Anda di halaman 1dari 25

MERUMUSKAN MASALAH-MASALAH

KEBIJAKAN PUBLIK
OUTLINE PRESENTASE:
1. Definisi masalah
2. Sifat masalah-masalah kebijakan
3. Perumusan masalah dalam analisis kebijakan
4. Metode-metode perumusan masalah
Definisi masalah kebijakan

Definisi yang paling umum tentang masalah adalah : ”a substancial


discerpancy between what is and what should be.” (Devy, 1984) (suatu
kesenjangan yang berarti antara apa yang nyata dan apa yang
seharusnya).

Menurut William N. Dunn (2004), “policy probelms are unrealized


needs, values or opportunities for improvement that may be pursued
through public action.” (masalah-masalah kebijakan adalah kebutuhan-
kebutuhan, nilai-nilai atau kesempatan-kesempatan yang tidak terealisir
untuk perbaikan yang dapat dicapai melalui tindakan publik).

Terdapat 3 komponen dalam definisi di atas yaitu :


1. Reality (what is, the unrealized needs or values);
2. A desired state of affairs (what should be, the improvement); dan
3. The gap between them (the discrepancy).
Sifat masalah-masalah kebijakan

Perumusan masalah kebijakan merupakan fase/tahap


analisis kebijakan di mana para analis menelaah berbagai
masalah publik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perumusan masalah


kebijakan merupakan kegiatan yang paling penting dalam
perumusan masalah kebijakan.

Perumusan masalah merupakan landasan pokok yang


memengaruhi keberhasilan semua fase analisis kebijakan.
Sifat masalah-masalah kebijakan (lanjutan)
Ciri-ciri masalah:
1. Saling ketergantungan dari masalah kebijakan. Masalah
kebijakan dalam satu bidang (misalnya, energi) terkadang
memengaruhi masalah kebijakan di bidang lain (misalnya,
pelayanan kesehatan dan pengangguran).

Dalam kenyataannya, masalah kebijakan merupakan suatu


sistem masalah di mana suatu masalah tidak berdiri
sendiri, tetapi saling tergantung, terdiri dari bagian-bagian
yang tidak dapat terpisahkan sehingga mengharuskan
pendekatan yang holistik.
Sifat masalah-masalah kebijakan (lanjutan)
Ciri-ciri masalah:
2. Subyektivitas dari masalah kebijakan. Meskipun terdapat
anggapan bahwa masalah bersifat obyektif, data yang sama
mengenai masalah polusi misalnya dapat diinterpretasikan
secara berbeda.

Dalam analisis kebijakan adalah sangat penting untuk


tidak mengacaukan antara situasi masalah dengan masalah
kebijakan, karena masalah adalah barang abstrak yang
timbul dengan mengubah pengalaman ke dalam penilaian
manusia.
Sifat masalah-masalah kebijakan (lanjutan)
3. Sifat buatan dari masalah. Masalah kebijakan merupakan
hasil produk penilaian subyektif manusia. Masalah
kebijakan juga bisa diterima sebagai definisi-definisi yang
sah dari kondisi sosial yang obyektif. Karena itu, masalah
kebijakan dipahami, dipertahankan dan diubah secara
sosial.

4. Dinamika masalah kebijakan. Terdapat banyak solusi


untuk suatu masalah sebagaimana terdapat banyak definisi
terhadap masalah tersebut.
Sifat masalah-masalah kebijakan (lanjutan)
Terdapat tiga kelas masalah kebijakan yaitu masalah yang
sederhana (well-structured), masalah yang agak sederhana
(moderately-structured), dan masalah yang rumit(ill-
structured).

Perbedaan di antara ketiga kelas masalah tsb disajikan dalam


tabel berikut.
Sifat masalah-masalah kebijakan (lanjutan)
Tabel 5.1. Perbedaan struktur masalah kebijakan dilihat dari
tipenya
STRUKTUR MASALAH
ELEMEN Sederhana Agak sederhana Rumit

Pengambilan Satu atau beberapa Satu atau Banyak


keputusan beberapa
Alternatif Terbatas Terbatas Tidak terbatas
Kegunaan (nilai) Konsensus Konsensus Konflik
Hasil Pasti atau beresiko Tidak pasti Tidak diketahui
Probabilitas Dapat dihitung Tidak dapat Tak dapat
dihitung dihitung

Sumber: William N. Dunn, 200o.


Perumusan masalah kebijakan
Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit tidak sama
dengan syarat untuk memecahkan masalah yang sederhana.

Dalam merumuskan masalah yang sederhana, analis


menggunakan metode-metode konvensional, sedangkan
dalam merumuskan masalah yang rumit, analis perlu
berperan aktif dalam mendefinisikan hakekat masalah itu.

Dalam mendefinisikan hakekat masalah, para analis tidak


hanya berhadapan dengan keadaan problematis, tetapi juga
harus membuat penilaian secara kreatif.
Perumusan masalah kebijakan (lanjutan)
Beberapa kriteria perumusan masalah secara kreatif :
1. Produk analisis cukup baru

2. Proses analisis tidak konvensional/kuno;

3. Proses analisis membutuhkan motivasi dan persistensi


(ketekunan) yang tinggi;

4. Produk analisis harus bermanfaat, dalam arti mampu mengatasi


masalah;

5. Masalahnya bersifat tidak jelas dan sulit didefinisikan sehingga


perlu diformulasikan.
Perumusan masalahkebijakan (lanjutan)
Perumusan masalah kebijakan merupakan suatu proses yang
meliputi empat fase yang saling tergantung yaitu : pencarian
masalah (problem search), pendefinisian masalah (problem
definition), spesifikasi masalah (problem spesification), dan
pengenalan masalah (problem sensing).

Prasyarat dalam perumusan masalah adalah kesadaran dan


pengakuan akan adanya suatu situasi masalah. Berdasarkan
situasi masalah tersebut, seorang analis melibatkan diri dalam
pencarian masalah.

Mencari masalah adalah proses penemuan dan penyatuan


beberapa representasi masalah yang dihasilkan oleh para pelaku
kebijakan.
Perumusan masalah kebijakan (lanjutan)
Fase berikut, analis berusaha mendefinisikan suatu masalah.

Misalnya analis menentukan apakah masalah itu adalah


masalah ekonomi, sosial atau politik. Jika substansi
masalahnya adalah ekonomi, maka analis mendefinisikannya
sesuai dengan produksi dan distribusi barang dan jasa. Jika
substansi masalahnya adalah politik, maka analis
mendekatinya sebagai distribusi kekuasaan dan pengaruh
kelompok kepentingan, elit dan lapisan sosial lainnya.

Dalam mengkonsepkan masalah-masalah substantif, perlu


diperhatikan cara-cara mendefinisikannya berdasarkan
pandangan hidup, ideologi atau mitos rakyat.
Perumusan masalah kebijakan (lanjutan)
Misalnya kemiskinan didefinisikan sebagai :
1. Akibat dari keadaan yang tidak disengaja atau tidak dapat
dielakan karena bencana alam, tindakan-tidakan jahat
manusia, ketidakberdayaan manusia itu sendiri.

2. Akibat dari kejahatan kaum kapitalis atau korup secara moral


yang mendistorsi motivasi orang miskin.

3. Kelemahan moral di mana para pemilik modal melakukan


eksploitasi dan tidak memiliki tanggung jawab sosial.

4. Ketidaksempurnaan orang miskin itu sendiri, dan bahwa


beberapa orang miskin memilih untuk hidup dalam kondisi
seperti itu.
Perumusan masalah kebijakan (lanjutan)
Setelah masalah substantif didefinisikan, masalah formal
yang lebih rinci dapat dirumuskan yang dilakukan melalui
spesifikasi masalah dan pengembangan model matematis
formal.

Kebanyakan metode untuk menspesifikasi masalah dalam


terminologi matematis formal tidak sesuai untuk masalah-
masalah yang sulit didefinisikan karena tugas utama bukan
mendapatkan solusi matematis, tetapi mendefinisikan
hakekat masalah itu.
Metode-metode perumusan masalah
Terdapat beberapa metode dan teknik yang mengantar
proses perumusan masalah melalui beberapa fase (yaitu
mengenali masalah, meneliti masalah, mendefinisikan
masalah, dan memspesifikasi masalah).

Metode-metode ini, bersama-sama dengan tujuannya,


prosedur, sumber pengetahuan dan kriteria kinerja disajikan
dalam tabel 5.2. berikut.
Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah
Metode Tujuan Prosedur Sumber Kriteria
Pengetahuan Kinerja
Analisis Estimasi batas Pencarian sampel bola salju, Sistem Ketepatan
batas pada peta pencarian representasi daftar pengetahuan batas
masalah masalah, estimasi batasan
tentang elemen tambahan
terhadap definisi masalah
Analisis Kejelasan Pemilahan dan klasifikasi masa- Analisis Konsisten-
klasifikasi konsep lah secara logis. Misalnya dalam individual si logis
mengatasi masalah kemiskinan
seseorang tdk hanya membuat
klafisikasi mereka yang ada di
bawah kemiskinan dan mereka
yang tidak. Tetapi juga ras,
umur, gender, cacat dsb.
Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah
Metode Tujuan Prosedur Sumber Kriteria
Pengetahuan Kinerja
Analisis Klasifikasi penyebab yang Pemilahan secara Analisis in- Konsisten-
hirarkhi mungkin akan terjadi, logis dan dividual atau si logis
penyebab yang masuk akal klasifikasi kelompok
dan penyebab yang dapat penyebab
ditindak lanjuti oleh
pemerintah
Sinektika Pengenalan kesama-an Perumusan Kelompok Plausibili-
antar masalah. Misalnya analogi personal, tas perban-
legalisasi larangan merokok langsung dan dingan
mungkin sama dengan fantasi
legislasi larangan narkoba
Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Metode Tujuan Prosedur Sumber Kriteria
Pengetahuan Kinerja
Brainstorm Generalisasi ide, Pemunculan ide, strategi dan Kelompok konsensus
ing tujuan dan evaluasi
strategi
Analisis Generalisasi Melihat masalah dari pers- Kelompok Perbaikan
perspektif wawasan pektif teknis (analisis biaya wawasan
berganda manfaat, econometrik, ana-
lisis sistem), organisasional
(fokus pd aturan dan prose-
dur institusi, SOP) dan
personal (memandang
masalah dan soulsi dari
persepsi dan nilai individu)

Sumber: William N. Dunn, 2000


Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Metode Tujuan Prosedur Sumber Kriteria
Pengetahuan Kinerja
Analisis Sintesis kreatif Identifikasi pelaku, Kelompok Konflik
asumsi asumsi-asumsi penampakan asumsi tentang
yang masalah dan solusi,
bertentangan mempertentangkannya, dan
pengelompokan dan sintesis
Pemetaan Penilaian Suatu teknik untuk memeta- Kelompok Plausibili-
argumenta asumsi kan dan mengklafisikasi tas dan
si argumen kebijakan yang urgensi
berbeda yang dibuat oleh optimal
stakeholder s: seperti
argumen yang berdasar pd
statistik, otoritas, nilai-nilai,
dan intuisi

Sumber: William N. Dunn, 2000


Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah (Rochefort
and Cobb, 1994)
Metode Deskripsi
Kausalitas (apa jenis- 1. Sebab-sebab individual vs sistem (pertama menekankan
jenis penyebab di pilihan-pilihan dan kesalahan; yang kedua menekankan sebab-
balik masalah) sebab bukan individu dan tidak dapat dihindari)
2. Sebab-sebab disengaja vs tidak disengaja
3. Sebab-sebab karena sistem nilai
4. Sebab-sebab kompleks vs sederhana
Beratnya (betapa 1. Hal ini membedakan adanya masalah yang diketahui dan
buruknya) bagaimana seriusnya masalah itu terjadi
2. Hebatnya masalah biasanya diukur berdasarkan konteks
misalnya kecenderungan (masalah ini akan segera berlalu atau
akan semakin buruk); populasi khusus (misalnya masalah ini
adalah masalah besar bagi kelompok X) atau menurut
pertimbangan apakah masalah ini normal atau menyimpnang
Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah (Rochefort
and Cobb, 1994)
Metode Deskripsi

Insiden /peristiwa 1. Siapa yang mengalami akibat dari adanya masalah


/kejadian (luas dan 2. Kelompok mana yang terkena masalah dan bagaimana
dampak kejadian) 3. Bentuk insiden mana yang paling berpengaruh
Kebaruan (apakah 1. Apakah masalah ini baru
baru?) 2. Apakah masalah ini tidak diduga-duga
Kedekatan 1. Hal ini menujuk pada bagaimana dekatnya suatu masalah
dengan kampung halaman (rumah)
2. Tergantung pada bagaimana mendefinisikan rumah
(misalnya anak-anak dinilai berdasarkan kelangsungan hidup
setiap kelompok sosial, maka apapun yang mempengaruhi
anak-anak secara negatif adalah buruk)
Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah (Rochefort
and Cobb, 1994)
Metode Deskripsi
Tekanan/krisis Secara umum merupakan sarana untuk menandai kehebatan
dan kedekatan masalah
Populasi masalah 1. Siapa orang-orang yang menjadi target potensial dari
(siapa yang akan intervensi kebijakan
menjadi target dalam 2. Pantas vs tidak pantas mendapat bantuan
respons kebijakan) 3. Kelompok yang simpatik vs menyimpang
4. Memiliki kapasitas vs ketergantungan
Instrumental vs orien- Perbedaan antara fokus pada tujuan (tujuan-tujuan instrumental
tasi ekspresif (seberapa untuk mengatasi masalah) dan sarana-sarana (pada tingkat yang
pentingnya proses mana apa yang anda ekspresikan simbol-simbol atau nilai-nilai
pemecahan masalah penting misalnya menolak untuk bernegosiasi dengan teroris
dibandingkan dengan bahkan jika ia mengancam sandera-sandera)
solusi itu sendiri
Metode-metode perumusan masalah (lanjutan)
Tabel 5.2. Metode-metode perumusan masalah (Rochefort
and Cobb, 1994)
Metode Deskripsi
Solusi (apa yang 1. Solusi terkadang mendahului masalah dan membantu
dapat dilakukan) membentuknya (misalnya komitmen terhadap bukti-bukti
jaminan / hutang sebagai instrumen kebijakan untuk
mengatasi sekumpulan masalah.
2. Apakah solusi tersedia? Dapatkah sesuatu dilaksanakan untuk
mengatasi masalah atau apakah suatu tindakan diambil hanya
sebagai simbolisme?
Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan masalah?
2. Apa yang dimaksud dengan masalah publik?
3. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri masalah publik!
4. Sebutkan dan jelaskan 3 tipe masalah kebijakan publik!
5. Sebutkan dan jelaskan beberapa kriteria perumusan
masalah kebijakan!
6. Sebutkan dan jelaskan 4 fase dalam proses perumusan
masalah kebijakan!
7. Sebutkan dan jelaskan metode perumusan masalah
kebijakan menurut William N. Dunn!
8. Sebutkan dan jelaskan metode perumusan masalah
kebijakan menurut Rochefort and Cobb!
Sekian dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai