.5
5
Ibdi, . . . hlm. 78
7
perilaku buruk seperti perilaku penyimpangan dan kejahatan.Suatu ilmu dan
moral (etika) adalah suatu sumber pengetahuan yang diharapkan dapat
meminimalakan dan mengehentikan perilaku menyimapang di kalangan
masyarakat.Untuk itu, pengkajian kita difokuskan pada usaha meningkatkan
peranana ilmu sebagai sumber moralitas dalam mendukung pengembangan
kebudayaan.6
6
Muhammas Alfan, Filsafat Etika Islam, (Bandung: Pusataka Setia, 2011), hlm. 61
8
6. Mungkinkah kita mengislamkan ilmu, mengilmukan Islam, dan
menginterrasikan keduannya? Jelaskan jawaban Anda dengan contoh!
Jawaban:
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan,
serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang relevan akan
disebutkan didalam pembahasan ini. Di dalam Al-Qur’an, kata al-ilm dan kata-
kata jadinya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat yang diwahyukan
kepada Rassullah saw, menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran
untuk manusia. Seperti yang terdapat pada ayat al-Alaq 1 sampai 5 ini.Yang
menyeru manusia kepada membaca dan tulis.
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
7
Mushafal Hilali, Al-Qur’an Al-Alaq.hlm. 597.
9
Mahabijaksana. (QS 2:31-32). Al-Qur’an mengatakan bahwa tidak sama,
anatara mereka yang mengetahui dengan mereka yang tidak mengetahui. Dalam
(QS. 39:9). Dan hanya orang yang belajarlah, yang memahami:
43. dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
8
Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains menurut Al-Qur’an, (Bandung: Misan, 1996), hlm. 40
10
orang, tetapi melalui tabir (kata, konsep, symbol, budaya, persetujuan
masyarakat). Dan semua ilmu-ilmu sekular tidak semuanya objektif.
Misal, contohnya banyak orang Islam sendiri yang ragu-ragu bahwa Islam
suatu sistem, karena mereka belajar dari ilmu-ilmu sekular seperti di Barat yang
mengajarkan bahwa agama terbatas pada persoalan individual, tidak mestinya
campur tangan dalam urusan publik. Lebih-lebih mereka yang belajar secar
“ilmiah”.Seperti melalui Marxisme yang melihat agama dengan konsepsi bahwa
“agama adalah candu” dan freudiansme bahwa “agama adalah ilusi”.Pemikiran
manusia (ilmu dan filsafat) telah menjadi “petunjuk bagi orang yang percaya”
menggantikan kedudukan agama yang sebenarnya.Boleh saja mengislamkan
ilmu dan mengilmukan Islam tergantung pendapat dan pandangan masing-
masing.
11