1
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan ....................................................................................... ..... 1
1. Latar belakang ........................................................................... ..... 1
2. Batasan Masalah ........................................................................ ..... 2
3. Tujuan Penulisan ........................................................................ ..... 2
BAB II
Pembahasan
1. -- Pengertian Implementasi kebijakan Publik. ............................................ 3
2. Model-model Implementasi..................................................................... 4
3. Proses Implementasi Kebijakan Publik ..................................................... 10
4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan. ......... 11
5. Penjabaran Operasional Proses Implementasi Kebijakan. ........................ 12
6. Formulasi Masalah Kebijakan Publik. ....................................................... 13
7. Desain Kebijakan (Policy Design). ............................................................. 14
8. Analisis Kebijakan Publik. ......................................................................... 16
9. Konsep Kebijakan. ................................................................................... 18
10. Pengertian Analisis Kebijakan Publik. ....................................................... 20
11. Analisis Kebijakan Publik dan Ilmu Pengetahuan. ..................................... 21
12. Tipe Analisis Kebijakan. ........................................................................... 21
13. Gaya Analisis Kebijakan. .......................................................................... 22
14. Model Analisis Kebijakan. ........................................................................ 23
BAB III
Penutup ... ........................................................................................... 16
Sumber Bahasan .................................................................................. 17
2
KATA PENGANTAR
Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dosen Pengasuh Mata Kuliah, Implementasi Kebijakan, makalah ini kami buat
berdasarkan informasi yang kami dapat dari berbagai buku dan internet.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami dengan ikhlas dan dengan hati lapang dada akan
menerima saran maupun kritik demi kesempurnaan makalah ini. Dan akhir kata
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua. ..Amin
3
BAB I
Pendahuluan
4
2. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
15. Pengertian Implementasi kebijakan Publik.
16. Model-model Implementasi.
17. Proses Implementasi Kebijakan Publik.
18. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan.
19. Penjabaran Operasional Proses Implementasi Kebijakan.
20. Formulasi Masalah Kebijakan Publik.
21. Desain Kebijakan (Policy Design).
22. Analisis Kebijakan Publik.
23. Konsep Kebijakan.
24. Pengertian Analisis Kebijakan Publik.
25. Analisis Kebijakan Publik dan Ilmu Pengetahuan.
26. Tipe Analisis Kebijakan.
27. Gaya Analisis Kebijakan.
28. Model Analisis Kebijakan.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Pengajar.
2. Agar dapat memahami mata kuliah implementasi kebijakan publik secara
mendalam..
3. Sebagai referensi awal untuk penulisan makalah sejenis di kemudian hari.
5
Bab II
Pembahasan
Kebijakan Publik.
Kebijakan Publik adalah suatu konsep, sistem, prosedur dan rencana yang bertujuan
untuk dilaksankan dan diterapkan oleh pihak yang berwenang dan berlaku unuk
semua orang dengan satu tujuan adalah kepentingan bersama.
1.Kebijakan yang diinginkan (idealized policy); pola interaksi yang dikehendaki dan
apa yang hendak diubah oleh suatu kebijakan.
2.Kelompok sasaran (target group); sekelompok masyarakat yg hendak dipengaruhi
dan diubah.
3.Organisasi pelaksana (implementing organisation); sebuah satuan birokrasi
pemerintah yang bertanggungjawab atas kebijakan tertentu.
4.Faktor lingkungan (environmental factors); unsur-unsur lingkungan kebijakan yang
mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.
6
2. Model-model Implementasi
Ke empat faktor di atas harus dilaksanakan secara simultan karena antara satu
dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Tujuan kita adalah meningkatkan
pemahaman tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan pengertian dengan
cara membreakdown (diturunkan) melalui eksplanasi implementasi kedalam
komponen prinsip. Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana
meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor mendasar
ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap implementasi.
7
Faktor –faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut George C. Edwards
III sebagai berikut :
a. Komunikasi
8
b. Sumberdaya
Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi program dan
bagaimana akuratnya komunikasi dikirim. Jika personel yang bertanggungjawab
untuk melaksanakan program kekurangan sumberdaya dalam melakukan tugasnya.
Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana,
informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan
pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya
kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana
yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai
untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.
Sumberdaya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan) berakibat
tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa
melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas
maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana
untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar
dapat meningkatkan kinerja program. Ketidakmampuan pelaksana program ini
disebabkan karena kebijakan konservasi energi merupakan hal yang baru bagi
mereka dimana dalam melaksanakan program ini membutuhkan kemampuan yang
khusus, paling tidak mereka harus menguasai teknik-teknik kelistrikan.
9
informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi
langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di
tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien. Implementasi kebijakan
membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah
yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk
menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk
membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf,
maupun pengadaan supervisor.
Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi
seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil
program dapat berjalan.
10
Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini
adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana
dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan
daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping
itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana
program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan
kebijakan/program.
d. Struktur Birokrasi
Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur
birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang
mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki
dalam menjalankan kebijakan.
Van Horn dan Van Meter menunjukkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh
terhadap suatu organisasi dalam implementasi kebijakan, yaitu:
11
4. Vitalitas suatu organisasi;
6. Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan pembuat keputusan atau
pelaksana keputusan.
C. Model Grindle
Ide utama dari model ini adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan,
barulah implementasi kebijakan dilakukan dan tingkat keberhasilannya ditentukan
derajat implementability dari kebijakan tersebut.
12
c. Derajat perubahan yang di inginkan.
d. Kedudukan dan pelaksanaan program.
e. Sumber daya yang di kerahkan.
13
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal penting yakni:
Oleh karena itu, implikasi sebuah kebijakan merupakan tindakan sistematis dari
pengorganisasian, penerjemahan dan aplikasi.
1. Isi atau content kebijakan tersebut. Kebijakan yang baik dari sisi content
setidaknya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: jelas, tidak distorsif, didukung
oleh dasar teori yang teruji, mudah dikomunikasikan ke kelompok target, didukung
oleh sumberdaya baik manusia maupun finansial yang baik.
2. Implementator dan kelompok target. Pelaksanaan implementasi kebijakan
tergantung pada badan pelaksana kebijakan (implementator) dan kelompok target
(target groups). Implementator harus mempunyai kapabilitas, kompetensi,
komitmen dan konsistensi untuk melaksanakan sebuah kebijakan sesuai dengan
arahan dari penentu kebijakan (policy makers), selain itu, kelompok target yang
terdidik dan relatif homogen akan lebih mudah menerima sebuah kebijakan
daripada kelompok yang tertutup, tradisional dan heterogen. Lebih lanjut, kelompok
14
target yang merupakan bagian besar dari populasi juga akan lebih mempersulit
keberhasilan implementasi kebijakan.
3. Lingkungan. Keadaan sosial-ekonomi, politik, dukungan publik maupun kultur
populasi tempat sebuah kebijakan diimplementasikan juga akan mempengaruhi
keberhasilan kebijakan publik. Kondisi sosial-ekonomi sebuah masyarakat yang
maju, sistem politik yang stabil dan demokratis, dukungan baik dari konstituen
maupun elit penguasa, dan budaya keseharian masyarakat yang mendukung akan
mempermudah implementasi sebuah kebijakan.
15
sebagai berikut: instansi pemerintah (baik pusat maupun daerah); sektor swasta;
LSM maupun komponen masyarakat. Setelah pelaksana kebijakan ditetapkan; maka
dilakukan penentuan prosedur tetap kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman,
petunjuk dan referensi bagi pelaksana dan sebagai pencegah terjadinya
kesalahpahaman saat para pelaksana tersebut menghadapi masalah. Prosedur tetap
tersebut terdiri atas prosedur operasi standar (SOP) atau standar pelayanan minimal
(SPM). Langkah berikutnya adalah penentuan besaran anggaran biaya dan sumber
pembiayaan. Sumber pembiayaan bisa diperoleh dari sektor pemerintah
(APBN/APBD) maupun sektor lain (swasta atau masyarakat). Selain itu juga
diperlukan penentuan peralatan dan fasilitas yang diperlukan, sebab peralatan
tersebut akan berperan penting dalam menentukan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan kebijakan. Langkah selanjutnya – penetapan manajemen pelaksana
kebijakan – diwujudkan dalam penentuan pola kepemimpinan dan koordinasi
pelaksanaan, dalam hal ini penentuan focal point pelaksana kebijakan. Setelah itu,
jadwal pelaksanaan implementasi kebijakan segera disusun untuk memperjelas
hitungan waktu dan sebagai salah satu alat penentu efisiensi implementasi sebuah
kebijakan.
3. Tahapan implikasi. Tindakan dalam tahap ini adalah perwujudan masing-masing
tahapan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
1. pengenalan masalah;
2. pencarian masalah;
16
3. pendefinisian masalah; dan
4. spesifikasi masalah.
17
2. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan. Penetapan tujuan dan sasaran
kebijakan diperlukan sebagai dasar pijakan dalam merumuskan alternatif intervensi
yang diperlukan serta menjadi pijakan standar penilaian apakah langkah intervensi
tersebut bisa disebut “gagal” atau “berhasil”.
3. Penyusunan model. Beberapa alternatif kebijakan intervensi dituangkan dalam
bentuk hubungan kausalitas antar masalah yang dihadapi organisasi dan dirumuskan
secara sederhana. Hubungan kausalitas ini disebut sebagai model. Model tersebut
bisa berupa diagram alur (flow chart) maupun diagram panah (arrow chart). Tujuan
penyusunan model tersebut dimaksudkan untuk memudahkan analisis sekaligus
memilih alternatif kebijakan intervensi mana yang harus dipilih.
4. Perumusan alternatif kebijakan. Alternatif kebijakan merupakan sejumlah alat
dan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
baik secara langsung atau tidak. Rumusan alternatif tersebut diawali dengan
penjelasan kerangka logika yang terkait dengan berbagai kemungkinan yang muncul
dalam kerangka intervensi masalah. Kemungkinan tersebut berdampak baik positif
maupun negatif. Setelah alternatif diidentifikasi, maka tiba saatnya untuk memilih
alternatif yang paling berpeluang untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan sebelumnya.
5. Penentuan kriteria pemilihan alternatif kebijakan. Kriteria dan parameter yang
bisa dimanfaatkan untuk memilih alternatif kebijakan antara lain adalah:
o technical feasibility, yang menekankan pada aspek efektifitas langkah
intervensi dalam mencapai tujuan dan sasaran;
o economic and financial feasibility, yang menekankan aspek efisiensi yakni
biaya dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik cost and benefit
analysis;
o political viability, yang melihat dampak politik yang ditimbulkan berupa
tingkat aksebilitas (acceptability), kecocokan dengan nilai masyarakat
18
(appropriateness), responsifitas (responsiveness), kesesuaian dengan perundangan
(legal suitability), serta pemerataan (equity);
o administrative operability yang melihat dari dimensi otoritas instansi
pelaksana, komitmen kelembagaan, kapabilitas staf dan dana serta dukungan
organisasi.
6. Penilaian alternatif kebijakan. Melalui penilaian ini akan ditemukan alternatif
intervensi yang paling efektif, efisien, dan visibel dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Oleh karena itu alternatif intervensi yang dipilih paling tidak harus yang
efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran, yang paling efisien dalam sisi biaya dan
keuntungan, yang paling bisa diterima oleh stakeholder, dan secara kelembagaan
dapat dilaksanakan serta memenuhi syarat administratif. Selain itu perlu
dipertimbangkan aspek etika dan filsafat sehingga alternatif tersebut tidak
melanggar nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
7. Perumusan rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijakan dibuat berdasar
perolehan skor beberapa alternatif intervensi, dimana alternatif ini dinilai visibel
untuk mencapai tujuan dan sasaran, memakan biaya yang optimal dengan
keuntungan maksimal, diterima oleh seluruh pemangku kepentingan serta sesuai
dengan etika dan nilai yang berlaku dalam masyarakat dan peraturan perundangan,
dan secara kelembagaan bisa dilaksanakan. Selian itu, alternatif intervensi tersebut
juga dipertimbangkan secara lebih komprehensif, holistik, integratif serta prospektif
sebelum dipilih. Setelah itu, alternatif intervensi yang direkomendasikan ditetapkan
dan disahkan sehingga memiliki kekuatan hukum.
Ada buku yang cukup menarik, Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi
Analisis Proses Kebijakan Publik yang ditulis oleh DR. Joko Widodo, M.S., seorang
19
widyaiswara Diklatpim Jawa Timur. Buku itu dengan ringan membahas dasar-dasar
analisis kebijakan publik.Uraian dalam buku ini dibuka dengan gambaran situasi
pasca reformasi, dimana pemerintah saat ini sedang mengupayakan otonomi daerah
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. Dan memang karena beliau
orang daerah, maka otonomi daerah menjadi dasar pijakan beliau untuk memulai
uraian analisis kebijakan publik. Dalam pandangan saya, akan lebih baik apabila
beliau mengutip tujuan negara yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 45,
karena saya pikir tujuan tersebut akan lebih universal sebagai pijakan reformasi
kebijakan publik, sebab reformasi publik tidak hanya dilaksanakan di daerah, namun
juga di tingkat pusat.
Untuk menghadapi situasi yang ada sekarang ini, penulis menuntut ditingkatkannya
profesionalisme mesin birokrasi. “Pemerintahan pada dasarnya adalah pelayanan
kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi
untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi
mencapai tujuan bersama”. Saya lihat beliau ingin menerapkan prinsip-prinsip
Weberian mengenai birokrasi, dimana dalam pandangan Weberian, birokrasi
diciptakan untuk melayani dan profesional.Sesuai dengan pandangan ini, kinerja
birokrasi harus bisa dipertanggungjawabkan kepada khalayak umum, sebab
government organizations are created by the public, for the public and need to be
accountable to it. Sebuah birokrasi harus akuntabel, terbuka dan transparan. Seiring
dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, tantangan yang dihadapi organisasi
pemerintahan juga berubah, oleh karena itu, aparatur pemerintah juga perlu
meningkatkan kompetensi diri mereka guna menghadapi tantangan tersebut.
Kompetensi tersebut setidaknya mencakup beberapa virtues yakni pengetahuan,
kecakapan/kapabilitas, keterampilan, keahlian, sikap dan perilaku untuk
20
menjalankan tugas pokok dan fungsi serta tanggung jawab yang diamanatkan
khalayak umum kepada mereka.
Dalam tataran yang lebih nyata, tantangan yang dihadapi oleh pemimpin dan
organisasi pemerintahan adalah hal-hal meliputi peran baru, keterampilan baru dan
piranti baru. Peran baru (new role) meliputi peran para pemimpin pemerintahan
sebagai perancang, guru, pengayom, pendorong sekaligus pelayan. Sebagai seorang
perancang, seorang pemimpin harus berperan sebagai pihak yang merancang dan
mengimplementasikan visi, misi, tujuan, target, kebijakan, nilai dan struktur
organisasi. Sebagai seorang guru, seorang pemimpin harus mampu mendidik dan
mengarahkan anggota organisasi untuk mengenali realitas secara baik, dan
menciptakan sebuah organisasi sebagai sebuah tempat belajar bagi seluruh anggota
organisasi. Sebagai seorang pelayan, seorang pemimpin harus mau melayani seluruh
anggota organisasi.
Keterampilan baru yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah keterampilan
dalam menciptakan, membangun dan mengimplementasikan visi bersama,
membangun dan menguji model mental serta keterampilan dalam berpikir secara
sistematis. Sedangkan piranti baru dalam kepemimpinan masa kini adalah sistem
informasi kepemimpinan yang akan memberikan prediksi masa depan secara lebih
komprehensif.Oleh karena itu, untuk memenuhi tantangan masa depan, diperlukan
kebijakan publik yang sifatnya lebih komprehensif dan antisipatif.
9. Konsep Kebijakan
Pengertian kebijakan merujuk pada tiga hal yakni sudut pandang (point of view);
rangkaian tindakan (series of actions) dan peraturan (regulations). Ketiga hal
tersebut menjadi pedoman bagi para pengambil keputusan untuk menjalankan
sebuah kebijakan. Dari beberapa definisi mengenai kebijakan publik, ada satu
21
definisi yang cukup komprehensif untuk menjelaskan apa itu kebijakan publik.
Definisi tersebut berbunyi “respon dari sebuah sistem politik terhadap
demands/claims dan support yang mengalir dari lingkungannya”.
Dalam definisi tersebut, respon bisa dilihat sebagai isi dan implementasi serta
analisis dampak kebijakan; sistem politik tentu saja merujuk pada aktor politik
(pemerintah, parlemen, masyarakat, pressure groups dan aktor yang lain), demands
dan claim bisa jadi merupakan tantangan dan permintaan dari aktor-aktor tadi,
sedangkan support bisa merujuk pada dukungan baik SDM maupun infrastruktur
yang ada, dan yang terakhir, lingkungan merujuk pada satuan wilayah tempat
sebuah kebijakan diimplementasikan.
Sebuah kebijakan publik akan disusun berdasarkan sebuah proses sebagai berikut:
identifikasi, formulasi, adopsi, implementasi dan evaluasi. Dalam proses identifikasi,
22
pemerintah merasakan adanya masalah yang harus diselesaikan dengan pembuatan
kebijakan. Berdasarkan identifikasi tersebut dilakukanlah formulasi kebijakan.
Kebijakan disusun berdasarkan alternatif-alternatif tindakan dan partisan. Setelah
alternatif tindakan dan partisipan disusun, maka proses adopsi dilakukan dengan
memilih alternatif terbaik dengan memperhatikan syarat pelaksanaan, partisipan,
proses dan muatan kebijakan. Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan.
Implementasi kebijakan terkait dengan pihak-pihak yang terlibat, tindakan yang
dilakukan dan dampak terhadap muatan kebijakan itu sendiri. Setelah implementasi
kebijakan dilakukan, evaluasi kebijakan harus dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul
dalam evaluasi antara lain adalah: bagaimana kemangkusan dan kesangkilan
kebijakan, siapa yang terlibat, apa konsekuensi implementasi dan apakah ada
tuntutan untuk mencabut atau mengubah kebijakan tersebut.
Analisis Kebijakan Publik adalah proses penciptaan pengetahuan dari dan dalam
proses penciptaan kebijakan. Maka dari itu analisis kebijakan publik menurunkan
beberapa ciri yakni: (1) analisis kebijakan publik merupakan kegiatan kognitif, yang
terkait dengan proses pembelajaran dan pemikiran. (2) analisis kebijakan publik
merupakan hasil kegiatan kolektif, karena keberadaan sebuah kebijakan pasti
melibatkan banyak pihak, dan didasarkan pada pengetahuan kolektif dan
terorganisir mengenai masalah-masalah yang ada. (3) Analisis kebijakan merupakan
disiplin intelektual terapan yang bersifat reflektif, kreatif, imajinatif dan eksploratori.
(4) analisis kebijakan publik berkaitan dengan masalah-masalah publik, bukan
masalah pribadi walaupun masalah tersebut melibatkan banyak orang.
23
11. Analisis Kebijakan Publik dan Ilmu Pengetahuan
Masalah kebijakan berkaitan dengan masalah sosial dan manusia, tapi tidak pada
pertanyaan “apa yang dilakukan” namun lebih kepada menjawab pertanyaan “apa
yang harus dilakukan”.
Terdapat tiga elemen dalam kebijakan yang menjadi target analisis, yakni: (1) faktor
determinan utama; (2) isi kebijakan; dan (3) dampak kebijakan baik yang diharapkan
maupun yang tidak diharapkan.3
1. Tipe analisis akademis. Tipe analisis ini berfokus pada hubungan antara faktor
determinan utama dengan isi kebijakan dan berusaha untuk menjelaskan hakikat,
karakteristik dan profil kebijakan dan bersifat komparatif baik dari segi waktu
maupun segi subtansi.
2. Tipe analisis terapan. Tipe analisis ini lebih memfokuskan diri pada hubungan isi
kebijakan dengan dampak kebijakan serta lebih berorientasi pada evaluasi kebijakan
dan bertujuan untuk menemukan alternatif lebih baik dan bisa menggantikan
kebijakan yang sedang dianalisis.
24
13. Gaya Analisis Kebijakan
Secara garis besar, gaya analisis kebijakan dibedakan menjadi tigakategori yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif masih dibedakan menjadi 2 bagian yakni (a) analisis isi (content
analysis) yang merupakan definisi empiris mengenai isi kebijakan terutama pada
maksud, definisi masalah, tujuan dan orientasi sebuah kebijakan; (b) analisis sejarah
(historical analysis) yang lebih menekankan aspek evolusi isi kebijakan dari awal
pembentukan hingga implementasinya bahkan bersifat ekspansif dengan
membandingkan beberapa kebijakan secara kronologis-sinkronis.
2. Analisis Proses
Analisis proses tidak begitu berfokus pada isi kebijakan, namun lebih memfokuskan
diri pada proses politik dan interaksi faktor-faktor lingkungan luar yang kompleks
dalam membentuk sebuah kebijakan. Proses politik inipun masih didekati dengan
dua aras yakni proses interaksi para pemangku kepentingan dan struktur politis
negara tempat sebuah kebijakan digodok.
3. Analisis Evaluasi
25
dan perbedaan antara konsekuensi yang diharapkan dan yang tidak diharapkan; (b)
evaluasi empiris, dimana analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kebijakan
publik mampu memecahkan masalah dan menekankan teknik-teknik untuk melihat
efisiensi dan efektifitas sebuah kebijakan; (c) evaluasi etis yang dalam analisisnya
mengacu pada etika, norma dan nilai (value) dimana dalam evaluasi yang lain sangat
bersifat bebas nilai.
Dalam mengkritisi kebijakan, terdapat dua pendekatan yaitu: (1) Analisis proses
kebijakan (analysis of policy process), dimana dalam pendekatan ini, analisis
dilakukan atas proses perumusan, penentuan agenda, pengambilan keputusan,
adopsi, implementasi dan evaluasi dalam proses kebijakan. Jika dilihat dari item
analisisnya, pendekatan ini lebih melihat kandungan (content) sebuah proses
kebijakan. (2) Analisis dalam dan untuk proses kebijakan (analysis in and for policy
process), dimana dalam pendekatan ini, analisis dilakukan atas teknik analisis, riset,
advokasi dalam sebuah proses kebijakan. Nampaknya, pendekatan ini cenderung
melihat prosedur proses kebijakan. Hasil analisis kebijakan adalah informasi yang
relevan bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan kebijakan. Analisis bisa dilakukan
pada semua tahap proses kebijakan. Pada tahap agenda setting, analisis dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah publik dan memobilisasi dukungan agar masalah
publik tersebut menjadi kebijakan publik. Hasil analisis tahap ini adalah daftar
masalah publik yang menjadi agenda pemerintah. Analisis pada tahap selanjutnya
dilakukan untuk menemukan alternatif kebijakan publik dengan menentukan tujuan,
sasaran, program dan kegiatan. Hasil analisis tahap ini adalah pernyataan kebijakan
(policy statement) yang biasanya berupa peraturan perundangan. Analisis pada
tahap selanjutnya mencakup interpretasi dan sosialisasi kebijakan, merencanakan
serta menyusun kegiatan implementasi kebijakan. Hasil analisis pada tahap ini
26
adalah aksi kebijakan (policy action). Analisis berikutnya adalah evaluasi
implementasi kebijakan dengan memperhatikan tingkat kinerja dan dampak sebuah
implementasi kebijakan. Hasil analisisnya berupa informasi kinerja yang akan
menjadi dasar tindakan apakah kebijakan tersebut akan diteruskan atau sebaliknya.
Kegagalan sebuah kebijakan publik disebabkan oleh beberapa kesalahan antara lain
kesalahan dalam perumusan masalah publik menjadi masalah kebijakan, kesalahan
dalam formulasi alternatif kebijakan, kesalahan dalam implementasi atau kesalahan
dalam evaluasi kebijakan. Oleh karena itu analisis kebijakan dalam tiap tahap
merupakan satu hal yang krusial untuk mencegah kegagalan sebuah kebijakan.
27
Daftar Pustaka
http://Organisasi.org.
http://www.wikipedia.com/Kebijakan.
http://e-course.usu.ac.id/content/Implementasi/manajemen0/textbook.pdf
http://elearning.unej.ac..id/courses/penempatan_tenaga_kerja/text.1.
http://www.fe.unpad.ac..id/elearning_fe/dosen/ernie/pengantar_/20manajemen/b
ersepuluh.ppt
http://upb.ac.id/download/proposal.pdf.
28