Buatlah makalah dengan tema etika administrasi pemerintahan daerah dengan ketentuan :
BAB I, Pendahuluan,
BAB II, Teori tentang etika dan etika administrasi publik,
BAB III, Pembahasan.
Daftar pustaka minimal tiga buku dan dua jurnal nasional terkait. (5-6 hal)
2. Dalam kaitannya dengan penerapan teori 3 azas luhur, bagaimana seharusnya seorang
administrator pemerintahan harus bekerja, sehingga menciptakan rasa aman dan damai
dimasyarakat ?
3. Bagaimanakah cara-cara yang efektif menurut Saudara dalam menerapkan empat nilai
utama dalam kehidupan masyarakat.
Dalam menjawab soal ini, silahkan mengacu pada BMP ADPU 4533 (edisi 3) Etika
Administrasi Pemerintahan.
- Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP ADPU 4533 Etika Administrasi
Pemerintahan.
Disusun Oleh
Taska
NIM 016565418
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut :sebuah. Untuk mengetahui apa definisi etika administrasi publik?
BAB II
Pelanggaran etika administrasi publik disebut juga mal administrasi. Mal administrasi
merupakan suatu praktek yang menyimpang dari etika administrasi atau suatu praktek
administrasi yang menjauhkan dari pencapaian tujuan administrasi (Widodo, 2001: 259).
Kolusi, korupsi dan Nepotisme (KKN) merupakan salah satu bentuk mal administrasi yang
banyak ditemukan di tubuh birokrasi dengan berbagai skala dan jenis, seperti penyuapan,
ketidakjujuran, perilaku yang buruk, mengabaikan hukum dan lain sebagainya. Menurut
Flippo (1983: 188) mal administrasi atau penyalahgunaan wewenang yang sering dilakukan
oleh seorang pegawai negara dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut:
1. Ketidakjujuran (dishonesty).
2. Perilaku yang buruk (unethical behaviour).
3. Konflik kepentingan.
4. Melanggar peraturan perundang-undangan.
5. Perlakuan yang tidak adil terhadap bawahan.
6. Pelanggaran terhadap prosedur.
7. Tidak menghormati kehendak pembuat peraturan perundangan.
8. Inefisiensi atau pemborosan.
9. Menutupi kesalahan.
10. Kegagalan mengambil prakarsa.
Selain itu, menurut Douglas (1953:61) mal-administrasi atau tindakan atau perilaku yang
harus dihindari oleh pejabat publik adalah:
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk keuntungan
pribadi dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan;
2. Menerima segala hadiah dari pihak swasta pada saat melaksanakan transaksi untuk
kepentingan kedinasan atau pemerintah;
3. Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pada saat berada dalam
tugas sebagai pejabat pemerintah;
4. Membocorkan informasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasia kepada pihak-
pihak yang tidak berhak;
5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang di luar instansi pemerintah yang dalam
menjalankan bisnis pokoknya tergantung dari izin pemerintah.
Pendekatan etika dalam ilmu administrasi publik dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
1. Pendekatan teleologi. Menurut pendekatan ini, baik dan buruk atau apa yang seharusnya
dilakukan oleh administrasi adalah ’nilai kemanfaatan’ yang akan diperoleh atau dihasilkan.
Pendekatan ini terbagi dua macam yaitu ethical egoism dan utilitarianism. Ethical egoism
mengembangkan kebaikan bagi dirinya. Kekuasaan pribadi adalah tujuan yang benar untuk
seorang administrator pemerintah. Sedangkan utilitarianism mengupayakan yang terbaik
untuk banyak orang.
2. Pendekatan deontologi. Pendekatan deontologi merupakan kebalikan pendekatan teleologi.
Etika dan moral menurut pendekatan ini sebagai prinsip utama dalam administrasi.
Selain hal di atas, upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi mal-administrasi publik
(Steinberg dan Austern, 1999: 23-55, Ibrahim, 2008: 115-116) di antaranya sebagai berikut.
Mewujudkan good governance dan good coorporate governance
Laporan kekayaan penyelenggara negara (diumumkan dilembaran negara, diaudit,
ditindaklanjuti, dilihat kelayakannya sebelum, sewaktu, sesudah menjabat, dan ditindak
dengan sanksi yang sesuai)
Adanya hukum, undang-undang, kode etik yang meliputi antara lain: 1) Undang-Undang
pemberantasan bentrokan kepentingan yang bersifat kriminal, yang melarang tindakan yang
dapat dikenai hukuman kejahatan secara rinci; 2) Undang-Undang yang cakupannya lebih
luas mengenai bentrokan kepentingan (standar perilaku yang dilanggar, sehingga ada
ketentuan tindakan administratif, teguran, pemecatan, dan lain-lain; 3) keberanian “meniup
peluit”; 4) pembatasan pasca ikatan kerja dan perilaku yang tidak/kurang etis; 5) standar
hukum/kompetensi perilaku etis bagi pejabat hasil pemilihan; 6)perlunya kode etik
penyelenggara negara dan stake holders lainnya dalam berbagai segmennnya (kode etik bagi
supra dan infra struktur politik bila yang terakhir mungkin diatur)
Diwujudkannya dengan baik etika administrasi publik yang memiliki budaya organisasi dan
manajemen yang baik yang meliputi pelatihan, pengauditan, penyelidikan dan pengendalian
manajemen publik.
Black, James A. (1999). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika
Aditama.
Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural.
Bandung : SPS UPI.
Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah
Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Creswell, John W. (2012). Educational Research. Boston. Pearson Education.
Handayaningrat, S. (1982.) Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan
Nasional. Jakarta: PT.Gunung Agung.
Setiyono, B. (2012). Birokrasi dalam Perspektif Politik dan Administrasi. Bandung:
Nuansa.
2. Dalam kaitannya dengan penerapan teori 3 azas luhur, bagaimana seharusnya seorang
administrator pemerintahan harus bekerja, sehingga menciptakan rasa aman dan damai
dimasyarakat ?
mempersoalkan baik dan buruk dan bukan benar dan salah tentang sikap, tindakan, dan
perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya baik dalam masyarakat maupun
organisasi public atau bisnis, maka etika mempunyai peran penting dalam praktek
administrasi Negara. Etika diperlukan dalam administrasi Negara. Etika dapat dijadikan
pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh administrasi negara
dalam menjalankan kebijakan politik, dan sekaligus dapat digunakan sebagai standar
penilaian apakah perilaku administrasi Negara dalam menjalankan kebijakan politik dapat
dikatakan baik atau buruk. Karena administrasi Negara bukan saja berkait dengan masalah
pelaksanaan kebijakan politik saja, tetapi juga berkait dengan masalah manusia dan
kemanusiaan. Di dalam implementasinya etika pemerintahan itu meliputi etika yang
menyangkut individu sebagai anggota arganisasi
berkenaan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan, perlu juga dipahami tentang asas-asas
penyelenggaraan Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan
Nepotisme, asas-asas ini mengandung nilai-nilai etis yang baik yang harus dipedomani oleh
setiap penyelenggara Negara (pemerintahan), yang terdiri dari: asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan Negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Asas-asas dimaksud baik jenis
maupun substansinya telah dicakup dalam penjelasan tentang asas-asas penyelenggaraan
pemerintahan diatas. Dengan tidak mengesampingkan prinsip-prinsip kepatutan yang sudah
tercantum dalam hokum positif atau dalam asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
maka untuk melengkapi uraian tentang nilai-nilai moral yang baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan, dibawah ini dikemukakan pendapat Nicolai (Badan Diklat, 1995:15) tentang
Beginselen Van Behoorlijk Besfiiur atau Prinsip-prinsip kepatutan dalam pemerintahan,
yaitu: 1. Prinsip Perlakuan yang Korek, satu prinsip yang sebaiknya dipahami oleh setiap
pejabat pemerintah bahwa didalam membuat kebijakan, keputusan, tindakan dalam
pelaksanaan tugas pokok pemerintahan selalu berupaya cermat, tepat dan benar
2. Prinsip Penelitian Yang Seksama, setiap pejabat pemerintah sebaiknya dalam setiap
pembuatan kebijakan, pengambilan keputusan dan melakukan tindakan selalu didasarkan
pada penelitian yang seksama terhadap permasalahan pemerintahan yang akan diputuskan,
agar kebijakan, keputusan dan tindakan pemerintah itu dapat dilaksanakan dan tepat sasaran.
Prinsip Prosedur Keputusan Yang Seksama, setiap pejabat pemerintah dalam mengambil
keputusan hendaknya didasarkan prosedur yang benar dalam arti tidak menyimpang dari apa
yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, agar keputusan yang diambil tidak salah dan
memenuhi persyaratan. Prinsip Keputusan Yang Baik Dan Bijak, keputusan yang dibuat
pemerintah itu sejauh mungkin mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan masyarakat, untuk
itu proses pembuatannya diupayakan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
sangat mendalam, dan komprehensif agar tujuan dan sasaran keputusan itu dapat dicapai
secara optimal. Prinsip Motiuering yang Jelas dengan Argumentasi Kuat, setiap tindakan
pemerintah yang dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat seharusnya didasarkan
alasanalasan yang kuat dan benar dalam arti tindakan pemerintah itu tujuannya memang
untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya bukan untuk kelompok tertentu atau
golongan golongan tertentu
3. Bagaimanakah cara-cara yang efektif menurut Saudara dalam menerapkan empat nilai
utama dalam kehidupan masyarakat.
Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya tidak bisa hidup dengan seenaknya sendiri,
karena dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai aturan, dimana aturan-aturan tersebut
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang sesuai dengan kaidah yang berlaku di
masyarakat. Sehingga manusia atau individu yang memiliki moral baik, dapat bertindak dan
berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.