Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

ADPU 4430 / ADMINISTRAS KEPEGAWAIAN

NAMA : MUHAMAD YUNUS WIJAYA KUSUMA

NIM : 041012007

SEMESTER : 8

PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UPBJJ : JAKARTA
Kerjakan tugas berikut..

1. Bagaimanakah cara memelihara loyalitas pegawai terhadap organisasi?

 Tunjukan kepemimpinan besar karyawan, hal yang berbeda Manajer harus


melakukan keduanya.
 Buat perusahaan lebih menyenangkan loyalitas karyawan bisa tercipta jika
perusahaan bisa lebih menyenangkan dihadapan karyawannya.

2. Sebutkan dan jelaskan menurut PP Nomor 24 Tahun 1976 tentang cuti pegawai, yang
terdiri dari Jenis Cuti, Syarat Cuti, Lama Cuti, dan keterangan lain. Menurut
pandangan Saudara apakah jenis dan lama cuti-cuti tersebut sudah sesuai dengan
kebutuhan pegawai saat ini?

Pengertian Cuti

Dalam PP No. 11 tahun 2017 Cuti diartikan sebagai keadaan tidak masuk kerja yang
diijinkan dalam jangka waktu tertentu. Cuti diberikan dalam rangka usaha menjamin
kesegaran jasmani dan rohani, maka kepada PNS setelah bekerja selama jangka waktu
tertentu perlu diberikan cuti. Cuti adalah hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti
hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila kepentingan mendesak.

Cuti PNS sendiri sekarang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017
tentang Manajemen PNS, yang sebelumnya diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1976
tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil, dalam PP no. 24 Tahun 1976 membagi Cuti
menjadi 6 jenis Cuti diantaranya; Cuti Tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin,
cuti karena alesan penting dan cuti diluar tanggungan negara.

Lalu apa yang berubah dari Cuti PNS dalam di PP no. 11 Tahun 2017 yang baru?

Secara umum perubahan peraturan tentang cuti PNS sebagaimana yang tertuang
dalam PP No. 11 Tahun 2017 dengan yang terdahulunya PP No. 24 tahun 1976 tidak
terlalu banyak terjadi. Namun ada hal yang menonjol dalam peraturan Pemerintah
yang baru ini yaitu ditetapkannya Cuti Bersama ke bagian dalam Jenis Cuti, dimana
sebelumnya cuti Bersama hanya ditetapkan dengan Surat Keputusan Bersama 3
Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Dalam Negeri dan
sekarang cuti Bersama ditetapkan oleh Presiden melalui PP No. 11 Tahun 2017.
Berdasarkan hal tersebut maka Cuti Bersama tidak mengurangi jatah hak Cuti
Tahunan bagi PNS.

Perlu juga diingat bahwa PNS tidak diperkenankan mengambil hak cuti tahunan
sebelum maupun sesudah cuti Bersama berlangsung, hal ini tertuang sesuai dengan
surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI,
No : B/21/M.KT.02/2017, tentang himbaun untuk tidak memberikan cuti tahunan
sebelum dan sesudahCuti Bersama Idul Fitri 1438 H.
 

Ditetapkannya Peraturan BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang tata Cara Pemberian
Cuti PNS sebagai petunjuk teknis PP no. 11 Tahun 2017 tentang manajemen PNS.

 Adapun jenis cuti menurut PP No. 11 Tahun 2017, terdiri atas:

1. Cuti tahunan

Menurut peraturan ini, PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang satu
tahun secara terus-menerus berhak atas cuti tahunan, yang lamanya adalah 12 hari
kerja.

“Permintaan cuti tahunan dapat diberikan untuk paling kurang 1 (satu) hari kerja,”
bunyi diktum IIIA poin 3 lampiran peraturan ini.

Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di tempat yang sulit
perhubungannya, menurut peraturan ini, maka jangka waktu cuti tahunan tersebut
dapat ditambah untuk paling lama 12 (dua belas) hari kalender.

Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan, menurut
peraturan ini, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan
belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.

“Sisa hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun bersangkutan dapat
digunakan tahun berikutnya paling banyak 6 (enam) hari kerja,” bunyi diktum IIIA
poin 9 peraturan ini.

Adapun hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-
turut, menurut Peraturan ini, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun
berjalan.

Peraturan ini juga menegaskan, hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan oleh Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila terdapat
kepentingan dinas mendesak. Selanjutnya, hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan
dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja,
termasuk hak atas cuti tahunan tahun berjalan.

Mengenai PNS yang menduduki jabatan guru pada sekolah atau dosen pada perguruan
tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-undangan, menurut
peraturan ini, disamakan dengan PNS yang telah menggunakan cuti tahunan.

        2.  Cuti besar

Dalam Peraturan BKN RI Nomor 24 Tahun 2017 itu disebutkan, PNS yang telah
bekerja paling singkat lima tahun secara terus-menerus berhak atas cuti besar paling
lama tiga bulan. PNS yang menggunakan hak atas cuti besar ini tidak berhak atas cuti
tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
“Ketentuan sebagaimana dimaksud, dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya
belum lima tahun untuk kepentingan agama, yaitu menunaikan ibadah haji pertama
kali dengan melampirkan jadwal keberangkatan/kelompok terbang (kloter) yang
dikeluarkan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji,”
bunyi diktum IIIB poin 5 lampiran Peraturan ini.

Menurut Peraturan ini, hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila
terdapat kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk kepentingan agama.

Selain itu, PNS yang menggunakan cuti besar kurang dari tiga bulan, maka sisa cuti
besar yang menjadi haknya dihapus.

Ditegaskan dalam Peraturan ini, selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS, yang terdiri atas gaji pokok, tunjangan
keluarga, dan tunjangan pangan sampai dengan ditetapkannya peraturan pemerintah
yang mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS. 

       3.   Cuti sakit

Menurut PP ini, setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. PNS yang
sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, menurut PP ini,
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenangng untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan surat
keterangan dokter.

PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari, menurut PP ini, berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan surat
keterangan dokter pemerintah.

Hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud  diberikan untuk waktu paling lama I (satu)
tahun. Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud dapat ditambah untuk paling
lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan tim penguji
kesehatan yang ditetapkan oleh menteri kesehatan yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.PNS yang mengalami gugur kandungan, menurut
PP ini, berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan. “Untuk
mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud , PNS yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan surat
keterangan dokter atau bidan,” bunyi Pasal 321 ayat (2) PP ini.

          4.  Cuti melahirkan

Dalam Peraturan ini juga menyebutkan, untuk kelahiran anak pertama sampai dengan
kelahiran anak ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. Untuk kelahiran
anak keempat dan seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar. Lamanya cuti melahirkan
sebagaimana dimaksud adalah 3 (tiga) bulan.
Untuk dapat menggunakan hak atas cuti melahirkan sebagaimana dimaksud, menurut PP ini,
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat
yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti melahirkan. “Hak cuti
melahirkan sebagaimana dimaksud diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti melahirkan,” bunyi Pasal 326
ayat (2) PP ini.

         5.  Cuti Karena Alasan Penting

Menurut Peraturan ini, PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila: a. ibu, bapak,
istri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau meninggal; b. salah
seorang anggota keluarga yang dimaksud (a) meninggal dunia; atau c. melangsungkan
perkawinan.

Selain itu, PNS laki-laki yang istrinya melahirkan/operasi cesar, menurut Peraturan ini, dapat
diberikan cuti karena alasan penting dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari
Unit Pelayanan Kesehatan.

Dalam hal PNS mengalami musibah kebakaran rumah atau bencana alam, menurut Peraturan
ini, dapat diberikan cuti karena alasan penting dengan melampirkan surat keterangan paling
rendah dari Ketua Rukun Tetangga.

PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yang rawan dan/atau berbahaya,
menurut Peraturan ini, juga dapat mengajukan cuti karena alasan penting guna memulihkan
kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan. “Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan
oleh Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti, paling lama 1 (satu) bulan,” bunyi diktum
IIIE poin 6 lampiran Peraturan ini.

Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, menurut Peraturan ini, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS, yang terdiri atas gaji pokok, tunjangan keluarga,
tunjangan pangan, dan tunjangan jabatan sampai dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah
yang mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS.

          6.  Cuti Bersama

Menurut Peraturan ini, cuti bersama ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan tidak
mengurangi hak cuti tahunan. Bagi PNS yang karena jabatannya tidak diberikan hal atas cuti
bersama, menurut Peraturan ini, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti
bersama yang tidak diberikan. “Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud
hanya dapat digunakan dalam tahun berjalan,” bunyi diktum IIIF poin 5 lampiran Peraturan
ini.

7. Cuti di luar tanggungan Negara.

Dalam Peraturan BKN Nomor 24 Tahun 2017 ini disebutkan, PNS yang telah bekerja paling
singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat
diberikan cuti di luar tanggungan Negara.
Alasan pribadi dan mendesak sebagaimana dimaksud antara lain: a. mengikuti atau
mendampingi suami/istri tugas Negara/tugas belajar di dalam/luar negeri; b. mendampingi
suami/istri bekerja di dalam/luar negeri; c. menjalani program untuk mendapatkan keturunan;
d. mendampingi anak yang berkebutuhan khusus; e. mendampingi suami/istri/anak yang
memerlukan perawatan khusus; dan f. mendampingi/merawat orang tua/mertua yang
sakit/uzur.

“Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan paling lama 3 (tiga) tahun, dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk
memperpanjangnya,” bunyi diktum IIIG poin 7 dan 8 lampiran Peraturan ini.

Demikian sedikit informasi terkait Cuti PNS, mengingat banyaknya pertanyaan masalah Cuti
Pegawai diharapkan kepada seluruh pegawai ASN agar terus upgrade diri menambah
wawasan tentang aturan – aturan kepegawaian yang terkini sehingga dapat mengoptimalisasi
pelayanan masyarakat lebih baik.(KSB.DISIPLIN)

"Dalam tata cara pemberian cuti ini sesuai apa yang tertuang dalam Peraturan BKN Nomor
24 Tahun 2017 tentang tata cara pemberian cuti PNS, ada beberapa perubahan yang harus
kita ketahui sebagai Pegawai ASN salah satunya adalah Formulir Permintaan dan Pemberian
Cuti yang sudah menggunakan format baru dapat dilihat di Bank Data.

3. Jelaskan implementasi metode hubungan antarmanusia, motivasi, kepemimpinan,


kesepakatan kerja bersama, dan collective bargaining dalam pengintegrasian pegawai!

Kepemimpinan

 Cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau


bekerjasama dan bekerja produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
 Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam
organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah
kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.
 Pemimpin (leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang
dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian
pekerjaanya dalam mencapai tujuan organisasi.

Macam macam gaya kepemimpinan kepemimpinan otoriter adalah jika


kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pemimpin
atau kalau pemimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang.

Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan


dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan pertisipasi para anggotanya.
Kepemimpinan delegatif adalah apabila pimpinan bersikap, menyerahkan dan
memberikan wewenang kepada bawahan untuk mengerjakan pekerjaan
dengan sebaik baiknya.

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) adalah musyawarah dan mufakat antara


pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat karyawan (buruh) dalam
memutuskan masalah yang menyangkut kebutuhan karyawan dan kepentingan
perusahaan, menjadi partner kerja sama yang baik bagi perusahaan.

Kesepakatan kerja bersama (KKB) berperan penting dalam menciptkan


pengitegrasian, membina kerja sama dan menghindarkan terjadinya konflik
dalam perusahaan. Dengan kkb ini diharapkan permasalahan yang dihadapi
karyawan dengan perusahaan dapat diatasi dengan baik. Misalnya : kenaikan
gaji/upah, tunjangan hari raya, pemecatan buruh, dan lain lain.

Collective bargaining adalah perbedaan pandangan antara pimpinan


perusahaan dengan pimpinan serikat buruh (karyawan) dalam menetapkan
keputusan keputusan yang menyangkut kepentingan perusahaan dan
kebutuhan buruh.

Anda mungkin juga menyukai