Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANALISIS KEBJAKAN PUBLIK

Oleh :

Amelia Niode

PROGARAM PASCA SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

BINA TARUNA GORONTALO

TAHUN 2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Tujuan ................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6

A. Konsep dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik ................................. 6

B. Arti Pentingnya Studi Kebijakan Publik ............................................ 10

C. Analisis Proses Pembuatan Keputusan dalam Kebijakan Publik ...... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 19

B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk salah satu tugas pada mata kuliah Analisis Kebijakan

Publik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati kita semua. Aamiin.

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sering kali kita mendengar kata kebijakan publik, kebijakan publik

secara singkat adalah apapun yang dilakukan pemerintah untuk melakukan

atau tidak melakukan sesuatu. Segala sesuatu yang dilakukan pemerintah bisa

dikatakan sebagai kebijakan publik. Tidak sampai disitu saja, kebijakan publik

juga memiliki lingkup atau cakupan yang luas, mulai dari skala lokal,

nasional, regional, internasional dan sektoral.

Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik

dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu

aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku

mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai

dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan

masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai

kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum.

Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya

secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan

bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi

kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para

pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi

suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi

1
Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah

maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati.

Kebijakan publik sebagai respon suatu sistem politik melalui

kekuasaan pemerintah terhadap masalah-masalah masyarakat. Dengan kata

lain, kebijakan publik adalah keputusan pemerintah guna memecahkan

masalah publik. Keputusan itu bisa berimplikasi pada tindakan maupun bukan

tindakan. Kata publik dapat berarti masyarakat dan perusahaan, bisa juga

berarti Negara sistem politik serta administrasi. Sementara pemerintah adalah

orang atau sekelompok orang yang diberi mandat oleh seluruh anggota suatu

sistem politik untuk melakukan pengaturan terhadap keseluruhan sistem.

Pembuatan keputusan (decision-making) berada di antara perumusan

kebijakan dan implementasi. Akan tetapi kedua hal tersebut saling terkait satu

sama lain. Keputusan memengaruhi implementasi dan implementasi tahap

awal akan memengaruhi tahap pembuatan keputusan selanjutnya yang pada

gilirannya akan memengaruhi impelementasi berikutnya. Pembuatan

keputusan, karena itu bukanlah proses pasif. Keputusan adalah sebuah proses

dan keputusan awal sering kali hanyas merupakan sinyal penunjuk arah atau

dorongan awal, atau percobaan awal, yang nantinya akan mengalami revisi

dan diberi spesifikasi.

Analisis proses kebijakan cenderung disibukkan dengan isu. Akan

tetapi setelah era 1960-an muncul minat apada apa yang disebut fase “pasca

keputusan” dari kebijakan public. Pada tahun 1970-an semakin tampak jelas

bahwa banyak program dan kebijakan tidak berjalan sebaik seperti yang

2
diharapkan.1 Karenanya pembuatan keputusan terjadi di arena dan level yang

berbeda-beda. Akan tetapi, “proses kebijakan” ini bukan hanya sangat

bervariasi. Kerangka yang dipakai untuk menerangkan proses ini juga

multidimensional dan multidisipliner.

Kerangka kebijakan public konsekuensinya dibentuk oleh kelanjutan

dan perhatian bersama terhadap biaya-efektivitas, pelaksanaan kebijakan dan

pelayanan, peningkatan manajemen sumberdaya manusia serta pengawasan

dan evaluasi secara lebih baik.2Peran analisis kebijakan dalam proses

pembuatan keputusan akan tergantung kepada apa pendapat kita tentang apa

realitas pembuatan keputusan sebagai sebuah proses.

Harus diakui bahwa dalam setiap proses kebijakan publik selalu akan

terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh

pembuat kebjakan dengan apa yang nyatanya dicapai sebagai hasil atau

kinerja dari pelaksanaan kebijakan. Sederhananya adalah setiap kebijakan

publik mengandung resiko untuk gagal. Kegagalan kebijakan tentu terjadi

karena dua hal, pertama tidak terimplementasikan dan kedua implementasi

yang tidak berhasil. Tidak terimplementasikan berarti bahwa suatu kebijakan

tidak dilaksanakan dengan sesuai dengan rencana, dimana ada kemungkinan

terjadi begaining politik, tidak menguasai permasalahan, tidak ada koordinasi

dan lain sebagainya. Sementara itu implementasi yang tidak berhasil biasanya

3
terjadi jika suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun

terjadi kondisi eksternal yang tidak menguntungkan seperti pergantian

kekuasaan, perpindahan posisi dan lain sebagainya.

Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah

yang merupakan sasaran dari kebikajan, maka kebijakan itu mungkin akan

mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan

sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan

sangat baik mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut

kurang diiplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kegiatan. Hal ini

berarti bahwa implementasi kebijakan merupakan salah satu variabel penting

yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan dalam memecah

persoalan-persoalan kebijakan dan program-program pemerintah yang dapat

dikatakan kurang berhasil dalam proses pelaksanaanya seperti

ketidaktepatsasaran bantuan, BPJS, infrastruktur, kesenjangan pusat daerah,

kenaikan BBM, dan lain sebagainya yang sangat memerlukan solusi yang

sangat serius agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.

Jika sebuah kebijakan yang telah disusun mengalami kegagalan, maka

pertanyaannya adalah apa yang telah dilakukan oleh para aktor pelaksana

kebijakan? Beberapa hal yang mungkin mempengaruhi dapat dikatakan terjadi

karena unsur kepentingan di dalamnya. Tentu ini sangat menjadi sebuah

problem yang dilematis ketika masyarakat sangat berharap besar kepada para

aktor pelaksana kebijakan agar mendapatkan sebuah hal yang bermanfaat.

4
Dimana ini sangat erat kaitannya ketika masyarakat lah yang memiliki

kedaulatan terbesar di dalam Negara ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan lingkup kebijakan publik?

2. Apa arti dan kerangka pentingnya studi kebijakan publik?

3. Bagaimana analisis proses pembuatan keputusan dalam kebijakan publik?

C. Tujuan Penelitian

1. Bagaimana konsep dan lingkup kebijakan publik?

2. Apa arti dan kerangka pentingnya studi kebijakan publik?

3. Bagaimana analisis proses pembuatan keputusan dalam kebijakan publik?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Lingkup Kebijakan Publik

Analisis kebijakan publik walaupun merupakan bagian dari studi Ilmu

Administrasi Negara, tetapi bersifat multi disipliner, karena banyak meminjam

teori, metode dan teknik dari studi ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan

ilmu psikologi. Studi kebijakan publik mulai berkembang pada awal tahun

1970-an terutama dengan terbitnya tulisan Harold D. Laswell tentang Policy

Sciences. Fokus utama studi ini adalah pada penyusunan agenda kebijakan,

formulasikan kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan

dievaluasi kebijakan. Isi materi kerangka kebijakan publik ini akan membahas

konsep dan lingkup kebijakan publik, proses kebijakan publik, dan arti

pentingnya studi kebijakan, lingkungan kebijakan, sistem kebijakan publik.

Kebijakan publik merupakan semacam jawaban terhadap suatu masalah

karena merupakan upaya memecahkan, mengurangi dan mencegah suatu

keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur inovasi dan pemuka terjadinya

kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah. Dapat dirumuskan pula

bahwa pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang

sebab-sebab, konsekuensi, dan kinerja kebijakan dan program publik

(Kencana, 1999:106).

6
Pengertian kebijakan merujuk pada tiga hal yakni sudut pandang (point

of view); rangkaian tindakan (series of actions) dan peraturan (regulations).

Ketiga hal tersebut menjadi pedoman bagi para pengambil keputusan untuk

menjalankan sebuah kebijakan. Dari beberapa definisi mengenai kebijakan

publik, ada satu definisi yang cukup komprehensif untuk menjelaskan apa itu

kebijakan publik. Definisi tersebut berbunyi “respon dari sebuah sistem politik

terhadap demands/claims dan support yang mengalir dari lingkungannya”.

Dalam definisi tersebut, respon bisa dilihat sebagai isi dan implementasi

serta analisis dampak kebijakan; sistem politik tentu saja merujuk pada aktor

politik (pemerintah, parlemen, masyarakat, pressure groups dan aktor yang

lain), demands dan claim bisa jadi merupakan tantangan dan permintaan dari

aktor-aktor tadi, sedangkan support bisa merujuk pada dukungan baik SDM

maupun infrastruktur yang ada, dan yang terakhir, lingkungan merujuk pada

satuan wilayah tempat sebuah kebijakan diimplementasikan.

Berdasarkan konsep tersebut, tersusunlah sebuah sistem kebijakan

publik yang terdiri atas elemen-elemen yakni: orientasi, tindakan yang benar-

benar dilakukan, sifat positif maupun negatif untuk melakukan sesuatu dan

pelaksanaan melalui perundangan yang bersifat memaksa (otoritatif).

Berdasarkan atas konsep tersebut, maka pemerintah sebagai pelaku

utama implementasi kebijakan publik memiliki dua fungsi yang berbeda yakni

fungsi politik dan fungsi administratif. Fungsi politik terkait dengan fungsi

pemerintah sebagai pembuat kebijakan, sedangkan fungsi administrasi terkait

dengan fungsi pemerintah sebagai pelaksana kebijakan. Oleh karena itu,

7
pemerintah sebagai lembaga pembuat dan pelaksana kebijakan publik

memiliki kekuatan diskretif (discretionary power) dalam pembuatan dan

pelaksanaan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, aktor-aktor lain juga harus

memainkan peran pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

Sebuah kebijakan publik akan disusun berdasarkan sebuah proses

sebagai berikut: identifikasi, formulasi, adopsi, implementasi dan evaluasi.

Dalam proses identifikasi, pemerintah merasakan adanya masalah yang harus

diselesaikan dengan pembuatan kebijakan. Berdasarkan identifikasi tersebut

dilakukanlah formulasi kebijakan. Kebijakan disusun berdasarkan alternatif-

alternatif tindakan dan partisan. Setelah alternatif tindakan dan partisipan

disusun, maka proses adopsi dilakukan dengan memilih alternatif terbaik

dengan memperhatikan syarat pelaksanaan, partisipan, proses dan muatan

kebijakan. Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Implementasi

kebijakan terkait dengan pihak-pihak yang terlibat, tindakan yang dilakukan

dan dampak terhadap muatan kebijakan itu sendiri. Setelah implementasi

kebijakan dilakukan, evaluasi kebijakan harus dilaksanakan. Pertanyaan yang

timbul dalam evaluasi antara lain adalah: bagaimana kemangkusan dan

kesangkilan kebijakan, siapa yang terlibat, apa konsekuensi implementasi dan

apakah ada tuntutan untuk mencabut atau mengubah kebijakan tersebut.

Kebijakan publik menurut Thomas Dye (1981) adalah apapun pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever

government choose to do or not to do). Konsep tersebut sangat luas karena

kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah

8
ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Sebagai contoh, ketika

pemerintah mengetahui bahwa ada jalan raya yang rusak dan dia tidak

membuat untuk memperbaikinya, berarti pemerintah sudah mengambl

kebjakan. Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung

makna bahwa

1) Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi

swasta

2) Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak

dilakukan oleh badan pemerintah

Dalam padangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan

publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat,

karena setiap kebijakan mengadung seperangkat nilai di dalamnya. Sebagai

contoh, ketika pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999,

nilai yang akan dikejar adalah penghormatan terhadap nilai demokrasi dan

pemberdayaan terhadap masyarakat dan pemerintah daerah. Harrold Laswell

dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya berisi

tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat. Ini

berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan

praktek-praktek sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik

berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat resistensi ketika

diimplementasikan. Sebaliknya suatu kebijakan publik harus mampu

9
mengakomodasi nilai-nilai dan praktika-praktika yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat..

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor

atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan,

pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Di samping itu,

dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional,

maupun lokal, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Pemerintah Propinsi, Peraturan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan keputusan

Bupati/Walikota.

B. Arti Pentingnya Studi KebijakanPublik

Studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting, yakni untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan profesionalisme praktisi, dan

untuk tujuan politik.

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan.

Dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik

sebagai variabel terpengaruh (dependent variable), sehigga berusaha

menentukan variabel pengaruhnya (independent variable). Studi ini

berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari

sebuah kebijakan publik. Misalnya, studi untuk mengidetifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi dikeluarkannya undang-undsang anti terorisme

di Indonesia. Sebaliknya, studi kebijakan publik dapat menempatkan

kebijakan publik sebagai independent variable, sehingga berusaha

mengidintifikasi apa dampak dari sutau kebijakan publik. Sebagai contoh

10
studi untuk menganalisis apa dampak dari kebijakan menaikan harga

bahan bakar minyak yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Membantu para praktisi dalam memcahkan masalah-masalah publik.

Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki

dasar teoritis tentang bagaimanana membuat kebijakan publik yang baik

dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke

depan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat

menopang tujuan pembangunan.

3. Berguna untuk tujuan politik.

Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar

dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik

dari lawan-lawan politik. Sebaliknya kebijakan publik tersebut dapat

meyakin kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju.

Kebijakan publik sepertii itu tidak akan mudah dicabut hanya karena

alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

C. Analisis Proses Pembuatan Keputusan dalam Kebijakan Publik

Proses kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang

dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas yang bersifat

politis mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan, sedangkan aktivitas yang

lebih bersifat intelektual mencakup perumusan masalah, forecasting,

rekomendasi kebijakan, monitoring kebijakan dan evaluasi kebijakan.

11
Dalam menganalisis proses pembuatan keputusan, ada lima kategori dan

pendekatan utama, yaitu :

a. Pendekatan kekuasaan untuk pembuatan keputusan

Model kekuasaan (power) memandang pembuatan keputusan

sebagai sesuatu yang dibentuk dan ditentukan oleh struktur kekuasaan:

kelas, orang kaya, tatananbirokrasi dan tatanan politik, kelompok penekan,

dan kalangan professional atau ahli pengetahuan teknis. Ada enam

pendekatan dan variannya.

a) Model Elitis dan Non-elitis

Model proses kebijakan elitis berpendapat bahwa kekuasaan

terkonsentrasi di tangan segelintir orang atau kelompok. Menurut model

ini pembuatan keputusan adalah proses yang dilaksanakan demi

keuntungan elite-elite tersebut. Dikatakan bahwa dalam dunia riil ada

pihak-pihak yang berada di atas yang memegang kekuasaan dan ada

“massa” yang tak memegang kekuasaan. Weber juga memfokuskan pada

konteks organisasional atau birokratis dari kekuasaan dengan

menunjukkan bagaimana “rasionalisasi” dalam masyarakat kapitalis

menghasilkan formulasi birokrasi yang pasti akan menggantikan bentuk-

bentuk oprganisasi lainnya dan, karena tidak adanya akuntabilitas

parlementer yang kuat, akan memunculkan ancaman bagi pengambilan

keputusan demokratis oleh politisi pemilih.

b) Pendekatan Pluralisme dan Neopluralis untuk Pembuatan Keputusan

12
Salah satu pendukung utama model “neo-pluralis” adalah Charles

Lindblom, yang gagasannya tentangbpebuatan kebijakan sebagai

“muddling through”.Lindblom adalah tokoh utama dalam kebijakan

public, dan perkembangan argumennya telah menjadi focus perhatian

para mahasiswa kebijakan.lindblom mengemukakan pandangan

pluralisnya pertama kali pada 1950-an: pertama bersama Dahl, dan

kemudian dalam Lindblom. Mereka berpendapat bahwa politik pluralis

tidak dimainkan di tingkat lapangan. Kepentingan bisnis sangat

memengaruhi proses pembuatan keputusan dalam demokrasi liberal.

c) Marxisme Lama dan Baru: Pembuatan Keputusan di Dalam Masyarakat

Kapitalis

Pandangan Marxis tentang bagaimana isu-isu dan problem didefinisikan

juga berkembang, seperti halnya pandangan pluralisme.Sebagaimana

pluralis mulai meninggalkan gagasan dangkal tentang dunia pembuatan

keputusan yang terbuka dan kompetitif, demikian pula Marxis mulai

menerima gambaran yang lebih kompleks ketimbang gagasan dominasi

kelas dan negara sebagai instrument kekuasaan kelas. Dalam satu

pengertian, model ini menghadirkan sebentuk pluralism Marxis karena ia

mengatakan bahwa pembuatan keputusan di dalam masyarakat kapitalis

lebih kompleks ketimbang yang dinyatakan oleh model instrumental

sederhana.

d) Korporatisme

13
Korporatisme adalah istilah yang berasal dari abad pertengahan dan

dalam gerakan fasis pada periode antra-perang dunis. Istilah ini

mengandung teori tentang masyarakat yang didasarkan pada pelibatan

(incorporation) kelompok-kelompok dalam proses pembuatan kebijakan.

b. Rasioalitas dan Pembuatan Keputusan

a) Rasionalitas: Konteks Sosiologis dan Ekonomi

Pendekatan rasional untuk pembuatan keputusan punya dua konteks atau

sumber yaitu:

 ide rasionalitas ekonomi seperti yang dikembangkan dalam teori

ekonomi

 ide rasionalitas birokratis seperti yang dirumuskan oleh teori

sosiologis tentang organisasi dan masyarakat industry

Rasionalitas dibangun sebagai tema utama dalam analisis pembuatan

keputusan sebagai akibat dari pengaruh sosiologi Jerman Max Weber

(1864-1920). Ide rasionalitas adalah ide sentral dalam teori dan praktik

pembuatan keputusan di era pasca perang.model pembuatan keputusan

yang berfokus pada rasionalitas mengatakan bahwa, apabila kita ingin

memahami dunia keputusan riil, kita harus mempertimbangkan sejauh

mana keputusan itu adalah hasil dari proses yang rasional.

b) Simon: Rasionalitas yang Terkekang (Bounded Rationality)

Kontribusi Simon terhadap studi pembuatan keputusan dengan

mengambil rute sebagai berikut:

14
 Studi awalnya tentang “perilaku administrative” (1945)

 Bagaimana aspek ekonomi dari perilaku administrative dikembangkan

dalam karya selanjutnya

 Bagaimana aspek psikologis dari perilaku administrative dikembankan

dalam karya selanjutnya

Berikut tabel proses kebijakan publik :

Perumusan
Masalah Penyusunan Agenda

Forecasting
Formulasi Kebijakan

Rekomendasi Adopsi Kebijakan


Kebijakan

Monitoring
Kebijakan Implementasi Kebijakan

Evaluasi
Kebijakan Penilaian Kebijakan

Sumber : William N. Dunn, 1994 ; 17

15
Bagaimana kerangka analitisnya berhubungan dengan rumusan atau solusinya

Tahap Karakteristik

Perumusan Masalah Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah

Forecasting Memberikan informasi mengenai konsekuensi di

(Peramalan) masa mendatang dari diterapkannya alternative

kebijakan, termasuk apabila tidak membuat

kebijakan

Rekomendasi Memberikan informasi mengenai manfaat bersih

Kebijakan dari setiap alternative, dan merekomendasikan

alternative kebijakan yang memberikan manfaat

bersih paling tinggi

Monitoring Kebijakan Memberikan informasi mengenai konsekuensi

sekarang dan masa lalu dari diterapkannya

alternative kebijakan termasuk kendala-kendalanya

Evaluasi Kebijakan Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil

dari suatu kebijakan

Sumber:William N. Dunn, 1994:17

Analisis kebijakan merupakan proses kajian yang mencakup lima

komponen, dan setiap komponen dapat berubah menjadi komponen yang lain

melalui prosedur metodologi tertentu, seperti perumusan masalah, peramalan,

rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi. Melakukan analisis kebijakan berarti

16
menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut, yakni merumuskan

masalah kebijakan, melakukan peramalan, membuat rekomendasi, melakukan

pemantauan, dan melakukan evaluasi kebijakan.

KINERJA
KEBIJAKAN

Evaluasi Perumusan Masalah Peramalan

HASIL-HASIL MASALAH MASA DEPAN


KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN

Perumusan Masalah

Pemantauan Rekomendasi

AKSI
KEBIJAKAN

Sumber: Dunn, 1994:149.

Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat

dilahirkan karena pengaruh lingkungan, dan kemudian ditransformasikan ke

dalam suatu sistem politik. Faktor lingkungan tersebut antara lain karakteristik

geografi, seperti sumberdaya alam, iklim, dan topologi ; variabel demografi

17
seperti banyaknya penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi spasial ;

kebudayaan politik ; struktur sosial ; dan sistem ekonomi.

Hubungan Tiga Elemen Sistem Kebjakan

Pelaku

Kebijakan

Lingkungan Kebijakan

Kebijakan Publik

Gambar di atas mendeskripsikan hubungan antara tiga elemen yang

terlibat dalam sebuah kebijakan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan

pemerintah. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak meiakukan

sesuatu itu mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan publik ditujukan untuk

kepentingan masyarakat.

Studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting, yakni untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan profesionalisme praktisi, dan

untuk tujuan politik.

Sebuah kebijakan publik akan disusun berdasarkan sebuah proses

sebagai berikut: identifikasi, formulasi, adopsi, implementasi dan evaluasi.

Proses analisis kebijakan public adalah serangkaian aktivitas intelektual yang

dilakukan dalam proseskegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut

nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,

formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian

kebijakan.sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, dan evaluasi

kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual.

B. Saran

19
Dalam proses pembuatan keputusan hendaknya pemerintah mengetahui

dan melaksanakan proses pembuatan keputusan sesuai dengan prosedur atau

sistematika yang telah ada. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna.Oleh karena itu kritikan dan saran dari pembaca sangat

membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. (1994), Public Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall


International, Englewood Cliffs, New Jersey

Dye.(1976), What Governments, Why They Do It, What Difference It Makes.


Tuscaloosa, University Of Alabama Press

Parsons, Wayne. (2011), Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Kebijakan,
Jakarta, Kencana

Subarsono.(2005), Analisis Kebijakan Publik: konsep, Teori dan Aplikasi,


Yogyakarta, pustaka pelajar

Wibawa, Samodra. (2011),Politik Perumusan Kebijakan Publik, Yogyakarta,


Graha Ilmu

Wibowo, Dkk.(2004), Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta, YPAPI

21

Anda mungkin juga menyukai