DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Damianto [1701401006]
Indah Sari [1701401027]
Nurul Kurnia [1701401038]
Wiwi Mutmainnah Syam [1701401051]
Sarmila [1701401004]
Nona Balalimbu [1701401043]
Yulia Kurais [1701401040]
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI….......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang................................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah........................................................................... 1
1.3. Tujuan penulisan............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Dinamika Kebijakan Publik............................................................ 2
2.2. Proses Analisis Kebijakan Publik.................................................... 5
2.3. Pelaksanaan Kebijakan Publik........................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..................................................................................... 10
3.2. Saran............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA…............................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kebijakan publik bisa dilihat sebagai sebuah fenomena gerakan sosial:
1) Kebijakan publik adalah membangun masyarakat secara terarah melalui
pemakaian kekuasaan (doelbewuste vormgeving aan de samenleving door
middle van machtsuitoefening).
2) Amir Santoso mengemukakan pandangannya mengenai Kebijakan Publik
yakni :
Pertama adalah pendapat para ahli yang menyamakan kebijaksanaan
publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Mereka cenderung untuk
menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai
kebijaksanaan publik.
Kedua adalah pendapat dari para ahli yang memberikan perhatian
khusus pada pelaksanaan kebijaksanaan.
3) Dalam kaitan ini termasuk definisi yang dikemukakan oleh Thomas R.
Dye sebagai berikut : Public Policy is whatever govertments choose to do
(semua pilihan atau tindakan apa pun yang diakukan oleh pemerintah baik
untuk melakukan sesuatu ataupun pilihan untuk tidak melakukan sesuatu).
4) Selanjutnya Nakamura dan Smallwood mengemukakan pendapat bahwa :
Kebijakanaan negara adalah serentetan instruksi/pemerintah dari para
pembuat kebijaksanaan yang ditujukan kepada para pelaksana
kebijaksanaan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut.
5) Berkaitan dengan pendapat di atas, Edwards dan Sharkansky mengatakan
bahwa : Kebijaksanaan negara adalah apa yang dikatakan dan apa yang
dilakukan oleh pemerintah atau apa yang tidak dilakukannya. itu adalah
tujuan-tujuan sasaran-sasaran dari program-program pelaksanaan niat dan
peraturan-peraturan.
6) Parker, salah seorang ahli analisis kebijaksanaan publik menyebutkan
bahwa : Kebijaksanaan negara itu adlah suatu tujuan tetentu atau
serangkaian asas tertentu atau tindakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan sesuatu
subyek atau sebagai respon terhadap suatu keadan yang krisis.
3
7) William N. Dunn merumuskan kebijaksanaan publik sebagai berikut :
Kebijaksanaan Publik (Public Policy) adalah pedoman yang berisi nilai-
nilai dan norma-norma yang mempunyai kewenangan untuk mendukung
tindakan-tindakan pemerintah dalam wilayah yurisdiksinya
Kebijakan publik dibuat dalam rangka untuk memecahkan masalah dan untuk
mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang diinginkan. Kebijakan publik ini
berkaitan dengan apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dan bukan
sekedar apa yang ingin dilakukan. Nugroho, (2003:99) lebih lanjut
menyimpulkan bahwa tujuan dari kebijakan publik meliputi empat hal yaitu:
1) Mendistribusikan sumber daya Negara kepada masyarakat, termasuk
alokasi, realokatif, dan redistribusi, versus mengabsorbsi atau menyerap
sumber daya kedalam Negara,
2) Regulative versus deregulatif,
3) Dinamisasi versus stabilisasi,
4) Memperkuat Negara versus memperkuat masyarakat/pasar.
4
2) Berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah,
3) Apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang
bermaksud akan dilakukan,
4) Bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah)
dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan
sesuatu), dan
5) Kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).
Irfan Islamy (2001:17) mengemukakan : “kebijakan sebagai suatu taktik dan
strategi untuk mencapai suatu tujuan oleh karena itu suatu dinamika
kebijakan memuat tiga elemen yaitu :
1) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
2) Taktik dan strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3) Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara
nyata dari strategi atau taktik.
Namun, Harus pula diakui bahwa dalam setiap proses kebijakan publik selalu
akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan (gap) antara apa yang
“diharapkan” oleh pembuat kebijakan dengan apa yang “nyatanya” dicapai
sebagai hasil atau kinerja dari pelaksanaan kebijakan. Sederhananya adalah
setiap kebijakan publik mengandung resiko untuk gagal.
Kegagalan kebijakan tentu terjadi karena 2 (dua) hal, pertama tidak
terimplementasikan dan kedua implementasi yang tidak berhasil. Tidak
terimplementasikan berarti bahwa suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai
dengan rencana, dimana ada kemungkinan terjadi bargaining
(perundingan,tawar-menawar) politik, tidak menguasai permasalahan, tidak
ada koordinasi dan lain sebagainya.
5
kesempatan( Ackoff dalam Dunn,2000:121). Dunn (2000-21) berpendapat
bahwa metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum
yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia: definisi, prediksi,
preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan prosedur-
prosedur tersebut memperoleh nama-nama khusus, yakni:
1) Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk
memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam
agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan
status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda
publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya
publik yang lebih daripada isu lain.
2) Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk
kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.
Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam
agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing
slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
3) Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur
oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.
Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang
sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan
dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat
dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui
proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.
6
4) Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai
suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi
tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang
diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
Dalam analisis kebijakan publik paling tidak meliputi tujuh langkah dasar.
Ketujuh langkah tersebut adalah:
1) Formulasi Masalah Kebijakan
Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi
dan metodologi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
Sehingga identifikasi masalah akan tepat dan akurat, selanjutnya
dikembangkan menjadi policy question yang diangkat dari policy issues
tertentu. Teori dan metode yang diperlukan dalam tahapan ini adalah
metode penelitian termasuk evaluation research, metode kuantitatif, dan
teori-teori yang relevan dengan substansi persoalan yang dihadapi, serta
informasi mengenai permasalahan yang sedang dilakukan studi.
2) Formulasi Tujuan
Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah
publik. Analis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut
secara jelas, realistis dan terukur. Jelas, maksudnya mudah dipahami,
realistis maksudnya sesuai dengan nilai-nilai filsafat dan terukur
maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitungkan secara nyata, atau dapat
diuraikan menurut ukuran atau satuan-satuan tertentu.
3) Penentuan Kriteria
Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai
alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan
seperti ekonomi (efisiensi, dsb) politik (konsensus antar stakeholders,
7
dsb), administratif ( kemungkinan efektivitas, dsb) namun tidak kalah
penting juga hal-hal yang menyangkut nilai-nilai abstrak yang
fundamental seperti etika dan falsafah (equity, equality, dsb)
4) Penyusunan Model
Model adalah abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai
gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya.
Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan
sebagai berikut: Skematik model ( contoh: flow chart), fisikal model
(contoh: miniatur), game model (contoh: latihan pemadam kebakaran),
simbolik model (contoh: rumus matematik). Manfaat model dalam
analisis kebijakan publik adalah mempermudah deskripsi persoalan secara
struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang
timbul dari ada atau tidaknya perubahan-perubahan dalam faktor
penyebab.
5) Pengembangan Alternatif
Alternatif adalah sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan
untuk mencapai, langsung ataupun tak langsung sejumlah tujuan yang
telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam
pikiran seseorang karena beberapa hal: (1) Berdasarkan pengamatan
terhadap kebijakan yang telah ada. (2) Dengan melakukan semacam
analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba
menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, (3) merupakan hasil
pengkajian dari persoalan tertentu.
6) Penilaian Alternatif
Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria
sebagaimana yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian
adalah mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas
dan fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh
kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling layak , efektif dan
efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa, mungkin suatu alternatif
secara ekonomis menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan
tetapi bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan mempunyai
8
dampak negatif kepada lingkungan. Maka untuk gejala seperti ini perlu
penilaian etika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang mungkin
diperlukan untuk bisa menilai secara lebih obyektif.
7) Rekomendasi kebijakan
Penilaian atas alternatif-alternatif akan memberikan gambaran tentang
sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk mencapai tujuan-kebijakan
publik. Tugas analis kebijakan publik pada langkah terakhir ini adalah
merumuskan rekomendasi mengenai alternatif yang diperhitungkan dapat
mencapai tujuan secara optimum. Rekomendasi dapat satu atau beberapa
alternatif, dengan argumentasi yang lengkap dari berbagai faktor penilaian
tersebut. Dalam rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi
pelaksanaan dari alternatif kebijakan yang yang disodorkan kepada
pembuat kebijakan publik.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dinamika pasti terjadi dalam suatu sistem, dinamika dipengaruhi baik dari
internal maupun eksternal suatu sistem. Pada sistem terbuka, dinamika terjadi
secara fleksibel. Dalam kebijakan publik, dinamika terjadi dalam usaha
melakukan kesetimbangan di dalam elemennya. Salah satu dinamika demi
kesetimbangan diproyeksikan dalam skema ‘iron triangle’. Suatu kebijakan
publik pasti memiliki momentum sebagai pergerakan dalam mencapai tujuan,
sekaligus memberi dorongan pada pemangku kepentingannya. Kebijakan
publik itu harus didiskusikan terlebih dahulu karena kebijakan publik itu
terkait dengan agenda perumusan permasalahan. Akan tetapi tidak menutup
kepentingan bahwa kebijakan publik juga mengalami pengulangan (repetisi)
yang berpotensi menghambat atau mempercepat perumusan agenda
permasalahan. hampir setiap kebijakan yang mencakup hal-hal penting akan
dikaitkan dengan suatu sistem sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang
kompleks. Dan dalam hal ini, simulasi komputer dianggap sebagai alat bantu
yang tepat dalam memproyeksikan desain kebijakan alternatif.
3.2. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita tentang dinamika kebijakan publik dan dapat
membantu dalam menyusun pembelajaran di kelas.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan untuk itu saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah
di masa mendatang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Eugene Bardach. 2005. Policy Dynamics dalam Michael Moran, Martin Rein,
Robert Gooding, “Handbook of Foreign Policy”., hlm. 336
http://beritamusi.co.id/2018/12/05/dinamika-implementasi-kebijakan-publik/
https://steemit.com/life/@nazaruddin/dinamika-kebijakan-publik-dynamics-of-
public-policy-aba4143664b2f
11