Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM I

KEBIJAKAN PUBLIK

Disusun Oleh :
ESTI PRATIWI
NIM.E1031181017

Diajukan Guna Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Praktikum I

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
KEBIJAKAN PUBLIK

Disusun Oleh :

ESTI PRATIWI
NIM.E1031181017

Diajukan Guna Memenuhi


Tugas Mata Kuliah
Praktikum I

Disetujui dan Disahkan Oleh :


Dosen Pembimbing

H. Joko Triyono, SE, M,Si


NIP.195903071987031002

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat

Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan Praktikum I ini.

saya menyadari jika penyusunan Praktikum I ini tidak akan selesai tanpa bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan

terimakasih kepada;

1. H. Joko Triyono, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Praktikum I

2. Dr. Rusdiono, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kebijakan Publik

3. Bima Sujendra, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Saya menyadari Praktikum I ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh

karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan

perbaikannya sehingga Praktikum I ini dapat memberikan manfaat serta dapat

dikembangkan lebih lanjut kedepannya.

Pontianak, Desember 2020

Penulis

ESTI PRATIWI
NIM.E1031181017

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
A. Deskripsi Mata Kuliah .......................................................................................... 1
1. Masalah-Masalah Terkait Kebijakan Publik ................................................... 7
2. Fokus Masalah Kebijakan Publik ..................................................................... 8
3. Rumusan Masalah ............................................................................................. 8
B. Kajian Teori .......................................................................................................... 9
1. Demokrasi .......................................................................................................... 9
2. Asas Keterbukaan/Transparansi .................................................................... 12
3. Partisipasi Masyarakat .................................................................................... 14
C. Kerangka Teori ................................................................................................... 17
1. Tinjauan Literatur .......................................................................................... 17
2. Studi-Studi Terdahulu ..................................................................................... 18
3. Kerangka Pikir ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 23

iii
A. Deskripsi Mata Kuliah

Kebijakan Publik adalah salah satu mata kuliah yang ada dalam Prodi Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada semester IV dengan

jumlah 3 SKS yang diampu oleh Dosen Dr. Rusdiono, M.Si.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang

pemerintahan, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan

garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Dimensi-dimensi

yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan publik

diantaranya yaitu konsistensi, transparansi, akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan

efisiensi.

Kebijakan menurut James E. Anderson yaitu sebagai serangkaian tindakan

yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku

atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Sedangkan

menurut Amara Raksasataya mengartikan kebijakan sebagai suatu taktik dan

strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, suatu

kebijakan memuat 3 (tiga) elemen yaitu:

a) identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;

b) taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan;

c) penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari

taktik atau strategi.

1
2

Publik berasal dari kata Public yang artinya umum, rakyat, masyarakat,

negara atau pemerintahan. Publik sendiri memiliki makna yang luas karena dapat

menyesuaikan dengan kata yang menyertainya. Seperti public opinion, public

policy dan public health. Meskipun kata publik memiliki arti yang cukup luas

namun arti kata publik harus berkaitan dengan kepentingan umum atau kepentingan

banyak orang.

Sekitar tahun 1970-an mulai berkembang konsep public policy dalam ilmu

administrasi publik. Pokok perhatian utama administrasi publik. Pokok perhatian

utama administrasi publik disebabkan banyaknya teknisi administrasi menduduki

jabatan politik dan bertambahnya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan

kebijakan yang lebih baik (Thohah, 2008). Kebijakan publik atau public policy

pertama kali digambarkan oleh John Dewey “Logic : The Theory of Inquiry” yang

fokus perhatiannya pada sifat eksperimen dari cara mengukur kebijakan :

a. Bagaimana rencana-rencana tindakan harus dipilih dari alternatif-alternatif

b. Bagaimana mengamati akibat-akibat yang dapat dipergunakan sebagai uji

coba yang tepat.

Dari hasil pemikiran John Dewey kemudian diteruskan oleh Harold

Laswell. Menurut Harold Laswell, public policy merupakan studi tentang proses

pembuatan keputusan atau proses memilih dan mengevaluasi informasi yang

tersedia untuk memecahkan masalah-masalah tertentu. Sedangkan kebijakan

publik atau public policy menurut Thomas R. Dye adalah apa pun yang dipilih

oleh pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan (whatever

government choosse to do or not to do). Hal ini menggambarkan bahwa pusat


3

perhatian kebijakan publik tidak hanya pada apa saja yang dilakukan pemerintah,

melainkan termasuk juga apa saja yang tidak dilakukan pemerintah.

Tugas pemerintah adalah mengurus, mengelola, serta melayani

masyarakat. Artinya pada hal ini yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah

memiliki keputusan untuk mengatur, memajukan, mensejahterakan, serta

mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Sedangkan Anderson dalam

Public Policy – Making (1975:3) mengatakan bahwa kebijakan publik

dikembangkan atau dirumuskan oleh instansi-instansi serta pejabat-pejabat

pemerintah. Dalam arti, bahwa aktor-aktor non pemerintahan juga dapat

berpengaruh terhadap perkembangan dan perumusan kebijakan dalam suatu

negara.

Scholichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010:25-27),

mengisyaratkan bahwa pemhaman yang lebih baik terhadap hakekat kebijakan

publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan, ketika kita dapat memerinci

kebijakan tersebut ke dalam beberapa kategori, yaitu :

a. Tuntuan kebijakan (policy demands), dimana tuntutan ini dilakukan oleh

masyarakat, pemangku kepentingan, dan aktor-aktor lainnya baik swasta

maupun pemerintah.

b. Keputusan kebijakan (policy decisions), adalah keputusan yang dibuat

oleh pihak yang berwenang untuk memberikan arah terhadap pelaksaan

kebijakan publik.

c. Pernyataan kebijakan (policy statements), yaitu penjelasan mengenai

kebijakan publik tertentu.


4

d. Keluaran kebijakan (policy outputs), merupakan wujud darin kebijakan

publik yang dapat dilihat dan dirasakan.

e. Hasil akhir kebijakan (policy outcomes), hasil akhir kebijakan ini

merupakan dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat baik apa yang

diharapkan ataupun yang tidak diharapkan.

Kebijakan publik pada dasarnya merupakan suatu keputusan yang

dilakukan oleh pemerintah yang memiliki kekuasaan/wewenang yang mana

keputusan yang diambil tersebut untuk memenuhi kepentingan rakyat.

Pengambilan keputusan dalam kebijakan publik harus sistematis, dan tidak

tergesa-gesa namun tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama juga.

Pembuatan kebijakan publik bukan suatu hal yang mudah karena masih

banyaknya permasalahan-permasalahan yang tumbuh dan berkembang di

masyarakat merupakan permasalahan yang fundamental. Selain itu terdapat

banyak faktor atau kekuatan-kekuatan yang berpengaruh terhadap proses

pembuatan kebijakan. Dalam pembuatan kebijakan publik juga harus melibatkan

peran partisipasi dari masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam negara demokrasi sangat diperlukan di

berbagai aspek kehidupan terutama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan

dan penyusunan kebijakan. Adanya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan

kebijakan publik merupakan wujud nyata dukungan masyarakat terhadap

pemerintah. Partisipasi merupakan salah satu unsur penting dalam terbentuk dan

terlaksananya kebijakan publik. Kebijakan publik tidak akan terlaksana secara

efektif jika tidak ada partisipasi dari masyarakat. Partisipasi masyarakat dapat
5

digambarkan sebagai keterlibatan masyarakat dalam perumusan dan pelaksanaan

kebijakan pemerintah dengan melaksanakan kehidupannya sesuai dengan

ketentuan yang telah diatur.

Berdasarkan dari hal tersebut pemerintah perlu rasa tanggung jawab dan

kemauan yang tinggi untuk menanggung resiko atas apa yang telah diputuskan.

Karena seperti yang kita ketahui bahwa permasalahan-permasalahan publik

berbeda-beda sesuai dengan kepentingan masing-masing seperti contohnya: ada

perbedaan kepentingan pada tiap-tiap suku yang ada di Indonesia.

Setiap kebijakan publik tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai

dimana kebijakan ini harus memiliki manfaat bagi masyarakat luas. Walaupun

pada realitanya seringkali kebijakan publik belum dapat diterima dan memenuhi

keinginan rakyat. Karena mengingat bahwa negara Indonesia merupakan negara

yang majemuk dengan berbagai keanekaragamannya, yang tentunya tidak semua

masyarakat memiliki kepentingan yang sama.

Ruang lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup

berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan

sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat

nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah,

peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi,

keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan

bupati/walikota. Kebijakan publik ini memiliki sifat memaksa dan berlaku

universal. Dalam arti kebijakan publik harus dipatuhi oleh seluruh kelompok
6

sasaran dari suatu kebijakan tersebut dan berlaku bagi seluruh kelompok yang

menjadi sasaran tanpa terkecuali.

Sedangkan Gerald Caiden merumuskan ruang lingkup studi kebijakan

publik meliputi :

(a) Public Participation yaitu keterlibatan dari berbagai pemangku kepentingan

dalam kebijakan publik.

(b) Bersama-sama mengatasi permasalahan masyarakat.

(c) Kerangka kebijakan : mendorong dan mengkonstruksi semua faktor-faktor

yang potensial, seperti tujuan, nilai-nilai, sumber-sumber, pelaku, faktor

lingkungan, strategi dan lain-lain.

(d) Kebijakan strategis : kekompleksan dan slaing ketergantungan antar faktor-

faktor.

(e) Kejelasan kepentingan masyarakat.

(f) Pelembagaan kemampuan kebijakan publik.

(g) Isi kebijakan dan evaluasi.

Ripley (1986) membuat klasifikasi berdasarkan tipe kebijakan publik,

yaitu (1) tipe kebijakan distributif, (2) tipe kebijakan redistributif, (3) tipe

kebijakan regulatif protective dan (4) tipe kebijakan regulatif kompetitif. Tipe

kebijakan distributif yaitu untuk meningkatkan atau mendorong aktivitas

masyarakat tanpa adanya dorongan dari pemerintah. Dalam tipe kebijakan

distributif ini semua tingkatan organisasi pemerintah mempunyai peran yang

sama. Tipe kebijakan redistributif bertujuan untuk menata kembali alokasi

kekayaan, hak-hak atau kepentingan antar kelompok sosial. Tipe kebijakan


7

regulatif protective bertujuan untuk melindungi masyarakat dengan menetapkan

kondisi atau syarat bagi kegiatan-kegiatan masyarakat yang akan dilaksanakan.

Kemudian tipe kebijakan regulatif kompetitif bertujuan untuk menjaga agar

terdapat kompetisi yang adil atau mengindari terjadinya monopoli oleh

sekelompok masyarakat.

Rumusan kebijakan berkenaan dengan persoalan bagaimana masalah-

masalah publik memperoleh perhatian dari para pembuat kebijakan, bagaimana

usul-usul kebijakan dirumuskan untuk menanggapi masalah-masalah tertentu dan

bagaimana sesuatu usul kebijakan tertentu dipilih di antara begitu banyak pilihan.

Kebijakan publik lahir karena adanya tuntutan kebijakan (policy demand) dimana

suatu tuntutan yang ditujukan kepada para pejabat publik.

1. Masalah-Masalah Terkait Kebijakan Publik

Kebijakan publik di Indonesia seringkali menuai kontra pada kelompok-

kelompok di masyarakat, berikut ini merupakan masalah-masalah terkait dengan

kebijakan publik :

a. Apakah dalam penyusunan kebijakan publik, pemerintah sudah

mengoptimalkan peran serta masyarakat?

b. Apakah dalam pembuatan kebijakan, pemerintah masih dipengaruhi oleh

sifat-sifat/urusan pribadi?

c. Apakah permasalahan yang diprioritaskan pemerintah?

d. Apakah asas keterbukaan telah dioptimalkan pemerintah?


8

2. Fokus Masalah Kebijakan Publik

Fokus masalah yang saya ambil dalam mata kuliah Kebijakan Publik yaitu

Peran Partisipasi Masyarakat Dalam Perumusan Kebijakan Publik. Karena di

Indonesia seringkali terjadi penolakan atau kontra terhadap kebijakan-kebijakan

publik yang dibuat oleh pemerintah, hal ini menjadi pertanyaan apakah

pemerintah belum mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam merumuskan

suatu kebijakan atau pemerintah kurang transparan dalam hal proses kebijakan

yang mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan

yang buat oleh pemerintah.

3. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang diambil yaitu sebagai berikut :

a. Bagaimana peran partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan

publik?

b. Apa saja faktor yang menyebabkan masyarakat masih seringkali menolak

kebijakan publik?

c. Bagaimana cara pemerintah untuk meningkatkan peran partisipasi

masyarakat dalam perumusan kebijakan publik?

4. Tujuan Kajian

Adapun tujuan dari kajian ini yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi masalah sehingga masyarakat

seringkalin menolak kebijakan publik.

b. Untuk mengetahui seberapa besar peran masyarakat dalam perumusan

kebijakan publik.
9

c. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah mengoptimalkan peran

partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik.

B. Kajian Teori

1. Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Demos" yang berarti

rakyat dan “kratos atau cratein” yang berarti kekuasaan. Gabungan dua kata

demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) memiliki arti suatu kedaaan

negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan

rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat

berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat (Ubaedillah dan

Abdul Razak, 2006).

Teori demokrasi sebagai suatu bentuk penyelengaraan pemerintahan

yang secara langsung (direct democracy) dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat (as government of the people, by the people and for the people). Menurut

M. Durverger didalam bukunya “Les Regimes Politiques” arti demokrasi yaitu

termasuk cara pemerintahan dimana golongan yang memerintah dan yang

diperintah itu adalah sama dan tidak dapat terpisah-pisah. Artinya satu sistem

pemerintahan negara dimana dalam pokoknya semua orang (rakyat) adalah

berhak sama untuk memerintah dan juga untuk diperintah.

Demokrasi mendasarkan pada prinsip persamaan, yaitu setiap warga

negara memiliki kesamaan hak dan kedudukan di dalam pemerintahan. Karena

pada dasarnya kedaulatan negara berada ditangan rakyat. Setiap warga negara

sejatinya memiliki kekuasaan yang sama untuk memerintah melalui


10

kesepakatan dan aturan demi kepentingan yang seluas-luasnya bagi

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Demokrasi berdiri berdasarkan prinsip persamaan, yaitu bahwa setiap

warga negara memiliki kesamaan hak dan kedudukan dalam pemerintahan.

Karena itu, setiap warga negara sejatinya memiliki kekuasaan yang sama untuk

memerintah. Kekuasaan rakyat inilah yang menjadi sumber legitimasi dan

legalitas kekuasaan negara (Gaffar, 2013).

Menurut C.F. Strong, demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan

dalam hal mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta

melalui cara perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya

mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada mayoritas itu.

Dengan kata lain, negara demokrasi didasari oleh sistem perwakilan yang

menjamin kedaulatan rakyat.

Indonesia sebagai negara yang demokratis dimana pemerintahan

dilakukan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (as government of the

people, by the people and for the people). Maka dari itu tentunya Indonesia

sudah seharusnya mengoptimalkan peran partisipasi dari rakyat karena sudah

jelas bahwa masyarakat mempunyai hak untuk ikut serta berperan aktif dan juga

dapat menjadi pengontrol terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

Sedangkan menurut Robert. A. Dahl, yang diikuti Muntoha dalam

jurnalnya yang berjudul “Demokrasi dan Negara Hukum” menyatakan,


11

Demokrasi sebagai suatu gagasan politik di dalamnya terkandung 5 (lima)

kriteria, yaitu :

a. Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat

b. Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam

proses pembuatan keputusan secara kolektif

c. Pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang

untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan

secara logis

d. Kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi

masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus

diputuskan melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan

itu pada orang lain atau lembaga yang mewakili masyarakat

e. Pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencakup semua orang dewasa

dalam kaitannya dengan hukum.

Akan tetapi sejak dahulu sampai saat ini, demokrasi masih sering menjadi

perdebatan antar para filsuf politik karena ada yang setuju dengan konsep

demokrasi dan ada juga yang yang menentang konsep demokrasi tersebut. Seperto

Harrison dan Jeremy Bentham, filsuf utilitarian asal Inggris yang setuju dengan ide-

ide dasar demokrasi. Sedangkan Jean-Jacques Rousseau, filsuf politik Prancis yang

menolak konsep dan penerapan demokrasi seperti yang di terapkan di Indonesia

pada saat ini. Menurutnya, dalam demokrasi rakyat harus berpartisipasi langsung

dan tidak bisa diwakilkan. Seperti yang diterapakan di Indonesia dimana DPR yang
12

terpilih sebagai perwakilan dari seluruh rakyat, yang mana masih seringkali tidak

mewakili suara rakyat.

2. Asas Keterbukaan/Transparansi

Keterbukaan atau transparansi adalah prinsip untuk membuka diri terhdapa

hak masyarakat untuk memperoleh akses ingormasi yang benar, jujur, dan tidak

diskriminatif tentang penyelenggaraan organisasi dengan memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara (Jubaidah dkk.,

2008: 57-58). Transparansi adalah suatu keterbukaan secara sungguh-sungguh,

menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan

masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik (Adrianto, 2007).

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah,

yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan, serta hasil-

hasil yang dicapai (Krina, 2003:13). Prinsip ini memiliki 2 (dua) aspek, yakni :

komunikasi publik oleh pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi.

Menurut penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, asas

keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi, golongan dan rahasia negara.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan

berpedoman pada asas-asas pembentukan Peraturan Daerah yang diatur pada Pasal

58 UU No. 23 Tahun 2014, yang terdiri dari atas asas kepastian hukum, tertib
13

penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas,

profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas dan keadilan.

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

memberikan pencerahan dalam pelaksanaan penyelenggaraan Negara atau

pemerintahan. Pelaksanaan keterbukaan informasi publik dalam penyelenggaraan

negara atau pemerintahan merupakan perwujudan tata pemerintahan yang baik dan

jaminan kepastian hukum terhadap hak masyarakat untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan serta untuk turut serta dalam mengontrol penyelenggaraan negara

atau pemerintahan.

Dalam hubungannya dengan hak atas informasi publik, Pasal 28 F UUD 45

menegaskan: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam negara

hukum yang demokrasi, negara dilaksanakan berdasarkan amanat rakyat. Dalam

pelaksanaan penyelenggaraan negara, pemerintah bertanggungjawab kepada

rakyat. Segala informasi yang dihasilkan dalam hal penyelenggaraan negara

merupakan milik rakyat.

Dengan adanya transparansi atas informasi publik tentang kinerja

pemerintah dalam melaksanakan penyelenggaraan negara atau pemerintahaannya,

membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif mengontrol setiap langkah dan

kebijakan yang diambil pemerintah. Sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat

dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Pada dasarnya tujuan utama keterbukaan


14

informasi publik di setiap Negara adalah memastikan bahwa lembaga publik akan

lebih akuntabel dan kredibel dengan menyediakan informasi dan dokumen sesuai

permintaan publik (Bolton, 1996).

Di dalam negara demokrasi, asas keterbukaan ini penting untuk dilakukan

agar masyarakat dapat lebih mengetahui bagaimana jalannya pemerintahan baik

dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan serta hasil yang telah dicapai.

3. Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, dalam Pasal 96 mengatur mengenai

partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

termasuk Peraturan Daerah. Masyarakat diberikan kesempatan yang seluas-luasnya

untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam proses pembuatan

rancangan Peraturan Daerah.

Partisipasi masyarakat yaitu suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan

secara sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam maupun dari luar pada

keseluruhan proses kegiatan yang bersaangkutan, yang mencakup pengambilan

keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemanfaatan hasil

kegiaran yang dicapai (Mardikanto 2013).

Peran dari partisipasi masyarakat dalam pembentukan kebijakan publik

sangat dibutuhkan karena hal ini berpengaruh pada pengembangan sinergi dalam

hubungan antar pemerintah dan masyarkat, karena apabila hubungan pemerintah

dengan masyarakat terjalin dengan baik maka akan menghasilakan sesuatu yang

baik juga. Partisipasi tidak sekedar terlibat atau ikut serta, tetapi mengendalikan

ada semacam kesadaran untuk benar terlibat dalam proses politik. Harus dibedakan
15

antara partispasi sebagai sekedar ikut serta dengan partispasi sebagi sebuah bentuk

kesadaran. Masyarakat dalam berpartisipasi juga merupakan suatu perwujudan dari

demokrasi. Demokrasi sebagai landasan bagi hadirnya partisipasi masyarakat untuk

turut serta dalam menjalankan pemerintahan yang baik, terutama dalam fungsi

pengawasan dan pembahasan suatu peraturan.

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan peran serta masyarakat

dalam pelaksanaan kebijakan. Partisipasi masyarakat disamping menopang

percetapan pelaksanaan kebijakan, pada sisi lain akan berdampak pada proses

evaluasi/ kontrol atas kinerja pemerintah dan dapat mampu menimalisir

penyalahgunaan wewenang. Partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari

pelaksanaan kebijakan publik karena dalam partisipasi menyangkut aspek

pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud di sini termasuk pengawasan

terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif (Coryanata, 2012). Berdasarkan

uraian tersebut, pelaksanaan kebijakan sebaiknya bersifat partisipatif, yaitu

pelaksanaan kebijakan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan, kepentingan, dan harapan masyarakat

(Rohman, 2016).

Menurut Dini Widia menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam

pembentukan produk-produk hukum daerah, sebagai berikut: proses perlibatan

partisipasi masyarakat lokal dalam perencanaan hingga implementasi program

pembangunan (hukum) ditingkat daerah terbukti telah membawa perubahan-

perubahan mendasar dalam peningkatan kesadaran hukum masyarat (Rachmat

Trijono, 2013: 72)


16

Bagir Manan (2001: 85-86) berpendapat bahwa partisipasi masyarakat

dapat dilakukan dengan cara:

a. Mengikut sertakan dalam tim atau kelompok kerja penyusunan peraturan daerah

b. Melakukan public hearing atau mengundang dalam rapat-rapat penyusunan

peraturan daerah.

c. Melakukan uji sahih kepada pihak-pihak tertentu untuk mendapat tanggapan.

d. Melakukan loka karya (workshop) atas Rancangan Peraturan Daerah sebelum

secara resmi dibahas oleh DPRD.

e. Mempublikasikan Rancangan Peraturan Daerah agar mendapat tanggapan

publik.

Dengan adanya jaminan bagi para pelaku-pelaku partisipasi untuk dapat

mengakses informasi serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara dalam

mengekspresikan semua pendapat-pendapatnya melalui berbagai dialog yang

dilakukanya, maka hal ini akan dapat mendorong terbentuknya undang-undang

yang partisipatif dan ideal bagi suatu negara yang ideal yang telah memilih

demokrasi partisipatif (Saifudin, 2009: 101).

Pandangan teori elite dalam formulasi kebijakan tentu tidak dapat

memecahkan maslash publik, akan tetapi hanya akan melahirkan masalah baru

karena tidak diberikannya ruang bagi publik untuk ikut berpartisipasi dalam

merumuskan kebijakan.
17

C. Kerangka Teori

1. Tinjauan Literatur

Adapun berikut ini merupakan buku-buku yang berkaitan dengan masalah

partisipasi masyarakat, diantaranya adalah : Dr. Sahaya Anggara, M.Si , dalam

bukunya yang berjudul “Kebijakan Publik”, membahas tentang kewajiban

partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan dimana dilihat dari fungsi

filsafat kebijakan, partisipasi masyarakat wajib dalam penyusunan kebijakan di

sebuah negara demokrasi. Dalam konteks otonomi daerah pun, partisipasi

masyarakat dijamin melalui Undang-Undang No. 32/2004 tentang Pemerintah

Daerah. Kemudian pada buku ini dijelaskan bahwa pada Pasal 45 anggota DPRD

mempunyai kewenangan menyerap, menampung, menghimpun dan

menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Pada pasal 139 menegaskan bahwa

masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka

penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan daerah. Dijaminnya kebebasan

masyarakat menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi dalam penyusunan seperti

kebijakan publik, agar kebijakan publik memenuh rasa keadilan dan tidak

menimbulakn kontroversi di masyarakat. Oleh karena itu, perumusan kebijakan

publik dimulai dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, terutama pada negara

demokrasi.

Miftah Thohah dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Administrasi Publik

Kontemporer” dikatakan bahwa partisipasi dalam kebijakan publik merupakan

aktivitas yang dilakukakan oleh warga negara, baik secara pribadi maupun

berkelompok yang direncanakan untuk memengaruhi pembuatan keputusan


18

pemerintah. Partisipasi dapat dilakukan baik terorganisasi maupun spontanitas,

baik terus menerus ataupun sporadis; baik secara damai ataupun kekerasan, baik

legal ataupun tidak legal, dan baik dilakukan secara efektif ataupun tidak efektif.

Pada buku tersebut juga memuat pendapat dari Gerald Caiden yang

merumuskan ruang lingkup studi kebijakan publik yang mana salah satunya yaitu

“Adanya Partisipasi Masyarakat” dimana partisipasi masyarakat adalah satu hal

yang tidak bisa dipisahkan dari kebijakan publik. Kebijakan publik adalah suatu

bidang yang harus dipikirkan oleh seluruh masyarakat, dimana warga negara

sudah seharusnya menunjukkan kesungguhannya dalam berpartisipasi.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Syakwan Lubis, yang berjudul partisipasi

masyarakat dalam kebijakan publik menyatakan Partisipasi Masyarakat dalam

Pengambilan Kebijakan Publik Salah satu persyaratan agar ada ketertiban sosial

dalam proses pengambilan kebijakan publik dengan melibatkan peran serta

kekuatan politik masyarakat adalah terjadinya penguatan masyarakat warga.

2. Studi-Studi Terdahulu

Beberapa kajian penelitian sebelumnya yang membahas tentang Peran

Partisipasi Masyarakat Dalam Perumusan Kebijakan Publik. Salah satunya

dilakukan oleh Milwan dan Ace Sriati Rachman dengan judul Analisis Partisipasi

Publik Dalam Perumusan Kebijakan Daerah (Studi Kasus Perumusan Perda DKI

Jakarta). Tahapan-tahapan dalam penyusunan Perda No 4 tahun 2007 DKI Jakarta

telah melakukan semua tahapan dalam perumusan kebijakan publik yaitu mulai

dari definition, aggregation, organization, representation, agenda setting,

formulation, dan sampai pada tahap akhir yaitu legitimation. Rancangan Perda
19

Nomor 4 Tahun 2007 dibuat diluar program legislasi daerah (Prolegda), disusun

dalam waktu yang sangat singkat sehingga termasuk kategori Perda yang tidak

normal. Pemda dan DPRD DKI Jakarta telah berusaha untuk melibatkan partisipasi

publik pada tahap pembahasan Perda Nomor 4 Tahun 2007 yaitu melalui forum

rapat dengar pendapat umum. Sementara pada tahap perencanaan dan penyusunan

rancangan Perda publik terutama yang terkena dampak langsung dari Perda Nomor

4 Tahun 2007 belum dilibatkan. Oleh karena itu, Perda DKI Jakarta Nomor 4 Tahun

2007 belum dapat dikatakan sebagai Perda Partisipatif. Berasarkan penelitian

tersebut dapat diketahui bahwa alasan publik DKI Jakarta berpartisipasi dalam hal

mendukung Perda Nomor 4 tahun 2007 yaitu karena adanya kesadaran untuk

menerima kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemda. Sementara alasan publik

DKI menolak pemberlakuan Perda Nomor 4 tahun 2007 yaitu karena mereka

merasa dirugikan dengan adanya Perda yang bersangkutan dan mereka tidak

dilibatkan dalam perumusan Perda tersebut. Cara-cara publik DKI Jakarta

berpartisipasi dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007 yaitu memberikan

masukan/pendapat melalui forum curah pendapat umum dan demonstrasi.

Penelitian lainnya yaitu berjudul “Partisipasi Politik Masyarakat Dalam

Penyusunan Kebijakan Publik Di Kota Manado” oleh Daud M. Liando. Dari

penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di Kota Manado masih

belum mendapatkan kesempatan untuk ikutserta dalam proses perencanaan atau

dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor yaitu

faktor teknis seperti tidak adanya informasi mengenai perencanaan kebijakan,

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara menyampaikan aspirasi serta tidak


20

adanya akses untuk menyampaikan partisipasi dan masayrakat lebih fokus pada

pekerjaan. Kemudian faktor kedua yaitu faktor kendala politis dalam masyarakat

yang tidak diberikan kesempatan dalam forum perencanaan dan perumusan

kebijakan, ketidakpercayaan terhadap kemampuan penyelenggara, ketergantungan

masyarakat serta adanya sikap politik yang berbeda-beda.

Pada penelitian berjudul “Relasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Kota

Surabaya Dalam Perumusan Kebijakan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Di Kota Surabaya” oleh Priskila Kartika. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa

masyarakat terlibat aktif dalam perumusan kebijakan hingga tahap pelaksanaan

kebijakan. Masyarakat yang turut berpartisipasi juga dari tingkat terbawah yaitu

RT. Keterlibatan ini dibuktikan dengan masyarakat diundang dalam merancang

kebijakan publik. Permasalahan-permasalahan yang terjaring dari tingkat

kecamatan diteruskan ke tingkat pemerintahan kota. Tidak hanya itu, keterlibatan

masyarakat juga dapat dilihat pada pelaksanaan kebijakannya dimana masyarakat

membantu dalam memenuhi kebutuhan penyandang masalah kesejahteraan sosial

mulai dari pemberian makanan, pengobatan, dan keterampilan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM).

3. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian-kajian diatas dapat diketahui bahwa masyarakat yang

tidak turut berperan dalam merumuskan kebijakan publik disebabkan oleh dua

faktor kendala seperti yang dikaji dalam penelitian diatas yaitu yang pertama faktor

kendala teknis. Faktor kendala teknis dalam hal ini yaitu tidak adanya informasi

mengenai perancangan atau perumusan kebijakan, kurangnya pengetahuan


21

masyarakat tentang cara penyampaian aspirasi serta masyarakat yang lebih fokus

dengan pekerjaan masing-masing. Kemudian yang kedua faktor kendala politis.

Faktor kendala politis yaitu seperti masyarakat yang tidak diberikan kesempatan

dalam forum perumusan kebijakan publik, ketidakpercayaan pemerintah terhadap

kemampuan penyeleggara, ketergantungan masyarakat serta sikap politik yang

berbeda-beda antar masyarakat/kelompok.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan

mensosialisasikan bagaimana cara/etika dalam menyampaikan aspirasi, usulan atau

saran yang mana hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Kemudian pemerintah juga dapat membuka ruang publik untuk berdiskusi untuk

perancangan kebijakan agar kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah

meningkat dan setiap kelompok kepentingan dapat menyampaikan aspirasi dari

masing-masing kelompok. Pemerintah juga dapat meningkatkan penyebaran

informasi resmi secara online agar seluruh masyarakat dapat mengakses dan

mendapatkan informasi yang sebenarnya.


22

Gambar 1. Kerangka Pikir

Peran Partisipasi Mayarakat Dalam Perumusan Kebijakan Publik

Faktor Tindakan Tujuan/Hasil


• Kendala teknis • sosialisasi • mengingkatkan
pengetahuan publik
• Kendala politis • mengoptimalkan
• meningkatkan
diskusi publik partisipasi publik
• penyebaran • mempermudah
informasi online masyarakat dalam
mendapatkan
informasi yang
sebenarnya
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, S. (2018). Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia

Asyari, H. (2017). ASAS KETERBUKAAN DALAM PEMBENTUKAN


PERATURAN DAERAH (Study Kasus di Kabupaten Lombok Tengah).
Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 2(1), 81-96.
Effendi, A’an & Poernomo Freddy (2017). Hukum Administrasi. Jakarta Timur:
Sinar Grafika. 294-301
Fahmi, A. N. (2017). IMPLEMENTASI ASAS KETERBUKAAN DALAM
PELAYANAN KEPENDUDUKAN DI DESA KALIBAGOR KECAMATAN
KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS (Doctoral dissertation, Universitas
Negeri Semarang).
Hadi, P. K. (2018). Relasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Kota Surabaya
dalam Perumusan Kebijakan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di
Kota Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Handoyo, E. (2012). Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya.


Hardiman, F. B. (2009). Demokrasi deliberatif: menimbang negara hukum dan
ruang publik dalam teori diskursus Jurgen Habermas. Kanisius.
Hikmawati, H. (2013). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERUMUSAN
KEBIJAKAN PUBLIK. JPP (Jurnal Politik Profetik), 1(1).

Hikmawati, H. (2013). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERUMUSAN


KEBIJAKAN PUBLIK. JPP (Jurnal Politik Profetik), 1(1).
Iskandar, D. J. (2017). Pentingnya Partisipasi dan Peranan Kelembagaan Politik
dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi:
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi, 14(1), 17-35.
Liando, D. M. (2015). Partisipasi Politik Masyarakat dalam Penyusunan
Kebijakan Publik di Kota Manado. JURNAL POLITICO, 4(2), 27-34.

Lubis, S. (2007). Partisipasi Masyarakat dalam Kebijakan Publik. Jurnal


Demokrasi, 6(1).
Mariana, D. (2015). Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan. CosmoGov:
Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(2), 216-229.

23
24

Milwan, & Rachman, Ace Sriati (2013) Analisis Partisipasi Publik Dalam
Perumusan Kebijakan Daerah (Studi Kasus Perumusan Perda DKI Jakarta).
In: Seminar Nasional Fisip-UT 2013.

Muhiddin, A. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembuatan Peraturan Daerah


(Perda). Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 3(1).

Noviati, C. E. (2016). Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jurnal Konstitusi,


10(2), 333-354.
Ramdhani, A., & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep umum pelaksanaan kebijakan
publik. Jurnal Publik, 11(1), 1-12.

Retnowati, E. (2012). Keterbukaan informasi publik dan good governance (antara


das sein dan das sollen). Perspektif, 17(1), 54-61.
Suwitri, S. (2008). Konsep dasar kebijakan publik. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Taufiqurokhman. (2014). KEBIJAKAN PUBLIK PENDELEGASIAN
TANGGUNGJAWAB NEGARA KEPADA PRESIDEN SELAKU
PENYELENGGARA PEMERINTAHAN. Jakarta Pusat : Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama (Pers)
Thoha Miftah. (2008). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta : Prenada
Media Group. 101-151

Anda mungkin juga menyukai