(Makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen Sektor Publik)
Oleh :
Kelompok 2
UNIVERSITAS RIAU
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena kami dapat
menyelesaikan dan penyusunan makalah ini, penyusunan makalah ini untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman
– teman sekalian yang telah membantu proses penyelesaiannya sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
1. Ciri – Ciri Kebijakan Publik..............................................................................3
1.1 Jenis Kebijakan Publik................................................................................3
1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan kebijakan....................6
1.3 Kerangka Kerja Kebijakan Publik.............................................................7
1.4 Tujuan Kebijakan Publik............................................................................7
2. Pendekatan dalam Memahami Kebijakan Publik............................................8
2.1 Pendekatan Kekuasaan dalam Pembuatan Kebijakan Publik................8
2.2 Beberapa Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik......................10
3. Perbedaan Masalah Publik dan Masalah Privat............................................21
3.1 Masalah Publik dan Masalah Kebijakan.................................................21
3.2 Perbedaan Masalah Publik dan Masalah Privat....................................22
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP......................................................................................................................24
3. Kesimpulan............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal menarik yang dibahas untuk membuat makalah tentang Kebijakan Publik
adalah bagaimana aktivitas membuat kebijakan dimana kepentingan, tujuan, dan
strukturnya dapat memuat segala aspek kebutuhan publik.
Kebijakan publik tidak hanya harus baik dalam perumusannya, namun juga baik
dalam pengkomunikasiannya kepada publik. Menurut Saefullah (2006) berdasarkan
pendekatan pemahamannya kebijakan publik dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama,
perspektif politik dimana dalam perumusannya, implementasi, maupun evaluasi pada
hakikatnya merupakan pertarungan berbagai kepentingan publik dalam mengalokasikan
dan mengelola sumberdayanya (resources) sesuai dengan visi, harapan, dan prioritas yang
ingin diwujudkan. Kedua, perspektif administratif dimana kebijakan publik merupakan
hal ikhwal yang berkaitan dengan sistem, prosedur, dan mekanisme serta kemampuan
pejabat publik dalam menerjemahkan dan menerapkana kebijakan publik sehingga visi
dan harapan dapat diwujudkan dalam realitas.
Permasalahan dalam kebijakan publik masih menjadi pembahasan menarik bagi
ahli ilmu soaial terutama dari bidang pilitik dan administrasi publik baik di negara
berkembang maupun maju. Berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses aktivitas
pembuatan kebijakan publik selalu berkembang mengikuti arus global. Oleh sebab itu
sifat permasalahan kebijakan publik itu sangat mempengeruhi implementasi dan
bagaimana pemecahan masalah – masalah tersebut.
Tachjan (2006) mengungkapkan permasalahan kebijakan publik dapat dilihat dari
keputusan – keputusan kebijakan yang mencakup berbagai tingkatan kesulitan teknis
selama pelaksanaannya, sebagian diantaranya lebih sulit dibandingkan dengan yang lain.
1
Keanekaragaman masalah yang menjadi target dari suatu program pemerintah dapat
membuat pelaksanaan program tersebut menjadi sulit. Besarnya kelompok yang menjadi
sasaran kebijakan akan menyebabkan kesulitan melakukan pengontrolan prilaku kearah
tujuan yang diinginkan. Tingkat perubahan perilaku kelompok sasaran tersebut akan
menjadi acuan efisiensi kebijakan dalam mengatasi permasalahan dan melihat tingkat
kesulitan dalam implementasainya.
Kebijakan Privat merupakan tidakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga
swasta yang bersifat tidak memaksa kepada orang atau lembaga lain. Menurut Jones
masalah dikatakan sebagai masalah privat bila masalah tersebut dapat diatasi tanpa
mempengaruhi orang lain atau tanpa harus melibatkan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri – ciri dan fungsi dari kebijakan publik ?
2. Bagaimanakah pendekatan dalam memahami kebijakan publik ?
3. Apa perbedaan masalah publik dan masalah privat ?
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan dalam bidang social, administrasi, dan politik secara umum. Secara
khususnya pada mata kuliah Kebijakan publik dapat menambah referensi
teori.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya makalah ini penulis dan pembaca mendapatkan pengetahuan
baru dan mampu untuk memahami ciri, fungsi, dan pendekatan kebijakan
publik serta dapat membedakan permasalahan yang terjadi disektor publik
dan privat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Suharno (2010: 22-24), ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan
publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu dirumuskan. Ciri-ciri kebijakan
publik antara lain:
a) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan daripada
sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan. Kebijakan-
kebijakan publik dalam system politik modern merupakan suatu tindakan yang
direncanakan.
b) Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas Tindakan Tindakan yang saling berkaitan
dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-
pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.
c) Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait dan
berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-
pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.
Kebijakan tidak cukup mencakup keputusan untuk membuat undang-undang
dalam bidang tertentu, melainkan diikuti pula dengan keputusan-keputusan yang
bersangkut paut dengan implementasi dan pemaksaan pemberlakuan.
d) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah
dalam bidang tertentu.
e) Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, munkin pula negatif, kemungkinan
meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak bertindak atau
tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah dimana justru campur
tangan pemerintah diperlukan.
3
Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah
bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan.
4
c. Pernyataan kebijakan (policy statements)
Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik
tertentu. Misalnya; ketetapan MPR, Keputusan Presiden atau Dekrit
Presiden, keputusan peradialn, pernyataan ataupun pidato pejabat
pemerintah yang menunjukkan hasrat, tujuan pemerintah, dan apa yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
5
Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan memberiakn sumbangan pada
pencapaian nilai. Pada kenyataanya jarang ada problem yang dapat
dipecahkan secara tuntas, umumnya pemecahan terhadap suatu problem
dapat menumbuhkan problem sehingga perlu pemecahan kembali atau
perumusan kembali.
6
Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan/kebijakan juga berperan
besar.
Menurut Suharno (2010: 31) kerangka kebijakan publik akan ditentukan oleh
beberapa variabel dibawah ini, yaitu:
a. Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas tujuan yang
akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin
sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan
semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin mudah.
7
Tujuan publik tak lain untuk menghadirkan sebuah pemecahan masalah yang
dihadapi oleh suatu negara secara umum di wilayah tertentu. Namun, secara lebih
lanjut terdapat beberapa tujuan kebijakan publik yang selalu melekat. Beberapa di
antaranya yakni:
Tujuan Ilmiah
Tujuan Profesional
Tujuan Politik
8
Pendekatan kekuasaan dalam pembuatan kebijakan publik model kekuasaan
(power) memandang pembuatan keputusan sebagai sesuatu yang dibentuk dan
ditentukan oleh struktur kekuasaan, yaitu kelas, orang kaya, tatanan birokratis, dan
tatanan politik, kelompok penekan, dan kalangan profesional atau ahli pengetahuan
teknis. Ada enam macam pendekatan dalam pembuatan keputusan, antara lain sebagai
berikut:
9
sesuatu yang terjadi di tingkat yang lebih dalam daripada yang terlihat di
permukaan atau di level keputusan.
d. Korporatisme: berfokus pada kekuasaan kepntingan yang terorganisasi
Korporatisme adalah istilah yang berasal dari abad pertengahan dan dalam
gerakan fasis pada periode antara perang duni. Istila ini mengandung teori tentang
masyarakat yang didasarkan pada pelibatan kelompok-kelompok dalam proses
pembuatan kebijakan negara sebagai model untuk mengatasi konflik kepentingan.
Akan tetapi, sebagai kerangka analitis yang dikenal sebagai neokorporatisme telah
ternoda, lebih banyak dari pada konsep lainnya. Isthilah ini menjadi teori popular
pada 1970-an dan 1980-an sebagai explanatory, dan lebih signifikan sebagai alat
yang dipakai para politisi dan kelompok lainnya.
e. Profesionalisme: berfokus pada kekuasaan kalangan profesional Perhatian utama
dalam analisis kebijakan kontemporer adalah elite profesional mendapat
kekuasaan dalam pembuatan keputusan dan dalam implementasi kebijakan publik
dalam demokrasi liberal. Aliran liberal khususnya, mengkritik cara pertumbuhan
big government membuat keputusan menjadi dikuasai oleh kelompok profesional
yang lebih tertarik pada pengambilan keuntungan dan kepentingan sendiri
daripada kepntingan publik yang mereka layani.
f. Teknokrasi: berfokus pada kekuasaan pakar teknis Model pembuatan keputusan
ini menganggap masyarrakat sebagai entittas yang bergerak menuju aturan
berdasarkan rasionalitas ilmiah. Model ini adalah ide-ide yang banyak diekslorasi
dalam fiksi sains dan merupakan tema esensial dari para filsuf. Model ini
menpang teori manajemen. Sebagai gerakan sosial, teknokrasi muncul di AS
sebelum perang dunia pertama. Pada periode antara dua perang dunia, kampanye
mendukung agar masyarakat diatur secara rasional.
10
diubah dengan mudah untuk tujuan tesebut. Kita akan membahas beberapa
pendekatan teoritik yang sering dibicarakan oleh para ahli dalam mengkaji kebijakan
publik. Seberapa besar manfaat yang dapat kita ambil dari penggunaan pendekatan-
pendekatan teoritik tersebut dalam mengkaji kebijakan publik, tergantung pada
sumbangan yang diberikan dalam mengarahkan perhatian kita dan memberi
penjelasan bagi kegiatan politik atau dalam kasus ini kebijakan publik.
a. Pendekatan Kelompok
Beberapa kontributor utama dari pendekatan teoritik kelompok terhadap
sistem politik dan kebijakan publik bisa disebutkan antara lain: Athur Bentley (1908),
The Proces of Government, David Truman (1951), The Governmet Process, Earl
Lathan (1952), The Group Basic of Politics. Dikalangan para teoritisi kelompk
terdapat pandangan yan sama tentang konsep kelompok.
Menurut mereka, kelompok-kelompok adalah the ultimate “real” of politics.
Secara garis besar pendekatan ini menyatakan bahwa pembentukan kebijakan publik
pada dasarnya merupakan hasil dari perjuangan antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Suatu kelompok merupakan kumpulan individu-individu yang diikat oleh
tingkah laku atau kepentingan yang sama. Mereka mempertahankan dan membela
tujuan-tujuan kelompok gagal dalam mencapai tujuan-tujuannya melalui tindakan-
tindakannya sendiri, maka kelompok itu biasanya menggunakan politik dan
pembentukan kebijakan publik untuk mempertahankan kepentingan kelompoknya.
Namun demikian, seperti diungkapkan oleh Anderson, pendekatan ini
mempuyai kelemahan, yakni terlalu meremehkan peran bebas dan kreatif yang
dilakukan oleh para pejabat pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan publik. Ini
disebabkan oleh perhatiannya yang terlalu berlebihan terhadap kelompok-kelompok
dalam sistem politik. Oleh karena itu, menganalisis kebijakan publik hanya
berdasarkan pada pendekatan kelompok menjadi agak kurang memadai tanpa
memerhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pembuatan kebijakan
publik.
Contoh adanya pembentukan koalisi partai politik akan memiliki pengaruh
kuat dalam suatu pemerintahan. Dampak positif dari pendekatan ini adalah adanya
sebuah wadah misalkan partai politik untuk menyalurkan aspirasi individu yang
tergabung didalamnya, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya overlapping
11
atau tumpang tindih dalam sebuah kelompok yang bersatu, selain itu persaingan tidak
sehat terjadi dalam model ini.
12
c. Pendekatan Kelembagaan (Institusionalisme)
13
dan badan-baadan pemerintah yang banyak sekali jumlahnya, baik di pusat maupun
daerah-daerah. Kebijakan-kebijakan publik seringkali dijelaskan, tetapi jarang
dianalisis dan hubungan antara struktur dan kebijakan secara luas tidak diselidiki.
Teori peran serta warga negara didasarkan pada harapan-harapan yang tinggi
tentang kualitas warga negara dan keinginan mereka untuk terlibat dalam kehidupan
publik. Menurut teori ini, dibutuhkan warga negara yang memiliki struktur-sruktur
kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan fungsi-fungsi demokrasi. Setiap warga
negara harus memiliki cukup kebebasan untuk berperan serta dalam masalah-masalah
politik, mempunyai sikap kritis yang sehat dan harga diri yang cukup dan yang lebih
penting adalah perasaan mampu. Di atas segala-galanya, para warga negara harus
tertarik dalam politik dan menjadi terlibat secara bermakna. Sayangnya apa yang
diketahui tentang kebiasaan-kebiasaan politik dari warga negara pada umumnya
merupakan suatu gambaran suram yang bertentangan dengan cita- cita demokrasi.
Studi-studi empirik mengungkapkan tekanan-tekanan otoritarianisme yang kuat pada
rakyat biasa, toleransi yang rendah dan ketidaktahuan yang meluas. Studi-studi
tentang pendapat umum mengungkapkan bahwa orang cenderung menyaring
informasi yang tidak diinginkan dan memandang stimuli politik secara selektif
berdasarkan pikiran-pikiran yang dipahami sebelumnya.
14
e. Pendekatan Psikologis
f. Pendekatan Proses
15
diimplementasikan oleh para pejabat agensi, dievaluasi, dan akhirnya diterminasi atau
diubah atas dasar keberhasilan atau kekurangannya. Tentu saja proses ini jauh lebih
kompleks, ketimbang gambaran yang lebih sederhana ini. Namun demikian, pada saat
ini bicara tentang siklus kebijakan, kita bicara suatu proses kebijakan melalui mana
kebanyakan kebijakan publik menlintasi. sekalipun, realitas dari proses kebijakan
adalah sangat kompleks, proses ini dipahami secara baik dengan membayangkannya
seolah-olah kebijakan itu melewati sejumlah tahap yang berbeda-beda. Selama lebih
dari tiga dekade, para analisis kebijakan publik telah membuat kemajuan secara
substansial dalam memeroleh pemahaman yang lebih baik tentang siklus kebijakan.
Beberapa penulis telah meneliti aspek-aspek tertentu dari siklus kebijakan publik, dan
telah memajukan pemahaman tentang setiap tahap kebijakan.
g. Pendekatan Substantif
16
substantif dalam analisis kebijakan. Ini merupakan bidang dari pilihan individual
untuk menaikkan gengsi keilmuan dari para ilmuwan kebijakan.
h. Pendekatan Logical-Positivist
Pendekatan ini sebenarnya mulai digunakan pada saat terjadi revolusi perilaku
(behavioral revolution) dalam ilmu sosial segera setelah Perang Dunia II. Pendekatan
ini telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun, dan telah menjadi pendekatan
epistemologi yang dominan dalam ilmu politik. Namun demikian, pendekatan
keilmuan ini bukan tanpa kritik, yang berpendapat bahwa pendekatan itu keliru dalam
memahami proses kebijakan dengan memperlakukannya sebagai sebuah “proyek
rasional.” Yaitu, proses kebijakan adalah jauh lebih kompleks, ketimbang perspektif
seperti ban berjalan. Dengan demikian, pendekatan ini tidak tidak memberi
kemungkinan untuknya sebagai suatu teknik analisis yang sangat canggih. Kritik ini
mengambil bentuk dekonstruksi postpositivist terhadap metode-metode preilaku
tardisional, dan berpendapat sebagai penggantinya pendekatan yang intuitif atau
pendekatan partisipatori terhadap analisis kebijakan publik.
i. Pendekatan Ekonometrik
17
Pendekatan ekonometrik, kadangkala dinamakan pendekatan pilihan publik
(the public choice approach) atau pendekatan ekonomi politik, terutama didasarkan
pada teori-teori ekonomi politik. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sifat alami
manusia diasumsikan “rasional,” atau dimotivasi oleh pencapaian secara pribadi
murni. Pendekatan ini beranggapan bahwa orang mengejar preferensi-preferensi
mereka yang berbobot tetap, terlepas hasil-hasil kolektif. Secara esensial, pendekatan
ini mengintegrasikan wawasan umum tentang riset kebijakan publik dengan metode-
metode keuangan publik. Misalnya, diasumsikan bahwa preferensi-preferensi individu
adalah sempit dan beragam, yang membutuhkan individu mengagregasikan
preferensi-preferensinya ke dalam masyarakat luas yang bisa meminta tindakan
pemerintah.
k. Pendekatan Partisipatori
18
pembuatan keputusan kebijakan. Penedekatan ini agaknya lebih dekat dengan apa
yang disebut oleh Harold Lasswell, policy of democracy, di mana populasi yang
diperluas dari para warganegara yang dipengaruhi terlibat dalam perumusan dan
implementasi kebijakan publik melalui serangkaian dialog yang tidak
berkesinambungan. Pendekatan ini mencakup dengar pendepat terbuka secara
ekstensif dengan sejumlah besar warganegara yang mempunyai kepedulian, dimana
dengar pendapat ini disusun dalam suatu cara untuk mempercepat para individu,
kelompok-kelompok kepentingan, dan para pejabat agensi memberikan kontribusi
mereka kepada pembuatan desain dan redesain kebijakan.
19
menggunakan data untuk mengajukan suatu posisi politik dan untuk meyakinkan
pihak lain bahwa posisi mereka dalam suatu pilihan kebijakan yang layak.
Kadangkala, tipe analisis ini mengarah kepada tuduhan bahwa para analis kebijakan
seringkali menyembunyikan ideology mereka sebagai ilmu.
m. Pendekatan Ideologik
Sekalipun tidak semua analis secara eksplisit mengadopsi pandangan
konservatif atau pandangan liberal, mereka nyaris selalu mempunyai suatu pandangan
yang tertanam dalam analisis kebijakan mereka. Thomas Sowell menanamkan
pendekatan ideologi ini “visi” (visions) dan mengidentifikasi dua perspektif yang
bersaing.
Pertama, “visi yang dibatasi” (the constrained vision) merupakan suatu
gambaran manusia egosenttrik dengan keterbatasan moral. Oleh karenanya, tantangan
moral dan sosial yang fundamental adalah untuk membuat yang terbaik dari
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam keterpaksaan/ keterbatasan ketimbang
menghamburkan energi dalam suatu upaya yang sia-sia untuk mengubah sifat
manusia.
Kedua, “visi yang tidak dibatasi” (the unconstrained vision) memberikan suatu
pandangan tentang sifat manusia dimana pemahaman dan disposisi manusia adalah
mampu untuk memeroleh keuntungan-keuntungan sosial. Menurut perspektif ini,
manusia mampu merasakan secara langsung kebutuhan-kebutuhan orang lain lebih
penting, ketimbang kebutuhan- kebutuhan mereka sendiri, dan karenanya mampu
bertindak secara konsisten dan secara adil, bahkan pada saat kepentingan-kepentingan
mereka atau keluarga mereka terlibat. Kemudian, pandangan tentang sifat manusia
ini, seringkali dikaitkan dengan pandangan liberal bahwa sifat manusia adalah tidak
mempunyai keterbatasan. Agaknya, keterbatasan justru dikenakan oleh lingkungan di
luar individu.
n. Pendekatan Historis/Sejarah
20
waktu yang pendek (misalnya, analisis lintas sectional atau analisis terbatas pada
kurun waktu satu dekade atau lebih). Hanya dengan meneliti kebijakan-kebijakan
publik dari titik pandang kurun waktu yang panjang analis bisa memeroleh perspektif
yang jauh lebih baik tentang pola-pola yang ada dalam pembuatan kebijakan publik,
baik misalnya di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, maupun negara-negara
berkembang, seperti di Indonesia.
Suatu masalah akan menjadi masalah publik apabila ada orang atau kelompok
yang menggerakkan ke arah tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu
masalah akan menjadi masalah publik jika masalah tersebut diartikulasikan. Masalah-
masalah publik adalah masalah-masalah yang mempunyai dampak luas dan mencakup
konsekuensi bagi orang-orang yang tidak secara langsung terlibat.
21
masalah substantif berkaitan dengan akibat-akibat nyata dari kegiatan manusia, seperti
kebebasan berbicara, keadilan sosial, dan lain-lain.
22
Kebijakan Privat merupakan tidakan yang dilakukan oleh seseorang atau
lembaga swasta yang bersifat tidak memaksa kepada orang atau lembaga lain.
Menurut Jones masalah dikatakan sebagai masalah privat bila masalah tersebut dapat
diatasi tanpa mempengaruhi orang lain atau tanpa harus melibatkan pemerintah.
Dalam kaitan dengan posisi dan peran negara di dalamnya, sektor publik dapat
dibedakan dari sektor privat. Baber sebagaimana dikutip Parsons (2005) dari Masey,
menyebutkan sepuluh ciri penting dari sektor publik, yaitu:
1. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih mendua,
2. Sektor publik lebih banyak problem dalam mengimplmentasikan kebijakan,
3. Sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang
sangat beragam,
4. Sektor public lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan peluang
kapasitas
5. Sektor publik lebih memperhatikan kompensasi atas kegagalanpasar,
6. Sektor publik melakukan aktivitas yang lebih banyak mengandung signifikansi
simbolik,
7. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas,
8. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar untuk merespon isu-
isukeadilandan kejujuran,
9. Sektor publik harusberoperasi demi kepentinganpublik,
10. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimaldi atas
level yangdibutuhkandalam industri swasta.
23
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
24
lain atau masyarakat luas. Menurut Jones masalah dikatakan sebagai masalah privat
bila masalah tersebut dapat diatasi tanpa mempengaruhi orang lain atau tanpa harus
melibatkan pemerintah.
Suatu masalah akan menjadi masalah publik apabila ada orang atau kelompok
yang menggerakkan ke arah tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu
masalah akan menjadi masalah publik jika masalah tersebut diartikulasikan. Masalah-
masalah publik adalah masalah-masalah yang mempunyai dampak luas dan mencakup
konsekuensi bagi orang-orang yang tidak secara langsung terlibat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.E., 1979, Public Policy Making: An Introduction, 3rd ed. Boston:
Bromley, Daniel W., 1989, Economic Interest and Institutions: The Conceptual
Basri dkk. (2022). Partisipasi Masyarakat Dalam merumuskan kebijakan Pada Musrenbang
Dunn, William N., 1994, Public Policy Analysis: An Introduction. New Jersey:
Leo, Agustino. Dasar – dasar Kebijakab Publik (Bandung: Penerbit CV Alfabeta, 2020)
Makhmudi, P. D., & Muktiali, M. (2018). Prasarana Lingkungan Pada Program Penataan
https://doi.org/10. 14710/jpk.6.2.108
26
Riant Nugroho D. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi (Jakarta:
Satispi, Evi & Kurniasih. (2019). BUKU AJAR KEBIJAKAN PUBLIK teori dan aplikasinya.
Spaces of Kampung City Settlement. Budapest International Research and Critics Institute-
Tachjan. Implementasi Keijakan Publik (Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonsia, 2006)
Jurnal Pintjar Simatupang. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan.
https://media.neliti.com/media/publications/54473-ID-analisis-kebijakan-konsep-dasar-dan-
pros.pdf
Zahrotul dkk. (2020). Jenis-Jenis Pendekatan Dalam Studikebijakan Sektor Publik. Makalah.
Dikutip dari
https://www.academia.edu/43503994/JENIS_JENIS_PENDEKATAN_DALAM_STUDI_K
EBIJAKAN_SEKTOR_PUBLIK. 2020.
27