MINI RISET
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pelatihan &
OLEH
NIM. 931420161
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PRODI S1 MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
menyelesaikan mini riset. Mini riset ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mini riset ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan mini riset ini. Terlepas dari semua
itu, penulis meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki mini riset ini. Akhir kata penulis berharap semoga mini riset tentang
kualitas kinerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo ini dapat memberikan
BAB I .......................................................................................................................6
PENDAHULUAN ...................................................................................................7
BAB II ...................................................................................................................13
2.2.3 Febrianto Putra, La Ode Mustafa, dan Muhammad Arsyad (2019) ........25
BAB IV ..............................................................................................................31
PEMBAHASAN DAN HASIL.........................................................................31
4.2 Hasil.........................................................................................................38
BAB V ....................................................................................................................47
PENUTUP .............................................................................................................47
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang paling sulit dihadapi manajemen pada seluruh organisasi
saat ini adalah bagaimana membuat karyawan mereka bekerja secara efisien. Pada
hakekatnya sumber daya manusia merupakan salah satu modal dan memegang
secara terus menerus agar diperoleh kerja sumber daya manusia yang berkualitas
dalam arti yang sebenarnya, yaitu yang dilaksanakan akan menghasilkan sesuatu
yang memang dikehendaki. Berkualitas bukan hanya pandai saja, memenuhi semua
syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu, sehingga pekerjaan itu benar-benar
dapat diselesaikan sesuai rencana. Konsep kualitas atau mutu yang dipandang
sesuatu yang relatif, yang tidak selalu mengandung arti yang bagus, baik dan
Sumber daya manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja sebagai
penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang
kemampuannya. Sumber daya manusia (SDM) juga merupakan suatu hal yang
sangat penting dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat
penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
Manajemen sumber daya manusia bisa didefinisikan sebagai proses serta upaya
(Sule, 2005:94).
maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu (Umar, 2001:
331). (Syamsurizal:2016).
rencana organisasi yang telah ditetapkan. Peranan sumber daya manusia akan
semakin penting ketika berada pada era globalisasi yang penuh dengan tantangan.
Mengingat hal tersebut, sudah menjadi sebuah keharusan bagi organisasi untuk
(Mangkunegara, 2001) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
berdampak pada kinerja organisasi. Atau dengan kata lain, kinerja pegawai dapat
prestasi kerja (performance). (Aries & Baskoro, 2012). Kinerja merupakan hasil
dari suatu proses (Suryadi, 2010) atau tingkat keberhasilan seseorang atau
Basri, 2005) baik secara kualitas maupun kuantitas (Mangkunegara, 2001). Oleh
karena itu menurut Ashwatappa kinerja selalu diukur dari aspek hasil bukan upaya
yang dilakukan individu, yakni seberapa baik individu dapat memenuhi tuntutan
pekerjaannya (Hosmani & Shambhushankar, 2014). (Ririn Nur Indah Sari & Hady
Siti Hadijah:2016).
Kinerja merupakan salah satu konsep dalam manajemen sumber daya manusia
yang salah satunya dipengaruhi salah satunya oleh budaya organisasi. Semakin
serta pengukuran kinerja juga menjadi krusial untuk diperhatikan. Lawler dan
dalam melaksanakan tugas. Oleh Minner (Sutrisno, 2010: 170) menjelaskan kinerja
sebagai harapan terhadap seseorang untuk dapat berfungsi dan berperilaku sesuai
tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu, kesuksesan organisasi dalam
Dewasa ini kata kualitas mempunyai beragam interpretasi, tidak dapat didefinisikan
secara tunggal, dan sangat tergantung pada konteksnya. Sumber daya manusia perlu
dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh kerja sumber daya manusia
yang berkualitas dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya
pandai saja, tetapi memenuhi semua syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu,
adalah ukuran seberapa baik seorang karyawan dalam mengerjakan apa yang
seharusnya ia kerjakan. Dua hal yang dievaluasi dalam menilai kinerja karyawan
berdasarkan definisi diatas yaitu perilaku dan kualitas kerja karyawan. Yang
adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau
cara dimana para karyawan diberi kesempatan untuk turut berperan menentukan
cara mereka bekerja dan sumbangan yang mereka berikan kepada organisasi dalam
sebagai karakteristik produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau konsumen
dan diperoleh melalui proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan. Maka
dapat disimpulkan dengan kualitas atau mutu adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh
setiap produk barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang
pegawai masih kurang dalam hal pelaksanaan tugas dan pokok - pokoknya. Hal ini
diselesaikan pada hari itu juga. Akibatnya tugas tersebut masih harus dilaksanakan
berulang Hal ini dibuktikan dengan masih adanya pegawai yang sering
mengabaikan pekerjaan pada saat jam kerja, dan ada juga pegawai yang sering
berkomunikasi yang tidak berkaitan dengan pekerjaan saat jam kerja berlangsung.
Dan salah satu faktor penyebab kurang disiplin pegawai dilihat dari lambatnya
berdampak pada kinerja pegawai itu sendiri. Dengan demikian semua kendala yang
nampak, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa kinerja pegawai pada Dinas
Kesehatan Gorontalo masih kurang baik dilihat dari rendahnya tingkat kinerja
pegawai di Dinas Kesehatan Gorontalo tersebut. (Muhammad Zulkifli
Bakala:2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
yaitu kurangnya disiplin kerja, serta kurangnya pelayanan pada Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo.
dalam penelitian ini yaitu bagaimana kualitas kinerja Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan serta pengetahuan
Gorontalo.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
berikut:
customer satisfaction).
standarisasi maupun persyaratan dari pelanggan itu jalan yang paling ideal melalui
besar untuk penelitian dalam rangka mengetahui kondisi pasar dan pelanggan
mereka.
Kinerja atau performance salah satu dimensi dari kualitas, yang oleh
ketika ingin membeli suatu produk. Rue dan Byars (1981) dalam Keban (1995)
Mangkunegara (2008) menjelaskan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance yakni prestasi kerja atau prestasi yang ingin
dicapai. Kinerja mencakup input, proses, dan output organisasi, yang menjadi
kerjakan. Dua hal yang dievaluasi dalam menilai kinerja karyawan berdasarkan
definisi diatas yaitu perilaku dan kualitas kerja karyawan. Yang dimaksud dengan
dedikasi dan partisipasi karyawan. Sedangkan kualitas kerja adalah suatu standar
fisik yang diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan
dan sumbangan yang mereka berikan kepada organisasi dalam rangka pencapaian
dilihat pada outputnya, tetapi juga mencakup proses yang dijalankan sesuai
karakter-karakter yang dimiliki oleh setiap orang yang berbeda antara orang yang
satu dengan yang lainnya. Sumber daya yang terpenting dalam organisasi sumber
daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha
mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap
manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
karyawan tetapi juga mempersiapkan mereka untuk membuat lebih baik kesehatan
mereka agar dengan pikiran yang aktif dan pemikiran yang lebih produktif
membuat lebih mudah bagi karyawan untuk memperoleh pengetahuan lebih lanjut
berdasarkan pondasi yang diperoleh dari pelatihan dan efek perubahan lebih
lanjut dalam rekan kerja lainnya (Jagero et al, 2012). Tercapainya suatu tujuan
perusahaan bisnis jika ingin bertahan dalam suatu lingkungan persaingan, pada
umumnya harus memiliki sejumlah sumber daya yang dijadikan andalan untuk
dengan mengeluarkan peraturan yang harus dilakukan oleh tiap karyawan dalam
rangka menjaga agar karyawan tetap berada dalam koridor aturan yang telah
(2008) adalah kriteria pendapat, kriteria belajar, kriteria perilaku, dan kriteria
Dari 2 ahli yang dirujuk, maka peneliti memilih indikator dari Sultana et
kompetensi, dan perilaku karyawan untuk lebih baik lagi sehingga sesuai dengan
Banyak ahli berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Namun
dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Menurut
Suprijanto (2007: 158), dalam bukunya berjudul Pendidikan Orang Dewasa dari
teori hingga aplikasi menyatakan bahwa “pelatihan adalah salah satu metode dalam
pendidikan orang dewasa atau suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam
yang spesifik”. Sedangkan Partisipatif adalah: keterlibatan mental dan emosi serta
fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam
objective oriented).
hal yang telah dikuasai warga belajar atau dari pengalaman yang telah
berikut:
kebutuhan pelatihan merupakan hal yang sangat perlu karena suatu kegiatan
tersebut dapat berupa manusia dan dapat pula berupa non manusia. Di
Tujuan adalah merupakan arah atau target yang akan dicapai dalam suatu
pelatihan, maka perlu dirumuskan tujuan dengan jelas dan terarah, baik yang
Alat evaluasi awal digunakan untuk mengadakan evaluasi awal (pre test)
peserta. Sedangkan alat evaluasi akhir (post test) adalah digunakan untuk
menyeluruh.
Tahapan ini merupakan inti pelaksaan kegiatan pelatihan. Pada tahapan ini
ketrampilannya. Evaluasi awal ini dapat berupa tes tulis dan dapat juga tes
lisan.
evaluasi awal.
4. Pemantauan kegiatan.
5. Evaluasi kegiatan.
pelatihan.
human capital menjadi sangat penting karena dapat menghasilkan nilai tambahan
untuk perusahaan, maka peran dan fungsi seorang karyawan bertujuan untuk
memanfatkan waktu secara efektif. Sebab, apabila karyawan tidak bekerja secara
produktif dan tidak efisien, maka karyawan tidak lagi menjadi modal terpenting
dilaksanakan. Diantaranya :
kelangsungan perusahaan.
mempercayai apa yang disarankan oleh karyawan yang telah memiliki pengalaman
seperti :
Setiap perusahaan ada suatu aturan yang mengatur tentang kewajiban dari
masing-masing pihak. Dengan adanya kewajiban itu harus dipatuhi dan ditaati
perusahaan.
menjalankan tugasnya dengan baik agar tercapai tujuan dan mendapatkan hasil
yang optimal.
dan Masalah Gizi Balita di Bone, Sulawesi Selatan”. Penelitian ini membahas
kader.
satuan kerja maupun diluar satuan kerja dengan tujuan menigkatkan keterampilan
dan kemampuan kerja serta kreatvitas dan inovatif. Ini harapan dari oemerintah
yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya tetapi mereka diarahkan untuk
yang di mana variabel yang digunakan ada dua atau lebih. Maka dari itu, kerangka
berpikir tersebut terdiri dari beberapa variabel yang kemudian akan dijelaskan
Y KUALITAS KINERJA
Menurut Flippo (2005:28) kualitas kerja adalah suatu
hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan
efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber
daya manusia atau sumber daya lainnya dalam
pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan
baik dan berdaya guna.
BAB III
METODE RISET
3.1.1 Lokasi
yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal
pada pengertian lokasi sosial yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku,
tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun yang menjadi lokasi penelitian
3.1.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, yakni Oktober 2022
subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel
Subjek penelitian ini yaitu seluruh pegawai yang berada di Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo.
3.3 Bentuk dan Jenis Data
ini, penulis menggunakan data sekunder yang merupakan berbagai informasi yang
telah ada sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif.
mengumpulkan data yang didasarkan pada latar alamiah. Tentu saja, karena
dilakukan secara alamiah atau natural, hasil penelitiannya pun juga ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
pengaturan secara sistematis catatan lapangan yang telah diperoleh dari wawancara,
observasi serta bahan lain agar peneliti dapat melaporkan hasil penelitian. Miles
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak
pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatif manusia
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai
Gorontalo Tahun 2001 yang bertempat di Kota Gorontalo. Kantor Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo beberapa kali berpindah tempat dan sejak tahun 2012
mempunyai kantor yang menetap dengan alamat jalan Pangeran Hidayat Kec. Kota
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang makin bermutu dan usaha yang
mampu mewujudkan manusia yang tangguh, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
yang mandiri untuk hidup sehat dan misi : Peningkatan kualitas sumber daya
yang bermutu, merata dan terjangkau. Struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo terdiri dari Kepala Dinas sebagai Kepala Kantor dan yang dibantu oleh
Sekretaris dan para Kepala Sub Dinas serta Kepala Seksi. Kepala Dinas sebagai
kebijakan yang didelegasikan masing-masing kepada Sub Dinas, Sub bagian serta
new public management (NPM). Sistem ini menekankan pencapaian hasil dan
akuntabilitas dalam menjamin anggaran publik secara bijaksana, dan merupakan
pencapaian Visi, Misi, dan delapan program prioritas yang tertuang dalam RPJMD
(RPJMN) tahun 2020 - 2024 telah menentukan strategi yang terurai dalam lima
point yaitu:
telah ditetapkan pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2017 tentang Rencana
Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi tersebut dilakukan melalui 5 (lima) Misi
pembangunan yaitu:
upaya kesehatan yang merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung
(Pemulihan Kesehatan). Sarana kesehatan yang akan dibahas pada bab ini meliputi
Toko Obat). Selain itu juga ada sarana Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yakni Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos Pembinaan Terpadu
sebagai berikut:
kerja. (Depkes RI, 2011). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa Puskesmas adalah
Promotif dan Preventif dengan standar minimal wilayah kerja satu Kecamatan satu
ini masih sama dengan tahun 2019. Puskesmas yang ada saat ini masih belum
mencapai target untuk melayani jumlah penduduk yang ada di Provinsi Gorontalo
dengan target rasio jumlah puskesmas dibandingkan dengan jumlah penduduk per
100.000 yakni 8 per 100.000 penduduk. Capaian ini masih lebih rendah dari target
yang seharusnya dilaksanakan tahun 2020 yakni 9 per 100.000 penduduk. Sehingga
2. Rumah Sakit
rujukan yang berkualitas sangat tinggi. Rumah Sakit saat ini merupakan pusat
pelayanan yang memiliki peran kompleks, dinamis dan kompetitif sebagai pusat
terdapat 14 unit Rumah Sakit yang terdiri dari 10 (sepuluh) Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dan 4 (empat) Rumah Sakit Swasta yang terdiri dari 3 (tiga) RS
Umum dan 1 (satu) RS Ibu dan Anak. Adapun ke 10 RSUD tersebut yakni : 1).
RSUD Prof. DR. Aloe Saboe Kota Gorontalo, 2). RSUD MM. Dunda Limboto, 3).
RSUD Tani dan Nelayan Boalemo, 4). RSUD Pohuwato 5). RSUD Toto Kabila 6).
RSUD Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo 7). RSUD Otanaha Kota Gorontalo
8). RSUD Tombulilato di Kabupaten Bone Bolango dan 9). RSUD Zainal Umar
pengelolaan swasta terdiri dari 1 RS yakni RS Ibu dan Anak Siti Hadidjah Kota
Gorontalo.
Akses dan mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang
disediakan baik secara geografis, sosial, budaya dan ekonomi. Akses dan mutu
tempat tinggal ke sarana pelayanan kesehatan apakah dapat dengan cepat dijangkau
upaya kesehatan primer maupun upaya kesehatan sekunder serta tersier, meliputi
Pendayagunaan SDM Kesehatan yakni dengan Metode Analisis Beban Kerja dan
Tahun 2015 tentang Puskesmas dan Permenkes 56 Tahun 2015 tentang Klasifikasi
tahunnya.
pelayanan serta perlu didukung oleh etika profesi, untuk standar kompetensi Dinas
melibatkan unsur profesi yang ada di provinsi Gorontalo dan sudah di buatkan Surat
Keputusan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Provinsi Gorontalo
Gorontalo yang sudah terakreditas B dan untuk peningkatan mutu sdm kesehatan
daerah yang tidak diminati, seperti : daerah terpencil, daerah sangat terpencil,
daerah tertinggal, daerah perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta daerah
bencana dan rawan konflik, dalam rangka mewujudkan program ppsdm kesehatan
dalam hal ini Pusat Perencanaan dan pendayagunaan SDMk telah membuat
program yakni Wajib Kerja dokter Spesialis untuk memenuhi kebutuhan dokter
spesialis di ruamah sakit tipe C yang ada di provinsi dan perekrutan dan penempatan
tenaga kesehatan nusantara sehat berbasis tim dan individu melalui aplikasi dan
pendaftaran secara online dan bisa di akses oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada
diwilayah Indonesia.
komitmen yang kuat dari Pemerintah dan Pemda serta dukungan peraturan
manusia kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi bagi nakes
4.2 Hasil
berorientasi pada keluaran (out put) dan hasil (out comes) yang ingin dicapai selama
kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu untuk tahun 2017 – 2022 dengan
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
serta strategi atau cara mencapai tujuan dan sasaran. Peneliti akan menyajikan hasil
1. Karakteristik Responden
berikut:
Laki-Laki 39 60,94
Perempuan 25 39,06
Jumlah 64 100
Berdasarkan Pendidikan
S2 10 15.63
S1 38 59,37
D III – D IV 6 9,37
SLTA 10 15,63
Jumlah 64 100
Berdasarkan Tingkat
Golongan
IV 3 4,69
III 49 76,56
II 12 18,75
Jumlah 64 100
atas item-item pernyataan yang diajukan digunakan nilai rata-rata. Dimana dalam
variabel yang dikemukakan ada tiga yang terdiri dari dua variabel bebas (X) dan
satu variabel terikat (Y), dimana variabel bebas adalah Pegawai dan Pelatihan
distribusi frekuensi jawaban responden dari data yang telah dikumpulkan. Dalam
sangat negatif ke sangat positif yang dituangkan dalam pilihan jawaban kuisioner.
penilaian dari rata-rata tersebut maka dibuat interval sebesar 5 (lima), adapun rumus
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑃=
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
Keterangan:
Rentang= nilai tertinggi – nilai terendah
5−1
P= = 0,8
Pegawai (X1), Pelatihan Partisipatif (X2) terhadap Kualitas Kinerja pada Dinas
Kesehatan Provinsi secara simultan (bersama – sama). Jika Fhitung > Ftabel, berarti
H0 ditolak dan H1 diterima, begitu pula sebaliknya. Untuk melihat model hubungan
antar variabel Pegawai (X1), Pelatihan Partisipatif (X2) dengan Kualitas Kinerja (Y)
maka dilakukan dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS For Windows versi
21.0. Hasil uji signifikansi model regresi linear antara variabel Pegawai (X1), Pelatihan
Partisipatif (X2) dengan Kualitas Kinerja (Y) dapat dilihat pada table ANOVA hasil output
Sum ofSquares
Model Df Mean Square F Sig.
Total 11.180 63
Tabel 4.2.2
Dari table ANOVA di atas, dengan pengujian uji F diperoleh nilai signifikan = 0,000
< α = 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti bahwa model regresi Pegawai (X1),
Pelatihan Partisipatif (X2) dengan Kualitas Kinerja (Y) sangat signifikan. Dengan
demikian, berdasarkan hasil analisis regresi linear di atas, maka dapat diketahui
bahwa terdapat adanya hubungan antara Pegawai (X1), Pelatihan Partisipatif (X2)
Uji T atau uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah variabel Pegawai
Kinerja Pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo secara parsial (masing
– masing). Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima,begitu pula
sebaliknya. Selain itu pula, dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan t <
Hasil uji regresi linier berganda antara variabel Pegawai (X1), Pelatihan
Partisipatif (X2) dengan Kualitas Kinerja (Y) dapat dilihat pada hasil output SPSS
berikut ini :
Tabel 4.2.3
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Partisipatif
a. Dependent Variable: Y
Persamaan regresi sederhana yang diperoleh dari table Coefficients dari model regresi
sederhana antara variabel Pegawai (X1), Pelatihan Partisipatif (X2) dengan Kinerja
menunjukkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan skor pegawai dan pelatihan
partisipatif, maka akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor kinerja pegawai
Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui apakah hubungan kedua variable ini signifikan maka dapat dilihat
dari nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, yang berarti H 0 ditolak dan terima H1.
demikian, maka besarnya nilai koefisien determinasi yang dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.2.4
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan pada hasil output SPSS pada tabel diatas, diketahui bahwa
Kinerja (Y) adalah 0,651 atau 65,1 %. Untuk mengetahui apakah hubungan ketiga
variable ini signifikan maka dapat dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, yang
berarti H0 ditolak dan diterima H1. dengan Kinerja pegawai (Y) adalah: Y’ =
kenaikan atau penurunan skor pegawai dan pelatihan partisipatif, maka akan
diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor kinerja pegawai sebesar 0,311 dan
Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui apakah hubungan kedua variable ini signifikan maka dapat dilihat
dari nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, yang berarti H 0 ditolak dan terima H1.
Dengan ditolaknya H0 maka berarti terdapat hubungan positif yang signifikan
antara Pegawai (X1), Pelatihan Partisipatif (X2) dengan Kualitas Kinerja (Y). Dengan
demikian, maka besarnya nilai koefisien determinasi yang dapat dilihat pada tabel
1
.807a .651 .639 .25303
Tabel 4.2.4
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan pada hasil output SPSS pada tabel diatas, diketahui bahwa
Kinerja (Y) adalah 0,651 atau 65,1 %. Untuk mengetahui apakah hubungan ketiga
variable ini signifikan maka dapat dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, yang
berarti H0 ditolak dan diterima H1. Dengan besarnya koefisien determinasi 0,651
yang berarti 65,1 % variasi yang terjadi pada kinerja pegawai ditentukan oleh
Selanjutnya, hasil uji regresi linear ganda antara variable pegawai (X1) dan pelatihan
partisipatif (X2) dengan kualitas kinerja (Y) dapat dilihat pada hasil output SPSS
berikut ini:
UnstandardizedCoefficients Standardized
Coefficients
Partisipatif
Tabel 4.2.5
a. Dependent Variable: Y
Persamaan regresi ganda yang diperoleh dari table Coefficients dari model regresi ganda
antara variable kualitas sumber daya manusia (X1) dan pelatihan (X2) dengan kinerja
menunjukkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan skor kualitas sumber daya
manusia dan pelatihan, maka akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor kinerja
pegawai sebesar 0,311 dan 0,530 dan pada konstanta 0,576. Analisis korelasi ganda
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
SPSS For Windows versi 21.0. disimpulkan bahwa Analisis Peran Pegawai
partisipatif diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,319. Nilai korelasi tersebut
positif dan tergolong cukup kuat sehingga dapat dikatakan bahwa jika pegawai
memiliki kualitas kinerja yang meningkat maka hasil kinerja pegawai yang akan
dicapai Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo akan meningkat. Korelasi ini sejalan
pula dengan persamaan regresi linear antara pegawai dengan kualitas kinerja yaitu
penurunan skor pegawai, maka akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor
kualitas kinerja sebesar 0,311 pada konstanta 0,576. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari kualitas kinerja
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang menyatakan
terdapat hubungan positif yang signifikan antara peran pegawai dengan kualitas
kinerja secara empiris telah terbukti kebenarannya. Karena itu dapat dikatakan bahwa
tingkat peran pegawai dapat meningkatkan kualitas kinerja. Besarnya tingkat peran
pegawai terhadap kualitas kinerja adalah 65,1 %. Berdasarkan analisis hasil
nilai koefisien korelasi sebesar 0,568. Nilai korelasi tersebut positif dan tergolong
cukup kuat sehingga dapat dikatakan bahwa jika pelatihan partisipatif yang
diberikan pegawai meningkat maka hasil kualitas kinerja pegawai yang akan
dicapai Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo akan meningkat. Korelasi ini sejalan
pula dengan persamaan regresi linear antara pegawai dengan kualitas kinerja yaitu
penurunan skor pelatihan, maka akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor
kualitas kinerja sebesar 0,530 pada konstanta 0,576. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari kinerja pegawai
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang menyatakan
terdapat hubungan positif yang signifikan antara pelatihan partisipatif dengan kualitas
kinerja secara empiris telah terbukti kebenarannya. Karena itu dapat dikatakan
Salah satu variabel yang dianggap paling berperan penting dalam penelitian ini
dan diduga turut memberikan kontribusi terhadap peran pegawai adalah tingkat
kualitas kinerja dan pelatihan partisipatif kepada para pegawai sebagai fasilitator
yang harus dipenuhi oleh organisasi (kantor) dalam proses pencapaian tujuan yang akan
dicapai. Hasil temuan pada analisis regresi dan korelasi ganda antara peran pegawai
dan pelatihan partisipatif dengan kualitas kinerja. Hasil menunjukkan bahwa koefisien
korelasi peran pegawai dan pelatihan partisipatif dengan kualitas kinerja adalah sebesar
kuat sehingga dapat dikatakan bahwa hasil kinerja yang dicapai oleh pegawai dapat
ditentukan oleh kualitas kinerja dan pelatihan partisipatif yang diberikan oleh
organisasi (kantor).
partisipatif turut menentukan hasil kualitas kinerja pegawai. Uraian ini sejalan
makna setiap kenaikan atau penurunan skor kualitas kinerja pegawai dan pelatihan
partisipatif, maka akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor kualitas kinerja
sebesar 0, 311 dan 0,530 pada konstanta 0,576. Oleh karena regresi tersebut bergerak
secara linear maka dapat dikatakan bahwa untuk memprediksi kualitas kinerja pegawai
pada kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo maka dapat ditentukan berdasarkan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Variabel peran pegawai dan
dengan koefisien sebesar 0,311 (X1) dan 0,530 (X2), karena merupakan nilai constant
0,576 dan nilai signifikan pada 0,00 dimana signifikannya lebih kecil dari 0,05. Dengan
berpengaruh Signifikan terhadap kualitas kinerja pegawai, karena hasil yang saya olah
5.2 Saran
melakukan pelatihan partisipatif, maka saran dari penulis yaitu dianggap perlu
melakukan pelatihan partisipatif secara berkala kepada para pegawai agar para
Dachlan DM. Kinerja posyandu. Dalam pelatihan tenaga gizi desa dalam rangka
Ghozali, I. (2002). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (4th ed.).
Sumber Daya Manusia cetakan keenam belas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kountur, R. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripi dan Tesis. Jakarta:
Manusia. Edisi Dua. Cetakan keempat. Bandung: Alfabeta, CV. Mathis, R. L.,
Salemba Empat.
Al-Ta’dib, 150-161.
3.
Tunggal, Amin Widjaya, 1997. Kamus Manajemen Sumberdaya Manusia:
Yani, Ahmad, 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah di