Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENUNAIKAN AMANAH MENURUT AL QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir 11 (Siyasah Imaroh)

Dosen Pengampu: Ach. Zaini, Lc. M. Ag

Haniyah

Lailatul munawwaroh

Siti aliatus solihah

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USLUHUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM AL KHAIRAT (IAIA)

PAMEKASAN

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Untaian kalimat syukur kami haturkan kehadirat Allah swt yang telah
mengkaruniai nikmat besar yang berupa kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini seoptimal mungkin walaupun kenyatannya masih jauh
dari kata sempurna karena kami selaku insane dhoif tentunya tidak luput dari kekurangan
dan kekhilafan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah swt selaku Dzat yang maha
kuasa.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad
yang telah mewarnai dunia dengan khazanah keilmuan yang bernuansa nur islam.

Dalam penulisan makalah ini kami selaku insane dhoif yang tak lepas dari
kekhilafan, maka kritik dan saran sangatlah kami harapkan dan akan menerima dengan
lapang dada dan hati terbuka.

Harapan kami semoga makalah ini dapat memancarkan beribu ribu manfaat
walaupun didalamnya terdapat banyak kekurangan.

Pamekasan, 17 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman sampul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ..1


B. Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .1
C. Tujuan penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian amanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B. Macam-macam amanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
C. Manusia sebagai pengemban amanah . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada seluruh umat
manusia melalui nabi Muhammad Saw untuk menjadi petunjuk dalam menjalani
kehidupan ini. Al qur’an berisi ayat-ayat yang arti etomologisnya “tanda-tanda”
dalam bentuk bahasa arab mengandung berbagai aspek kehidupan manusia dan
tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan semata.
Allah memeberikan amanah kepada langit tapi langit tidak mampu
mengembannya kemudian diberikan kepada bumi dan gunung ternyata semuanya
tidak mampu memikulnya. Namun, hanya manusia yang berani menerima amanah
tersebut. Amanah pada kenyataannya tidak semudah yang dipikirkan karena
dengan adanya amanah berarti ada pembebanan atau tuntutan bagi yang
bersangkutan untuk merealisasikan. Dalam hadis disebutkan “tidak ada keimanan
bagi orang yang tidak melaksanakan amanah”. Oleh karena itu mengkaji makna
amanah dan aspeknya dalam al qur’an sangatlah penting, selain sebagai wawasan
keagamaan juga sebagai bentuk pengembangan kajian akademis.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian amanah?
2. Apa saja macam-macam amanah?
3. Bagaimana penjelasan al qur’an tentang manusia sebagai pengemban amanah?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian amanah
2. Untuk mengetahui macam-macam amanah
3. Untuk mengetahui ayat al qur’an tentang bagaimana manusia diberi amanah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian amanah
Amanah secara bahasa etimologis berasal dari bahas arab dalam bentuk
masdar dari [amina-amanatan] yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Namun
dalam penggunaannya di bahasa Indonesia, yang menyerap dari bahasa arab. Kata
ini juga menjadi dua kata yang berdekatan, yakni amanat dan amanah.
Adapun amanah menurut pengertian terminologi terdapat beberapa
pendapat, diantaranya menurut ahmad musthafa al-maraghi, amanah adalah sesuatu
yang harus di pelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan menurut ibn al-araby, amanah adalah segala sesuatu yang
diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya
untuk diambil manfaatnya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil
sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga
maupun jasa. Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak
orang lain untuk menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang
yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.
Maka dari banyak pengertian diatas, kita bisa simpulkan bahwa amanat
adalah melaksanakan sesuatu sesuai dengan haknya, baik secara individu, sosial,
interaksi lingkungan, maupun tentang hal ketuhanan.
B. Macam-macam amanah
Setelah semua tentang amanah yang kami ketahui dari berbagai sumber,
dapat di simpulkan bahwa amanah terbagi menjadi 4, yakni:
1. Amanah manusia terhadap tuhan, yaitu semua ketentuan tuhan yang harus
dipelihara berupa melaksanakan semua perintah tuhan dan meninggalkan
semua larangannya. Termasuk didalamnya menggunakan semua potensi dan
anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu
berasal dari tuhan. Sesungguhnya seluruh maksiat adalah perbuatan khianat
kepada Allah swt.
2. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada
yang mempunyainya, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan
kewajiban terhadap keluarga,kerabat dan manusia secara keseluruhan.
Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap
masyarakatnya, ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan
member petunjuk kepada mereka untuk memiliki I’tikad yang benar, member
motivasi untuk beramal yang member manfaat kepada mereka di dunia dan
akhirat, memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta
meberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar
dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan.
Amanah dalam kategori ini juga adalah seorang suami berlaku adil terhadap
istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami istri tidak menyebarkan rahasia
pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik
dan bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak
pernah melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
4. Amanah terhadap lingkungan, amanah terhadap lingkungan hidup berupa
memakmurkan dan melestarikannya, tidak berbuat kerusakan di muka bumi,
eksploitasi terhadap kekayaan alam secara berlebihan tanpa memperhatikan
dampak negatifnya yang berakibat rusaknya ekosistem, illegal loging, illegal
maning dan pemburuan binatang secara liar merupakan sikap tidak amanah
terhadap lingkungan yang berakibat terjadinya berbagai bentuk bencana alam
seperti gempa bumi, longdor dan banjir serta bencana alam lainnya yang
mempunyai dampak kerusakan bahkan musnahnya tatanan sosial kehidupan
manusia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa amanah melekat pada diri
manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, individu,
makhluk sosial dan interaksinya dengan lingkungan.

C. Manusia sebagai pengemban amanah


Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini,
sebagaimana telah disebutkan dalam al qur’an. Allah memerintahkan manusia
untuk menjaga bumi ini dan tidak membuat kerusakan di dalamnya. Ini merupakan
sebuah amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang harus di tunaikan,
sebagai konsekuensi terhadap apa yang diterimanya. Allah mengembankan amanah
ini kepada langit, bumi dan gunung-gunung namun mereka semua enggan
menerimanya dikarenakan takut tidak bisa menunaikan amanah tersebut. Kemudian
amanah itu diberikan kepada manusia, manusia ditunjuk oleh Allah sebagai
pengemban amanah sebagimana yang telah Allah firmankan didalam al qur’an
surat al-ahzab:72
‫ان‬EE‫ه ك‬EE‫ن ان‬EE‫انا عرضنا االمانة على السموات واالرض والجبال فاءبين ان يحملنها و اشفقن منها وحملها االنس‬
‫ظاوما جهوال‬
“sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi
dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu
dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan di pikullah amanah itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat
bodoh”.[ al-qur’an al-ahzab:72]
Menurut quraish shihab, ayat ini mempunyai hubungan yang erat dengan
ayat sebelumya surat al-ahzab ayat 70-71 yang menyebutkan bahwa sikap taat
kepada Allah dan rasul akan mendapatkan keberuntungan yang besar. Akan tetapi,
jika tidak taat kepada Allah dan rasul yang termasuk di dalamnya taat untuk
menunaikan amanah maka akan mendapatkan kerugian yang besar. Dalam hal ini,
beliau menyebutkan bahwa Allah telah menawarkan amanah yakni tugas
keagamaan pada langit, bumi dan gunung-gunung agar mereka memikulnya, tetapi
mereka semua enggan untuk menerimanya dikarenakan mereka takut
mengkhianatinya jika mereka menerimanya. Kemudian Allah menawarkan kepada
manusia dan di pikullah amanah itu. Dalam memikul amanah ini, manusia tidak
menunaikannya dengan baik padahal ia mau menerimanya, sehingga Allah
menyebut manusia sebagai makhluk yang amat dzalim dan bodoh karena mau
menerima amanah itu dan kemudian mengkhianatinya.
Selanjutnya dalam menafsirkan ayat ini, quraish shihab menjelaskan bahwa
kata ‘aradhna terambil dari kata ‘aradha yakni memaparkan sesuatu kepada pihak
lain agar dia memilih untuk menerima atau menolaknya. Menurut beliau ayat ini
mengilustrasikan tawaran Allah kepada yang disebutkan dalam ayat ini yakni
langit, bumi dan gunung-gunung. Akan tetapi mereka enggan menerimanya.
Sehingga, Allah pun memaparkan dan menawarkannya pada manusia dan itu tidak
bersifat paksaan. Beliau melanjutkan siapa yang ditawari itu tentulah dinilai oleh
yang menawarkannya memiliki potensi untuk melaksanakan amanah itu. Dan
penerimaan amanah itu menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi untuk
melaksanakannya karena tidak mungkin Allah memberikan amanah itu kepada
manusia sedang dia tidak tahu apakah manusia itu dapat menunaikainnya atau
tidak. Adanya ayat menyebutkan tentang penolakan langit, bumi dan gunung-
gunung ini menunjukkan betapa besarnya amanah itu.
Dalam menafsirkan ayat ini, menurut quraish shihab ulama berbeda
pendapat dalam menjelaskan amanah disini, sebagaimana beliau kemukakan dalam
penafsiran selanjutnya. Beliau mengungkapkan bahwa dalam mengartikan kata
amanah ini ada yang mempersempit maksudnya sehingga menentukan bahwa
amanah tersebut merupakan kewajiban keagamaan tertentu seperti rukun islam,
puasa, dan mandi janabah. Ada pula sebagian ulama yang memperluas maksudnya
yaitu segala sesuatu yang mencakup beban keagamaan. Dan juga ada yang
menyebutkan bahwa amanah itu adalah akal. Selain itu, quraish shihab
menyebutkan pula pendapat bahwa amanah pada ayat ini segala sesuatu yang
diserahkan kepada seseorang untuk dipelihara dan di tunaikan sebaik mungkin
serta menghindari segala bentuk penyia-nyiaannya, baik karena sengaja maupun
karena lalai atau lupa.
Amanah merupakan tugas yang wajib ditunaikan, sebagaimana dalam al-
qur’an Allah telah memerintahkan agar setiap amanah yang diberikan pada
siapapun harus dilaksanakan, firman Allah dalam al-qur’an surat an-nisa’ayat 58:
‫ه ان‬EE‫ا يعظكم ب‬EE‫دل ان هللا نعم‬EE‫وا بالع‬EE‫ان هللا ياءمركم ان تئدوا االمنت الى اهلها واذا حكمتم بين الناس ان تحكم‬
‫هللا كان سميعا بصيرا‬
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya, dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha
melihat. [QS. An-nisak:58]
Dalam menafsirkan ayat ini, quraish shihab menjelaskan bahwa Allah
memerintahkan manusia agar dapat mengemban dan menunaikan amanah secara
sempurna dan tidak di tunda-tunda, meskipun amanah yang diserahkan itu begitu
banyak dan sulit untuk dilaksanakan. Kemudian, setelah Allah memerintahkan
untuk berbuat amanah, manusia pun dituntut untuk berlaku adil dalam menetapkan
hukum tanpa memihak kepada satu golongan pun meskipun itu terhadap musuhnya
sendiri. Konsekuensi dari adanya sikap adil dalam menetapkan hukum ini akan
memunculkan sikap amanah pada diri manusia itu sendiri. Dan menurut quraish
shihab, perintah untuk mennunaikan amanah dan bersikap adil dalam menetapkan
hukum ini merupakan pengajaran yang paling baik dari Allah untuk manusia.
Dalam memerintahkan amanah ini, Allah menggunakan kalimat huruf taukid
“inna” sehingga menunujukkan bahwa perintah untuk menunaikan amanah itu
harus dilaksanakan. Kemudian, Allah menggunakan kalimat fi’I mudhari’,
menunujukkan bahwa perintah itu tidak hanya berlaku sekarang, akan tetapi
berlaku pula di masa yang akan datang.
Amanah adalah kata yang sering di kaitkan dengan kekuasaan dan materi.
Namun, sessungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan yang
seperti itu. Secara syar’I, amanah bermakna manunaikan apa-apa yang dititipkan
atau dipercayakan.
Seperti makna dalam surat an-nisa’ ayat 58 diatas, ayat diatas menegaskan,
amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik.
Janji, menunaikan hak Allah, memperlakukan sesame manusia secara baik, itu
semua termasuk amanah. Para pemimpin juga memikul amanah yang sangat besar,.
Terkait dengan pemimpin ini, rasulullah bersabda, “setiap kalian adalah
pemimipin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Seorang raja adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban tentanng
mereka. Lelaki adalah pemimpin ditengah keluarganya dan ia akan diminta
pertanggung jawaban tentang mereka. Seorrang wanita adalah pemimpin dirumah
suaminya dan atas anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggung jawaban
tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan
diminta pertanggung jawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amanah secara etimologis di ambil dari bahasa arab [amina-amanatan]
yang berarti jujur atau dapat di percaya. Secara istilah ialah menyampaikan hak
apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan
tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga atau jasa.
Amanah ada 4 macam, diantaranya: amanah manusia terhadap tuhan,
amanah manusia kepada orang lain, amanah manusia terhadap dirinya sendiri,
amanah manusia terhhadap lingkungan.
Manusia sebagai pengemban amanah telah di jelaskan dalam al qur’an surat
al-ahzab ayat 72, yang mana pada awalnya Allah memberikan amanah pada
langit, bumi dan gunung-gunung. Namun, mereka enggan menerimanya karena
takut tidak bisa melaksanakan amanah tersebut, lalu Allah memberikan amanah
tersebut pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. quraish et al,. ensiklopedi al-qur’an: kajian kosakata.jakarta:


Lentera Hati, 2007.
Departemen agama RI. Al- qur’an dan terjemahannya.
Hakim, atang abdul dan jaih mubarok. Metodologi studi islam. Bandung:
remaja rosda karya offset,2006.

Anda mungkin juga menyukai