Anda di halaman 1dari 119

PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

1
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Hak Cipta © Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional
Edisi Tahun 2020

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agraria


dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Jl. Akses Tol Cimanggis, Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Telp. (021) 8674586

PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI


Sejarah Reformasi Birokrasi di Indonesia

Tim Pengarah Substansi:


1. Deni Santo, S.T., M.Sc.
2. Drs. Gunawan Muhammad, MPA.
3. Ninik Maryanti, S.H., M.Hum.
4. Adriani Sukmoro
5. Drs. Dalu Agung Darmawan, M.Si

Penyusun :
Dodi Sudaryanto, S.Pd., M.M.

Editor:
Rinny Purnamasari S.IP

JAKARTA - KEMENTERIAN ATR/BPN – 2020


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya


Modul yang menjadi pegangan bagi peserta Pelatihan Reformasi
Birokrasi. Modul ini dapat terselesaikan karena kerjasama Tim
Penyusun Modul yang sudah dirangkum melalui beberapa kali
workshop dan dukungan dari berbagai pihak di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional;
2. Biro Organisasi dan Kepegawaian;
3. Pelaksana Tugas Reformasi Birokrasi;
4. Tim Penyusun Modul;
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
Modul ini.
Akhir kata, semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peserta Pelatihan Reformasi Birokrasi. Kritik dan saran dengan
senang hati akan diterima untuk perbaikan modul ini.
Bogor, Juli 2020
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Deni Santo, S.T., M.Sc.


NIP. 19700129 199703 1 004

1
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. 2

B. 4

C. 4

D. 5

E. 5

F. 5

G. 6

BAB II REFORMA BIROKRASI DI ERA PRESIDEN ABDURAHMAN


WAHID - MEGAWATI SOEKARNO PUTRI (1999-2004) 7

A. 7

B. 10

C. 13

D. 16

E. 17

2
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

BAB III REFORMASI BIROKRASI ERA PRESIDEN SUSILO


BAMBANG YUDOYONA (2004-2014) 19

A. 22

B. 24

C. 29

D. 58

E. 63

F. 68

G. 70

BAB IV REFORMASI BIROKRASI ERA PRESIDEN JOKO WIDODO


(2014-2024) 67

A. 73

B. 75

C. 78

D. 91

E. 93

F. 98

G. 99

BAB V PENUTUP 95

A. 103

B. 104

DAFTAR PUSTAKA 97

3
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

KUNCI JAWABAN 101

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Birokrasi yang Diinginkan 32


Gambar 2. Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
dengan RPJPN 2005- 2025 dan RPJMN 2010-2014, RPJMN 2015-
2019, dan RPJMN 2020-2024 35
Gambar 3. Kerangka Pikir Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
2025 36
Gambar 4. Arah kebijakan Reformasi Birokrasi 37
Gambar 5. Tahapan Pencapaian Sasaran Lima Tahunan 45
Gambar 6. Pengorganisasian Reformasi Birokrasi 47

4
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Gambar 7. Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025


dengan Roadmap Reformasi Birokrasi 2010-2014, Roadmap
Reformasi Birokrasi 2015-2019, dan Roadmap Reformasi Birokrasi
2020-2024 50
Gambar 8. Kerangka Pikir dan Keterkaitan Antar Bagian Roadmap
87
Gambar 9. Hal-hal Baru 88

5
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Perbandingan Reformasi Birokrasi Gelombang I dan


Gelombang II Pada Era Presiden SBY 29
Tabel 2. Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan 41
Tabel 3. Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi 45
Tabel 4. Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 47
Tabel 5. Pelaksana Reformasi Birokrasi 48
Tabel 6. Perbandingan Program Antartingkat Pelaksanaan 49

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Anda dapat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara


yang berurutan. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar
menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-
masing saling berkaitan.
Pada awal kegiatan belajar terdapat potongan artikel yang
terkait dengan materi sebagai gambaran realitas atau kenyataan yang
terjadi di lapangan. Pada setiap bab terdapat indikator hasil belajar
sebagai gambaran apa yang dapat dipahami oleh peserta pelatihan
setelah pembelajaran bab tersebut telah selesai. Dan di akhir bagian
kegiatan belajar akan terdapat evaluasi pada lembar terpisah yang
akan disediakan guna menguji tingkat pemahaman Anda.
Guna memudahkan Anda dalam memahami materi dalam
modul ini, Fasilitator nantinya akan banyak melakukan simulasi atau
latihan selama proses pembelajaran berlangsung.

6
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Apabila anda masih mengalami kesulitan memahami materi


yang ada dalam modul ini, silahkan diskusikan dengan teman atau
Fasilitator.

7
PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I
PENDAHULUAN

..::SELAMAT::..
Anda segera memasuki pembelajaran modul 1 (satu) dari 7 (tujuh)
modul dalam Paket Pelatihan Reformasi Birokrasi . Modul ”Sejarah
Reformasi Birokrasi Di Indonesia ” ini merupakan modul ke 1 (satu)
yang akan Anda pelajari.
Semoga Anda tetap semangat belajar dan menimba ilmu.

REALITAS
Baca dan perhatikan kasus yang terjadi di bawah ini:

Di Tengah Korona, Jokowi Ingatkan Misi Besar Reformasi


Birokrasi
Nur Azizah • 14 April 2020
Jakarta: Presiden Joko Widodo fokus mengejar misinya meski Indonesia tengah dilanda pandemi
korona (covid-19). Jokowi ingin reformasi birokrasi, reformasi peningkatan produktivitas, dan
transformasi ekonomi terus berjalan.
"Saya ingatkan, kita harus tetap fokus pada misi besar kita, reformasi struktural yang harus tetap
berjalan, reformasi untuk percepatan dan pemerataan pembangunan baik itu reformasi regulasi,
reformasi birokrasi," kata Jokowi dalam sidang kabinet paripurna di Istana Bogor, Selasa, 14 April
2020.
Meski begitu, pemerintah harus tetap mewaspadai dampak lanjutan covid-19 terhadap ekonomi di
2021. Seluruh risiko, potensi, dan peluang harus dihitung dengan cermat.
"Baik risiko dan potensi yang akan terjadi di lokal maupun global," kata dia.
1. Prediksi Ekonomi 2020
Pendemi covid-19 diprediksi memengaruhi sejumlah target pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Perubahan ini diperkirakan terjadi cukup signifikan.
"Akan terkoreksi cukup tajam. Ini bukan hanya terjadi di negara kita, tapi juga di negara lain," kata
Jokowi.
Lembaga internasional baik Bank Dunia maupun International Monetary Fund (IMF) memprediksi
ekonomi global 2020 memasuki periode resesi. Jokowi menuturkan, berdasarkan data yang diterima,
ekonomi global tumbuh negatif 2,8 persen.
"Kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario. Kita tidak boleh pesimistis, tetap harus
berikhtiar, bekerja keras untuk pemulihan. Baik pemulihan kesehatan, pemulihan ekonomi. Insyaallah
kita bisa," ucap dia.

Sumber: https://www.medcom.id/nasional/politik/gNQGGLak-di-tengah-korona-jokowi-ingatkan-misi-
besar-reformasi-birokrasi

Dari realitas yang terjadi disampaikan bahwa Presiden Joko Widodo fokus mengejar misinya meski
Indonesia tengah dilanda pandemi korona (covid-19). Jokowi ingin reformasi birokrasi, reformasi

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 1


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

peningkatan produktivitas, dan transformasi ekonomi terus berjalan. Untuk itu pemahaman akan
reformasi birokrasi harus ditanamkan kepada semua pihak, khususnya para ASN sehingga pembahasan
modul ini menjadi penting untuk Peserta pahami.

A. LATAR BELAKANG
Reformasi politik tahun 1998 adalah pintu gerbang
Indonesia menuju sejarah baru dalam dinamika politik nasional.
Reformasi politik yang diharapkan dapat beriringan dengan
reformasi birokrasi, pada faktanya tidak serta merta terjadi.
Gagasan untuk melaksanakan program Reformasi Birokrasi
pemerintahan di Indonesia sebagaimana yang tengah bergulir
saat ini, berawal dari ide dan gagasan yang dikemukakan oleh
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di depan sidang
kabinet Indonesia Bersatu pada sekitar bulan Maret 2006.
Dasar pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Indonesia
adalah Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi
2010-2014, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 11 Tahun 2015 tentang Roadmap
Reformasi Birokrasi 2015-2019, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 25
Tahun 2020 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya
untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 2


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia


aparatur (menpan.go.id, 2009).
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi telah menetapkan delapan area perubahan
yang tertera dalam Roadmap Reformasi Birokrasi, yaitu:
1. Manajemen Perubahan
2. Deregulasi Kebijakan
3. Penataan Organisasi
4. Penataan Tata Laksana
5. Penataan SDM Aparatur
6. Penguatan Akuntabilitas
7. Penguatan Pengawasan
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan
sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau
diperkirakan tidak berjalan dengan baik, harus ditata ulang atau
diperbarui. Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance). Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi adalah
langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut
birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan
dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, harus

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 3


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar,


komprehensif dan sistemik, sehingga tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membahas tentang sejarah Reformasi
Birokrasi di Era Presiden Abdurrahman Wahid - Megawati
Soekarno Putri, Reformasi Birokrasi di Era Presiden Susilo
Bambang Yudoyono dan Reformasi Birokrasi Era Presiden Joko
Widodo

C. MANFAAT MODUL
1. Manfaat Bagi Peserta:
Memberikan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman
terkait materi yang disampaikan, sehingga peserta dapat
memahami sejarah reformasi birokrasi di Indonesia dengan
lebih baik.
2. Manfaat Bagi Fasilitator:
Modul yang disusun memudahkan Fasilitator dalam
memberikan pengarahan dan motivasi kepada Peserta serta
sebagai media dalam penyamaan persepsi antar Fasilitator.
3. Manfaat Bagi Pengelola Pelatihan:
Modul yang disusun sebagai bahan evaluasi bagi Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan pengendalian
pelaksanaan pelatihan serta untuk penyempurnaan modul
pelatihan berikutnya agar lebih baik.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 4


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

D. HASIL BELAJAR
Setelah mempelajari materi dalam mata pelatihan ini
peserta dapat memahami Sejarah Reformasi Birokrasi Di
Indonesia.

E. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mempelajari materi pelatihan ini peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan sejarah Reformasi Birokrasi di Era Presiden
Abdurrahman Wahid - Megawati Soekarno Putri
2. Menjelaskan sejarah Reformasi Birokrasi di Era Presiden
Susilo Bambang Yudoyono
3. Menjelaskan sejarah Reformasi Birokrasi di Era Presiden Joko
Widodo

F. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok dalam modul ini adalah sebagai berikut:
1. Reformasi Birokrasi di Era Presiden Abdurrahman Wahid -
Megawati Soekarno Putri
a. Pengantar: Reformasi Birokrasi Di Masa Orde Baru Dan
Lahirnya Reformasi 1998
b. Kebijakan reformasi birokrasi era Presiden Abdurrahman
Wahid
c. Kebijakan reformasi birokrasi era Presiden Megawati
Soekarno Putri

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 5


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

2. Reformasi Birokrasi di Era Presiden Susilo Bambang


Yudoyono
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN)
b. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (UUAP)
c. Grand Design reformasi birokrasi 2010-2025
d. Sistem Pengawasan Internal Pemerintah yang menjadi
fondasi pencegahan korupsi birokrasi
e. Pembentukan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang
bertugas memastikan proses seleksi pejabat tinggi
berlangsung dengan prinsip-prinsip meritokrasi
4. Reformasi Birokrasi di Era Presiden Joko Widodo
a. Nawacita
b. Revolusi Mental
c. Peningkatan kecepatan dan akses pelayanan publik
dengan menetapkan kebijakan integrasi antar unit
pelayanan publik baik pusat dan daerah
d. Reformasi Birokrasi Fase Kedua (Periode I Tahun 2014-
2019)
e. Reformasi Birokrasi Fase Ketiga (Periode II Tahun 2019-
2024

G. WAKTU
Waktu penyampaian mata pelatihan ini adalah 4 JP x @ 45 menit

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 6


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

BAB II
REFORMA BIROKRASI DI ERA
PRESIDEN ABDURAHMAN WAHID
- MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
(1999-2004)

Indikator Hasil Belajar:


Setelah membaca Bab II, peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan
Reformasi Birokrasi di Era Presiden Abdurrahman Wahid - Megawati
Soekarno Putri

Menurut Riswanda (1998), dalam Kaelan (2008; 239) makna


“reformasi” secara etimologis dari kata “reformation” dengan akar kata
“reform” yang secara semantik bermakna ’make or become better by
removing or putting right what is bad or wrong’. Secara harfiah
reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat ulang,
menata ulang kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan
pada format atau bentuk bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal
yang dicita-citakan rakyat.

A. PENGANTAR: REFORMASI BIROKRASI DI MASA


ORDE BARU DAN LAHIRNYA REFORMASI 1998
1. Reformasi Birokrasi di Masa Orde Baru
Reformasi birokrasi pada zaman kepresidenan Suharto
diawali oleh keinginan untuk membangun bangsa dan negara
yang dimulai untuk menyelenggarakan stabilitas di segala
sektor. Pembangunan tidak akan terjadi kalau ekonomi bangsa

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 7


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

itu tidak tumbuh. Untuk menumbuhkannya diperlukan adanya


stabilitas politik, pertahanan, keamanan, sosial dan sektor
lainnya. Presiden Suharto memegang kendali pemerintahan
dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 44 tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen dan
Keputusan Presiden Nomor 45 tahun 1974 tentang Susunan
Organisasi Departemen Presiden Republik Indonesia, sebagai
tonggak dirombaknya dan disusun sistem dan struktur
lembaga birokrasi pemerintah.
Reformasi administrasi negara yang dilakukan oleh
Pemerintahan Presiden Suharto, didorong oleh perubahan
sistem lingkungan strategis nasional dari pemerintahan
Soekarno (Orde Lama) ke pemerintahan Orde Baru.
Sementara lingkungan strategis global ditandai dengan
perlunya bantuan dari negara donor untuk membantu
kebijakan dan program pembangunan yang dilakukannya.
Bantuan dan pinjaman merupakan tatanan global yang harus
ditaati dan diperhatikan untuk keberhasilan pembangunan.
Walaupun pada akhirnya setelah kejatuhan pemerintahannya,
beban pinjaman ini sangat memberatkan kondisi ekonomi
bangsa saat ini.
Periodesasi perubahan pemerintahan yang
berlangsung di Indonesia, terjadi secara mendasar sejak
digulirkannya reformasi tahun 1998, dengan ditandai
lengsernya rezim Soeharto yang telah berkuasa selama 32
tahun.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 8


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

2. Lahirnya Reformasi 1998


Reformasi merupakan suatu perubahan kehidupan
lama dengan tatanan perikehidupan baru yang secara hukum
menuju ke arah perbaikan. Gerakan reformasi yang terjadi di
Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan untuk
mengadakan pembaharuan dan perubahan terutama
perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hukum, dan
pendidikan.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya
gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Adapun tuntutan awal reformasi yang digaungkan pada
tahun 1998 subjek utamanya adalah:
a. Menolak gaya pemerintahan yang otoriter, dengan
menginginkan demokratisasi dalam segal aspek, baik
politik maupun ekonomi.
b. Menuntut penghapusan korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang sudah sangat mengakar dan membudaya di segala
lini birokrasi Indonesia.
c. Adanya penekanan terhadap keadilan pembagian
kekayaan antara pusat dan daerah (otonomi daerah)

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 9


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

d. Menuntut adanya keterbukaan/transparansi, akuntabilitas,


dan partisipasi dari rakyat (good governance)
e. Pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
f. Kesempatan kerja dan penghapusan pengangguran.
Pada era reformasi, semangat reformasi dituangkan ke
dalam TAP MPR XI/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal
ini diperkuat dengan TAP MPR VIII/2001 tentang Arah
Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN). Selain itu, reformasi birokrasi dijalankan
dengan kebijakan-kebijakan reformasi pada era presiden-
presiden berikutnya.

B. KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI ERA


PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID (1999-2001)
Reformasi terhadap lembaga pemerintahan terjadi secara
mengejutkan di awal pemerintahan Gus Dur, dua departemen
yang kuat sejak bertahun-tahun dilikuidasi Gus Dur, yaitu
Departemen Penerangan (Deppen) dan Departemen Sosial
(Depsos). Demikian pula dengan Departemen Pekerjaan Umum
yang kemudian diubah menjadi Kementerian Permukiman dan
Prasarana Wilayah.
Gus Dur memiliki argumen kuat mengenai pembubaran
dua departemen tersebut. Menurutnya, tugas-tugas yang
dibebankan kepada Deppen dan Depsos mestinya dikerjakan
oleh pemerintah daerah sehubungan dengan otonomi daerah.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 10


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Selain itu, persoalan yang menyangkut kewenangan kedua


departemen tersebut bisa diatur langsung oleh masyarakat, dan
bukan lagi dikendalikan pemerintah maupun departemen tertentu
(Museum Kepresidenan, 2020).
Bagi Gus Dur, rakyat sudah terlalu lama menderita akibat
diatur-atur oleh pemerintah, terutama Deppen. Sebagaimana kita
ketahui, fungsi utama dari Deppen adalah sebagai “juru-bicara”
dan “humas” pemerintah. Namun di luar fungsi resmi itu, Deppen
kerap menjadi departemen “politik” di bawah koordinasi
Menkopolkam. Dengan fungsi tersebut, keberadaan Deppen
bertentangan dengan arus besar demokratisasi. Dengan
kekuasaan besar yang dimilikinya, Deppen bisa menentukan
bebas maupun terkekangnya hak berbicara yang dimiliki
lembaga-lembaga pers. Padahal kebebasan pers adalah salah
satu pilar utama bertumpunya harapan masyarakat
pascareformasi politik 1998. (Museum Kepresidenan, 2020)
Di bawah pemerintahan B J Habibie 1998-1999) dan
Abdurrahman Wahid (1999-2001) keinginan untuk memperbaiki
birokrasi relatif sangat besar. Tiga indikasi penting upaya Habibie
tersebut adalah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 1999 disahkannya tiga paket UU politik baru mengenai
pemilu, partai politik, susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPRD,
dan keengganan Habibie menggunakan birokrasi dalam pemilu
1999, Peraturan Pemerintah dan paket Undang-Undang politik
tersebut tidak hanya memperjelas posisi birokrasi dalam konteks
sistem politik Indonesia tapi juga memberikan ketegasan hukum

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 11


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

yang sifatnya mengikat bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang


hendak berpolitik.
Di bawah pemerintahan Abdurrahman Wahid beberapa
terobosan politik berkaitan dengan birokrasi juga dilakukan
dengan menerapkan kebijakan negative growth untuk PNS
sehingga tidak ada rekrutmen PNS baru dan himbauan untuk
pensiun dini bagi PNS yang tidak berkualitas. Bersamaan dengan
itu pula Wahid tidak membolehkan posisi tertentu di birokrasi
seperti dirjen, sekretaris direktur dan deputi dipegang oleh politisi.
Hal ini tak lain dimaksudkan untuk menghindari politisasi
birokrasi.
Yang juga tak kalah penting adalah bahwa Presiden Wahid
berupaya mengurangi kekuasaan Sekretariat Negara (Sekneg)
dengan membentuknya menjadi tiga bagian Sekretaris Negara,
Sekretaris Presiden dan Sekretaris Kabinet. Kebijakan ini
tentunya sangat mengagetkan karena selama pemerintahan
Orba dan Habibie, Sekneg dinilai sangat berkuasa dan solid. Dari
perspektif perbaikan birokrasi upaya yang dilakukan Wahid
tersebut merupakan suatu tindakan yang memberikan shock
therapy bagi proses perampingan birokrasi menjadi lebih
profesional dan pengurangan dominasi kekuasaan di satu
lembaga negara Sekneg. Pembagian Sekneg menjadi tiga bagian
itu setidak-tidaknya telah mengurangi kekuasaannya Sekneg
yang tadinya tampak sangat angker dan tertutup itu akhirnya
menjadi relatif agak transparan.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 12


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Kebijakan Wahid untuk mengimplementasikan otonomi


daerah 1 Januari 2001 telah memberikan dampak besar terhadap
proses demokratisasi di tingkat lokal. Dengan kata lain Wahid
telah memberikan basis yang cukup kuat bagi proses liberalisasi
dan demokratisasi ke depan.

C. KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI ERA


PRESIDEN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI (2001-
2004)
Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai presiden pada
tanggal 31 Juli 2001. Presiden Megawati Soekarno Putri
mengawali tugasnya sebagai presiden kelima Republik Indonesia
dengan membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini memiliki
lima agenda utama (Doni Setyawan, 2018) yakni:
1. Membuktikan sikap tegas pemerintah dalam menghapus KKN,
2. Menyusun langkah untuk menyelamatkan rakyat dari krisis
yang berkepanjangan,
3. Meneruskan pembangunan politik,
4. Mempertahankan supremasi hukum,
5. Menciptakan situasi sosial kultural yang kondusif untuk
memajukan kehidupan masyarakat sipil, menciptakan
kesejahteraan dan rasa aman masyarakat dengan
meningkatkan keamanan dan hak asasi manusia.
Tantangan yang dihadapi Megawati dalam menjalankan
pemerintah cukup berat karena harus menyelesaikan masalah

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 13


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

ekonomi dan menegakan hukum. Hal-hal yang dilakukan saat


pemerintahan Megawati, antara lain (Supriyadi Pro, 2016):
1. Penundaan Pembayaran Utang Luar Negeri
Era pemerintahan Orde Baru telah mewariskan utang
sebesar US$ 150,80 miliar (pemerintahan dan swasta).
Kebijakan Presiden untuk hal ini adalah meminta penundaan
pembayaran utang sebesar US$ 5,8 miliar pada pertemuan
Paris Club ketika tanggal 12 April 2002. Pada tahun 2003,
pemerintah menganggarkan pembayaran utang luar negeri
sebesar 116,3 triliun. Menurut kebijakan tersebut, utang
Indonesia berkurang menjadi US$ 134,66 miliar. Salah satu
keputusan pemerintah yang penting pula adalah Indonesia
menghentikan kerjasamanya dengan IMF.
2. Menaikkan Pendapatan Per Kapita
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun
1997 mengakibatkan kemerosotan pendapatan perkapita.
Pada tahun 1997, pendapatan perkapita Indonesia tinggal US
$ 465. Melalui kebijakan pemulihan keamanan, situasi
Indonesia menjadi tenang dan Presiden megawati berhasil
menaikkan pendapatan perkapita cukup signifikan, yaitu
sekitar US $ 930.
3. Indeks Saham Gabungan Meningkat
Ketenangan Megawati juga disambut oleh pasar, tidak
sampai satu bulan setelah dilantik, kurs melonjak ke Rp.
8.500,00 per dolas AS. Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) juga terus membaik hingga melejit ke angka 800.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 14


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

4. Privatisasi BUMN
Dalam menyikapi agar terjadi pertumbuhan ekonomi
dan menekan laju inflasi, presiden melakukan langkah yang
terbilang kontroversional, yaitu dengan melakukan privatisasi
BUMN di tahun 2003. Saat itu, indosat dijual dan terbukti
mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi 4,1% dan inflasi
hanya 5,06%. Privatisasi adalah penjualan perusahaan negara
dalam periode krisis. Tujuannya adalah melindungi
perusahaan negara dari intervensi-intervensi politik dan
pembayaran utang negara.
5. Meningkatkan Ekspor
Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$ 57,158
miliar dan impor tercatat US$ 1,229 miliar. Pada tahun 2003
ekspor juga menanjak ke angka US$ 61.02 miliar dan impor
meningkat ke angka US$ 32,39 miliar.
6. Merealisasikan Berdirikan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK)
Kebijakan Presiden Megawati untuk melakukan
pemberantasan korupsi adalah dengan merealisasikan
berdirinya KPK yang masih eksis hingga sekarang. Sekalipun
telah didirikan, KPK tidak memiliki gebrakan konkrit yang
menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap
memburuk. Pada tahun 2002, dari 102 negara menduduki
peringkat ke 4. Tahun 2003, Indonesia menduduki peringkat 6
dari 113 negara.
7. Meletakkan Dasar ke Arah Kehidupan Demokrasi

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 15


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Hal ini ditandai oleh keberhasilannya melaksanakan


Pemilu 2004 yang berlangsung aman dan damai. Untuk
pertama kalinya Indonesia melaksanakan pemilu sebanyak
dua kali, yaitu memilih anggota legislatif dan memilih presiden
secara langsung.
Dalam pemilihan tersebut, akhirnya pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla dapat mengungguli
pasangan Megawati – Hasyim. Kemenangan ini merupakan
babak baru bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden
dan wakil presiden yang langsung dipilih oleh rakyat.

D. RANGKUMAN
Sejarah reformasi birokrasi Indonesia diawali oleh
terjadinya krisis multidimensi yang melanda Indonesia pada tahun
1997 yang diawali oleh runtuhnya nilai tukar rupiah menjadi
pemicu sekaligus pendorong Indonesia untuk melakukan
pembenahan di segala bidang.
Reformasi terhadap lembaga pemerintahan pada masa
Gus Dur antara lain:
1. dua departemen yang kuat sejak bertahun-tahun dilikuidasi
Gus Dur, yaitu Departemen Penerangan (Deppen) dan
Departemen Sosial (Depsos)
2. menerapkan kebijakan negative growth untuk PNS sehingga
tidak ada rekrutmen PNS baru dan himbauan untuk pensiun
dini bagi PNS yang tidak berkualitas

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 16


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

3. tidak membolehkan posisi tertentu di birokrasi seperti dirjen,


sekretaris direktur dan deputi dipegang oleh politisi. Hal ini tak
lain dimaksudkan untuk menghindari politisasi birokrasi
4. mengurangi kekuasaan Sekretariat Negara (Sekneg) dengan
membentuknya menjadi tiga bagian Sekretaris Negara;
Sekretaris Presiden dan Sekretaris Kabinet
5. mengimplementasikan otonomi daerah 1 Januari 2001 telah
memberikan dampak besar terhadap proses demokratisasi di
tingkat lokal.
Hal-hal yang dilakukan saat pemerintahan Megawati, antara lain:
1. Penundaan Pembayaran Utang Luar Negeri.
2. Menaikkan Pendapatan Per Kapita.
3. Indeks Harga Saham Gabungan meningkat.
4. Privatisasi BUMN.
5. Meningkatkan ekspor.
6. Merealisasikan Berdirikan KPK.
7. Meletakkan Dasar ke Arah Kehidupan Demokrasi.

E. LATIHAN
1. Pasca tahun 1998 banyak perubahan yang sangat signifikan,
terutama pada sistem pemerintahan dan birokrasi di Indonesia,
yaitu....
a. Berubahnya struktur pemerintahan dari Sentralisasi
menjadi Desentralisasi
b. Pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
c. Kesempatan kerja dan penghapusan pengangguran

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 17


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

d. Adanya penekanan terhadap keadilan pembagian


kekayaan antara pusat dan daerah
e. Melakukan privatisasi BUMN

2. Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai presiden pada


tanggal......
a. 31 Agustus 2001
b. 31 Juli 2001
c. 31 Maret 2001
d. 31 Januari 2001
e. 31 Juli 2002

3. Privatisasi BUMN dimulai pada masa pemerintahan.....


a. Suharto
b. BJ Habibie
c. Gus Dur
d. Megawati
e. SBY

4. Pengurangan kekuasaan Sekretariat Negara diterapkan pada


masa pemerintahan.....
a. Suharto
b. BJ Habibie
c. Gus Dur
d. Megawati
e. SBY

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 18


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

5. Di bawah pemerintahan BJ Habibie 1998-1999 dan


Abdurrahman Wahid 1999-2001 keinginan untuk memperbaiki
birokrasi relatif sangat besar, hal ini salah satunya
diindikasikan dengan adanya.....
a. Tiga paket Undang-Undang politik baru
b. Dua departemen yang kuat sejak bertahun-tahun
dilikuidasi yaitu Departemen Penerangan (Deppen) dan
Departemen Sosial (Depsos)
c. Menerapkan kebijakan negative growth untuk PNS
d. Memperbaiki kinerja ekspor.
e. Kebijakan pemerintah untuk memberantas korupsi adalah
dengan mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 19


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

BAB III
REFORMASI BIROKRASI ERA
PRESIDEN SUSILO BAMBANG
YUDOYONA (2004-2014)

Indikator Hasil Belajar:


Setelah membaca Bab III, peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan
sejarah Pasca Reformasi Era Presiden Susilo Bambang Yudoyono

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)


Periode I tahun 2004-2009 cukup banyak yang telah dilakukan dalam
pembenahan birokrasi baik secara ekonomi, politik dan kelembagaan.
SBY juga telah berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik
investasi asing dengan menjalin berbagai kerjasama dengan pihak
asing, antara lain Jepang. Adapun ciri politik luar negeri Indonesia
pada masa SBY adalah (Zenita Saleh, 2020):
1. Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan Negara-
negara lain (Jepang, China,india, dan lain-lain).
2. Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-
perubahan domestik dan perubahan-perubahan yang terjadi di luar
negeri (internasional).
3. Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba
menjalani hubungan dengan siapa saja (baik Negara, organisasi
internasional, ataupun perusahaan multinasional) yang bersedia
membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
4. Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia
internasional. Prinsip-prinsip dalam konsep TRUST adalah unity,

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 20


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

harmony, security, leadership, and prosperity. Prinsip-prinsip dalam


konsep inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri
Indonesia pada tahun 2008 dan selanjutnya.
Setelah memperhatikan kebijakan luar negeri, SBY juga
menempuh kebijakan dalam negeri yang relatif berhasil. Beberapa
kebijakan dalam negeri yang pernah diambil oleh SBY adalah
sebagai berikut (Zenita Saleh, 2020):
1. Menentukan program ekonomi makro daripada program
peningkatan ekspor secara spesifik.
2. Resep perbaikan iklim investasi pembangunan infrastruktur
massal untuk menciptakan lapangan kerja baru.
3. Melanjutnya pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan
Megawati.
4. Indeks harga saham gabungan (IHSG) membumbung ke rekor
861.318 Kurs antara Rp8.900,00 sampai Rp 9.150,00/US Dollar.
5. Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor
asing dengan gaji memperbaiki iklim investasi.
Itulah beberapa pencapaian Presiden SBY di Bidang politik
baik politik luar negeri maupun dalam negeri Indonesia. Ada juga di
Bidang Ekonomi, salah satu kebijakan ekonomi pada pemerintahan
SBY adalah mengurangi subsidi dengan menaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM). Untuk mengurangi beban masyarakat,
pemerintah mengeluarkan kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT)
kepada rakyat miskin.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 21


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Pada masa pemerintahan SBY Periode II (2010-2014),


Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan
beberapa pedoman teknis penerapan reformasi birokrasi.

A. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014


TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah. ASN diatur dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Undang-Undang ini
disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 15 Januari 2014.
Untuk mewujudkan tujuan nasional dan pelaksanaan cita-
cita bangsa dibutuhkan ASN untuk melaksanakan tugas
pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan
tertentu. Sehingga perlu dibangun ASN yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelaksanaan manajemen ASN belum berdasarkan pada
perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan
oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki
calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 22


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan


yang baik. ASN sebagai bagian dari reformasi birokrasi, memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya, serta menerapkan prinsip
merit dalam pelaksanaan manajemen ASN.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan
tantangan global sehingga perlu diganti.
Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN ini terdapat berbagai terobosan (Kumorotomo, 2015), yaitu:
1. Pemisahan yang jelas pegawai “honorer” (PPPK) dengan
PNS. PPPK tidak otomatis menjadi PNS, bagi PNS berlaku
evaluasi sistematis.
2. Pengembangan karir lebih jelas. Tiga kategori Jabatan ASN
adalah Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), Jabatan Fungsional,
dan Jabatan Administrasi. Secara karir, tidak tergantung
pangkat dan jabatan, tetapi kemampuan, kompetensi dan
kinerja.
3. Kelembagaan manajemen SDM: KemenpanRB, Kemdagri,
LAN, BKN. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) sebagai
“Civil Service Commision” di tingkat nasional.
4. PNS adalah profesi. Semestinya tidak ada lagi intervensi
politik dalam rekrutmen dan promosi PNS.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 23


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

5. Efektivitas tergantung pelaksanaannya, dengan agenda


pembentukan KASN (dalam 6 bulan) dan 17 Peraturan
Pemerintah (dalam 2 tahun).
Kontribusi utama Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN dalam proses reformasi birokrasi adalah
menitikberatkan pada kemampuan, kompetensi dan kinerja ASN
serta menuju kepada penyederhanaan birokrasi. Selain itu, ASN
sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya.

B. UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014


TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (UUAP)
Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan
disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 Oktober 2014 di Jakarta. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (UUAP) mulai berlaku sejak diundangkan oleh
Menkumham Amir Syamsudin pada tanggal 17 Oktober 2014 dan
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292. Penjelasan Atas UUAP ditempatkan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601.
UUAP menjamin hak-hak dasar dan memberikan
perlindungan kepada Warga Masyarakat serta menjamin
penyelenggaraan tugas negara sebagaimana dituntut oleh suatu
negara hukum sesuai dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 D ayat
(3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 24


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan ketentuan


tersebut, Warga Masyarakat tidak menjadi objek, melainkan
subjek yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
UUAP dimaksudkan sebagai salah satu dasar hukum bagi
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga Masyarakat, dan
pihak-pihak lain yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan
dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan.
Adapun tujuan UUAP (dinyatakan dalam pasal 3) adalah:
1. Menciptakan Tertib Penyelenggaraan Administrasi
Pemerintahan;
2. Menciptakan Kepastian Hukum;
3. Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Wewenang;
4. Menjamin Akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;
5. Memberikan Pelindungan Hukum Kepada Warga Masyarakat
dan Aparatur Pemerintahan; Melaksanakan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan dan Menerapkan Asas-
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB); dan
6. Memberikan Pelayanan Yang Sebaik-Baiknya Kepada Warga
Masyarakat.
Terkait penyalahgunaan wewenang, diatur pada Bagian
Ketujuh tentang Larangan Penyalahgunaan Wewenang, Pasal
17, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang
menyalahgunakan wewenang. Larangan penyalahgunaan
wewenang meliputi:

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 25


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

1. Larangan Melampaui Wewenang;


2. Larangan Mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
3. Larangan Bertindak Sewenang-Wenang.
Selanjutnya Pasal 18 menyatakan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dikategorikan melampaui wewenang apabila
keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan:
1. Melampaui Masa Jabatan atau Batas Waktu Berlakunya
Wewenang;
2. Melampaui Batas Wilayah Berlakunya Wewenang; dan/atau
3. Bertentangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan
mencampuradukkan wewenang apabila keputusan dan/atau
tindakan yang dilakukan:
1. Di Luar Cakupan Bidang atau Materi Wewenang Yang
Diberikan; dan/atau
2. Bertentangan dengan Tujuan Wewenang Yang Diberikan.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan
bertindak sewenang-wenang apabila keputusan dan/atau
tindakan yang dilakukan:
1. Tanpa Dasar Kewenangan; dan/atau
2. Bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang Berkekuatan
Hukum Tetap.
Keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau
dilakukan dengan melampaui wewenang serta keputusan
dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan secara

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 26


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

sewenang-wenang tidak sah apabila telah diuji dan ada Putusan


Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan
wewenang dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
Hasil pengawasan aparat pengawasan intern pemerintah berupa:
1. Tidak Terdapat Kesalahan;
2. Terdapat Kesalahan Administratif; atau
3. Terdapat Kesalahan Administratif yang Menimbulkan
Kerugian Keuangan Negara.
Jika hasil pengawasan aparat intern pemerintah berupa
terdapat kesalahan administratif, dilakukan tindak lanjut dalam
bentuk penyempurnaan administrasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Jika hasil pengawasan aparat
intern pemerintah terdapat kesalahan administratif yang
menimbulkan kerugian keuangan negara, dilakukan
pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10
(sepuluh) hari kerja terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya
hasil pengawasan. Pengembalian kerugian negara dibebankan
kepada Badan Pemerintahan, apabila kesalahan administrasi
terjadi bukan karena adanya unsur penyalahgunaan wewenang.
Pengembalian kerugian negara dibebankan kepada Pejabat
Pemerintahan, apabila kesalahan administratif terjadi karena
adanya unsur penyalahgunaan wewenang.
Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan
memutuskan ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan (Pasal 21).

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 27


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat mengajukan


permohonan kepada Pengadilan untuk menilai ada atau tidak ada
unsur penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan/atau
tindakan. Pengadilan wajib memutus permohonan paling lama 21
(dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan. Terhadap
putusan Pengadilan dapat diajukan banding ke Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara wajib
memutus permohonan banding paling lama 21 (dua puluh satu)
hari kerja sejak permohonan banding diajukan. Dan, Putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bersifat final dan mengikat.
Pembinaan dan pengembangan Administrasi
Pemerintahan dilakukan oleh Menteri dengan mengikutsertakan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri (Pasal 79). Pembinaan dan pengembangan Administrasi
Pemerintahan dilakukan dengan:
1. Melakukan Supervisi Pelaksanaan UUAP;
2. Mengawasi Pelaksanaan UUAP;
3. Mengembangkan Konsep Administrasi Pemerintahan;
4. Memajukan Tata Pemerintahan yang Baik;
5. Meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan;
6. Melindungi Hak Individu atau Warga Masyarakat dari
Penyimpangan Administrasi ataupun Penyalahgunaan
Wewenang Oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan; dan
7. Mencegah Penyalahgunaan Wewenang Dalam Proses
Pengambilan Keputusan Dan/Atau Tindakan.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 28


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

C. GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI 2010-


2025
Reformasi birokrasi berkaitan dengan ribuan proses
tumpang tindih antar fungsi-fungsi pemerintahan, melibatkan
jutaan pegawai, dan memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
Selain itu, reformasi birokrasi pun perlu menata ulang proses
birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan
terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret,
realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/rutinitas
yang ada, perubahan paradigma, dan dengan upaya luar biasa.
Oleh karena itu, reformasi birokrasi nasional perlu merevisi dan
membangun berbagai regulasi, memodernkan berbagai
kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah,
dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan
paradigma dan peran baru. Upaya tersebut membutuhkan suatu
grand design dan roadmap reformasi birokrasi yang mengikuti
dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan.
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Peraturan ini menjadi
acuan bagi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam
melakukan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik. Grand Design ini dapat diubah
sesuai dengan perkembangan oleh Komite Pengarah Reformasi
Birokrasi Nasional yang penetapannya dilakukan dengan
Peraturan Presiden.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 29


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Pelaksanaan operasional Grand Design Reformasi


Birokrasi 2010-2025 akan dituangkan dalam Roadmap Reformasi
Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Roadmap Reformasi Birokrasi merupakan rencana rinci
reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya
selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas.
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan
Roadmap Reformasi Birokrasi 2010-2014 pada masa SBY
merupakan penyempurnaan dari Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor:
PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi dan Permenpan Nomor: PER/04/M.PAN/4/2009 tentang
Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi di
Lingkungan Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah.

Tabel 1.Perbandingan Reformasi Birokrasi Gelombang I dan


Gelombang II Pada Era Presiden SBY

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 30


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi


Gelombang I (2004-2009) Gelombang II (2010-2014)
Sifat Instansional Nasional dan instansional
Sasaran Mewujudkan tata kelola 1. Terwujudnya
pemerintahan yang baik pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN
2. Terwujudnya peningkatan
kualitas pelayanan publik
kepada masyarakat
3. Meningkatnya kapasitas
dan akuntabilitas kinerja
birokrasi
Area ■ Kelembagaan ■ Organisasi
Perubahan (organisasional) ■ Tata laksana
■ Budaya organisasi ■ Peraturan perundang-
■ Ketatalaksanaan undangan
■ Regulasi - Deregulasi ■ SDM Aparatur
■ SDM ■ Pengawasan
■ Akuntabilitas
■ Pelayanan publik
■ Pola pikir (mind set) dan
budaya kerja (culture set)
aparatur

1. Dasar Hukum Reformasi Birokrasi


Dasar hukum reformasi birokrasi adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN;
c. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian;
d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 31


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara;
f. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
i. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–
2025;
j. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara;
k. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
l. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-
2009;
m. Keputusan Presiden Nomor 84/P/2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode 2009-
2014;
n. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–
2014;

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 32


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

o. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2010 tentang


Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi
Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional.
p. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
q. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010-2014;
r. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019;
s. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang
Roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024;
t. Dan lain-lain.

2. Kondisi yang Diinginkan


Reformasi birokrasi merupakan upaya berkelanjutan
yang setiap tahapannya memberikan perubahan atau
perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Pada tahun 2014
diharapkan sudah berhasil mencapai penguatan dalam
beberapa hal berikut:
a. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik, Bersih, Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
b. Kualitas Pelayanan Publik;
c. Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi;

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 33


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

d. Profesionalisme SDM Aparatur yang Didukung oleh Sistem


Rekrutmen dan Promosi Aparatur yang Berbasis
Kompetensi, Transparan, dan Mampu Mendorong
Mobilitas Aparatur Antar Daerah, Antar Pusat, dan Antara
Pusat Dengan Daerah, serta Memperoleh Gaji dan Bentuk
Jaminan Kesejahteraan yang Sepadan.
Pada tahun 2019, diharapkan dapat diwujudkan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas
korupsi, kolusi, serta nepotisme. Selain itu, diharapkan pula
dapat diwujudkan pelayanan publik yang sesuai dengan
harapan masyarakat, harapan bangsa Indonesia yang
semakin maju dan mampu bersaing dalam dinamika global
yang semakin ketat, kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi semakin baik, SDM aparatur semakin profesional,
serta mind-set dan culture-set yang mencerminkan integritas
dan kinerja semakin tinggi. Pada tahun 2025, diharapkan telah
terwujud tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi
pemerintah yang profesional, berintegritas tinggi, dan menjadi
pelayan masyarakat dan abdi negara. Kondisi di atas dapat
dikemukakan pada gambar berikut:

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 34


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Gambar 1. Kondisi Birokrasi yang Diinginkan

3. Permasalahan Birokrasi
Ada beberapa permasalahan utama yang berkaitan dengan
birokrasi, yaitu:
a. Organisasi
Organisasi pemerintahan belum tepat fungsi dan tepat
ukuran (right sizing).
b. Peraturan Perundang-Undangan
Beberapa peraturan perundang-undangan di bidang
aparatur negara masih ada yang tumpang tindih,
inkonsisten, tidak jelas, dan multitafsir. Selain itu, masih
ada pertentangan antara peraturan perundang-undangan
yang satu dengan yang lainnya, baik yang sederajat
maupun antara peraturan yang lebih tinggi dengan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 35


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

peraturan di bawahnya atau antara peraturan pusat


dengan peraturan daerah. Di samping itu, banyak
peraturan perundang-undangan yang belum disesuaikan
dengan dinamika perubahan penyelenggaraan
pemerintahan dan tuntutan masyarakat.
c. SDM aparatur negara Indonesia (PNS)
Masalah utama SDM aparatur negara adalah alokasi
dalam hal kuantitas, kualitas, dan distribusi PNS menurut
teritorial (daerah) tidak seimbang, serta tingkat
produktivitas PNS masih rendah. Manajemen SDM
aparatur belum dilaksanakan secara optimal untuk
meningkatkan profesionalisme, kinerja pegawai, dan
organisasi. Selain itu, sistem penggajian pegawai negeri
belum didasarkan pada bobot pekerjaan/jabatan yang
diperoleh dari evaluasi jabatan. Gaji pokok yang ditetapkan
berdasarkan golongan/pangkat tidak sepenuhnya
mencerminkan beban tugas dan tanggung jawab.
Tunjangan kinerja belum sepenuhnya dikaitkan dengan
prestasi kerja dan tunjangan pensiun belum menjamin
kesejahteraan.
d. Kewenangan
Masih adanya praktek penyimpangan dan
penyalahgunaan wewenang dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan dan belum mantapnya
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
e. Pelayanan publik

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 36


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Pelayanan publik belum dapat mengakomodasi


kepentingan seluruh lapisan masyarakat dan belum
memenuhi hak-hak dasar warga negara/ penduduk.
Penyelenggaraan pelayanan publik belum sesuai dengan
harapan bangsa berpendapatan menengah yang semakin
maju dan persaingan global yang semakin ketat.
f. Pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture-set)
Pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture-set) birokrat
belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang efisien,
efektif dan produktif, dan profesional. Selain itu, birokrat
belum benar-benar memiliki pola pikir yang melayani
masyarakat, belum mencapai kinerja yang lebih baik
(better performance), dan belum berorientasi pada hasil
(outcomes).

4. Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan


Perencanaan Pembangunan Nasional
Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
2025 mengacu pada RPJPN 2005-2025 (Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014 (Perpres No.5
Tahun 2010). Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-
2014, RPJMN 2015-2019, dan RPJMN 2020-2024, dapat
dilihat pada gambar berikut:

RPJPN
2005-2025

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 37


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Grand Design
RPJMN RB 2010-2025
2010-2014
Roadmap RB
2010-2014
RPJMN
2015-2010
Roadmap RB
2015-2010
RPJMN
2020-2024
Roadmap RB
2020-2024

Gambar 2. Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan


RPJPN 2005- 2025 dan RPJMN 2010-2014, RPJMN 2015-2019, dan RPJMN
2020-2024

5. Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi


Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik
sudah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan Peraturan Presiden Nomor
5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Salah satu prioritas
peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi
instansi. Oleh karena itu, ruang lingkup Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025 difokuskan pada reformasi
birokrasi pemerintah.
6. Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 38


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Gambar 3. Kerangka Pikir Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk


memberikan arah kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi
nasional selama kurun waktu 2010-2025 agar reformasi
birokrasi di K/L dan Pemda dapat berjalan secara efektif,
efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan
berkelanjutan. Kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi
meliputi visi pembangunan nasional, arah kebijakan reformasi
birokrasi, visi, misi, tujuan, dan sasaran reformasi birokrasi.
7. Visi Pembangunan Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 39


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

2005-2025, visi pembangunan nasional adalah INDONESIA


YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR.
8. Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi
Arah kebijakan reformasi birokrasi adalah:
a. Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui
reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme
aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik, baik di pusat maupun di daerah agar mampu
mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya
(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
2005-2025).
b. Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur
diarahkan pada perbaikan tata kelola pemerintahan yang
baik melalui pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi
(Perpres No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014).

Gambar 4. Arah kebijakan Reformasi Birokrasi


Sumber: Dwi Wahyu Atmaji, 2016

9. Visi Reformasi Birokrasi

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 40


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Visi reformasi birokrasi adalah “Terwujudnya


Pemerintahan Kelas Dunia”. Visi tersebut menjadi acuan
dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu
pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang
mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada
masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis
agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke-21 melalui
tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.
10. Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi
Penyempurnaan kebijakan nasional di bidang aparatur
akan mendorong terciptanya kelembagaan yang sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
masing-masing K/L dan Pemda, manajemen pemerintahan
dan manajemen SDM aparatur yang efektif, serta sistem
pengawasan dan akuntabilitas yang mampu mewujudkan
pemerintahan yang berintegritas tinggi. Implementasi hal-hal
tersebut pada masing-masing K/L dan Pemda akan
mendorong perubahan mindset dan culture set pada setiap
birokrat ke arah budaya yang lebih profesional, produktif, dan
akuntabel.
Setiap perubahan diharapkan dapat memberikan
dampak pada penurunan praktek KKN, pelaksanaan anggaran
yang lebih baik, manfaat program-program pembangunan bagi
masyarakat meningkat, kualitas pengelolaan kebijakan dan
pelayanan publik meningkat, produktivitas aparatur meningkat,
kesejahteraan pegawai meningkat, dan hasilhasil

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 41


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

pembangunan secara nyata dirasakan seluruh masyarakat.


Secara bertahap, upaya tersebut diharapkan akan terus
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Kondisi ini akan menjadi profil birokrasi yang
diharapkan. Kondisi tersebut di atas akan dicapai melalui
berbagai upaya, antara lain dengan penerapan program quick
wins, yaitu suatu langkah inisiatif yang mudah dan cepat
dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit. Quick
wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang
positif dan meningkatkan kepercayaan instansi untuk
melakukan sesuatu perubahan yang berat. Penyelesaian
sesuatu yang berat merupakan inti dari suatu program besar.
Quick wins dilakukan di awal dan dapat berupa quick wins
untuk penataan organisasi, tata laksana, peraturan perundang-
undangan, sumber daya manusia aparatur, pengawasan,
akuntabilitas, pelayanan publik, dan penataan budaya kerja
aparatur.
Selanjutnya, pelaksanaan reformasi birokrasi harus
disertai monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara
periodik dan melembaga. Monitoring dan evaluasi ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan melakukan
koreksi bila terjadi kesalahan/ penyimpangan arah dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi. Selain itu, perlu juga
didukung oleh beberapa hal berikut:

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 42


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

a. Penerapan Manajemen Perubahan (Change


Management) agar tidak terjadi hambatan terhadap
pelaksanaan reformasi birokrasi;
b. Penerapan Knowledge Management agar terjadi suatu
proses pembelajaran dan tukar pengalaman yang efektif
bagi K/L dan Pemda dalam melaksanakan reformasi
birokrasi;
c. Penegakan Hukum agar terwujud batasan dan hubungan
yang jelas antara hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan masingmasing pihak.
11. Misi Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai
berikut:
a. Membentuk/Menyempurnakan Peraturan Perundang-
Undangan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik;
b. Melakukan Penataan Dan Penguatan Organisasi,
Tatalaksana, Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur,
Pengawasan, Akuntabilitas, Kualitas Pelayanan Publik,
Mind Set dan Culture Set;
c. Mengembangkan Mekanisme Kontrol yang Efektif;
d. Mengelola Sengketa Administratif secara Efektif dan
Efisien.
12. Tujuan Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan
birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 43


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN,


mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur
negara. Adapun area perubahan yang menjadi tujuan
reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemen
pemerintahan, seperti yang dikemukakan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2. Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan
Area Hasil Yang Diharapkan
Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right
sizing)
Tatalaksana Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance
Peraturan Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan
perundang-undangan kondusif
Sumber daya SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten,
manusia aparatur capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan bebas dari KKN
Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi
Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat
Pola pikir (mind set) Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
dan budaya kerja
(culture set) aparatur

13. Sasaran Reformasi Birokrasi


Sasaran reformasi birokrasi adalah:
a. Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
b. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik Kepada
Masyarakat;
c. Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja
Birokrasi.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 44


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

14. Prinsip-prinsip Reformasi Birokrasi


Beberapa prinsip dalam melaksanakan reformasi
birokrasi dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Outcomes oriented
Seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam
kaitan dengan reformasi birokrasi harus dapat mencapai
hasil (outcomes) yang mengarah pada peningkatan
kualitas kelembagaan, tatalaksana, peraturan
perundang-undangan, manajemen SDM aparatur,
pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik,
perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture
set) aparatur. Kondisi ini diharapkan akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan membawa pemerintahan
Indonesia menuju pada pemerintahan kelas dunia.
b. Terukur
Pelaksanaan reformasi birokrasi yang dirancang dengan
outcomes oriented harus dilakukan secara terukur dan
jelas target serta waktu pencapaiannya.
c. Efisien
Pelaksanaan reformasi birokrasi yang dirancang dengan
outcomes oriented harus memperhatikan pemanfaatan
sumber daya yang ada secara efisien dan profesional.
d. Efektif
Reformasi birokrasi harus dilaksanakan secara efektif
sesuai dengan target pencapaian sasaran reformasi
birokrasi.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 45


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

e. Realistik
Outputs dan outcomes dari pelaksanaan kegiatan dan
program ditentukan secara realistik dan dapat dicapai
secara optimal.
f. Konsisten
Reformasi birokrasi harus dilaksanakan secara konsisten
dari waktu ke waktu, dan mencakup seluruh tingkatan
pemerintahan, termasuk individu pegawai.
g. Sinergi
Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara
sinergi. Satu tahapan kegiatan harus memberikan
dampak positif bagi tahapan kegiatan lainnya, satu
program harus memberikan dampak positif bagi program
lainnya. Kegiatan yang dilakukan satu instansi
pemerintah harus memperhatikan keterkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya,
dan harus menghindari adanya tumpang tindih
antarkegiatan di setiap instansi.
h. Inovatif
Reformasi birokrasi memberikan ruang gerak yang luas
bagi K/L dan Pemda untuk melakukan inovasi-inovasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertukaran
pengetahuan, dan best practices untuk menghasilkan
kinerja yang lebih baik.
i. Kepatuhan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 46


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Reformasi birokrasi harus dilakukan sesuai dengan


peraturan perundangundangan.
j. Dimonitor
Pelaksanaan reformasi birokrasi harus dimonitor secara
melembaga untuk memastikan semua tahapan dilalui
dengan baik, target dicapai sesuai dengan rencana, dan
penyimpangan segera dapat diketahui dan dapat
dilakukan perbaikan.
15. Sasaran Lima Tahunan Reformasi Birokrasi
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan pembangunan yang
meliputi periode RPJMN I (2005-2009), periode RPJMN II
(2010-2014), periode RPJMN III (2015-2019), dan periode
RPJMN IV (2020-2024). Sasaran lima tahunan dalam Grand
Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi
tahapan pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN
2005-2025.
a. Fase I - Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)
Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama
difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas
KKN, meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat, serta meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi.
b. Fase II - Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 47


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada


lima tahun pertama, pada lima tahun kedua juga
dilanjutkan upaya yang belum dicapai pada berbagai
komponen strategis birokrasi pemerintah pada lima tahun
pertama.
c. Fase III - Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)
Pada periode lima tahun ketiga, reformasi birokrasi
dilakukan melalui peningkatan kapasitas birokrasi secara
terus-menerus untuk menjadi pemerintahan kelas dunia
sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi pada lima tahun
kedua.

Gambar 5. Tahapan Pencapaian Sasaran Lima Tahunan

16. Ukuran keberhasilan


Mengukur Keberhasilan Reformasi Birokrasi dilakukan antara
lain melalui Pencapaian Sasaran dengan Indikator Kinerja

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 48


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Utama (Key Performance Indicators), sebagaimana


dikemukakan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi

*) Skala 0 – 10
**) Skala – 2.5 s/d 2.5
Sumber: Diolah dari RPJMN 2010-2014

Pada tahun 2025, pencapaian sasaran-sasaran di atas


secara bertahap, diharapkan telah menghasilkan governance
yang berkualitas. Semakin baik kualitas governance, semakin
baik pula hasil pembangunan (development outcomes) yang
ditandai dengan:
a. Tidak Ada Korupsi;
b. Tidak Ada Pelanggaran;
c. APBN dan APBD Baik;
d. Semua Program selesai dengan Baik;
e. Semua Perizinan selesai dengan Cepat dan Tepat;
b. Komunikasi dengan Publik Baik;
c. Penggunaan Waktu (Jam Kerja) Efektif dan Produktif;

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 49


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

d. Penerapan Reward dan Punishment secara Konsisten dan


Berkelanjutan;
e. Hasil Pembangunan Nyata (Propertumbuhan,
Prolapangan Kerja, dan Propengurangan Kemiskinan;
Artinya, Menciptakan Lapangan Pekerjaan, Mengurangi
Kemiskinan, dan Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat).
17. Strategi Pelaksanaan
Langkah-langkah strategi pelaksanaan reformasi birokrasi
meliputi tingkat pelaksanaan, pelaksana, program, dan metode
pelaksanaan.
a. Tingkat Pelaksanaan
Pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui tiga
tingkat pelaksanaan, sebagaimana dijelaskan pada tabel di
bawah ini.

Tabel 4. Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

b. Pelaksana

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 50


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Gambar 6. Pengorganisasian Reformasi Birokrasi

Ketua Komite Pengarah Reformasi Birokrasi


Nasional bertanggung jawab kepada Presiden. Adapun
peran Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
antara lain adalah menetapkan kebijakan, strategi, dan
standar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja
operasi birokrasi. Peran Tim Reformasi Birokrasi Nasional
antara lain adalah merumuskan kebijakan dan strategi
operasional reformasi birokrasi serta memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi. Ketua Tim
Reformasi Birokrasi Nasional bertanggung jawab kepada
Ketua Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional. Tim
Reformasi Birokrasi Nasional dibantu oleh Unit Pengelola
Reformasi Birokrasi Nasional.
Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
dibantu oleh Tim Independen, dan Tim Quality Assurance
yang berperan antara lain melakukan monitoring dan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 51


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

evaluasi serta memastikan pelaksanaan reformasi


birokrasi.
Tim Reformasi Birokrasi K/L dan Pemda berperan
sebagai penggerak, pelaksana dan pengawal pelaksanaan
reformasi birokrasi di masing-masing K/L dan Pemda.
Pengorganisasian pelaksana reformasi birokrasi dapat
digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5. Pelaksana Reformasi Birokrasi

c. Program
Strategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan
melalui program-program yang berorientasi pada hasil
(outcomes oriented program). Program-program tersebut
dilaksanakan sesuai dengan tingkat pelaksanaannya
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Perbandingan Program Antartingkat Pelaksanaan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 52


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Catatan: Pada setiap program baik tingkat makro, meso,


maupun mikro harus menerapkan quick wins.

18. Roadmap Reformasi Birokrasi


a. Tujuan Roadmap Reformasi Birokrasi
Roadmap Reformasi Birokrasi yang disusun dan
dilaksanakan setiap lima tahun sekali bertujuan untuk
memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi di K/L
dan Pemda agar berjalan secara efektif, efisien, terukur,
konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan.
b. Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan
setiap Roadmap Reformasi Birokrasi
Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB)
dengan setiap Roadmap Reformasi Birokrasi (RMRB)
adalah sebagai berikut:
Grand Design Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
Reformasi Birokrasi 2025 ditetapkan dengan Peraturan
2010 – 2025 Presiden.
Roadmap Roadmap Reformasi Birokrasi 2010-2014
Reformasi Birokrasi lebih bersifat living document ditetapkan
2010 - 2014 dengan Peraturan Menteri Negara

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 53


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi.
• Roadmap Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-2019
Reformasi Birokrasi dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil
2015 – 2019 pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode
• Roadmap sebelumnya, serta dinamika perubahan
Reformasi Birokrasi penyelenggaraan pemerintahan.
2020 – 2024
Transisi 2024 - UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
2025 Perencanaan Pembangunan Nasional,
menetapkan bahwa proses penyusunan
RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum
berakhirnya RPJP sedang berjalan.

Gambar 7. Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-


2025 dengan Roadmap Reformasi Birokrasi 2010-2014, Roadmap
Reformasi Birokrasi 2015-2019, dan Roadmap Reformasi
Birokrasi 2020-2024

Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah harus


mampu mendorong perbaikan dan peningkatan kinerja
birokrasi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kinerja
akan meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara
keseluruhan, baik di pusat maupun di daerah. Motivasi akan
muncul jika setiap program/kegiatan yang dilaksanakan
menghasilkan keluaran (output), nilai tambah (value added),
hasil (outcome), dan manfaat (benefit) yang lebih baik dari
tahun ke tahun, disertai dengan sistem reward dan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 54


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

punishment yang dilaksanakan secara konsisten dan


berkelanjutan.
Kunci keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi
terletak pada beberapa hal berikut.
1) Komitmen Nasional
Komitmen nasional ditunjukkan dengan adanya Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-
2025, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
RPJMN 2010-2014 yang menegaskan reformasi birokrasi
sebagai prioritas utama, dan Keputusan Presiden Nomor
14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah
Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi
Nasional.
2) Penggerak Reformasi Birokrasi
Penggerak reformasi birokrasi secara nasional adalah
Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dipimpin
oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Tim Reformasi
Birokrasi Nasional dipimpin oleh Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dibantu oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional,
Tim Independen dan Tim Quality Assurance. Selanjutnya,
secara instansional penggerak reformasi birokrasi adalah
pimpinan K/L dan Pemda. Penggerak reformasi birokrasi
harus berdaya tahan tinggi terhadap tantangan dan
hambatan serta memiliki daya dobrak dan kreativitas untuk

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 55


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

melaksanakan program-program terobosan, baik secara


horisontal maupun vertikal.
3) Muatan Reformasi Birokrasi Muatan reformasi birokrasi
dirumuskan dalam GDRB 2010-2025, RMRB 2010-2014,
RMRB 2015-2019, dan RMRB 2020-2024. Pelaksanaan
reformasi birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas
K/L dan Pemda berdasarkan kepentingan strategis bagi
negara dan manfaat bagi masyarakat.
4) Proses Reformasi Birokrasi
Proses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara:
a) Desentralisasi
Setiap K/L dan Pemda melakukan langkah-langkah
reformasi birokrasi dengan mengacu kepada GDRB
2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan seterusnya,
sesuai dengan karakteristik masing-masing institusi.
b) Serentak dan bertahap
Penyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-
2025 dan RMRB 2010-2014 dan seterusnya, dilakukan
secara serentak kepada seluruh K/L dan Pemda dalam
rangka efektivitas pencapaian target sasaran
pelaksanaan reformasi birokrasi. Setiap K/L dan
Pemda memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan
kecepatan yang berbeda. Format yang sama
diterapkan untuk K/L dan Pemda secara bertahap

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 56


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

sesuai dengan kesiapan masing-masing K/L dan


Pemda.
c) Koordinasi
Reformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-
langkah yang terkoordinasi secara nasional dengan
acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan
seterusnya. Reformasi birokrasi dikoordinasikan
secara nasional oleh Komite Pengarah Reformasi
Birokrasi Nasional, pelaksanaan sehari-hari
dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional,
dan implementasi program-program dilaksanakan oleh
K/L dan Pemda, serta dimonitor dan dievaluasi secara
periodik, berkelanjutan, dan melembaga.
Aparatur harus sadar bahwa reformasi birokrasi akan
mengubah birokrasi pemerintah menjadi birokrasi yang kuat
dan menjadi pemerintahan kelas dunia, yang mampu
memberikan fasilitasi dan pelayanan publik yang prima dan
bebas dari KKN. Untuk itu, reformasi birokrasi harus
dilakukan secara sungguh-sungguh, konsisten, melembaga,
bertahap, dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan
akan terbentuk birokrasi yang mampu mendukung dan
mempercepat keberhasilan pembangunan di berbagai
bidang. Kegiatan ekonomi akan semakin meningkat dan
secara agregat akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih
tinggi. Dengan kegiatan ekonomi yang semakin luas, akan
tersedia basis penerimaan negara yang lebih besar untuk

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 57


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

membiayai keberlanjutan reformasi birokrasi dan


pembangunan di bidang lainnya yang lebih luas.
Reformasi birokrasi di tingkat pemerintahan daerah
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
seluruh pemerintahan daerah di Indonesia dengan
berpedoman kepada Grand Design dan Roadmap Reformasi
Birokrasi. Namun, penyeragaman aktivitas reformasi birokrasi
mustahil dilakukan karena heterogenitas karakter Daerah
yang jauh lebih tinggi dari instansi pemerintah pusat.
Heterogenitas ini disebabkan perbedaan budaya lokal,
lingkungan politik lokal, budaya organisasi, dan sumber daya.
Sehingga masing-masing pemerintah daerah harus
membangun sendiri Roadmap Reformasi Birokrasi Daerah
berdasarkan kondisi daerah yang bersangkutan.

D. SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH


YANG MENJADI FONDASI PENCEGAHAN KORUPSI
BIROKRASI
Untuk melaksanakan visi dan misi dalam reformasi
birokrasi, DPR dan Pemerintah telah melakukan berbagai upaya,
terutama dalam bidang legislasi. Berbagai peraturan perundang-
undangan yang telah dihasilkan untuk mendukung pelaksanaan
sistem pengawasan pemerintah antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 58


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


Pengawasan Internal Pemerintah
Peraturan (Undang-Undang) yang baru masih dalam
persiapan. Sementara itu, dalam upaya untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik khususnya pemerintahan yang bebas
dan bersih dari KKN, berintegritas tinggi, dan mampu
mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif masih kurang
didukung oleh peraturan dalam bentuk undang-undangan.
Ketiadaan pengaturan dalam bentuk undang-undang telah
mengakibatkan sulitnya dilaksanakan koordinasi antar-lembaga
yang selama ini mendapat tugas melaksanakan pengawasan
internal pemerintahan. Selain itu, saat ini peraturan yang ada
lebih mengedepankan rule driven (taat pada aturan teknis
daripada tujuan dari pengawasan itu sendiri (mission driven) serta
lebih menekankan pada upaya kuratif daripada preventif (Azhar
Kasim, 2009). Oleh karena itu, Thoha menekankan pentingnya
dukungan politik yang kuat untuk mewujudkan reformasi birokrasi
melalui pembentukan sistem pengawasan internal yang baik.
(Miftah Thoha, 2003)
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik,
bersih, efektif, dan efisien, sebagaimana dikemukakan Thoha
(2003) diperlukan iklim yang kondusif dalam pemerintahan untuk
mengoptimalisasi fungsi manajemen pemerintahan, baik dalam
tahapa planning, organizing, actuating, dan controlling. Sinergi
pelaksanaan fungsi manajemen tersebut dapat memberikan
pengaruh yang baik bagi manajemen pemerintahan, khususnya

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 59


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

dalam menanggapi dan mengadaptasi perubahan yang terjadi


dalam sistem manajemen nasional dan daerah.
Berkaitan dengan wacana pengawasan, fungsi controlling
merupakan faktor kunci bagi evaluasi kinerja berdasarkan tolak
ukur rencana strategis untuk mencapai visi, misi, arah kebijakan,
dan tujuan organisasi. Lebih lanjut, controlling atau pengawasan
merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Hal ini
dikarenakan dalam sebuah organisasi, peran pengawasan
sangat penting untuk pencapaian keberhasilan dan kemajuan
organisasi. Peran pengawasan dapat dilakukan dengan cara
membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya.
Pengawasan dibutuhkan untuk menjalankan fungsi manajemen
melalui tiga cara, yaitu meningkatkan kinerja organisasi,
memberikan opini atas kinerja organisasi yang telah dicapai, dan
mengarahkan manajemen untuk melakukan perbaikan atas
permasalahan pencapaian kinerja.
Sistem pengawasan intern Pemerintah yang berbasis
kepada falsafah bangsa Indonesia tersebut juga sangat sejalan
dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(good governance) yaitu partisipasi, kepastian hukum,
transparansi, responsibilitas, berorientasi konsensus, keadilan
dan inklusivitas, efektivitas dan efisiensi, serta akuntabilitas.
Berbagai prinsip ini pun sudah banyak diadopsi dalam berbagai
Undang-Undang yang terbentuk setelah era reformasi. Melalui
pelaksanaan prinsip-prinsip ini diharapkan segenap aparatur
pemerintah dapat menjadi agen yang bertanggung jawab dalam

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 60


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik kepada


masyarakat.
Meskipun peran pengawasan dalam menciptakan good
governance sangat penting, namun dalam praktiknya
pelaksanaan pengawasan masih menghadapi beberapa kendala
termasuk dalam hal pengawasan Intern pemerintah yang
dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
antara lain terdapat 3 (tiga) permasalahan utama dari APIP yaitu
belum sepenuhnya dapat menerapkan independensi dan
obyektivitas, SDM pengawasan kurang profesional, serta
lemahnya bisnis proses pengawasan (BPKP, 2016). Dalam
pelaksanaannya, pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
dilakukan terhadap tiga obyek, yakni:
1. Produk hukum dan kebijakan, mencakup undang-undang,
peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan
menteri, peraturan daerah, dan peraturan lainnya.
Pengawasan terhadap obyek ini dilakukan agar masing-
masing peraturan koheren satu dengan lainnya dan tidak
bertentangan dengan aturan yang setara maupun yang lebih
tinggi kedudukannya.
2. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Pengawasan
terhadap obyek ini mencakup pengawasan atas efektivitas dan
kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan layanan pada
masyarakat, serta pengawasan atas penggunaan kewenangan
oleh pejabat pemerintahan. Pengawasan seperti ini

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 61


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

merupakan pengawasan yang terkait dengan kinerja dari


sebuah institusi.
3. Keuangan. Pengawasan terhadap keuangan mencakup
seluruh penerimaan, pengeluaran, dan aset yang dimiliki oleh
lembaga-lembaga negara serta badan-badan usaha yang
seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh negara.
Pengawasan ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan sumber daya keuangan yang
berwujud tunai maupun aset, serta untuk mencegah kebocoran
karena praktik korupsi dan manipulasi oleh pejabat maupun
pihak-pihak yang berhubungan dengan negara saat ini.
Pengawasan internal yang dilaksanakan selama ini
menurut Pusbin JFA BPKP disebabkan oleh beberapa hal:
1. Pertama, masalah institusional atau kelembagaan.
Kelembagaan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
saat ini tersebar di beberapa lembaga, yakni BPKP,
Inspektorat Jenderal, dan Inspektorat di provinsi maupun di
kabupaten/kota. Banyaknya lembaga yang menangani
pengawasan internal dengan instansi pembina yang berbeda-
beda dalam praktiknya telah mengakibatkan kegiatan
pengawasan tidak berjalan efektif, efisien, bahkan tidak
mampu menjamin independensinya.
2. Kedua, terkait dengan tata laksana atau proses bisnis. Saat ini
pengawasan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan
menggunakan praktik profesional. Hal ini selain disumbang
oleh faktor kelembagaan juga karena belum diharuskannya

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 62


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

penggunaan metode, prosedur, teknik pengawasan,


pengendalian mutu pengawasan, pelaporan, pemantauan dan
evaluasi tindak lanjut, serta pemanfaatan teknologi informasi,
bahkan peer review. Proses bisnis ini juga akan menyangkut
pada hubungan lembaga pengawasan internal dengan
pengawasan eksternal dan juga berbagai lembaga penegak
hukum agar manfaat pengawasan menjadi efektif dan optimal
penggunaannya.
3. Ketiga, sumber daya manusia (SDM). Terkait dengan SDM,
saat ini ditemukan ada istilah auditor sebagai orang yang
melaksanakan audit, tidak hanya di pengawasan internal
namun juga pengawasan eksternal. Selain itu, dikenal juga
jabatan fungsional lain yang melaksanakan tugas sebagai
auditor di daerah yang dikenal dengan istilah P2UPD
(Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Daerah). Selain itu, permasalahan yang dihadapi SDM yakni
terkait kapasitas (kompetensi) dan jumlah yang masih kurang
memadai. Dalam kaitannya dengan SDM, masalah
perlindungan jiwa terhadap kerja beresiko tinggi terhadap
keamanan untuk menciptakan kenyamanan bekerja pada
akhir-akhir ini menjadi sebuah permasalahan yang harus dapat
diselesaikan dalam Undang-Undang.

E. PEMBENTUKAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA


(KASN) YANG BERTUGAS MEMASTIKAN PROSES

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 63


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

SELEKSI PEJABAT TINGGI BERLANGSUNG


DENGAN PRINSIP-PRINSIP MERITOKRASI
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) berdiri tahun 2014
sebagai bagian dari UU No 5 Tahun 2014 adalah lembaga negara
yang menjamin terciptanya aparatur berkelas, profesional,
berintegritas, berkinerja tinggi dan anti kolusi dan nepotisme.
KASN berwenang:
1. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian jabatan pimpinan
tinggi mulai dari pembentukan panitia seleksi instansi,
pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi, pengusulan
nama calon, penetapan dan pelantikan Pejabat Pimpinan
Tinggi
2. Mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar
serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN
3. Meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat
mengenai laporan pelanggaran norma dasar serta kode etik
dan kode perilaku Pegawai ASN
4. Memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta
kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN
5. Meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari
Instansi Pemerintah untuk pemeriksaan laporan atas
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku
Pegawai ASN. (Pasal 32, UU No 5 Tahun 2014)
Dengan terbitnya Undang-Undang ASN sebenarnya
harapan pemerintah terhadap perubahan manajemen
SDM/kepegawaian yang dapat menciptakan para ASN yang

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 64


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

professional dan kompeten sangatlah besar. Pemerintah harus


dapat menjawab dan memenuhi tuntutan masyarakat terkait
pelayanan publik saat ini, dimana pelayanan yang cepat,
transaparan, mudah, sederhana dan bebas dari KKN menjadi
harapan dari masyarakat. Manajemen SDM yang tepat menjadi
salah satu cara untuk dapat mewujudkan hal tersebut.
Sesuai UU ASN maka manajemen yang berbasis merit
menjadi dasar dalam pelaksanaannya. Dalam konteks reformasi
birokrasi di beberapa negara, prinsip meritokrasi selalu
mengemuka sebagai suatu sistem yang banyak disarankan untuk
diberlakukan dalam pengisan jabatan-jabatan di sektor publik.
Reformasi administrasi publik dalam pengertian sempit adalah
fokus pada penerapan prinsip-prinsip merit system dalam
kepegawaian negeri. Dengan demikian, meritokrasi
sesungguhnya adalah inti dari manajemen kepegawaian.
Leveriza dalam Endah (2014) mengemukakan sembilan
prinsip kepegawaian yang baik dan seimbang untuk
mendapatkan calon pegawai yang diinginkan, yaitu:
1. Pengembangan struktur organisasi untuk melakukan
program kepegawaian yaitu berupa tanggung jawab dari
semua yang berpartisipasi dalam program terdefinisi dengan
jelas.
2. Klasifikasi posisi yang sistemik dan fleksibel serta
penyelenggaraan perencanaan gaji yang adil dengan
mempertimbangkan kompetisi yang ditawarkan di sektor
privat.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 65


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

3. Perencanaan rekrutmen yang baik dan terpercaya dan


penarikan kandidat yang baik melalui sarana teknik
perekrutan yang imajinatif dan agresif.
4. Sistem seleksi yang memastikan hanya kandidat yang
memenuhi kualifikasi dan yang diterima serta penempatan
mereka dalam pekerjaan yang paling sesuai.
5. Program training secara komprehensif yang ditujukan untuk
peningkatan skill pegawai, peningkatan moral mereka serta
persiapan untuk promosi.
6. Perencanaan untuk evaluasi secara periodik terhadap
efisiensi pegawai untuk meningkatkan kinerja dan untuk
mengidentifikasi pegawai yang paling kompeten.
7. Perencanaan promosi yang didasarkan secara prinsip merit
dengan tujuan menyelenggarakan sistem karir yang mana
pegawai yang baik dibawa ke dalam pelayanan dan menurut
kinerja mereka dinaikkan tingkat sampai mencapai posisi
tertinggi.
8. Usaha yang terus menerus untuk meningkatkan skill human
relation dari para supervisor serta secara umum memastikan
perhatian yang cukup terhadap faktor human relation.
9. Program yang komplit untuk menjaga moral dan disiplin
pegawai pada tingkat yang lebih tinggi
Sedangkan Stahl (1962) mengemukakan beberapa prinsip
dari merit system sebagai berikut:
1. Adequate publicity. Pemberitahuan adanya lowongan
pekerjaan berikut persyaratannya harus diberitahukan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 66


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

kepada publik sehingga masyarakat yang berminat memiliki


kesempatan untuk mengetahuinya.
2. Opportunity to apply. Setiap orang memiliki kesempatan yang
sama untuk dapat melakukan lamaran terhadap suatu seleksi
jabatan.
3. Realistic standards. Standar kualifikasi harus secara rasional
berkaitan dengan pekerjaan yang akan diisi, dan harus
berlaku secara imparsial kepada seluruh kandidat yang
membuat ketertarikan mereka diketahui.
4. Absence of discrimination. Standar yang digunakan harus
berisi faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan dan
kesesuaian untuk pekerjaan, bukan karena faktor di luar itu.
5. Ranking on the basis of ability. Esensi kompetensi
mengindikasikan peringkat calon/kandidat atas dasar
evaluasi relatif akan kecakapan dan kesesuaian mereka, dan
proses seleksi yang dapat berimplikasi terhadap peringkat
dimaksud.
6. Knowledge of results. Publik harus dapat mengetahui
bagaimana proses berjalan, dan setiap orang yang percaya
bahwa prosesnya tidak berjalan dengan baik dalam kasus
yang menyangkut dirinya, maka yang bersangkutan harus
diberi kesempatan untuk melakukan tinjauan administratif.
Kehadiran KASN seyogyanya mampu mengawasi
pelaksanaan ketentuan ini secara optimal sehingga ke depan
tidak lagi kita temukan penempatan pegawai yang tidak sesuai
dengan latar belakang dan kompetensinya. Berkenaan dengan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 67


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Pangkat dan Jabatan, UU ASN sedemikian rupa telah


membentuk sebuah mekanisme ideal untuk menciptakan
organisasi pemerintah yang profesional. Penempatan pegawai
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, moralitas dan integritas
pegawai serta kebutuhan organisasi adalah salah satu bentuk
idealisme tersebut.
Pembagian jabatan berdasarkan kompetensi teknis,
karakteristik dan pola kerja juga merupakan bentuk lain dari
upaya pemerintah menciptakan kondisi “right man on the right
place” yang selama ini seperti hanya mimpi belaka. Selain itu
ketentuan tentang pengembangan dan pola karier yang harus
disusun secara jelas oleh seluruh instansi pemerintah yang
terintegrasi secara nasional juga adalah sesuatu yang selama ini
diidam-idamkan oleh para pegawai pada tataran implementasi.

F. RANGKUMAN
1. Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk
yang berisi arah kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi
nasional untuk kurun waktu 2010-2025.
2. Roadmap Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk
operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB)
yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan
merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi dari
satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun
dengan sasaran per tahun yang jelas

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 68


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

3. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)


tahun 2004-2009 yang telah dilakukan pada pembenahan
birokrasi baik secara ekonomi, politik dan kelembagaan, antara
lain:
a. Terbentuknya lembaga-lembaga baru.
b. Anggaran Pendidikan 20 % dari APBN/APBD Anggaran
pendidikan
c. Reformasi di bidang politik adalah dengan dikeluarkannya
UU tentang Pemilu yang memperbolehkan calon non
partai/Perseorangan untuk maju dalam pemilihan kepala
daerah
d. Program-program Kerakyatan
e. Bidang Kepegawaian/Aparatur Pemerintah
4. Pegawai ASN berfungsi sebagai:
a. pelaksana kebijakan publik;
b. pelayan publik; dan
c. perekat dan pemersatu bangsa.
5. Oleh karena heterogenitas karakter Daerah yang jauh lebih
tinggi dari instansi pemerintah pusat menjadikan
penyeragaman aktivitas reformasi birokrasi mustahil dilakukan.
Sehingga masing-masing pemerintah daerah harus
membangun sendiri Roadmap Birokrasi Daerah berdasarkan
kondisi daerah yang bersangkutan.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 69


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

G. LATIHAN
1. Bentuk operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi
(GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun
sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi
birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama
lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas, dituangkan
dalam.....
a. RPJMP K/L
b. RPJP
c. Roadmap Reformasi Birokrasi (RMRB)
d. Visi Misi K/L
e. Rencana Program K/L

2. Berikut yang bukan merupakan tujuan Undang-Undang


tentang Administrasi Pemerintahan adalah....
a. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi
Pemerintahan
b. menciptakan kepastian hukum
c. mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang
d. menilai akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
e. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
Warga Masyarakat

3. Beberapa permasalahan utama yang berkaitan dengan


birokrasi, yaitu, kecuali:

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 70


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

a. Organisasi
b. SDM non ASN
c. Kewenangan
d. Pelayanan publik
e. Peraturan perundang-undangan

4. Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk


memberikan arah kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi
nasional selama kurun waktu 2010-2025 agar reformasi
birokrasi di K/L dan Pemda dapat berjalan sebagaimana
berikut, kecuali....
a. Terukur
b. Konsisten
c. Terintegrasi
d. Berkelanjutan
e. Produktif

5. Berikut ini adalah visi reformasi birokrasi adalah.....


a. membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-
undangan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik
b. melakukan penataan dan penguatan organisasi,
tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur,
pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik,
mind set dan culture set
c. mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 71


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

d. mengelola sengketa administratif secara efektif dan


efisien
e. Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 72


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

BAB IV
REFORMASI BIROKRASI ERA
PRESIDEN JOKO WIDODO
(2014-2024)

Indikator Hasil Belajar:


Setelah membaca Bab II, peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan
sejarah Reformasi Birokrasi Era Presiden Joko Widodo

A. NAWACITA
Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang
diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita
(harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan
Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk
kepada visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon
presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla yang
berisi agenda pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-misi
tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan
semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno yang dikenal
dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri
dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Nawacita merupakan sembilan tujuan dan apa yang ingin
dicapai pemerintah. Nawacita ini menjadi penting, untuk
mengetahui latar belakang suatu keputusan. Adapun intisari dari
Program Nawa Cita tersebut adalah (Inggried Dwi Wedhaswary,
2014):

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 73


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap


bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
negara
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
tepercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi
demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
tepercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui
peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan
program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan
"Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan
program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah
kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat pada tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 74


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan


sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan
penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan
mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai
patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan
budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan
kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antar
warga.
Revolusi menjadi jargon utama Presiden Joko Widodo
(Jokowi) pada Pemilihan Presiden (Pilres) 2014 lalu. Setelah
terpilih, Presiden Jokowi bersama Jusuf Kalla sebagai wakil
presiden menerapkan revolusi mental dalam mengelola
pemerintahan.

B. REVOLUSI MENTAL
Revolusi Mental adalah salah satu agenda dalam Nawa
Cita yang paling banyak dibahas bahkan diperdebatkan oleh
publik adalah poin nomor 8 yakni, revolusi karakter bangsa atau
lazim disebut revolusi mental. Revolusi mental adalah
menggalakkan pembangunan karakter untuk mempertegas
kepribadian dan jati diri bangsa sesuai dengan amanat Trisakti

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 75


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Soekarno. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem pendidikan


harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa
Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi
nilai-nilai moral agama yang hidup Indonesia. Akses ke
pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram,
terarah dan tepat sasaran oleh negara dapat membantu
membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
1. Pengertian revolusi mental
Revolusi adalah sebuah perubahan dalam waktu yang
singkat. Menurut Aristoteles, revolusi dibagi menjadi 2 macam:
pertama, perubahan total dari suatu sistem ke sistem yang
berbeda, dan kedua, modifikasi sistem yang sudah ada.
Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun-tahun
silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam
metode, durasi dan ideologi motivasi yang berbeda-beda.
Revolusi tersebut menghasilkan perubahan-perubahan dalam
budaya, ekonomi, dan sosial politik.
Kata “mental” atau istilah panjangnya “mentalitas”
adalah sebuah cara berpikir atau konsep pemikiran manusia
untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental
merupakan kata lain dari pikiran. Sehingga, mentalitas dapat
dikatakan sebagai cara berpikir tentang suatu hal. Cara
seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh pengalaman, hasil
belajar, dan atau lingkungan juga dapat mempegaruhi pola
piker tersebut. Dari makna-makna kata di atas dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa pengertian revolusi mental adalah

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 76


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon,


bertindak dan bekerja.
Pada Desember 2016, Presiden Jokowi mengeluarkan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2016 tentang
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Inpres ini
bertujuan untuk memperbaiki dan membangun karakter
bangsa yang mengacu pada nilai-nilai intergritas, etos kerja,
dan gotong royong untuk membangun budaya bangsa yang
bermartabat, modern, maju, makmur, dan sejahtera
berdasarkan Pancasila. Pada Inpres ini gerakan revolusi
meliputi lima program, yakni;
a. Gerakan Indonesia Melayani
b. Gerakan Indonesia Bersih
c. Gerakan Indonesia Tertib
d. Gerakan Indonesia Mandiri
e. Gerakan Indonesia Bersatu.

2. Tujuan revolusi mental


Revolusi mental tidak hanya untuk Negara saja, tetapi
revolusi mental dalam pribadi masing–masing manusia juga
dibutuhkan. Tujuan revolusi mental adalah agar kita dapat
beradaptasi dan diterima oleh seluruh penjuru negeri. Dalam
lingkup sempitnya, kita dapat diterima dengan mudah di dalam
masyarakat karena kita dapat beradaptasi dengan cepat.
Revolusi mental membawa kita untuk dapat mengubah cara
berpikir kita dimana pun berada. Revolusi mental menuntut

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 77


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

untuk dapat bersikap mandiri dan dapat menyesuaikan diri di


setiap keadaan.

3. Implementasi Reformasi Birokrasi Melalui Revolusi Mental


Pegawai yang profesional dan berintegritas hanya dapat
dibentuk melalui Reformasi Birokrasi. Pembahasan tentang
reformasi birokrasi hanya mungkin melahirkan perubahan bila
menyentuh dimensi mendasar, yaitu perubahan paradigma
baik tentang ideologi maupun nilai-nilai. Revolusi mental harus
dipahami dan ditempatkan dalam konteks tersebut. Perubahan
mendasar yang mencakup tata nilai, ciri, gerak-gerik, dan
seluruh tindakan harus diarahkan sedemikian rupa untuk
memastikan cita-cita hidup bersama menjadi mungkin
terlaksana. (Yustinus Prastowo, 2014)

C. PENINGKATAN KECEPATAN DAN AKSES


PELAYANAN PUBLIK DENGAN MENETAPKAN
KEBIJAKAN INTEGRASI ANTAR UNIT PELAYANAN
PUBLIK BAIK PUSAT DAN DAERAH
Perkembangan administrasi negara di negara-negara
maju sejak tahun 1998 berlangsung sangat pesat yang mengarah
pada manajemen pemerintahan baru (new public management).
Di Indonesia sejak reformasi digulirkan sangat banyak upaya
yang telah dilakukan untuk lebih mendayagunakan administrasi
negara, antara lain melalui reformasi birokrasi berbagai upaya
perbaikan birokrasi pemerintah dalam rangka membersihkan
praktek KKN dalam penyelenggaraan pemerintah, meningkatkan

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 78


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

kualitas pelayanan publik dan memperkuat fungsi lembaga


pengawasan.
Reformasi birokasi dalam konteks pelayanan publik, pada
dasarnya ditujukan pada perbaikan/peningkatan kualitas
pelayanan publik. Hal ini dilakukan antara lain dengan
menggunakan pendekatan New Public Management dengan
menganut prinsip “run government like a business” yaitu adanya
penggunaan pendekatan bisnis ke dalam birokrasi publik. (H.
Jufri, M.Si. 2019)
Pendekatan ini memfokuskan pada adanya penerapan dan
penggunaan teknologi mekanisme pasar dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, terutama pada pembentukan hubungan antara
birokrasi penyedia pelayanan dengan customer-nya sebagai
suatu bentuk ‘transaksi pelayanan’ sebagaimana halnya yang
banyak dilakukan dalam pasar barang dan jasa. Dalam hubungan
ini, birokrasi berperan dalam melakukan pengendalian dalam
pembuatan berbagai kebijakan publik dengan melibatkan
partisipasi masyarakan dan mekanisme pasar. Birokrasi
diperkenalkan dan didorong untuk melakukan kompetisi kinerja
pemberian pelayanan baik antar instansi pemerintahan maupun
dengan sektor swasta melalui adanya stimulan pemberian
insentif, bonus, dan punishment tertentu. Kesemuanya itu
diupayakan penerapannya dengan memperhatikan persepsi
masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik yang secara
sederhana pada dasarnya berkaitan dengan :

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 79


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

1. Pelayanan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.


Dalam kaitannya dengan pelayanan yang dilakukan oleh
instansi pemerintah, maka kebutuhan masyarakat umumnya
terkait dengan kecepatan, kemudahan, keramahan,
ketepatan dan biaya yang murah.
2. Perlakuan yang baik dari petugas pelayanan. Masyarakat
umumnya mengharapkan perlakuan yang ramah, tepat,
disiplin, dan penuh perhatian. Perlakuan yang demikian akan
membuat masyarakat merasa sangat dihargai, dan
sebaliknya mereka pun akan menghargai petugas maupun
instansi pelayanan.
3. Bertanggungjawab atas kesalahan. Masyarakat umumnya
juga mengharapkan unit pelayanan bertanggungjawab
terhadap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.
4. Belajar dari kesalahan. Masyarakat juga mengharapkan
bahwa setiap instansi pemerintah harus belajar dari
kesalahan yang telah mereka lakukan pada masa lalu,
sehingga kesalahan serupa tidak terjadi lagi pada masyarakat
yang lain.
5. Menyediakan informasi yang bermanfaat. Masyarakat juga
selalu mengharapkan unit pelayanan menyediakan informasi-
informasi yang terkait dengan pelayanannya secara lengkap,
mudah dimengerti dan diakses, sehingga memudahkan bagi
masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang ingin
diperolehnya.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 80


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

6. Memperlakukan masyarakat yang mengajukan pelayanan


secara adil. Masyarakat juga selalu mengharapkan perlakuan
adil dalam memperoleh pelayanan, tidak dibedakan karena
status sosial seseorang, atau kekerabatan seseorang dengan
petugas pelayanan. Dalam hal dimana pelayanan
menetapkan biaya tertentu, maka keadilan dilakukan secara
proporsional.
Selain itu, reformasi birokrasi dalam pelayanan publik juga
memperhatikan dan mempelajari berbagai kelemahan utama
pelayanan publik yang pada umumnya berkaitan dengan (H. Jufri,
M.Si. 2019):
1. Lemahnya komunikasi. Komunikasi menjadi unsur penting
dalam manajemen pelayanan. Pengaduan-pengaduan
seringkali terjadi karena lemahnya komunikasi antar unit
pelayanan dengan masyarakat yang dilayani, atau
komunikasi internal yang mengakibatkan terhambatnya
proses pelayanan kepada masyarakat.
2. Lemahnya sistem pencatatan dan dokumentasi. Manajemen
pelayanan sangat menekankan pentingnya sistem
pencatatan dan dokumentasi dalam setiap proses pelayanan.
Pengaduan-pengaduan masyarakat seringkali berkaitan
dengan hal ini, seperti: proses pelayanan menjadi terhambat
karena petugas pelayanan memerlukan waktu yang lama
untuk mencari dokumen-dokumen yang sudah diserahkan
oleh masyarakat, tidak terdapat catatan yang dapat

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 81


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

digunakan untuk melakukan penelusuran dokumen atau


bahkan dokumen-dokumen hilang.
3. Pelayanan tidak memfokuskan kepada apa kebutuhan
masyarakat. Seringkali pengaduan-pengaduan disampaikan
terjadi karena unit pelayanan tidak memperhatikan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Unit pelayanan seringkali
mengabaikan hal-hal kecil yang sebenarnya menjadi
perhatian masyarakat yang dilayani, seperti misalnya:
keramahan, ketelitian, ketepatan bertugas, sarana pelayanan
yang memadai, informasi yang secara lengkap diberikan
bilamana masyarakat memerlukannya, atau sarana yang
diperlukan bagi mereka penyandang cacat. Pelayanan yang
berfokus kepada masyarakat memang memerlukan budaya
yang harus berkembang di unit-unit pelayanan.
4. Tidak diberikan kewenangan pada petugas ujung tombak.
Pemberdayaan petugas paling depan yang langsung
berhubungan dengan masyarakat, seringkali menghambat
proses pelayanan. Pengaduan-pengaduan seringkali
disampaikan kepada petugas yang langsung berhadapan
dengan masyarakat tidak memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat yang memerlukan pemecahan pada saat itu.
5. Lemahnya penanganan keluhan. Seringkali masyarakat
dihadapkan pada kenyataan bahwa unit-unit pelayanan tidak
memiliki unit penanganan pengaduan, apalagi
penanganannya. Atau, pada unit pelayanan terdapat unit

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 82


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

penanganan pengaduan tetapi pengaduan-pengaduan tidak


ditangani dengan baik, sehingga pengaduan-pengaduan
tidak dapat diselesaikan atau dapat diselesaikan pada waktu
yang lama, atau dapat pula penyelesaian tidak memuaskan
masyarakat yang mengadukan.
6. Perilaku bertahan. Seringkali unit pelayanan atau petugas-
petugas pada unit pelayanan memiliki perilaku bertahan
terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan kepada
mereka, meskipun seringkali pula diketahui secara jelas
bahwa pengaduan tersebut menunjukkan kesalahan bukan
terletak pada masyarakat yang mengadu. Perilaku ini menjadi
harus diubah tidak hanya reaktif tetapi juga proaktif.
7. Dari berbagai gambaran kondisi tersebut di atas, dapat
digarisbawahi bahwa reformasi birokrasi dalam rangka
perbaikan kualitas pelayanan public memerlukan berbagai
upaya perubahan, seperti antara lain:
a. Perubahan Kelembagaan yang Memotong Jalur-Jalur
Hirarki Pengambilan Keputusan, Mengurangi Kekakuan
Hirarki, Mendorong Inovasi, Transparansi dan
Akuntabilitas;
b. Menciptakan Sistem Internal yang Mampu Mempercepat
Proses Pelayanan, Meningkatkan Kompetensi Sumber
Daya Manusia;
c. Pemberdayaan System Pengawasan; dan
d. Perbaikan Sistem Remunerasi.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 83


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

8. Perubahan kelembagaan unit pelayanan setidaknya


mencakup perubahan struktur yang tepat untuk memberikan
pelayanan, diantaranya mencakup:
a. Pemberian Kewenangan Sehingga Unit Pelayanan
mampu melakukan pengambilan keputusan sendiri;
b. Hirarki Tidak Melebihi dari Tiga Level Pengambilan
Keputusan;
c. Terdapat Unit yang Mengelolah Pengaduan Masyarakat;
d. Penerapan Sistem Pengendalian Internal, yang meliputi
Pengawasan dan Pengendalian tidak hanya Terkait
dengan Masalah-Masalah Keuangan saja tetapi
Berkaitan dengan Kinerja Pelayanan.
9. Perubahan sistem internal mencakup aspek-aspek:
a. Sistem dan Prosedur Internal yang sederhana, pasti dan
cepat, sehingga memungkinkan pelayanan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien;
b. Penetapan Standar Pelayanan yang memungkinkan
masyarakat memperoleh kepastian atas pelayanan-
pelayanan yang diinginkan;
c. Perubahan Budaya Kerja yang berorientasi pada budaya
kualitas dan fokus pada masyarakat yang dilayani;
d. Penetapan Etika Pelayanan;
e. Perbaikan Dukungan Sarana dan Prasarana, termasuk
didalamnya penggunaan Teknologi Informasi;
f. Sistem Dokumentasi;
g. Kemudahan Akses bagi masyarakat terhadap Pelayanan;

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 84


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

h. Komunikasi Terbuka dengan masyarakat melalui


berbagai Media;
i. Penyediaan Informasi bagi Masyarakat;
j. Sistem Pelaporan, dan lainnya.
10. Perubahan aspek SDM meliputi antara lain:
a. Kepemimpinan yang lebih berorientasi pada pelayanan;
b. Kompetensi individual yang lebih berorientasi pada
pelayanan secara professional, dimana setiap individu
memiliki kesabaran, keramahan, proaktif, menguasai
bidang tugas dengan baik, memiliki tanggungjawab yang
tinggi, berdisiplin, menghormati masyarakat yang dilayani,
produktif, sistem pengembangan pegawai yang
berorientasi pada peningkatan kompetensi untuk
pelayanan;
c. Pemberian kewenangan kepada petugas ujung tombak
untuk melakukan pengambilan keputusan dalam rangka
pemecahan masalah yang timbul pada saat pelayanan
dilaksanan;
d. Sistem Reward And Punishment yang didukung dengan
sistem penilaian kinerja yang mencerminkan kinerja secara
nyata;
e. Sistem Supervise atasan kepada bawahan dalam
kerangka sistem pengendalian internal.
11. Perbaikan sistem remunerasi antara lain dengan
pengembangan kompentensi pegawai dan jenjang karir serta
reward and punishment dengan standar remunerasi yang

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 85


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

mampu meningkatkan semangat, disiplin dan etos kerja


pegawai agar tidak terdorong untuk mencari sumber-sumber
lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesemuanya itu
didukung dengan penerapan sistem merit yang
mempertimbangkan prestasi kerja.

1. Reformasi birokrasi dalam sistem pelayanan perijinan


Berdasarkan adanya kebijakan reformasi birokrasi dalam
sistem pelayanan perijinan, maka selain dapat melihat
kebijakan dari suatu badan ataupun unit kerja, juga dapat
melihat sebuah unit kerja tersebut dapat meningkatkan
pelayanan dengan baik. Maka pelayanan berarti melayani,
suatu jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam segala
bidang. Pelayanan merupakan suatu pendekatan organisasi
total yang menghasilkan kualitas pelayanan yang diterima
pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam
pengoprasian bisnis Sedarmayanti (1992). Sehingga segala
bentuk pelayanan yang dilakukan oleh aparat pemerintah
tidak bertentangan dengan norma dan aturan. Kepentingan
aparatur pemerintah bersumber pada kebutuhan hajat hidup
masyarakat. Jika dilihat secara seksama, pelayanan publik di
daerah cenderung masih “jalan di tempat”. Seyogyanya
praktik pelayanan dapat dilaksanakan lintas sektoral, seperti:
ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Namun hal tersebut
terkendala oleh banyaknya masalah di daerah.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 86


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Dari sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang


dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Pemendagri) telah dijelaskan serta dikeluarkan oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu. Besar
harapannya, dalam menjalankan tugasnya sebagai badan
penyusun dan pelaksanaan kebijakan daerah khususnya di
bidang pelayanan perijinan daerah, reformasi birokrasi dalam
rangka peningkatan pelayanan yang diterapkan oleh
pemerintah daerah diharapkan mampu memenuhi harapan
dibentuknya badan ini. Sehingga menyederhanakan proses
perijinan merupakan suatu keharusan dalam rangka
menjawab tuntutan masyarakat sebagai upaya peningkatan
pelayanan yang semakin maju serta berkembang, untuk
mengetahui seefektif dan sejauh mana peningkatan
pelayanan pemerintah daerah dengan aplikasi atau
implementasinya di lapangannya.

2. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Di Bidang Penanaman


Modal Dan Pelayanan Perijinan Terpadu
a. Jenis Reformasi Birokrasi
Pengembangan praktik reformasi serta
pembaharuannya dapat menciptakan reformasi birokrasi
berjalan dengan baik. Reformasi birokrasi yang masih
dirintis dapat dijalankan jika organisasi tersebut
melakukan beberapa pembaharuan sembari
melaksanakan peraturan yang telah ada. Sebab

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 87


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

bagaimanapun, praktik reformasi birokrasi Badan


Penanaman Modal dan Pelayanan perijinan merupakan
turunan dari pembenahan serta pembaharuan guna
menciptakan pelayanan perijinan yang berkualitas.
Keberadaan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perijinan Terpadu daerah dapat menjadi
pendorong terciptanya berbagai pembenahan disetiap
instansi pemerintah daerah. Dengan kata lain reformasi
birokrasi dibutuhkan untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang baik melalui ketentuan dan strategi
yang ada yang mengacu pada Peraturan. Reformasi
birokrasi tersebut akan mendorong kinerja pemerintah
untuk terus berjalan baik dan maju
b. Reformasi Birokrasi di Bidang Kelembagaan (Struktural)
Membangun sistem reformasi birokrasi yang baik
diantaranya melakukan pembaharuan serta perubahan
yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintah, salah satu aspeknya merupakan aspek
kelembagaan (struktural). Pembaharuan tersebut dapat
dilihat dari satu reformasi birokrasi kelembagaan
(struktural). Pada reformasi birokrasi tersebut
memperlihatkan bahwa sebuah kelembagaan atau
struktur birokrasi merupakan hal fundamental dalam
melaksanakan reformasi birokrasi kelembagaan
(struktural).
c. Reformasi Birokrasi di Bidang Sumber Daya Aparatur

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 88


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Reformasi birokrasi tidak terlihat hanya pada


struktural saja akan tetapi juga pada sumber daya
aparatur. Reformasi Birokrasi harus mencakup
pembenahan serta perubahan sumber daya aparatur.
Aspek kuantitas merupakan prasyarat agar semua posisi
dalam struktur organisasi dapat terisi. Lebih jauh, aspek
kualitas merupakan syarat agar posisi tersebut dapat
terisi pegawai yang memiliki kompetensi sesuai dengan
kualifikasi pekerjaannya.
d. Reformasi Birokrasi di Bidang Prosedur
Reformasi Birokrasi dalam bidang prosedur
merupakan perubahan serta pembenahan yang terdapat
pada mekanisme atau prosedural yang ada.
Pembenahan itu terdapat pada reformasi birokrasi dalam
bidang prosedur diantaranya, mekanisme beberapa ijin
yang terdapat pada Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perijinan Terpadu pemerintah daerah. Akan
tetapi mekanisme tersebut tidak memperlihatkan
perubahan yang cukup kentara, karena prosedur atau
mekanisme yang ada tetap pada standar yang telah ada
sejak lama. Maka tidak ada perampingan atau
pembenahan serta pembaharuan pada sistem prosedur
yang terdapat pada badan tersebut. Sehingga
mekanisme beberapa ijin yang terdapat pada Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 89


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Pemerintah Daerah tidak mengalami perubahan dan


pembenahan yang berarti.
Mekanisme perijinan yang baru ini (PTSP dan PTSA)
mampu memangkas birokrasi, meminimalisir tatap muka
yang identik dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme,
menciptakan sistem birokrasi yang transparan, serta
memudahkan permohonan perijinan yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Program Pelayan Terpadu Satu Pintu dilaksanakan sebagai
salah satu upaya Pemerintah Daerah untuk memberikan
pelayanan yang baik dan prima di bidang perijinan. Program
ini membawa manfaat bagi masing-masing stakeholder,
yaitu:
a. Manfaat bagi Pemerintah, Output bagi pemerintah adalah
sistem terpadu yang singkron dan tunggal antar OPD
dalam pembuatan keputusan sesuai tugas dan fungsi
masing-masing, meningkatnya efektifitas dan efisiensi
kerja, tranparansi penyampaian informasi dan
meningkatnya akuntabilitas pemerintah yang bebas KKN.
b. masyarakat dapat lebih menghemat biaya dan waktu,
tidak ada lagi pungutan liar di luar ketentuan, pelayanan
lebih mudah, transparan, simple, cepat. Program
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang telah ada
saat ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat
berinvestasi di daerah.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 90


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

c. Salah satu fasilitas yang memudahkan para investor


untuk melakukan survey lokasi yang ditanamkan pada
program sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
sehingga Investor dapat meminimalisir resiko kesalahan
dalam perencanaan bisnis.

D. REFORMASI BIROKRASI FASE II (PERIODE I


TAHUN 2014-2019)
Berdasarkan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
2025 ini, pemerintahan Jokowi Periode I (2014-2019) termasuk
dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 fase ke-2.
(mediaindonesia.com. 2019). Pada fase ini mengacu pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2015-2019. Sasaran lima tahun kedua (2015-
2019), selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada
lima tahun pertama, pada lima tahun kedua juga dilanjutkan
upaya yang belum dicapai pada berbagai komponen strategis
birokrasi pemerintah pada lima tahun pertama.
Evaluasi terhadap capaian Reformasi Birokrasi fase
pertama dan fase kedua pada ke delapan area perubahan
menunjukkan hasil yang beragam. Namun, tetap menunjukkan
kurang signifikannya perubahan yang terjadi. Reformasi Birokrasi
pada area akuntabilitas pemerintah melalui pembangunan sistem

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 91


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) tampaknya


merupakan area perubahan yang cukup signifikan. Area
pelayanan publik, walaupun memperlihatkan terjadinya sejumlah
perubahan dengan dibangunnya mal pelayanan publik dan
berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan, masih
merupakan area perubahan yang memprihatinkan. Data tentang
kepatuhan pemerintah, terutama pemerintah daerah
kabupaten/kota sebagai ujung tombak pelayanan publik,
terhadap peraturan perundangan di bidang pelayanan publik
(Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik) masih tidak baik. Demikian pula evaluasi Komisi Aparatur
Sipil Negara (KASN) pada 2018 dan 2019 memperlihatkan masih
sangat sedikit kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang
menerapkan manajemen sumber daya manusia (SDM) dengan
baik (Media Indonesia, 2019).
Area perubahan yang berkaitan dengan mentalitas
aparatur sipil negara (ASN) tidak terlihat program dan gaungnya.
Kapabilitas dan integritas ASN pun masih banyak dipertanyakan
orang. Evaluasi terhadap area perubahan yang berkaitan dengan
kelembagaan dan tata laksana (dalam hal ini electronic
government) juga memperlihatkan hasil yang memprihatinkan.
Salah satu temuan evaluasi terhadap implementasi e-govt di
Indonesia ialah rendahnya tingkat keterhubungan (connectivity)
antar sistem e-govt, baik dalam satu kementerian, lembaga,
daerah maupun antar kementerian, lembaga, dan daerah. Area

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 92


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

perubahan peraturan perundangan dan pengawasan masih


menjadi area perubahan yang paling memprihatinkan.
Menurut data yang ada, masih lebih dari 100 daerah di
Indonesia yang sama sekali belum melaksanakan program
Reformasi Birokrasi. Laporan dari berbagai lembaga internasional
juga menunjukkan kondisi birokrasi Indonesia yang masih
memprihatinkan. Nilai ease of doing business (EoDB) Indonesia
masih di bawah Malaysia, Thailand, dan bahkan Vietnam pada
2016-2019. Hal ini mengakibatkan daya saing investasi Indonesia
di kawasan ASEAN cukup terpuruk. Indikator lain yang juga masih
memprihatinkan ialah indeks persepsi korupsi yang walaupun ada
perubahan, tapi tidak signifikan (Media Indonesia, 2019).
Reformasi Birokrasi fase pertama dan kedua tampaknya
menyisakan banyak 'pekerjaan rumah' yang harus diselesaikan
dengan cepat dan tuntas oleh pemerintahan Joko Widodo.

E. REFORMASI BIROKRASI FASE III (PERIODE II


TAHUN 2019-2024)
Saat ini Reformasi Birokrasi telah masuk kepada fase
ketiga atau terakhir dari Grand Design Reformasi Birokrasi
Nasional. Pada tahap akhir ini, Reformasi Birokrasi diharapkan
menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy) yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang
semakin efektif dan efisien.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 93


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Reformasi Birokrasi tahap ketiga di pemerintahan Jokowi


periode kedua ini mengacu pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2020 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi
2020-2024. Dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 ini,
asas yang akan dikedepankan adalah Fokus dan Prioritas. Fokus
berarti bahwa upaya Reformasi Birokrasi akan dilakukan secara
fokus pada akar masalah tata kelola pemerintahan. Prioritas
berarti setiap instansi akan memilih priorita perbaikan tata kelola
pemerintahan sesuai dengan karakteristik sumber daya dan
tantangan yang dihadapi.

Gambar 8. Kerangka Pikir dan Keterkaitan Antar Bagian Roadmap


Reformasi Birokrasi 2020-2024

Selain itu, pada Road Map ini tujuan dan sasaran Reformasi
Birokrasi yang ditetapkan didapatkan dari proses berpikir logis

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 94


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti


akademisi dari berbagai universitas, praktisi, pengusaha, birokrat,
dan masyarakat dengan berdasarkan dua pertimbangan yang
sudah disebutkan sebelumnya (evaluasi pencapaian Reformasi
Birokrasi 2015-2019 dan Analisis Lingkungan Strategis). Strategi
pelaksanaan Reformasi Birokrasi juga diformulasikan secara
lebih riil menjawab permasalahan yang terjadi di lapangan,
dengan mengedepankan kolaborasi dan keterlibatan banyak
pihak. Pelibatan ini dilakukan secara vertikal, yaitu melibatkan
setiap level jabatan dalam pemerintahan dari level paling strategis
sampai paling teknis, maupun secara horizontal yaitu melibatkan
banyak kementerian/lembaga terkait, dan unsur di luar
pemerintahan seperti masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan
politisi.

Gambar 9. Hal-hal Baru

Adapun berbagai upaya yang telah dilakukan dalam


mengimplementasikan berbagai program Reformasi Birokrasi

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 95


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

dapat tergambar melalui hasil pelaksanaan evaluasi Reformasi


Birokrasi yang yang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 8 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman Evaluasi
Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Dalam melakukan
penilaian perkembangan Reformasi Birokrasi cakupan penilaian
dilakukan pada pada upaya dan hasil. Upaya-upaya yang
dilakukan antara lain:
1. Perubahan Mindset dan Budaya Kinerja di Lingkungan
Organisasi
2. Deregulasi Kebijakan
3. Penyederhanaan Organisasi
4. Perbaikan Tata Laksana
5. Penguatan Akuntabilitas dan Efisiensi Anggaran
6. Penguatan Pengawasan
7. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai
strategi dalam pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian
sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut mencakup
Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan
Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan
Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi.
Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin resmi ditetapkan
menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 96


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

2019-2024 setelah menerima pelantikan yang dilaksanakan


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Di periode
kepemimpinannya, ia menyampaikan setidaknya 5 hal yang
menjadi prioritas pemerintahan dalam pidato kenegaraan
pertamanya sebagai kepala negara (Siregar, Efrem Limsan.
2019)
1. Pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia,
terutama saat memasuki era kemajuan teknologi dan
informasi. Membangun sumber daya manusia yang trampil,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengundang
talent global bekerjasama dengan kita.
2. Memastikan akan tetap melanjutkan pembangunan
infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dan
kawasan distribusi untuk mempermudah akses ke kawasan
wisata. Pariwisata yang mendongkrak lapangan kerja baru,
yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat
3. Pemerintah berjanji bahwa segala bentuk kendala regulasi
akan disederhanakan. Jokowi pun mengaku sudah memiliki
strategi untuk memangkas hambatan yang selama ini menjadi
biang kerok atau yang selama ini dikenal dengan Omnibus
Law.
Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan 2 undang-
undang besar. Pertama Undang-Undang Cipta Lapangan
Kerja dan kedua Undang-Undang Pemberdayaan UMKM.
Masing-masing Undang-Undang tersebut akan menjadi
Ombnibus law. Puluhan Undang-Undang yang menghambat

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 97


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus.


Puluhan Undang-Undang yang menghambat pengembangan
UMKM juga akan langsung direvisi.
4. Pemerintah akan melakukan reformasi birokrasi secara besar-
besaran. Investasi untuk penciptaan lapangan, tegasnya, akan
menjadi hal yang diprioritaskan. Ada pula perampingan di pos
kementerian. Prosedur yang panjang harus dipotong. Birokrasi
yang panjang harus dipangkas. Eselonisasi harus
disederhanakan.
5. Transformasi ekonomi. Jokowi tak ingin lagi Indonesia terus
menerus ketergantungan pada sumber daya alam. Indonesia,
perlu meningkatkan daya saing di sektor manufakfur dan jasa.
Transformasi ekonomi yang mempunyai nilai tambah tinggi
bagi kemakmuran bangsa, demi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

H. RANGKUMAN
1. Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap
dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan,
agenda, keinginan). Nawacita merupakan sembilan tujuan
dan apa yang ingin dicapai pemerintah era Presiden Jokowi.
Sedangkan, Revolusi Mental adalah salah satu agenda
dalam Nawa Cita (poin nomor 8) yang relevan bagi bangsa
Indonesia yang saat ini sedang menghadapi tiga masalah
pojok, yakni merosotnya wibawa negara, merebaknya

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 98


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

intoleransi, dan melemahnya sendi-sendi perekonomian


nasional.
2. Mekanisme perijinan yang baru ini (PTSP dan PTSA) mampu
memangkas birokrasi, meminimalisir tatap muka yang identik
dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menciptakan sistem
birokrasi yang transparan, serta memudahkan permohonan
perijinan yang berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi. Program PTSP dan PTSA
dilaksanakan sebagai salah satu upaya Pemerintah untuk
memberikan pelayanan yang baik dan prima di bidang
perijinan.
3. Dalam rangka pembinaan ASN disusun manajemen ASN
yang diselenggarakan berdasarkan sistem merit. Sistem
merit dimaksud adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara
adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

I. LATIHAN
1. Berikut yang bukan termasuk intisari dari Program Nawa Cita
tersebut adalah.....
a. Membangun Indonesia dari perkotaan dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 99


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

b. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi


sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat, dan tepercaya.
c. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui
peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan
program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia
Kerja" dan "Indonesia Sejahtera"
d. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
e. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik

2. Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2016 tentang


Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) meliputi gerakan
revolusi program berikut, kecuali......
a. Gerakan Indonesia Mandiri
b. Gerakan Indonesia Melayani
c. Gerakan Indonesia Bersih
d. Gerakan Indonesia Tertib
e. Gerakan Indonesia Baru

3. Reformasi birokasi dalam konteks pelayanan publik, pada


dasarnya ditujukan pada perbaikan/peningkatan kualitas

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 100


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

pelayanan publik. Hal ini dilakukan antara lain dengan


menggunakan pendekatan....
a. Clean Governance
b. New Public Management
c. Asset Management
d. Good Corporate Governance
e. Public Service

4. Perubahan kelembagaan unit pelayanan setidaknya


mencakup perubahan struktur yang tepat untuk memberikan
pelayanan, diantaranya mencakup hal-hal berikut, kecuali:
a. pemberian kewenangan sehingga unit pelayanan mampu
melakukan pengambilan keputusan sendiri
b. hirarki tidak melebihi dari tiga level pengambilan keputusan
c. sistem dan prosedur internal yang sederhana, pasti
dan cepat, sehingga memungkinkan pelayanan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien
d. terdapat unit yang mengelolah pengaduan masyarakat
e. penerapan sistem pengendalian internal, yang meliputi
pengawasan dan pengendalian tidak hanya terkait dengan
masalah-masalah keuangan saja tetapi berkaitan dengan
kinerja pelayanan.

5. Undang-Undang ASN mengubah pengembangan ASN dari


pendekatan closed career system yang sangat berorientasi
kepada senioritas dan kepangkatan, kepada......

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 101


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

a. closed career system


b. open career system
c. merit career system
d. objective career system
e. best career system

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 102


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

BAB V
PENUTUP

“Jangan pernah menunda apa yang bisa dikerjakan hari ini untuk
dikerjakan besok. Sebab jika Anda menyukainya hari ini, Anda bisa
melakukannya lagi esok hari.” – (Anonim)

Oleh karena itu, Selamat bagi Anda semua yang telah berproses dengan
baik dan telah menyelesaikan Modul 1 ini dengan baik.

A. SIMPULAN
Reformasi Birokrasi adalah langkah strategis untuk
membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Selain itu, dengan pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta
perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan
untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan
masyarakat. Oleh karena itu, harus segera diambil langkah-
langkah yang bersifat mendasar, komprehensif dan sistemik,
sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien.
Langkah yang utama dan pertama yang harus dilakukan
adalah pemahaman sejarah reformasi birokrasi di Indonesia.
Pemahaman proses reformasi birokrasi dimulai saat reformasi
era Presiden Abdurrahman Wahid - Megawati Soekarno Putri;

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 103


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

pasca reformasi era Presiden Susilo Bambang Yudoyono; dan


Nawacita era Presiden Joko Widodo.

B. TINDAK LANJUT
Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran modul ini, maka:
1. Bagi peserta pelatihan diharapkan mampu
mengimplementasikan hasil pembelajaran sejarah reformasi
birokrasi di Indonesia.
2. Bagi Fasilitator, diharapkan mampu menyampaikan
pengarahan dengan lebih mudah dan modul mampu menjadi
media dalam penyamaan persepsi antar peserta pelatihan.
3. Bagi pengelola pelatihan, diharapkan mampu menjadikan
modul sebagai bahan evaluasi bagi Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan pengendalian pelaksanaan
pelatihan Reformasi Birokrasi serta untuk penyempurnaan
modul pelatihan berikutnya agar lebih baik.

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 104


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

DAFTAR
PUSTAKA

Ari Welianto. Ari Welianto. 2020. "Revolusi Mental: Sejarah,


Penerapan, dan Capaian", diakses
dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/08/12000016
9/revolusi-mental-sejarah-penerapan-dan-capaian?page=2.
asncpns, 2015. Mengenal Merit System Dalam Manajemen Aparatur
Sipil Negara. Diakses dari
http://www.asncpns.com/2015/12/mengenal-merit-system-
dalam-manajemen.html
Azhar Kasim, 2009. Sistem Pengawasan Internal dalam Administrasi
Negara Indonesia, sebuah makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional “Pengawasan Nasional dalam Sistem Pemerintahan
Presidensial: Memperkuat Fungsi Lembaga Pengawasan
Internal Pemerintah dalam Era Pemerintahan Baru”, FH
Universitas Indonesia, 21 Juli 2009
Doni Setyawan, 2018. Kabinet Yang Dibentuk Presiden Megawati.
Diakses dari http://www.donisetyawan.com/kabinet-yang-
dibentuk-presiden-megawati/
Dwi Wahyu Atmaji, 2016. Relevansi dan Kontekstualisasi Strategi
Reformasi Birokrasi 2015-2019. Diakses dari
https://www.menpan.go.id/site/cerita-sukses-rb/relevansi-dan-
kontekstualisasi-strategi-reformasi-birokrasi-2015-2019-1

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 105


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Inggried Dwi Wedhaswary, 2014. "Nawa Cita", 9 Agenda Prioritas


Jokowi-JK. Diakses
dari https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Na
wa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jokowi-JK.
H. Jufri, M.Si. 2019. Reformasi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik.
Diakses dari https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/313-
reformasi-birokrasi-dalam-pelayanan-publik
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi, Paradigma
Yogyakarta
Kumorotomo, 2015. Reformasi Birokrasi, UU No.5/2014 Tentang ASN
dan Tantangan Manajemen Pelayanan di Daerah. Seminar
Reformasi Birokrasi, Setda Kab Bantul 19 Oktober 2015. Diakses
dari
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/Reformasi%20Birokrasi,
%20UU-
ASN%20dan%20Tantangan%20Manajemen%20Pelayanan%20
di%20Bantul.pdf
McCourt, Willy. 2007. The Merit System and Integrity in The Public
Service. IDPM, University of Manchester. No. 20
Media Indonesia, 2019. Tantangan dan Strategi Reformasi Birokrasi
2020.
diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/278422-
tantangan-dan-strategi-reformasi-birokrasi-2020
Miftah Thoha, 2003. Birokrasi Pemerintah Indonesia, Jakarta,
Penerbit Kencana
Museum Kepresidenan, (2020). Abdurrahman Wahid Dan Reformasi
Birokrasi. Diakses dari

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 106


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/abdurrahman-
wahid-dan-reformasi-birokrasi/
mediaindonesia.com. 2019. Tantangan dan Strategi Reformasi
Birokrasi 2020. diakses dari
https://mediaindonesia.com/read/detail/278422-tantangan-dan-
strategi-reformasi-birokrasi-2020
menpan.go.id, 2009. Reformasi Birokrasi. Diakses dari
https://www.menpan.go.id/site/reformasi-birokrasi/makna-dan-
tujuan#
Prastowo, Yustinus, 2014, Reformasi Birokrasi dan Persoalan Subjek
Etis.
Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor. 2016. Rencana
Strategis 2015- 2019, BPKP, Februari 2016
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi
Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan: Mewujudkan
Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik. Bandung:
Refika Aditama
Setyowati, Endah. 2014. Analisis Merit System dalam Proses
Rekrutmen dan Seleksi CPNS di Kota Malang (Pelaksanaan
Rekrutmen dan Seleksi CPNS Tahun 2010). Disertasi
Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Siregar, Efrem Limsan. 2019. Ini 5 Hal Prioritas Jokowi di Kekuasaan
Jilid II. Diakses dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191021075342-4-
108566/ini-5-hal-prioritas-jokowi-di-kekuasaan-jilid-ii

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 107


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

Stahl, G. O. 1962. Public Personnel Administration. London: Harper


& Row
Supriyadi Pro, 2016. 6 Kebijakan Megawati Ketika Menjadi Presiden
RI. Diakses dari https://www.sejarah-
negara.com/1571/kebijakan-megawati/
virtuco, 2020. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno
Putri. Diakses dari https://virtuco.co.id/masa-pemerintahan-
presiden-megawati-soekarno-putri/
Young, Michael, 1958. The Rise of Meritocracy, 1870-2033, London:
Thames and Hudson.
Zenita Saleh, 2020. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Diakses dari
https://www.academia.edu/36626071/Masa_Pemerintahan_Pre
siden_Susilo_Bambang_Yudhoyono

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 108


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

KUNCI JAWABAN

Latihan II
1. A
2. B
3. D
4. C
5. A

Latihan III
1. C
2. D
3. B
4. E
5. E

Latihan IV
1. A

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 109


PELATIHAN REFORMASI BIROKRASI

2. E
3. B
4. C
5. B

MODUL 1 | SEJARAH REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA 110

Anda mungkin juga menyukai