Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK LANJUTAN


(AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PENILAIAN KINERJA DISEKTOR PUBLIK)

DISUSUN OLEH:

THARIQ AZIS LATIF A062221007

GITA FITRI A062221015

NURUL AZINTHA ABBAS A062221041

RAHMANIAH A062221048

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
Lanjutan yang dibimbing oleh dosen kami, Dr. Nirwana, SE.,Ak.,M.Si.,CA. Diharapkan semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, September  2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah................................................................................................................1
3.1 Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
2.1 Akuntansi Manajemen .........................................................................................................2
2.2 Pengukuran/Penilaian Sektor Publik....................................................................................4
BAB III PENUTUP................................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................................14

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan organisasi sektor publik sangat membutuhkan akuntansi manajemen sektor
publik. Akuntansi manajemen dapat memberikan informasi-informasi tidak hanya informasi keuangan
tetapi juga informasi secara keseluruhan serta membantu organisasi sektor publik dalam proses
perencanaan dan pengendalian. Proses perencanaan bisa memberikan gambaran yang jelas tentang
target yang akan dicapai organisasi. Penerapan akuntansi manajemen sektor publik merupakan
langkah untuk mengelola semua sumber daya dalam organisasi. Organisasi sektor publik merupakan
organisasi yang berusaha memberikan pelayanan baik kepada publik, sehingga publik bisa merasa
puas akan pelayanan tersebut. Selain itu, akuntansi manajemen sector publik juga membantu
organisasi dalam melakukan pengendalian yang dibutuhkan untuk menjamin apakah tujuan
organisasi yang telah diterapkan bisa tercapai. Akuntansi manajemen dalam organisasi sektor public
pun juga berperan dalam merencanakan strategi, memberikan informasi biaya, penilaian investasi,
penganggaran, dan penentuan biaya pelayanan dan tarif pelayanan.
Pada saat ini kinerja organisasi sektor publik cukup mendapat sorotan oleh masyarakat,
terutama sejak timbulnya sistem yang lebih demokratis. Masyarakat mulai mempertanyakan atau
menilai apa saja yang mereka peroleh atas pelayanan yang diberikan. Sehingga organisasi sektor
publik sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari segi internal yaitu peningkatan
kinerja yang optimal dan segi eksternal yaitu adanya tuntutan masyarakat yang mengedepankan
akuntabilitas kinerja dan peningkatan pelayanan publik.
Salah satu peran akuntansi manajemen adalah melakukan penilaian atau pengukuran
terhadap organisasi sektor publik itu sendiri untuk menilai apakah organisasi tersebut sudah
menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga akuntabilitas kinerja dan kepuasan publik dapat
dicapai dengan mudah. Penilaian/pengukuran tersebut dapat dilakukan berdasarkan indikator-
indikator penilaian kinerja seperti indikator pada teknik analisis value for money yaitu ekonomi,
efisiensi dan efektivitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah hal-hal yang perlu kita ketahui tentang Akuntansi Manajemen terutama di Sektor Publik?
2. Apakah hal-hal yang perlu kita ketahui tentang Penilaian Kinerja di Sektor Publik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Akuntansi Manajemen terutama di Sektor Publik.
2. Untuk mengetahui tentang Penilaian Kinerja di Sektor Publik.
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Manjemen Sektor Publik


A. Pengertian Akuntansi Manajemen
Definisi Akuntansi Manajemen Menurut Charles T. Homgren (1993), definisi akuntansi
manajemen adalah proses identifikasi, pengukuran, akumulasi, analisa, penyiapan, penafsiran,
dan komunikasi tentang informasi yang membantu masing-masing eksekutif untuk memenuhi
tujuan organisasi.
Menurut Chartered Institute of Management Accountants, akuntansi manajemen adalah
proses identifikasi, pengukuran, akumulasi, analisis, penyusunan, interpretasi, dan komunikasi
informasi yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi dan pengendalian
dalam suatu entitas dan untuk memastikan sesuai dan akuntabilitas penggunaan sumber daya
tersebut. Akuntansi manajemen juga meliputi penyusunan laporan keuangan untuk kelompok non-
manajemen seperti pemegang saham, kreditur, badan pengatur, dan otoritas pajak.
B. Akuntansi Manajemen Sebagai Alat Perencanaan Organisasi
Perencanaan merupakan cara organisasi menetapkan tujuan dan sasaran organisasi.
Perencanaan organisasi sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi keadaan di masa yang
akan datang. Fungsi akuntansi manajemen sektor publik adalah untuk memberikan informasi
historis dan prospektif. Jenis informasi untuk perencanaan:
1. Informasi Rutin/Ad hoc
2. Informasi Kuantitatif/Kualitatif
3. Informasi Formal/Informal
C. Akuntansi Manajemen Sebagai Alat Pengendalian Organisasi
Pengendalian berfungsi menentukan apakan tujuan organisasi dijalankan secara efektif, efisien,
dan ekonomis. Alat pengendalian organisasi bisnis lebih bertumpu pada mekanisme negosiasi.
Alat pengendalian organisasi sektor publik adalah peraturan birokrasi.
Jenis informasi untuk pengendalian:
1. Alat Pengendalian Keuangan (financial control)
2. Alat Pengendalian Organisasi (organizational control)
3

D. Proses Perencanaan dan Pengendalian Manajerial Organisasi Sektor Publik

E. Peran Akuntansi Manajemen Sektor Publik


1. Perencanaan Strategik
Memberikan informasi untuk menentukan berapa biaya program dan berapa biaya suatu
aktivitas, sehingga berdasarkan informasi tersebut manajer dapat menentukan berapa
anggaran yang dibutuhkan terkait dengan sumber daya yang dimiliki.
2. Pemberian Informasi Biaya
Memberikan informasi biaya yang meliputi klasifikasi biaya, biaya apa saja yang masuk rutin
dan modal, biaya controllable, biaya tetap dan variabelm dll. Biaya dalam organisasi sektor
publik ada 3, yaitu input, proses, dan output.
Proses penentuan biaya:
a. Cost Finding (Mengakumulasi biaya)
b. Cost Recording (Mencatat biaya)
c. Cost Analyzing (Mengidentifikasi biaya)
d. Strategic Cost Management (Efektif, efisien, dan ekonomis)
e. Cost Reporting (Membuat laporan)
4

3. Penilaian Investasi
Menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan finansial. Untuk menilai investasi diperlukan
identifikasi biaya, risiko dan manfaat atau keuntungan dari suatu investasi.
4. Penganggaran
Berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik yang efektif. Akuntansi manajemen
merupakan alat yang vital untuk proses mengalokasikan dan mendistribusikan sumber daya
publik secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata.
5. Penentuan Biaya Pelayanan
Menentukan berapa biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa
tarif yang akan dibebankan kepada pemakai jasa pelayanan publik, termasuk menghitung
subsidi yang diberikan.
6. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian. Penilaian kinerja dilakukan
untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang tetap
ditetapkan. Akuntansi manajemen berperan dalam pembuatan indikator kinerja kunci dan
satuan ukur untuk masing-masing aktivitas yang dilakukan.

2.2 Penilaian/Pengukuran Kinerja Sektor Publik


Pengukuran kinerja merupakan proses yang dilakukan dalam mengevaluasi kinerja
pekerjaan seseorang (Mangkuprawira, 2003:25). Pengukuran kinerja dapat bermanfaat bagi
perusahaan apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena itu informasi yang dihasilkan harus
efektif dan efisien. Keefektivitasan suatu informasi tergantung dari cara penyampaian kepada
pimpinan, yang menampung setiap informasi dan kemudian akan diolah menjadi informasi yang
berguna dalam menilai kinerja. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekankan perilaku yang tidak
diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja juga penghargaan baik yang bersifat intrinsic maupun
ekstrinsik. Sehingga dapat disimpulkan tujuan utama penilaian kinerja yaitu untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan untuk mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Ivanovich dan Gomes dalam Narimawati (2007:32) mengatakan bahwa ada delapan dimensi
atau kriteria yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan penilaian atau pengukuran terhadap
kinerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik, yaitu : Quantity of work yaitu jumlah kerja yang
dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. Quality of work yaitu kualitas kerja yang
dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. Job knowledge yaitu luasnya
pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. Creativness yaitu keaslian gagasan yang
5

dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.


Cooperation yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain. Dependability yaitu kesadaran
dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan. Initiative yaitu semangat untuk
melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. Personal qualities
yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah tamahan, dan integrasi pribadi.
Kinerja pada sektor publik melalui sistem dan pengukuran yang menjembati suatu keadaan
yang dapat mengembangkan suatu pencapaian kinerja dan mengiringi laju perkembangan tolak ukur
keuangan.
Tahap setelah operasionalisasi anggaran adalah pengukuran kinerja untuk menilai prestasi
manager dan unit organisasi yang dipimpinnya.

A. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik


Landasan mengenai pengukuran kinerja organisasi mencapai batasan yang tak terhingga
dan sesuai dengan target kinerja pada organisasi. Organisasi sektor publik merupakan suatu
landasan yang riil dkean nyata yang kompeten pada anggota masing – masing yang memiliki ilmu
serta wawasan yang luas serta membantu keadaan serta kelayakan pada situsi tertentu. Sistem
pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manger
public menilai pencapaian suatu strategi melaluui alat ukur finansial dan nonfinansial.
Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja
adalah:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur
perkembangan pencapaian strategi
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
memonivasi untuk mencapai goal congruence, dan
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.

B. Manfaat Pengukuran Kinerja


1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan
target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja
6

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara obyektif atas pencapaian
prestasiyahng diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
7. Membantu memahami proses kegiatan instansni pemerintah, dan
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif
C. Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja
1. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara
kinerja actual dengan yang dianggarkan. Analisis varians secara garis besar berfokus pada:
a. Varians pendapatan (revenue variance)
b. Varians pengeluaran (expenditure variance)
c. Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
d. Varians belannja investasi/modal (capital expenditure variance)
2. Informasi Nonfinansial.
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Pengukuran dengan metode
Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu:
a. Perspektif finansial (financial perspective)
b. Persfektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
c. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency), dan
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective)
D. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja
Untuk melakukan pengukuran kinerja, variable kunci yang sudah teridentifikasi tersebut
kemudian dikembangakkn menjadi indicator kinerja untuk unit kerja yang bersangkutan.
1. Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit
kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatikan variable-
variable kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu.
2. Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indicator yang dapat diianggap sebagai ukuran
kinerja kunci baik yang bersifaft finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi
dan kinerja unit bisnis, indicator ini dapat digunakan dapat digunakan oleh manajer untuk
mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
7

3. Pengembangan Indikator kinerja Penggunaan indicator kinerja sangat penting untuk


mengetahui apakah suatu aktifitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif.
Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:
a. Biaya pelayanan (cost of service)
b. Penggunaan (utilization)
c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
d. Cakupan pelayanan (coverage); dan
e. Kepuasan (satisfaction)
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya perunit
pelayanan (panjang jalaln yang diperbaiki, jumlah ton sampahyang terangkut, biaya persiswa).

E. Indikator Kinerja Dan Pengukuran Value For Money


1. Pengertian dan Peranan Indikator Kinrja
Istilah “indikator kinerja”. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara
langsung, sedangkan kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-
hal yang bersifat hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja
pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.
Pengertian indikator kinerja berdasarkan penyampaian Lembaga Administrasi Negara
dan Badan Pengawas Keuangan Pemerintah (LAN BPKP 2000:5) diartikan sebagai ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang
dapat diukur dan digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja, baik pada tahap perencanan
(ex-ante), tahap pelaksanaan (ongoing), maupun setelah selesai (ex-post). Indikator kinerja
juga dapat dgunakan untuk melihat kemajuan dalam hal pencapaian tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan oleh organisasi pemerintahan. Tanpa indikator kinerja akan menyulitkan pihak
yang ingin memberikan penilaian terhadap kinerja dari kebijaksanaan, program, kegiatan
instansi pemerintahan, yang pada akhirnya akan menyulitkan memberi penilain kinerja
organisasi secara keseluruhan.
Secara umum, indikator kinerja menurut Badrul Munir (2003:61) sebagai berikut :
a. Memperjelas tentang apa berapa, dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan
b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari
kesalahan interprestasi selama pelaksanan kegiatan termasuk dalam menilai kinerja
instansi pemeritah yang melaksanakannya.
c. Membangun dasar pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja sector publik.
8

Adapun peranan indikator kinerja bagi pemerintah adalah sebagai berikut :


a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan.
c. Sebagai masukan untuk menetukan skema intensif manajerial.
d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
e. Untuk menunjukkan standar layanan kinerja
f. Untuk menunjukan efektivitas
g. Untuk membantu menetukan yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk
mencapai taget sasaran.
h. Untuk menentukan wilayah, bagian atau proses yang masih potensial untuk dilakukan
penghematan biaya.
Indikator kinerja menurut Bastian (2006:267) adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan,
dengan memperhitungkan indikator masukan (Input), keluaran (output), hasil (outcome),
manfaat (benefits) dan dampak (impacts). Maksud dari indikator masukan, keluaran, hasil,
manfaat dan dampa adalah :
a. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana,
sumber daya manusia, informasi, kebijakan, peraturan perundang undangan dan
sebagainya.
b. Indikator keluaran (output) adalah suatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau nonfisik.
c. Indikator hasil (outcome) adalah segala suatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
d. Indkator manfaat (benefit) adalah suatu yang berkaitan dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan
e. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif
terhadap setiap tingkatan indikator berdasarka asumsi yang telah ditetapkan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja menurut Bastian (2010:7) yaitu :

a. Spesifik, jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interprestasi.


9

b. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu dua atau
lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.
c. Relevan, indikator kinerja harus mengenangani aspek objektif relevan
d. Dapat dicapai, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses,
keluaran, hasil, manfaat serta dampak.
e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan, penyesuaian pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan kegiatan
f. Efektif ; dana/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat
disimpulkan, diolah dan dianalitis dengan biaya yang tersedia.
2. Pengertian Value For Money
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sector publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efesiensi dan efektivitas. Value for
money merupakan inti pegkuran kinerja pada sektor organisasi pemerintah. Value for money
merupakan pendekatan nilai untuk uang yang artinya dimana nilai uang untuk menilai biaya
suatu produk atau layanan terhadap kualitas penyediaan. Value for money merupakan inti
pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari
output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output dan outcome
secara bersama-sama.

Pengukuran kinerja berdasarkan alokasi biaya dan pelayanan. Menurut Mahmudi,


Value for money (VRM) merupakan konsep penting dalam organisasi sektor publik. Meskipun
sama-sama menggunakan kata Value for dan money , konsep value for money sangat
berbeda pengertiannya dengan konsep time value of money. Time of money memilki
pengertian bahwa nilai uang bisa berubah dengan adanya perubahan waktu, sedangkan value
for money memilki pengertian penghargaan terhadap nilai uang, hal ini berarti bahwa setiap
rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan sebaik-baiknya. Value for money
merupakan kunci pengukuran kinerja sektor publik,maka sistem pengukuran kinerja sektor
publik juga harus difokuskan untuk mengukur eonomis, efesiensi dan efektivitas (Mahmudi,
2015 :89).

Pengukuran kinerja value for money memberikan informasi yang dapat membentuk
fungsi-fungsi pengendalian serta mendorong tanggungjawabmanajer dalam melaksanakan
fungsi akuntabilitas. Oleh karena itu, value for money dapat membantu pihak manajemen
dalam melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik. Indikator kinerja harus dapat
memberikan manfaat kepada pihak internal yaitu berperan untuk menunjukkan, memberikan
10

indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan
maupun kepada pihak eksternal yaitu mengontrol dan sekaligus memberikan informasi dalam
rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik.

Value for money adalah suatu konsep untuk menilai kinerja suatu organisasi sektor
publik yang tidak hanya ditinjau dari aspek keuangan saja, Konsep value for money
merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efesiensi, dan efektivitas kinerja program,
kegiatan organisasi. Konsep value for money adalah konsep yang penting dalam organisasi
sektor publik sehingga sering kali disebut dengan inti dari pengukuran kinerja sektor publik.
Menurut Mahmudi (2007) dalam Halim dan Kususfi (2013:132). VFM juga mengandung arti
sebagai penghargaan terhadap dalam nilai uang. Hal ini berarti setiap rupiah harus dihargai
secara layak dan digunakan sebagaimana mestinya.

Value for money menurut Mardiasmo (2002:130) merupakan konsep pengelolaan


organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen, yaitu ekonomis, efesiensi dan
efektivitas. Ekonomis : pemerolehan input dengan kualitas tertentu pada harga yang terendah.
Ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Efesiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu untuk
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efesiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

a. Manfaat Implementasi Value For Money pada Sektor Publik


Penerapan konsep value for money dalam pengukuran kinerja pada organisasi sektor
publik tentunya memberikan manfaat bagi organisasi itu sendiri maupun masyrakat.
Manfaat yang dikehendaki dalam pelaksanaan value for money pada organisasi sektor
publik yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya,
efesiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya, dan efektif (berhasil guna)
dalam mencapai tujuan dan sasaran (Mardiasmo, 2011:112).

Manfaat implementasi Konsep value for money pada organisasi sektor publik antara lain :

1) Meningkatkan efektivitas pelayanan pubik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran.
2) Meningkatkan mutu pelayanan publik.
11

3) Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangya inefisiensi dan terjadinya


penghematan dalam penggunaan input.
4) Alokasi belanja yang lebih berorientasipada kepentingan publik.
5) Menigkakan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebaga akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.
Dari berbagai manfaat yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa penerpan konsep
value for money dalam pegukuran kinerja organisasi sektor publik sangat membantu suatu
instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tepat
dan sesuai sasaran sehingga terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan
sumber daya ekonomis dan efesien.

b. Indikator Value For Money


Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk
pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1)indikator alokasi biaya (ekonomis dan efesiensi)
2)indikator kualitas pelayanan (efektifitas).

Indikator efesiensi mengagambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu
unit organisasai (seperti staf, upah, biaya administrasi) dan keluaran yang dihasilkan.
Sedangkan indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dam dampak (outcome)
dari keluaran (otput) program dalam mencapai tujuan program. Indikator efesiensi dan
efektivitas harus digunakan secara bersamasama. Karena disatu pihak mungkin
pelaksanaannya sudah dilakukan secara ekonomis dan efesien akan tetapi output yang
dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diharapkan atau dilain pihak sebuah program
dapat dikatakan efektif dalam mencapai tujuan. Akan tetap mungkin dicapai dengan cara
yang tidak ekonomis dan efesien. Jika suatu program efektif dan efesien maka program
yang dijalankan dapat dikatakan cost-effectiveness. Indikator efektivitas biaya merupakan
kombinasi informasi efesiensi dan efektivitas dan dapat memberikan ukuran kinerja bottom
line yang dalam sektor publik diidentikkan dengan pelayanan publik.
c. Langkah-langkah Pengukuran Value For Money
1) Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomis haya mempertimbangkan masukan (input) yang dipergunakan.
Dalam hal ini ekonomi merupakan ukuran relatif. Berbagai pertanyaan yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran ekonomi, antara lain: (i) Apakah biaya organisasi lebih
besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi; (ii) Apakah organisasi lebih besar
12

dari pada biaya organisasi sejenis yang dapat diperbandingkan; (iii) Apakah organisasi
telah meggunakan sumber daya finansial secara maksimal. Tiga pertanyaan ini dapat
dikatakan sebagai pertanyaan mendasar, dan selanjutnya masih dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan dalam rangka mengetahui tingkat
ekonomisnya.
2) Pengukuran Efesiensi
Efesiensi dapat diukur dengan rasio antara output dan input. Semakin besar rasio
berarti semakin tinggi nilai efesiensi. Dalam pengukuran indikator Value for money
efesiensi teknis manajerial. Efesiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk
mendaya gunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efesiensi teknis
atau manajerial terkait dengan kemampuan mendaya gunakan sumber daya input pada
tingkat output tertentu. Dalam organisasi sektor publik setiap perlu dibuat standar
belanjanya (standard spending assessment) sebagai bentuk standar biaya. Pengukuran
efesiensi dilakukan dengan cara membandingkan realisasi belanja dengan standar
belanjanya. Penetapan standar belanja tersebut sebelumnya juga sudah harus
mempertimbangkan aspek ekonomi serta standar pelayanan public minimum yang
harus dipenuhi.
3) Pengukuran Efektivitas
Efektivitas dapat diukur dengan rasio antara outcome dan output. Berhasil tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya dapat diukur dengan tingkat efektivitas dari
kegiatan organisasi tersebut. Apabila organisasi berhasil dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang dietapkan maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut telah berjalan
dengan efektif.
13

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Organisasi sektor publik merupakan suatu landasan yang riil dkean nyata yang kompeten pada
anggota masing – masing yang memiliki ilmu serta wawasan yang luas serta membantu keadaan
serta kelayakan pada situsi tertentu.
2. Akuntansi manajemen sektor publik berfungsi sebagai penyedia informasi untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta membantu memberi informasi untuk perencanaan dan
pengendalian bagi manajer publik. Akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik berperan
untuk merencanakan strategi, memberikan informasi biaya, penilaian investasi, penganggaran,
dan penentuan biaya pelayanan (cost of service) dan tarif pelayanan (charging for service).
3. Pengertian indikator kinerja berdasarkan penyampaian Lembaga Administrasi Negara dan Badan
Pengawas Keuangan Pemerintah (LAN BPKP 2000:5) diartikan sebagai ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan

3.2 Saran

Prinsip akuntansi manajemen sektor publik pada dasarnya tidak memiliki banyak perbedaan
dengan prinsip akuntansi manajemen yang diterapkan padasektor swasta. Akan tetapi, harus diingat
bahwa sektor publik memiliki perbedaan sifat dan karakterisitik dengan sektor swasta, sehingga
penerapan teknik akuntansimanajemen sektor swasta tidak dapat diadopsi secara langsung tanpa
modifikasi.
14

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Halim dan Syam Kususfi. 2013. “Akuntansi Sektor Publik “. Jakarta Salemba Empat.

Bastian,Indra. 2010.“Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia“. Cet.I. Yogyakarta BPFE.

Kamaruddin, Ahmad. 2007. Akuntansi Manajemen : Dasar-dasar konsep biaya dan pengambilan
keputusan. Penerbit Raja Grafindo. Jakarta.

Mangkuprawira, Sjafri. 2003. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta.

Mahmudi. 2010. “Manajemen Kinerja Sektor Publik “. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN.Yogyakarta.

Mardiasmo.(2009). “ Akuntansi Sektor Publik”. Edisi IV Yogyakarta : BFE.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen; Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.

Munir, Badrul. 2003“ Perencanaan Anggaran Kinerja Memangkas Infensiensi Anggaran Daerah “.
Yogyakarta.

Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Agung Media. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai