Anda di halaman 1dari 13

Pembangunan Indonesia berdasarkan Pendekatan Teori WW Rostow

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Pembangunan di masa pendudukan Kolonial Belanda maupun Fasisme Jepang, tentu


bukan diorientasikan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Akan tetapi sebaliknya,
pembangunan di Indonesia diorientasikan untuk memenuhi kepentingan Kolonial Belanda dan
Jepang. Khususnya pasca Sistem Tanam Paksa dan diterapkannya Politik Etis (1870) 1di
Indonesia, Kolonial Belanda mencoba mengintensifkan pembangunan di Indonesia dengan
memadukan perkembangan perkebunan, pertambangan dan industri. Praktis, investasi asing
ditarik Kolonial Belanda masuk ke Indonesia. Negara kapitalisme seperti Inggris, Belgia dan AS,
kemudian menanamkan investasinya ke Indonesia. dengan kekayaan alam yang melimpah ruah
yang disertai tenaga kerja yang besar, membuat colonial belanda dan investasi asing
mengibaratkan Indonesia sebagai primadona yang mampu memberikan surplus capital
(keuntungan) yang besar.

Sama halnya dengan masa Kolonial fasis Jepang menduduki Indonesia (1942-1945).
Indonesia di bawah kekuasaan kolonal fasisme Jepang selain untuk mendikte pembangunannya,
juga ditujukan untuk memobilisasi masyarakat Indonesia dalam Perang Asia Timur Raya. Alhasil,
pembangunan ekonomi dan militerisme Jepang menjadi cirri khasnya masa itu.

Indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Tujuan dari pembangunan di era
kemerdekaan adalah dilaksanakannya Reforma agrarian sejati, nasionalisasi asset asing dan
industry nasional sebagai syarat utama menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari
sebelumnya2. Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke dan terdiri dari bermacam-macam suku dan kebudayaan. Tidaklah mudah bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan dengan keadaan yang beranekaragam. Tentu
pembangunan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan wilayah dimana pembangunan itu
dilaksanakan.

1
M.J. Kasyianto. Masalah dan Strategi Pembangunan Indonesia. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara,
Jakarta 2014.
2
Hendra Esmara. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta 2009.
Akan tetapi tidak ada yang bisa membantah bahwa potensi keadaan alam dan masyarakat
di Indonesia sangatlah kaya dan melimpah ruah. Factor ini jika mampu dimanfaatkan di dalam
pembangunan di Indonesia, maka masyarakat Indonesia akan mencapai kesejahteraan.

Indonesia adalah negeri kepulauan, lebih dari 17.504 ribu pulau dan 5 Pulau Besar
(Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua) berjejer dari barat sampai ke timur. 3 Negeri
kepulauan ini demikian indahnya, laksana untaian jamrud yang melingkari khatulistiwa. Luas
daratan dan lautan Indonesia sekitar 5.193.250 km², hampir 126 kali lipat luas daratan dan lautan
negara Belanda, atau Samudera India dan Lautan Tiongkok Selatan. Indonesia adalah mata rantai
yang menghubungkan benua Australia dengan benua Asia. Dilihat dari segi geografis ini saja,
Indonesia merupakan negara yang sangat penting dan strategis dalam jalur lalu lintas dunia baik
dari segi kepentingan ekonomi, politik, budaya bahkan kepentingan militer.

Sementara kontur daratan umumnya terdiri dari pegunungan dan gunung berapi sebagai
sumber vulkanis yang subur, lembah-lembah dan puluhan sungai besar dengan ribuan anak
sungainya, serta areal persawahan yang luas. Semuanya sangat cocok untuk pertanian, perkebunan
serta sumber kekayaan hutan tropis yang tiada tandingannya. Di beberapa kawasan di Indonesia
bagian Timur (NTB dan NTT), kita masih bisa menjumpai sabana-sabana yang luas yang sangat
cocok untuk peternakan dan kegiatan pertanian. Hutan tropis di Indonesia menjadi paru-paru dunia
dengan keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia. Keadaan ini sangat penting
peranannya dalam mempertahankan iklim global dan keseimbangan ekosistem. Demikian juga
baik di daratan maupun perairan dan lepas pantai Indonesia terkandung jutaan metrik ton bahan
mineral, batu bara, gas alam, tembaga, emas, minyak bumi, biji nikel, timah, biji besi dan gas alam
yang bisa menjadi sumber energi utama industri modern dalam menggerakkan peradaban umat
manusia di dunia ini. Ini menjadi salah-satu factor utama kolonalis barat datang ke Indonesia untuk
menguasai sumber rempah-rempahnya yang melimpah ruah seperti cengkeh, lada, vanili.

Saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 255 juta jiwa dan menduduki urutan
ke-4 penduduknya terbesar di dunia. Usia kemerdekaan telah mencapi 71 Tahun. Namun
permbangunan di Indonesia belum juga memberikan kemandirian, kedaulatan dan kesejahteraan

3
Sumber; Depertemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2016.
bagi masyarakat Indonesia. Terbukti, bahwa angka kemiskinan masih tinggi, pendapatan masih
rendah, akses pendidikan dan kesehatan masih terbatas dan sebagainya.

I.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana perkembangan pembangunan di Indonesia apabila menggunakan pendekatan teori


WW Rostow ?

I.3. Latar belakang Pemikiran WW. Rostow

a. Teori Pembangunan WW Rostow

Walt Whitman Rostow (7 Oktober 1916 – 13 Februari 2003) pada tahun 1960-an menulis
sebuah buku The Stages of Economic Growth, A Non-Communist Manifesto4. Buku ini mengurai
sejarah perkembangan ekonomi Amerika Serikat dengan menggunakan pendekatan analisis
historis. Teori pembangunan WW Rostow disebut sebagai perkembangan teori modernisasi yang
dilatarbelakangi5; Pertama, AS sebagai Negara super power yang memberikan bantuan kepada
Negara-negara dunia yang dikenal dengan program Marshal Plan. Kedua, kebangkitan Negara-
negara Komunisme terutama Uni Soviet dan bahkan berkembang di Vietnam Utara, Korea Utara
dan Tiongkok pasca perang dunia ke-2. Ketiga; Negara-negara merdeka pasca perang dunia ke-
2, sedang mencari konsep pembangunan.

Menurut Rostow pembangunan esensinya adalah pembangunan ekonomi yang


berlangsung secara betingkat-tingkat dengan lima tahapan yang dijabarkan dalam teorinya,
yaitu6: 1) The traditional society (Masyarakat tradisional); 2) The precondition for take off (Pra
kondisi lepas landas); 3) The take off (Lepas landas); 4) The drive to maturity (Pendewasaan);
dan 5) The age of high mass consumption (Zaman konsumsi masa besar-besaran) (Rostow, 4:
1993).

1. Masyarakat tradisional

4
Cambridge University. The Jornal Of Ecnomy History, Vol 35, No.4, Tahun Des 1975
5
University of Technology, Sydney, Australia. Africa’s Failed Economic Development Trajectory:A Critique.
Vol.4, No.2 Tahun Juni 2013
6
WW. Rostow. The Economic Jornal, The Take-OffInto Self-Sustained Growth. Vol 66, No.261, Tahun Maret 1956
Ciri-Ciri:

- Cara produksinya masih primitive masih bergantung terhadap alam


- Belum berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara pesat. Sehingga
masyarakatnya masih cenderung irasional di dalam melihat fenomena alam dan social.
- Ekonomi masih tersentral di kalangan tuan tanah, bangsawan dan agamawan. Sementara
kekuasaan masih merepresentatifkan kepentingan tuan tanah yaitu Bangsawan/Raja.
2. Tahap Pra Kondisi Lepas Landas

Ciri-ciri:

- Fase transisi mulai bersandarkan pada cara berpikir rasional dan percaya pada kekuatan
manusia itu sendiri.
- Meningkatknya produktivitas pertanian
- Syarat prasyarat tinggal landas ada dua; pertama, adanya perombakan atas susunan
masyarakat tradisional yang membutuhkan waktu yang lama (Asia, Afrika dan Amerika
Latin). Kedua, tahap prasyarat tinggal landas tanpa melalui perombakan masyarakatnya
akibat pesat perkembangan IPTEK dan Imigran (Born Free)
- Kenaikan tabungan, penanaman modal
3. Tahap Tinggal Landas
- Terjadinya perubahan yang drastis di dalam masyarakat (Revolusi Politik: Revolusi
Prancis, Revolusi Industri).
- Akibat perubahan mendasar tersebut, telah memberikan inovasi dan investasi untuk
meningkatkan pembangunan di suatu Negara. Sebab investasi dianggap mampu
meningkatkan pendapatan nasional.
4. Tahap menuju Kedewasaan

Ciri-Ciri

- Seluruh proses produksi sudah menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi


- Sektor industry semakin kuat sementara sector pertanian menurun
- Pemimpinnya berasal dari kalangan pengusaha-pengusaha besar (kapitalis)
- Kritikan terhadap system industrialisasi semakin tinggi karena adanya ketidakpuasan
terhadap industrialisasi.
5. Tahap Komsumtif Tinggi7

Ciri-ciri:

- Memperkuat pengaruh di luar negeri dan bertedensi untuk melakukan penjajahan terhadap
bangsa dan Negara lain
- Menciptakan Negara kesejahteraan (Walfare State) dengan pemerataan pendapatan melalui
sisem pajak progresif
- Selain pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), juga meningkatkan
kebutuhan barang-barang mewah.
II. PEMBAHASAN

II.1. Pembangunan di Indonesia

1. Masa Orde Lama

Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967,
pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga ketetapan yang
menjadi dasar perencanaan nasional8:

 TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-
Garis Besar Haluan Negara
 TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional
Semesta Berencana 1961-1969,
 Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis
Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.

Tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali dengan lahirnya “Panitia


Pemikir Siasat Ekonomi”. Perencanaan pembangunan 1947 ini masih mengutamakan bidang
ekonomi mengingat urgensi yang ada pada waktu itu. Tujuannya untuk mengubah kredo ekonomi
colonial menjadi ekonomi rakyat Indonesia. Berbagai produk UU dikeluarkan oleh Soekarno

7
International Journal of Business and Social Science. Globalization and its Impacts on the World Economic
Development. Vol. 2, No.2, Tahun Des 2011.
8
Widjojo Nitisastro. Pengalaman Pembangunan Indonesia. PT. Kompas, Jakarta 2010.
untuk menjalankan pembangunan ekonomi di Indonesia sebagaimana amanat tujuan Revolusi
Agustus 1945 yaitu Reforma agrarian, nasionalisasi asset asing dan industry nasional yang kuat,
mandiri dan berdaulat. Keluarlah berbagai produk kebijakan untuk merealisasikan hal tersebut
sekaligus menggantikan kebijakan colonial. Undang-undang Pokok Agraria N.05 Tahun 1960
sebagai usaha untuk menghapuskan UU Agraria Kolonial Belanda 1870. Keluarnya Undang-
undang ini, juga sebagai bentuk dasar dalam pembangunan di Indonesia yang memprioritaskan
produktifitas sector pertanian. Programnya; penghapusan kepemilikan tanah oleh tuan-tuan tanah
dan redistribusi tanah kepada kaum tani, modernisasi alat-alat kerja pertanian, meningkatkan
produktivitas pertanian hingga hasil-hasil pertanian menjadi bahan baku untuk pembangunan
industry nasional sebagai syarat Negara yang kuat dan maju.

Akan tetapi berbagai persoalan politik membuat cita-cita pembangunan nasional di masa
Soekarno tidak tercapai. Puncaknya kudeta Soekarno yang menandai berkuasanya Soeharto
mendorong babak baru pembangunan nasional di Indonesia yang membuka seluas-luasnya
pengaruh asing di Indonesa.

2. Orde Baru

Landasan bagi perencanaan pembangunan nasional periode 1968-1998 adalah ketetapan


MPR dalam bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum perencanaan pembangunan bagi
presiden untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita),
proses penyusunannya sangat sentralistik dan bersifat Top-Down, adapun lembaga pembuat
perencanaan sangat didominasi oleh pemerintah pusat dan bersifat ekslusif. Pemerintah Daerah
dan masyarakat sebagai subjek utama out-put perencanaan kurang dilibatkan secara aktif.
Perencanaan dibuat secara seragam, daerah harus mengacu kepada perencanaan yang dibuat oleh
pemerintah pusat walaupun banyak kebijakan tersebut tidak bisa dilaksanakan di daerah.

Pembangunan Nasional pada masa ORDE BARU berpedoman pada TRILOGI


PEMBANGUNAN dan DELAPAN JALUR PEMERATAAN9. Trilogy Pembangunan terdiri dari
:

9
Frans Husken, dkk. Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial. Indonesia di Bawah Orde Baru. PT. Grasindo,
Jakarta 1997.
 Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
 Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Dan di masa Orde baru selama 32 tahun, kita mengenal Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita1969-1974) I prioritas menciptakan iklim investasi, ketahanan pangan, Repelita
II 1974-1979) prioritas tersedianya pangan, sandang, perumahan, dan memperluas kesempatan
kerja. Repelita III (1979-1984) prioritas menekanka pada triologi pembangunan. Repelita IV
(1984-1989) prioritas swasembada pangan dan menciptakan mesin industry sendiri. Repelita V
(1989- 1994) prioritas sector pertanian dan industry. Dan Repelita VII 1994-1999 pertanian,
industry dan SDM (Bappenas).

Implementasi dari pembangunan orde baru di zaman Soeharto ternyata banyak yang belum
tercapai. Hal ini dapat dinilai dari angka kemiskinan yang masih tinggi, kesempatan kerja masih
terbatas, angka kematian anak dan ibu melahirkan masih tinggi. sementara ketahanan pangan yang
tercapai menjadi melahirkan persoalan yang krusial. Sebab di sisi lain, ketahanan pangan bukan
hasil pertanian kaum tani atau rakyat. Namun ketahanan pangan banyak diproduksi oleh lembaga
yang menjadikan pangan sebagai bisnis baik Negara melalui Bulog atau peranan lembaga
perusahaan swasta semacam Musanto, Cargil, Sygenta di Indonesia.

Setidaknya penulis menilai ada beberapa capaian negative pembangunan masa Orba diantaranya;

 Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara


termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.
 Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis.
 Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar
kepada rakyat Indonesia.
 Kondisi politik lebih sulit dengan adanya upaya penegakan hukum yang sangat lemah.
Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga
tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.
 Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam.
 Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam
masyarakat tersa semakin tajam.
 Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi sosial)
 Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme).
 Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan
masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
 Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan
politik, ekonomi, dam sosial yang demokratis dan berkeadilan.
 Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan
ekonomi sangat rapuh.
 Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah wilayah yang
justru menjadi peny umbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian.
Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menjelang akhir tahun 1997. Artinya pembangunan di masa Orde baru yang
menyandaran sepenuhnya pada kekuatan investasi dan utang luar negeri, telah menjauhkan
tahapan pembangunan Indonesia menuju kesejahteraan rakyat.
3. Masa Reformasi

Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,


pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah
mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak
Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Selain itu pada masa ini juga
memberi kebebasan dalam menyampaikan pendapat, partisipasi masyarakat mulai terangkat
kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi.
Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan
dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers
dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan kebijakan
pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh dan untuk rakyat, sehingga dengan
dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa orde baru,kehidupan perekonomian
Indonesia dapat didorong oleh siap saja. Selain pemabangunan nasional pada masa ini juga
ditekankan kepada hak daerah dan masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-masing,
sehingga pembangunan daerah sangat diutamakan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-
Undang no 32/2004,Undang-Undang 33/2004, Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan
Aceh, Undang-Undang 21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini mencerminkan
keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah dan rakyat di daerah agar
daerah dapat menentukan pembangunan yang sesuai keinginan rakyatnya10.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah. Sistem ini adalah pengganti dari Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dan mulai berlaku sejak tahun 2005 sampai sekarang. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (disingkat RPJP Nasional), adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005 sampai dengan
2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-
2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan. Sementara itu, sebagai amanat
desentalisasi kekuasaan, daerah juga menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dengan mengacu pada RPJPN.

Sementara itu pembangunan di Indonesia di era Reformasi tidak jauh berbeda dengan masa
orde baru. Pembangunan yang bersandarkan pada investasi dan utang luar negeri sebagai sumber
pendanaan masih saja diterapkan. Hampir 65% pendanaan pembangunan di RPJMN diperoleh dari
investasi dan utang luar negeri. Amerika serikat, jepang, China menjadi Negara yang paling besar
memberikan investasi. Pembangunan infrastuktur seperti jalan tol, bandara internasional, tol laut,
pusat logistic di kawasan berikat, lebih beroientasi untuk kepentingan asing. Sementara di era
Jokowi-JK, Indonesia tidak mampu meningkatkan sector agrarinya. Indonesia saat ini menjadi
salah-satu pengimpor beras terbesar di dunia. rata-rata sekitar 3-4 juta ton beras diimpor dari

10
Mudrajad Kuncoro Ph.D dan Wisnu Chandra Kristiaji, SE. Otonomi dan Pembangunan Daerah. PT. Erlangga,
Jakarta 2004.
Vietnam dan Thaland. Demikian dengan kebutuhan pangan lainnya seperti; Jagung, Kedelai, Gula
dll.

Perluasan perkebunan dan pertambangan di Indonesia di sisi lain telah meningkatkan


ketimpangan stuktur agrarian di Indonesia. Rata-rata kaum tani sebagai mayoritas masyarakat
Indonesia, hanya memiliki lahan sekitar 0,25 Ha.Sempitnya akses kaum tani atas lahan pertanian,
tentu menjadi factor utama tidak terujudnya reforma agrarian dan kedaulatan pangan di Indonesia.
Demikian dengan alat-alat pertanian di Indonesia, masih sangat sederhana. Upaya untuk
meninagkatkan produktivitas pertanian, masih terkedala dengan alat yang masih belum
dimoderenkan dengan perkembangan IPTEK.

Sama halnya dengan industry di Indonesia. Berdasarkan dokumen Rencana Indonesia


Pembangunan Industri Nasional (RIPIN 2025), industry Indonesia hanya akan mengembangkan
industry yang bercorak manufatur/rakitan. Artinya pembangunan industry di Indonesia tidak
mempunyai orientasi untuk pembangunan industry nasional dari hilir ke hulu.

III.2. Analisis Pembangunan di Indonesia Berdasarkan Pendekatan Teori WW Rostow

Perkembangan pembangunan di Indonesia akan dinilai dari pembangunan ekonomi


sebagaimana jika merujuk teori pembangunan WW Rostow. Sebab perubahan pembangunan
ekonomi akan mempengaruhi pembangunan politik, social budaya bahkan perubahan
pembangunan militernya. Indonesia telah memasuki berbagai corak pembangunan baik di masa
orde lama, orde baru sampai era reformasi. Akan tetapi, model pembangunan di setiap
pemerintahan konsepnya masih sama. Hal ini tentu dipengaruhi dari fase perkembangan
masyarakat dan Negara Indonesia.

Prioritas pembangunan di Indonesia yang notabenenya Negara berkembang 11adalah sector


pertanian (reforma agrarian, kedaulatan pangan, bahan dasar industry) dan industry nasional yang
kuat, mandiri dan berdaulat (perpaduan antara pertanian dan industry nasional). Stimulus investasi
asing dan utang luar negeri, bukan hal yang sekunder dalam pembangunan di Indonesia. Ternyata
investasi dan utang luar negeri masih menjadi sandaran utama pembangunan di Indonesia. Hal ini
kemudian menjadikan pembangunan di Indonesia cenderung berorientasikan kepada kepentingan

11
University of Glasgow. Jornal On The Regional Dimensions Of Rostow’s Theory Of Growth, Vol.13, No. 1,
Tahun Maret 2001.
Negara-negara maju12. Alhasil, pembangunan untuk modernisasi pertanian dan pembangunan
industry nasional cenderung mengalami kegagalan. Pembangunan di Indonesia kemudian bukan
digerakkan oleh masyarakatnya13. Hal ini kemudian bisa kita liat bahwa pertumbuhan ekonomi
yang tinggi di Indonesia, ternyata tidak menjadi jaminan ekonomi real masyarakatnya. Karena
ternyata tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya dinikmati oleh asing dan korporasi-
korporasi besar di Indonesia. Kesenjangan pendapatan di Indonesia sangat tinggi. Bahkan 15
Perusahaan raksasa di Indonesia bisa mengimbangi pendapatan mayoritas masyarakat.

Sementara di aspek sumber daya manusia Indonesia, sudah mulai mengenal pendidikan
dan kemajuan teknologi. Akan tetapi, inovasi dalam pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.
Hal ini kemudian menunjukkan bahwa pendidikan dan kemajuan di Indonesia masih belum terlalu
berguna untuk kemajuan sector pertanian dan industry di Indonesia. Bahkan pandangan irasional
atau pengaruh pemikiran mistis di daerah pedesaan di Indonesia masih sangat kuat.

Saat ini Indonesia masih fase bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas pertanian
dan pengembangan industry nasionalnya. Di sisi lain, pemerintah juga meningkatkan
pembangunannya sumber daya manusianya dengan memberikan akses pendidikan ke masyarakat
seluas-luasnya. Dan terpenting menjadi perhatian pemerintah adalah meningkatkan pendapatan
masyarakat agar berimplikasi pada peningkatan kemampuan menabung sebagai modal dalam
peningkatan pembangunan ke fase berikutnya.

III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Berdasarkan penilaian atas pembangunan di Indonesia dari masa ke masa sejak


kemerdekaan 1945 hingga saat ini dengan menggunakan pendekatan teori pembangunan WW
Rostow, maka pembangunan Indonesia masih berada pada tahapan Pra Kondisi Lepas Landas.
Sebab pembangunan di Indonesia masih masa transisi dari masyarakat tradisonal menuju modern
yang ditandai dengan; perbaikan produktivitas sector pertanian, pembangunan industry nasional,
peningkatan SDM melalui pendidikan dan peningkatan kemampuan menabung masyarakat.

12
Wiley-Blackwell. The Economic History Review, New Series. Vol. 12, No. 1, Tahun 1959
13
Fakih, Mansour. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2001.
III.2. Rekomendasi

Ada beberapa tahapan untuk memajukan tahapan pembangunan di Indonesia apabila


ditinjau dari 5 tahap pembangunan WW Rostow, diantaranya;

1. Meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara;


a. Menjalankan reforma agrarian sejati (tanah dikelola oleh kaum tani)
b. Mewujudkan kedaulatan pangan
c. Stop alihfungsi lahan yang hanya diorientasikan untuk perkebunan, pertambangan yang
bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan kebutuhan dasar industry
nasional Indonesia.
d. Melakukan modernisasi alat-alat pertanian yang memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e. Produktivitas pertanian selain untuk memenuhi kedaulatan pangan (swasembada
pangan), juga ditujukan sebagai bahan dasar untuk industry nasional
2. Membangun industry nasional yang kuat, mandiri dan berdaulat dari hulu ke hilir
(Indonesia mampu menciptakan barang-barang produksi dalam memenuhi kebutuhan
domestiknya. Sehingga Indonesia tidak bergantung pada impor).
3. Memberikan akses pendidikan kepada masyarakat yang seluas-luasnya serta meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia yang mengabdi pada pembangunan.
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi ketimpangan ekonomi. Sehingga
kemampuan menabung masyarakat meningkat sebagai modal investasinya menopang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Daftar Pustaka:

Buku:

Esmara hendra, 2016. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta.

Husken Frans, dkk 1997. Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial. Indonesia di Bawah Orde
Baru. PT. Grasindo, Jakarta.
Kasyianto. M.J. 2014. Masalah dan Strategi Pembangunan Indonesia. PT. Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta.

Mansour Fakih, 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Wisnu Chandra Kristiaji, SE dan Mudrajad Kuncoro Ph.D . 2004. Otonomi dan Pembangunan
Daerah. PT. Erlangga, Jakarta.

Jurnal:

International Journal of Business and Social Science. Globalization and its Impacts on the
World Economic Development. Vol. 2, No.2, Tahun Des 2011.
University Cambridge. The Jornal Of Ecnomy History, Vol 35, No.4, Tahun Des 1975
University of Glasgow. Jornal On The Regional Dimensions Of Rostow’s Theory Of Growth,
Vol.13, No. 1, Tahun Maret 2001.
University of Technology, Sydney, Australia. Africa’s Failed Economic Development
Trajectory:A Critique. Vol.4, No.2 Tahun Juni 2013
Wiley-Blackwell. The Economic History Review, New Series. Vol. 12, No. 1, Tahun 1959

WW. Rostow. The Economic Jornal, The Take-OffInto Self-Sustained Growth. Vol 66, No.261,
Tahun Maret 1956

Anda mungkin juga menyukai