I. Pendahuluan
Sama halnya dengan masa Kolonial fasis Jepang menduduki Indonesia (1942-1945).
Indonesia di bawah kekuasaan kolonal fasisme Jepang selain untuk mendikte pembangunannya,
juga ditujukan untuk memobilisasi masyarakat Indonesia dalam Perang Asia Timur Raya. Alhasil,
pembangunan ekonomi dan militerisme Jepang menjadi cirri khasnya masa itu.
Indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Tujuan dari pembangunan di era
kemerdekaan adalah dilaksanakannya Reforma agrarian sejati, nasionalisasi asset asing dan
industry nasional sebagai syarat utama menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari
sebelumnya2. Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke dan terdiri dari bermacam-macam suku dan kebudayaan. Tidaklah mudah bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan dengan keadaan yang beranekaragam. Tentu
pembangunan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan wilayah dimana pembangunan itu
dilaksanakan.
1
M.J. Kasyianto. Masalah dan Strategi Pembangunan Indonesia. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara,
Jakarta 2014.
2
Hendra Esmara. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta 2009.
Akan tetapi tidak ada yang bisa membantah bahwa potensi keadaan alam dan masyarakat
di Indonesia sangatlah kaya dan melimpah ruah. Factor ini jika mampu dimanfaatkan di dalam
pembangunan di Indonesia, maka masyarakat Indonesia akan mencapai kesejahteraan.
Indonesia adalah negeri kepulauan, lebih dari 17.504 ribu pulau dan 5 Pulau Besar
(Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua) berjejer dari barat sampai ke timur. 3 Negeri
kepulauan ini demikian indahnya, laksana untaian jamrud yang melingkari khatulistiwa. Luas
daratan dan lautan Indonesia sekitar 5.193.250 km², hampir 126 kali lipat luas daratan dan lautan
negara Belanda, atau Samudera India dan Lautan Tiongkok Selatan. Indonesia adalah mata rantai
yang menghubungkan benua Australia dengan benua Asia. Dilihat dari segi geografis ini saja,
Indonesia merupakan negara yang sangat penting dan strategis dalam jalur lalu lintas dunia baik
dari segi kepentingan ekonomi, politik, budaya bahkan kepentingan militer.
Sementara kontur daratan umumnya terdiri dari pegunungan dan gunung berapi sebagai
sumber vulkanis yang subur, lembah-lembah dan puluhan sungai besar dengan ribuan anak
sungainya, serta areal persawahan yang luas. Semuanya sangat cocok untuk pertanian, perkebunan
serta sumber kekayaan hutan tropis yang tiada tandingannya. Di beberapa kawasan di Indonesia
bagian Timur (NTB dan NTT), kita masih bisa menjumpai sabana-sabana yang luas yang sangat
cocok untuk peternakan dan kegiatan pertanian. Hutan tropis di Indonesia menjadi paru-paru dunia
dengan keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia. Keadaan ini sangat penting
peranannya dalam mempertahankan iklim global dan keseimbangan ekosistem. Demikian juga
baik di daratan maupun perairan dan lepas pantai Indonesia terkandung jutaan metrik ton bahan
mineral, batu bara, gas alam, tembaga, emas, minyak bumi, biji nikel, timah, biji besi dan gas alam
yang bisa menjadi sumber energi utama industri modern dalam menggerakkan peradaban umat
manusia di dunia ini. Ini menjadi salah-satu factor utama kolonalis barat datang ke Indonesia untuk
menguasai sumber rempah-rempahnya yang melimpah ruah seperti cengkeh, lada, vanili.
Saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 255 juta jiwa dan menduduki urutan
ke-4 penduduknya terbesar di dunia. Usia kemerdekaan telah mencapi 71 Tahun. Namun
permbangunan di Indonesia belum juga memberikan kemandirian, kedaulatan dan kesejahteraan
3
Sumber; Depertemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2016.
bagi masyarakat Indonesia. Terbukti, bahwa angka kemiskinan masih tinggi, pendapatan masih
rendah, akses pendidikan dan kesehatan masih terbatas dan sebagainya.
Walt Whitman Rostow (7 Oktober 1916 – 13 Februari 2003) pada tahun 1960-an menulis
sebuah buku The Stages of Economic Growth, A Non-Communist Manifesto4. Buku ini mengurai
sejarah perkembangan ekonomi Amerika Serikat dengan menggunakan pendekatan analisis
historis. Teori pembangunan WW Rostow disebut sebagai perkembangan teori modernisasi yang
dilatarbelakangi5; Pertama, AS sebagai Negara super power yang memberikan bantuan kepada
Negara-negara dunia yang dikenal dengan program Marshal Plan. Kedua, kebangkitan Negara-
negara Komunisme terutama Uni Soviet dan bahkan berkembang di Vietnam Utara, Korea Utara
dan Tiongkok pasca perang dunia ke-2. Ketiga; Negara-negara merdeka pasca perang dunia ke-
2, sedang mencari konsep pembangunan.
1. Masyarakat tradisional
4
Cambridge University. The Jornal Of Ecnomy History, Vol 35, No.4, Tahun Des 1975
5
University of Technology, Sydney, Australia. Africa’s Failed Economic Development Trajectory:A Critique.
Vol.4, No.2 Tahun Juni 2013
6
WW. Rostow. The Economic Jornal, The Take-OffInto Self-Sustained Growth. Vol 66, No.261, Tahun Maret 1956
Ciri-Ciri:
Ciri-ciri:
- Fase transisi mulai bersandarkan pada cara berpikir rasional dan percaya pada kekuatan
manusia itu sendiri.
- Meningkatknya produktivitas pertanian
- Syarat prasyarat tinggal landas ada dua; pertama, adanya perombakan atas susunan
masyarakat tradisional yang membutuhkan waktu yang lama (Asia, Afrika dan Amerika
Latin). Kedua, tahap prasyarat tinggal landas tanpa melalui perombakan masyarakatnya
akibat pesat perkembangan IPTEK dan Imigran (Born Free)
- Kenaikan tabungan, penanaman modal
3. Tahap Tinggal Landas
- Terjadinya perubahan yang drastis di dalam masyarakat (Revolusi Politik: Revolusi
Prancis, Revolusi Industri).
- Akibat perubahan mendasar tersebut, telah memberikan inovasi dan investasi untuk
meningkatkan pembangunan di suatu Negara. Sebab investasi dianggap mampu
meningkatkan pendapatan nasional.
4. Tahap menuju Kedewasaan
Ciri-Ciri
Ciri-ciri:
- Memperkuat pengaruh di luar negeri dan bertedensi untuk melakukan penjajahan terhadap
bangsa dan Negara lain
- Menciptakan Negara kesejahteraan (Walfare State) dengan pemerataan pendapatan melalui
sisem pajak progresif
- Selain pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), juga meningkatkan
kebutuhan barang-barang mewah.
II. PEMBAHASAN
Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967,
pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga ketetapan yang
menjadi dasar perencanaan nasional8:
TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-
Garis Besar Haluan Negara
TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional
Semesta Berencana 1961-1969,
Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis
Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.
7
International Journal of Business and Social Science. Globalization and its Impacts on the World Economic
Development. Vol. 2, No.2, Tahun Des 2011.
8
Widjojo Nitisastro. Pengalaman Pembangunan Indonesia. PT. Kompas, Jakarta 2010.
untuk menjalankan pembangunan ekonomi di Indonesia sebagaimana amanat tujuan Revolusi
Agustus 1945 yaitu Reforma agrarian, nasionalisasi asset asing dan industry nasional yang kuat,
mandiri dan berdaulat. Keluarlah berbagai produk kebijakan untuk merealisasikan hal tersebut
sekaligus menggantikan kebijakan colonial. Undang-undang Pokok Agraria N.05 Tahun 1960
sebagai usaha untuk menghapuskan UU Agraria Kolonial Belanda 1870. Keluarnya Undang-
undang ini, juga sebagai bentuk dasar dalam pembangunan di Indonesia yang memprioritaskan
produktifitas sector pertanian. Programnya; penghapusan kepemilikan tanah oleh tuan-tuan tanah
dan redistribusi tanah kepada kaum tani, modernisasi alat-alat kerja pertanian, meningkatkan
produktivitas pertanian hingga hasil-hasil pertanian menjadi bahan baku untuk pembangunan
industry nasional sebagai syarat Negara yang kuat dan maju.
Akan tetapi berbagai persoalan politik membuat cita-cita pembangunan nasional di masa
Soekarno tidak tercapai. Puncaknya kudeta Soekarno yang menandai berkuasanya Soeharto
mendorong babak baru pembangunan nasional di Indonesia yang membuka seluas-luasnya
pengaruh asing di Indonesa.
2. Orde Baru
9
Frans Husken, dkk. Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial. Indonesia di Bawah Orde Baru. PT. Grasindo,
Jakarta 1997.
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Dan di masa Orde baru selama 32 tahun, kita mengenal Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita1969-1974) I prioritas menciptakan iklim investasi, ketahanan pangan, Repelita
II 1974-1979) prioritas tersedianya pangan, sandang, perumahan, dan memperluas kesempatan
kerja. Repelita III (1979-1984) prioritas menekanka pada triologi pembangunan. Repelita IV
(1984-1989) prioritas swasembada pangan dan menciptakan mesin industry sendiri. Repelita V
(1989- 1994) prioritas sector pertanian dan industry. Dan Repelita VII 1994-1999 pertanian,
industry dan SDM (Bappenas).
Implementasi dari pembangunan orde baru di zaman Soeharto ternyata banyak yang belum
tercapai. Hal ini dapat dinilai dari angka kemiskinan yang masih tinggi, kesempatan kerja masih
terbatas, angka kematian anak dan ibu melahirkan masih tinggi. sementara ketahanan pangan yang
tercapai menjadi melahirkan persoalan yang krusial. Sebab di sisi lain, ketahanan pangan bukan
hasil pertanian kaum tani atau rakyat. Namun ketahanan pangan banyak diproduksi oleh lembaga
yang menjadikan pangan sebagai bisnis baik Negara melalui Bulog atau peranan lembaga
perusahaan swasta semacam Musanto, Cargil, Sygenta di Indonesia.
Setidaknya penulis menilai ada beberapa capaian negative pembangunan masa Orba diantaranya;
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah. Sistem ini adalah pengganti dari Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dan mulai berlaku sejak tahun 2005 sampai sekarang. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (disingkat RPJP Nasional), adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005 sampai dengan
2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-
2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan. Sementara itu, sebagai amanat
desentalisasi kekuasaan, daerah juga menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dengan mengacu pada RPJPN.
Sementara itu pembangunan di Indonesia di era Reformasi tidak jauh berbeda dengan masa
orde baru. Pembangunan yang bersandarkan pada investasi dan utang luar negeri sebagai sumber
pendanaan masih saja diterapkan. Hampir 65% pendanaan pembangunan di RPJMN diperoleh dari
investasi dan utang luar negeri. Amerika serikat, jepang, China menjadi Negara yang paling besar
memberikan investasi. Pembangunan infrastuktur seperti jalan tol, bandara internasional, tol laut,
pusat logistic di kawasan berikat, lebih beroientasi untuk kepentingan asing. Sementara di era
Jokowi-JK, Indonesia tidak mampu meningkatkan sector agrarinya. Indonesia saat ini menjadi
salah-satu pengimpor beras terbesar di dunia. rata-rata sekitar 3-4 juta ton beras diimpor dari
10
Mudrajad Kuncoro Ph.D dan Wisnu Chandra Kristiaji, SE. Otonomi dan Pembangunan Daerah. PT. Erlangga,
Jakarta 2004.
Vietnam dan Thaland. Demikian dengan kebutuhan pangan lainnya seperti; Jagung, Kedelai, Gula
dll.
11
University of Glasgow. Jornal On The Regional Dimensions Of Rostow’s Theory Of Growth, Vol.13, No. 1,
Tahun Maret 2001.
Negara-negara maju12. Alhasil, pembangunan untuk modernisasi pertanian dan pembangunan
industry nasional cenderung mengalami kegagalan. Pembangunan di Indonesia kemudian bukan
digerakkan oleh masyarakatnya13. Hal ini kemudian bisa kita liat bahwa pertumbuhan ekonomi
yang tinggi di Indonesia, ternyata tidak menjadi jaminan ekonomi real masyarakatnya. Karena
ternyata tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya dinikmati oleh asing dan korporasi-
korporasi besar di Indonesia. Kesenjangan pendapatan di Indonesia sangat tinggi. Bahkan 15
Perusahaan raksasa di Indonesia bisa mengimbangi pendapatan mayoritas masyarakat.
Sementara di aspek sumber daya manusia Indonesia, sudah mulai mengenal pendidikan
dan kemajuan teknologi. Akan tetapi, inovasi dalam pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.
Hal ini kemudian menunjukkan bahwa pendidikan dan kemajuan di Indonesia masih belum terlalu
berguna untuk kemajuan sector pertanian dan industry di Indonesia. Bahkan pandangan irasional
atau pengaruh pemikiran mistis di daerah pedesaan di Indonesia masih sangat kuat.
Saat ini Indonesia masih fase bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas pertanian
dan pengembangan industry nasionalnya. Di sisi lain, pemerintah juga meningkatkan
pembangunannya sumber daya manusianya dengan memberikan akses pendidikan ke masyarakat
seluas-luasnya. Dan terpenting menjadi perhatian pemerintah adalah meningkatkan pendapatan
masyarakat agar berimplikasi pada peningkatan kemampuan menabung sebagai modal dalam
peningkatan pembangunan ke fase berikutnya.
III. PENUTUP
III.1. Kesimpulan
12
Wiley-Blackwell. The Economic History Review, New Series. Vol. 12, No. 1, Tahun 1959
13
Fakih, Mansour. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2001.
III.2. Rekomendasi
Daftar Pustaka:
Buku:
Esmara hendra, 2016. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta.
Husken Frans, dkk 1997. Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial. Indonesia di Bawah Orde
Baru. PT. Grasindo, Jakarta.
Kasyianto. M.J. 2014. Masalah dan Strategi Pembangunan Indonesia. PT. Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta.
Mansour Fakih, 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Wisnu Chandra Kristiaji, SE dan Mudrajad Kuncoro Ph.D . 2004. Otonomi dan Pembangunan
Daerah. PT. Erlangga, Jakarta.
Jurnal:
International Journal of Business and Social Science. Globalization and its Impacts on the
World Economic Development. Vol. 2, No.2, Tahun Des 2011.
University Cambridge. The Jornal Of Ecnomy History, Vol 35, No.4, Tahun Des 1975
University of Glasgow. Jornal On The Regional Dimensions Of Rostow’s Theory Of Growth,
Vol.13, No. 1, Tahun Maret 2001.
University of Technology, Sydney, Australia. Africa’s Failed Economic Development
Trajectory:A Critique. Vol.4, No.2 Tahun Juni 2013
Wiley-Blackwell. The Economic History Review, New Series. Vol. 12, No. 1, Tahun 1959
WW. Rostow. The Economic Jornal, The Take-OffInto Self-Sustained Growth. Vol 66, No.261,
Tahun Maret 1956