Anda di halaman 1dari 12

“Analisa Pelayananan Publik dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dalam Kerangka

Good Governance”.

PENDAHULUAN.

Latar Belakang

Penerapan good governance dapat dijadikan sebagai bagian dari upaya untuk
melaksanakan asas-asas demokrasi dan demokratisasi, yang merefleksikan dijunjung
tingginya aspek pemenuhan hak-hak rakyat oleh penguasa, ditegakannya nilai-nilai keadilan
dan solidaritas sosial, serta adanya penegakan HAM dalam berbagai aspek kehidupan
Negara, misalnya dengan menegakan prinsip Rule Of Law atau supremasi hukum dalam
berbagai aspek kehiduapn Negara. Good governance juga dapat dipandang sebagai suatu
konsep ideology politik yang memuat kaidah-kaidah pokok atau prinsip-prinsip umum
pemerintahan yang harus dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan kehidupan Negara.
Dalam perspektif Otonomi Daerah, khususnya di Indonesia, penerapan Good governance
merupakan suatu urgensitas dalam upaya mewujudkan pemerintahan daerah atau local
governance yang efektif, efisien, mandiri serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Hal ini didukung pula dengan diberlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
pemerintahan Daerah yang akan memberikan peluang lebih besar bagi terlaksananya asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan; serta prinsip-prinsip Otonomi Daerah
sehingga pemerintah daerah mampu menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat (publik services) secara optimal dan tidak
terlalu bergantung lagi kepada pemerintah pusat (sentralistik) sebagaimana era pemerintahan
sebelumnya. Kenyataan yang dapat dilihat sekarang bahwa sampai saat ini pun pelaksanaan
kehidupan Negara, khususnya dalam konteks pemerintahan daerah di era globalisasi,
reformasi, demokratisasi, dan otonomi daerah, justru masih menghadapi berbagai masalah
dalam melaksanakan tugas dan kewenangarmya guna mewujudkan good governance secara
utuh. Di Kabupaten Karo penerapan good governance dihadapkan pada berbagai kendala
seperti masih banyaknya praktik penyelenggaraan birokrasi pemerintahan yang diliputi oleh
berbagai tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum
pegawai pemerintah. Ditambah lagi perilaku para penyelenggara negara di daerah ini (baik
itu penyelenggara pemerintah maupun legislatif) yang seringkali tidak sesuai dengan nilai-
nilai etis (etika pemerintahan) dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemerintah.
Suara - suara rakyat yang menghendaki sosok pemerintah daerah yang dekat dengan rakyat,
dan mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan pribadi terbentur oleh
arogansasi dan sikap acuh dari kalangan pejabat penyelenggara pemerintah.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Pemerintah Daerah.


Pemerintahan dalam arti sempit hanya meliputi lembaga yang mengurusi pelaksanaan
roda pemerintahan (disebut eksekutif), sedangkan pemerintahan dalam arti yang luas selain
eksekutif, termasuk lembaga yang membuat peraturan perundang-undangan (disebut
legislatif), dan yang melaksanakan peradilan (disebut yudikatif) (Inu Kencana Syafie,
2005:21-22). Menurut C.F. Strong sebagaimana dikutip oleh Inu Kencana Syafie
(2005:22) :Government in the broader sense, is changed with the maintenance ofthe peace
and security of state with in and with out. It must therefore, have first military power or the
control of armed forces, secondly legislative power or the means of making law, thirdly
financial power of the ability to extract sufficient money from the community to defray the
cost of defending of state and of enforcing the law it makes on the state behalf.Samuel
Edward Finer dalam bukunya Comperative Government sebagaimana dikutip oleh Inu
Kencana Syafie, menyatakan bahwa istilah government, paling sedikit mempunyai empat arti
(2005:3-4) :

1. menunjukkan kegiatan atas proses memerintah, yaitu melaksanakan kontrol atau


pihak lain (the activity or the process of roverning).
2. menunjukkan masalah-masalah negara dalam mana kegiatan atau proses di atas
dijumpai (states of affairs).
3. menunjukkan orang-orang (pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-tugas untuk
memerintah (people changed with the duty of governing).
4. menunjukkan cara, metode, atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu
diperintah (the manner, method or system by witch a particular society is governed).

Pemerintahan dalam arti luas menurut Carl J. Frederich adalah segala urusan yang dilakukan
oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negaranya
sendiri. Pemerintahan semata-mata tidak hanya sekedar menjalankan tugas eksekutif saja,
melainkan juga tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif ( Titik Triwulan Tutik,
2005 :97). Uraian-uraian di atas dapatlah dirumuskan bahwa pemerintahan dalam arti luas
adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organ-organ atau badan-badan legislatif,
eksekutif, yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara, sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah perbuatan memerintah oleh organ eksekutif dan
jajarannya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara (Titik Triwulan Tutik, 2005 :
6). Pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan
keamanan negara, ke dalam dan keluar. Oleh karena itu, pertama harus mempunyai kekuatan
militer atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang, yang kedua, harus
mempunyai kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang-undang, yang ketiga, harus
mempunyai kekuatan finansial atau kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat
dalam rangka membiayai biaya keberadaan negara dalam menyelenggarakan peraturan, hal
tersebut dalam rangka penyelenggaraan kepentingan negara. Tujuan adanya lembaga-
lembaga negara atau alat-alat kelengkapan negara adalah untuk menjalankan fungsi negara
dan menjalankan fungsi pemerintahan secara aktual. Lembaga-lembaga tersebut harus dapat
membentuk satu kesatuan proses yag satu sama lain saling berhubungan dalam rangka
penyelenggaraan fungsi negara(Luthfi Widagdo Eddyono,16-17 : 2010). Sistem
pemerintahan daerah ada beberapa teori yang mendasari tentang pembagian kekuasaan
diantaranya teori pembagian kekuasaan secara horisontal dan teori pembagian kekuasaan
secara vertikal. Menurut pendapat Jimly Asshidiqie pembagian kekuasaan yang bersifat
vertikal dalam arti perwujudan kekuasaan itu dibagikan secara verikal ke bawah. Pembagian
kekuasaan secara vertikal berarti adanya pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan
pemerintahan (Juanda, 2008 : 37). Menurut Miriam Budiardjo, pembagian kekuasaan secara
vertikal berarti adanya pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan
(Juanda, 2008 : 37). Menurut Siswanto sistem pemerintahan di Indonesia meliputi (Siswanto
Sunarno, 2005 : 5) :1)Pemerintahan pusat, yakni pemerintah;2)Pemerintahan daerah, yang
meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota; 3)Pemerintahan desa. UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan
mengurusi sendiri urusan pemerintahan menurut tugas pembantuan. Pemerintah daerah
meliputi gubernur, bupati, walikota dan perangkat daerah sebagai penyelenggara
pemerintahan daerah. Peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam
bentuk pelaksanaan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang dan kewajiban pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut undang-undang. Pemerintah daerah lebih difungsikan sebagai
pelaksana teknis kebijakan desentralisasi. Konstelasi ini, tidak mengherankan bila keberadaan
desentralisasi lebih dipahami pemerintah daerahsebagai kewajiban daripada sebagai hak.

2.2 Kajian Pengawasan Pemerintahan Daerah

Pelaksanaan dalam Otonomi Daerah yaitu pemberdayaan daerah serta memiliki sikap
mandiri agar pembangunan akan lebih merata sehingga dapat dikelola dengan baik.
Pengawasan sangat perlu disadari oleh semua pihak, baik yang mengawasi atau yang di awasi
oleh masyarakat umum. Banyak definisi dari pengawasan yang di kemukakan oleh para ahli
pada dasarnya memilik inti yang sama yaitu mencakup dengan pengawasan mengenai
kegiatan operasional yang terdapat pada organisasi. Adapun pengertian menurut (Sonny
Sumarsono, 2010) adalah sebagai berikut:“Segala kegiatan dan tindakan untuk menjamin
agar penyelenggaraan suatu kegiatan tidak menyimpang dari tujuan serta rencana yang telah
di gariskan”.“Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pengawasan sebagai salah satu fungsi manajerial
yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan dari berbagai kegiatan unit
kerja agar sesuai dengan peraturan awal dari organisasi. Pengawasan ini tidak hanya untuk
mencari kesalahan, tetapi untuk menentukan apa yang salah didalam pelaksanaan kegiatan
tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan dari tujuan dan sasaran utama organisasi.

Segala hal yang dapat berhubungan dengan tugas pemeriksaan, aparat pengawasan
fungsional pemerintah dan para pemeriksanya yang dapat dilakukan secara individu dan
kelompok harus memiliki bertindak yang integritas dan objektivitas. Adapun makna dari
integritas sebagai kepribadiaan yang dilandasi unsur jujur, berani, bijaksana, dan
bertanggungjawab sehingga timbulnya kepercayaan dan rasa hormat. Pengawasan menurut
(Simbolon, 2004) adalah:“Suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,
kebijakan yang telah ditentukan”. Dapat dijelaskan bahwa pengawasan merupakan
serangkaian tindakan dalam pelaksanaan kerja untuk menjamin seluruh kegiatan agar dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang sudah di tetapkan sebelumnya.Menurut (Ihyaul Ulum,
2009) pengawasan adalah : “Pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus atau berkesinambungan untuk mengamati, memahami, dan menilai setiap
pelaksanaan kegiatan tertentu sehingga dapat dicegah atau diperbaiki kesalahan atau
penyimpangan yang terjadi.”Pengawasan atau penyelenggaraan pemerintah daerah menurut
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Pedoman Pembinaan dan Peng-
awasan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa : “Pengawasan atas
penyelenggaran Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.”Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pengawasan yang dimaksudkan untuk mencengah terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan kegiatan unit kerja agar pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya sudah ditetapkan. Dalam kegiatan
pengawasan yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagi usaha dalam mencari dan
mendeteksi sebagai suatu penyimpangan atau kesalahan dalam pelaksanaan kergiatan agar
rencana yang sebelumnya sudah ditetapkan dapat dengan benar dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan dengan cara meningkatkan efektif dan efisien.

2.3 Kajian Good Governance


Governance (UNDP, 2000) adalah: Tata pemerintahan dalam penggunaan wewenang
ekonomi, politik, dan administrasi guna mengelola urusan negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses-proses dan lembaga-lembaga dimana
warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban, dan menjembatani perbedaan-perbedaan
diantara mereka. Lembaga Administrasi Negara mengartikan governance sebagai proses
penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goods and
service. Governance ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efisien
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. World Bank mendefinisikan governance
sebagai: Tindakan pemegang kekuasaan untuk mengelola urusan-urusan nasional..
Governance juga bisa diartikan sebagai pengelolaan struktur rezim dengan sebuah pandangan
untuk memperkuat legitimasi penyelenggaraan kekuasaan di mata kehidupan politik.
Legitimasi merupakan variabel tergantung yang dihasilkan oleh governance yang efektif.
Governance dan pembuatan keputusan adalah dua entitas yang berbeda namun dalam praktik
keduanya saling mempengaruhi.
Menurut Riswanda Imawan (2002:32) "good governance" diartikan sebagai cara kekuasaan
Negara digunakan dalam mengatur sumber-sumber ekonomi dan sosial bagi pembangunan
masyarakat (the way state power is used in managing economic and social resources for
development of society). Menurut Sedarmayati (2003:76) good governance adalah suatu
bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan. Dengan
demikian ia berpendapat bahwa pemerintah berada pada posisi sentral (agent of chance) dari
suatu masyarakat dalam suatu masyarakat berkembang. Dalam good governance tidak hanya
pemerintah, tetapi juga citizen, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang
terorganisir, seperti LSM, asosiasi-asosiasi kerja, bahkan paguyuban. Menurut Zulkarnain
(2002:21) good governance merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia, dimana
aplikasi daripada konsep ini seringkali tergantung pada kerjasama pemerintah dan masyarakat
untuk mencapai dua tujuan yaitu pemerintah yang bersih dan demokratis. Dijelaskan pula
bahwa terjadinya krisis disebabkan banyaknya penyimpangan dan penyalahguanaan
kekuasaan yang telah merusak sendi-sendi penyelenggaraan Negara dan berbagai sendi
kehidupan nasional. Sejak reformasi dimulai maka konsep good governance masuk dalam
khasanah pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk mengetahui gagasan dan praktek good
governance, maka inti good governance adalah seni pemerintah yang berpijak pada rule of
law dengan elemen transparansi, akuntanbilitas, fairness, dan responsibility. Elemen-elemen
tersebut menyadarkan kita bahwa good governance adalah seperangkat tindakan yang
memberikan pagar yang lebih jelas dari proses pemerintahan dengan fungsi dan
wewenangnya. Dari sudut pendekatan sistem menurut Pulukadang (2002:34), good
governance menyangkut pelaksanaan kekuasaan pemerintah dalam hal decisison making dan
dalam hal menjalankan fungsinya secara utuh, dan menyeluruh sebagai suatu kesatuan
tindakan yang terarah dan teratur, baik itu meliputi bidang ekonomi (economic governance),
politik (political governance), dan administrasi (administrativ governance). Kepemerintahan
ekonomi fungsinya melalui proses-proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi kegiatan
dibidang ekonomi didalam negeri dan interaksi diantara pelaku ekonomi. Kepemerintahan
politik fungsinya menyangkut proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi
kebijakan. Kepemerintahan administrasi adalah system pelakanaan proses kebijakan.
Beberapa aspek yang biasa menunjukan dijalankannya good governance atau pemerintahan
yang baik menurut Suhardono (2001:115), yaitu pertama, pengakuan atas pluaraliatas politik;
kedua, keadilan sosial; ketiga, akuntanbilitas penyelenggaraan pemerintahan; dan keempat,
kebebasan. Kasus-kasus yang berkembang di dunia ketiga dan upaya pembauran sistem
kapitalisme dunia, telah memunculkan ide perubahan yang cukup penting, dalam, proses
penyelenggaraan pemerintahan. Good governance dalam konteks ini dapat dipandang sebagai
langkah untuk menciptakan mekanisme baru yang memungkinkan Negara kembali berfungsi
untuk mengatasi masalah-masalah yang justru di akibatkan oleh kerja mekanisme pasar.
Good governance sering diartikan sebagi tata pemerintahan yang baik. Konsep good
governance padas suatu gagasan adanya saling (interdependence) dan interaksi dari
bermacam-macam aktor kelembagaan disemua level di dalam Negara (Legislatif, Eksekutif,
yudikatif, militer) dan sektor swasta (Perusahaan, lembaga keuangan). Tidak boleh ada aktor
kelembagaan didalam good governance yang mempunyai kontrol yang absolute. Dengan kata
lain, didalam good governance hubungan antar Negara, masyarakat madani, dan sektor
swasta harus dilandasi prinsip-prinsip transparansi, akuntanbilitas publik dan pertisipasi,
yaitu suatu prasyarat kondisional yang dibutuhkan dalam proses pengambilan dan
keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik dan akseptibilitas masyarakat terhadap suatu
kebijakan yang dibuat bukan ditentukan oleh kekuasaan yang dimiliki, tetapi sangat
tergantung dari sejauh keterlibatan actor-aktor didalamnya.

BAB III
PEMBAHASAN

Penelitian merupakan analisa tentang penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam


pelayanan publik di Kecamatan Payung Kota Kabanjahe, menyangkut pelayanan pembuatan
Akta Jual Beli Tanah yang dilakukan oleh camat sebagai PPAT, informan dalam penelitian
ini adalah: Camat, dan masyarakat yang melakukan pengurusan Akta Jual Beli Tanah, yang
tercatat oleh peneliti sebanyak 3 orang, dengan klasifikasi 2 orang sebagai masyarakat biasa,
dan 1 orang sebagai wiraswasta, dimana pengurusan Akta Jual Beli tanah digunakan untuk
tempat usaha/toko bangunan. Berikut ini akan disampaikan hasil wawancara dari beberapa
informan: ST selaku camat mengatakan : dalam memberikan pelayanan pembuatan akta
tanah di kecamatan Payung saya selalu mengedapankan aturan, dalam arti bagi yang telah
memenuhi syarat untuk diurus dan dikeluarkan AJB, segera saya buatkan AJBnya. AW
sebagai warga yang pernah mengurus AJB mengatakan : selama pengurusan AJB saya tidak
pernah mengalami kesulitan atau dipersulit, karena bapak camat sebagai Pejabat Pembuat
Akta tanah sangat partisipatif, hal ini juga didukung oleh persyaratan yang telah saya
lengkapi terlebih dahulu. Berbeda dengan RT salah seorang warga mengatakan : selama saya
mengurus AJB dikantor kecarnatan ada sedikit kendala yang saya temui, dimana untuk biaya
pengurusannya saya rasa diminta agak mahal, pada saal itu saya tidak terlalu paham
mekanisme pembualan AJB, sehingga saya hanya mengiyakan saja apa yang diminta untuk
biaya pengurusan ini, tetapi karena pada saat itu dana yang ada pada saya belum mencukupi,
hingga pengurusan AJB agak tertunda. SE selaku warga yang mengurus AJB mengatakan :
dalam pengurusan AJB ini saya mengalami sedikit kendala, dimana status tanah yang saya
beli masih dalam sengketa pihak keluarga, walaupun pada akhirnya dapat diselesaikan, tetapi
saya harus mengeluarkan biaya yang cukup banyak, karena pada saat itu bapak camat tidak
bersedia membuat AJB. ST selaku camat mengatakan : selama pengurusan AJB yang saya
layani, semua biaya dan ketentuan yang harus dipenuhi selalu disampaikan kepada pemohon,
sehingga tidak ada kong kalingkong dalam pengurusan AJB ini, dan setiap warga yang
bermaksud membuat AJB mengerti dan paham akan ketentuan serta biaya yang dibutuhkan.1.
Prinsip Partisipasi (Participation)Partisipasi sebagai salah satu prinsip good governance
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, dimaksud adalah semua warga Negara
mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan
pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Secara konkrit (operasional)
ini dapat diamati melalui beberapa komponen sebagai berikut :

1. Adanya ruang partisipasi dari lembaga-lembaga politik dan sosial kemasyarakatan


dalam pelaksanaan pemerintahan serta penentuan keputusan publik;

2. Adanya upaya-upaya konkrit untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat secara


menyeluruh dan kontinyu.

3. Melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya pemberdayaan terhadap perempuan


dalam pelaksanaan pemrintahan serta dalam kehidupan masyarakat;

4. Menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangakan kebebasan pers dan dalam
hal mengemukakan pendapat bagi seluruh komponen masyarakat, sepanjang
dilakukan dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai etika dan profesionalisme kerja
yang tingi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan dari tiga unsur utama
penyelenggara pemerintahan di Kecamatan Girian, diperoleh gambaran tentang
bagaimana pelaksanaan publik service dalam penerapan prinsip-prinsip good
governance, khususnya prinsip partisipasi sebagaimana dapat dilihat dari wawancara
kepada informan aparat pemerintah kecamatan Bapak MS, beliau mengatakan "selaku
aparat pemerintah kami selalu berpartisipasi dalam penyelenggaraan dimana selaku
penyelenggara pemerintah kami dituntut untuk selalu melakukan pekerjaan kami
dengan baik. peherapan prinsip partisipasi berarti bahwa baik dalam proses
perumusan kebijakan, pelaksanaan maupun implementasinya telah secara langsung
maupun tidak langsung melibatkan berbagai unsur/kelompok dalam masyarakat.
Untuk nrengetahui tanggapan mengenai partisipasi masyarakat dalam penerapan
prinsip partisipasi demi tercapainya pelayanan publik yang berkualitas, penulis
mewawancarai informan dari masyarakat Ibu. SM, beliau mengatakan "partisipasi
masyarakat dalam penerapan good governance di kecamatan Payung dapat dikatakan
baik, dimana kami selaku masyarakat selalu menunjang demi terselenggaranya
pelayanan publik yang baik". Hal sebaliknya dikatakan oleh bapak HI partisipasi
masyarakat saya rasa masih rendah hal ini karena kurangnya pelibatan oleh
pemerintahan dalam perumusan kebijakan Contohnya : penentuan tarif yang
bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, seperti retribusi dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan AS sebagai kepala Seksi Pelayanan Umum dan
ML sebagai tokoh masyarakat mengemukakan bahwa; kondisi ini dimungkinkan
karena mengingat magnitude dan intensitas kegiatan dan tanggung jawab di masing-
masing derah nantinya akan sedemikian besar, terutama dihadapkan pada kemampuan
sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pemerintah daerah, maka mau tidak
man harus ada perpaduan antara upaya pemerintah daerah dengan masyarakat.
Dengan kata lain, pemerintah daerah harus mampu mendorong prakarsa, kreativitas
dan peran serta masyarakat didaerahnya untuk ikut serta dalam setiap upaya yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka memajukan kesejahtaraan
masyarakat. Prinsip Supremasi Hukum (Rule of Law)Yang dimaksud dengan
penerapan prinsip supremasi hukum dalam penelitian ini ialah kerangka hukum harus
adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia. Kepastian dan penegakan hukum jelas merupakan
salah satu prasyarat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara
konkrit (operasional) dimensi/domain ini dapat diamati melelui bebrapa komponen
sebagai berikut :

1. Adanya penegakan hukum secara utuh dalam berbagai aspek pemerintahan


daerah.

2. Adanya peraturan hukum serta perundang-undangan yang jelas dan tegas serta
yang mengikat seluruh aparat pemerintahan daerah tanpa terkecuali.

3. Adanya lembaga peradilan dan hukum yang kredibel dan bebas KKN.

Berdasarkan hasil wawancara informan dari tiga unsur utama penyelenggara pemerintah di
Kecamatan Payung, diperoleh gambaran tentang sejauh mana penerapan prinsip-prinsip good
governance, khususnya prinsip supremasi hukum dalam pembuatan akte jual beli
sebagaimana dilihat dari hasil wawancaran dengan seorang warga pengguna jasa publik di
kecamatan Bapak P.Y yang pernah mengurus AJB beliau mengatakan penegakan supremasi
hukum dalam pelayanan publik di kecamatan saya rasa sudah berjalan dengan baik sesuai
dengan peraturan yang berlaku, walaupun tidak ada yang sempurna namun saya rasa secara
keseluruhan sudah berjalan dengan baik Dalam mengurus AJB prinsip ini berjalan dengan
baik. Hal yang tidak jauh berbeda dikatakan oleh informan warga lainnya Ibu. J.L. beliau
mengatakan mengenai penegakan supremasi hukum dalam pembuatan AJB dikecamatan saya
rasa tidak ada masalah, semua berjalan dengan baik. Dari hasil wawancara diatas, menurut
pendapat informan adalah bahwa hukum telah ditegakan secara utuh dalam berbagai aspek
pemerintahan daerah dan didukung oleh peraturan-peraturan hukum dan perundang-undangan
yang mengikat seluruh aparat pemerintah daerah tanpa terkecuali. Hal ini dapat ditunjang
oleh fakta bahwa lembaga peradilan dan hukum dapat memainkan peran yang signifikan
dalam menyelesaikan kasus-kasus pelenggaran hukum/tindak pidana korupsi. Berdasarkan
hasil analisa data tersebut dapat di kemukakan bahwa penerapan prinsip supremasi hukum di
Kecamatan Payung telah mencapai tingkat rata-rata atau cukup baik. Realitas ini sesuai
dengan hasil waancara terhadap informan kunci IT sebagai kepala Seksi Pelayanan Umum
mengemukakan bahwa yang menyatakan bahwa sejak dilakukannya reformasi, penerapan
prinsip supremasi hukum telah diupayakan antara lain dengan dilakukannya upaya penegakan
hukum yang dilakukan oleh oknum tertentu dan pelayanan kepada masyarakat selalu
dilaksanakan berdasarkan aturan yang berlaku. Sesuai dengan hasil wawancara dengan IT
sebagai kepala Seksi Pelayanan Umum mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mendukung penerapan prinsip supremasi hukum di Kecamatan Girian antara lain : Adanya
dukungan dari pemerintah penyelenggara pemerintahan maupun legislative. Adanya
koordinasi intensif antara instansi terkait meliputi lembaga hukum dan peradilan, poIri, serat
kalangan organisasi,LSM, dan unsur masyarakat lainnya. Adanya peraturan hukum serta
sanksi yang diterapkan secara tegas dan tidak mernihak. Prinsip Transparansi (Transparancy)
Secara konseptual, transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat di akses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan,dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau. Dengan prinsip transparansi yang benar-benar diimplementasikan pada setiap aspek
dan fungsi pemerintahan di daerah, apalagi bila di lengkapi dengan penerapan prinsip merit
system dan reward and punishment dan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan
didaerah. Secara konkrit, penerapan prinsip transparansi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Adanya arus informasi dan komunikasi yang akurat bagi masyarakat umum dalam
kaitannya dengan program-program pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah
Kecamatan

b. Adanya keterbukaan dalam hal pengambil keputusan publik dan dalam proses
implementasi atau pelaksanaannya.

Berdasarkan hasil wawancara beberpa informan bagaimana penerapan prinsip-prinsip


good governance dalam pengunisan Akte Jual Beli, khususnya prinsip transparansi
didapati bahwa prinsi transparansi di kecamatan Payung telah berjalan dengan baik, hal
ini berdasarkan yang dikatakan oleh infonnan tokoh masyarakat Bapak T.G beliau
berpendapat bahwa penerapan prinsip keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Kecamatan Payung khususnya dalam pengurusan A.JB telah dilakukan
secara optimal atau berada pada kategori baik, pegawai selalu menjelaskan apa,
bagaimana dan berapa yang harus dikeluarkan untuk mengurus sesuatu di kecamatan. Hal
ini membuat masyarakat tidak perlu bertanya-tanya dan merasa nyaman.Hal berbeda
dikatakan oleh ibu. UR yang pernah mengurus akte jual beli di kecamatan, beliau
mengatakan, dalam hal transparansi saya rasa perlu ada beberapa pembenahan, terkadang
dalam beberapa kondisi pegawai kecamatan tidak terbuka dalam hal biaya, mungkin
karena tidak ada pimpinan atau bagaimana. Hal ini pernah terjadi waktu saya mengurus
AJB, dimana ada pegawai yang meminta lebih dari biasanya. Namun setelah saya
bertanya kepada teman saya yang pernah mengurus, tidak seperti itu. Untuk
mengklarifikasi hal tersebut penulis mewawancarai informan kunci yakni bapak camat
Payung, beliau mengatakan, sebelum melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, saya
selaku pimpinan di kecamatan selalu menginstruksikan untuk selalu bersikap terbuka dan
profesional dalam pekerjaan, dan apabila didapati melanggar aturan, akan dikenakan
sanksi, baik itu tertulis maupun tidak. Penerapan prinsip transparansi adalah mereka yang
merasakan bahwa berbagai proses penyelenggaraan pemerintahan daerah telah berjalan
secara transparan/terbuka dan dapat diakses oleh berbagai pihak, termasuk elemen
masyarakat yang membutuhkan informasi. Realitas hasil penelitian ini senada dengan
pendapat yang dikemukakan oleh informan IT sebagai kepala Seksi Pelayanan Umum
bahwa salah satu bentuk penerapan prinsip transparansi yang diterapkan oleh pemerintah
Kecamatan Payung antara lain dengan melakukan fungsi pelayanan komunikasi kepada
masyarakat, unsur pers; serta fungsi koordinasi dengan instansi terkait berkaitan dengan
tugas-tugas pemerintahan yang hasilnya kemudian di sosialisasikan secara langsung
kepada masyarakat dan swasta. Adapun jenis informasi yang disampaikan kepada
masyarakat ada yang bersifat vital dan fatal (dari sudut akibat yang ditimbulkan); ada
pula informasi yang sifatnya biasa, atau tidak member dampak buruk bagi persatuan dan
kesatuan bangsa (contoh:informasi tentang isu/konflik SARA, dan sebagainya). Sebagai
bentuk transparansi birokrasi . pemerintahan, selalu diupayakan suatu laporan mengenai
hasil capaian kerja birokrasi pemerintahan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Namun , sejauh ini dapat disimpulkan bahwa upaya
penerapan prinsip transparansi pemerintah Kecamatan kepada masyarakat belum
dilakukan secara maksimal. Menurut ML sebagai tokoh masyarakat mengemukakan
bahwa faktor yang menyebabkan antara lain, :

1. Adanya berbagai kepentingan politik dari berbagai kelompok elit politik yang ada di
lingkungan elit pemerintahan.

2. Selain itu, faktor dana operasional yang kurang mencukupi

3. Faktor kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat tentang pentingnya sebuah


informasi.

4. Belum tersedianya perangkat operasional seperti berbagai sarana dan prasarana yang
memadai.

Prinsip ResponsivenessPrinsip responsivitas (peduli pada stakeholder) dimaksudkan adalah


lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak
yang berkepentingan. Domain ini diamati melalui beberapa komponen antara lain :

a. Mampu menciptakan sistem pelayanan kepada masyarakat yang efektif dan efisien,
tidak bersifat birokratis dan feodalisme.

b. Memenuhi kebutuhan masyarakat serta menyelesaikan segala permasalahan yang ada


dalam kehidupan berbangsa dan bemegara secara menyeluruh.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, diperoleh gambaran bagaimana penerapan


prinsip-prinsip good governance, khususnya prinsip responsiveness. Informan dari unsur
penyelenggara pemerintahan yang di wawancarai tentang bagaimana penerapan prinsip
responsiveness dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan Payung, yakni bapak
G.H berpendapat bahwa prinsip tersebut telah diterapkan dengan baik, hal ini karena
pemerintah kecamatan selalu berusaha melakukan yang terbaik baik masykarakat begitu juga
dikatakan oleh Kasie Pemerintahan Kecamatan Payung, beliau setuju dengan apa yang
dikatakan oleh informan sebelumnya yakni pemerintah sejauh ini telah melakukan yang
terbaik. Hasil ini memberikan indikasi bahwa dari kalangan pemerintah (birokrasi)
mempunyai suatu keyakinan bahwa prinsip responsivitas dalam rnemberikan pelayanan
publik telah dipupayakan secara optimal. Dari beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan:

1. Pemerintah Kecamatan telah menunjukan kemampuan dalam menciptakan sistem


pelayanan yang efektif dan efisien kepada masyarakat;

2. Setiap upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat tidak bersifat birokratis dan
feodalisme;
3. Telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, serta menyelesaikan segala
peramsalahan yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara
menyeluruh.

Dari unsur masyarakat bependapat hampir bertolak belakang dengan pendapat unsur
pemerintahan, hal ini sesuai wawancara dengan bapak K.L beliau mengatakan sampai
sekarang ini saya belum melihat adanya keseriusan pemerintah daerah, khususnya pemerintah
Kecamatan menerapkan prinsip responsivitas dalam pelaksanaan pelayanan publik, hal ini
terlihat masih lambatnya kerja yang dilakukan oleh pegawai kecamatan dan terkadang
mahalnya pembiayaan dalam pengurusan. Seperti pengurusan AJB. Penulis juga
mewawancarai beberapa informan masyarakat, dan ada 2 hal pokok yang penulis simpulkan
yakni : (1) pemerintah Kecamatan, belum mampu menciptakan sistem pelayanan yang efektif
dan efisien kepada masyarakat. Artinya bahwa pelayanan yang dilakukan masih bemuansa
ekonomi biaya tinggi, terlalu birokratis dan penuh dengan nuansa KKN; (2) belum mampu
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarsakat serta belum secara optimal dapat
menyelesaikan permasalah yang ada dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Namun tidak seluruh informan masyarakat yang setuju dengan pendapat sebelumnya, seperti
Bapak K.D, beliau mengatakan bahwa saya melihat adanya usaha yang menuju kearah yang
lebih baik yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan dibandingkan yang sebelumnya,
walaupun semuanya berjalan dengan sempurna namun saya mengapresiasi usaha dari
kecatnatan yang mettgusakan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Dan hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa secara umum penerapan prinsip responsivitas dalam pelaksanaan
pelayanan publik sebagai upaya mewujudkan pemerintahan yang baik, belum menarnpakan
hasil yang optimal. Menurut AM dan GP masing-,masing sebagai tokoh masyarakat
mengemukakan bahwa responsivitas (cepat tanggap) pemerintah daerah terhadap tuntutan,
aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai salah satu prinsip good governance belum
sepenuhnya dapat di terapkan oleh pemerintah Kecamatan secara maksimal. Prinsip
Akuntanbilitas (Accountability)Penerapan prinsip akuntanbilitas akan mendorong setiap
pejabat pemerintahan daerah untuk meleksanakan setiap tugasnya dengan cara yang terbaik
bagi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya; karena setiap tindakan dan
keputusan yang di ambil harus dapat di pertanggunggjawabkan kehadapan publik maupun
dari kacamata hukum. Secara operasional, domain ini dijabarkan melalui beberap komponen
antara lain :

1. Mengefektitkan proses pengawasan intensif dan terintegral terhadap keseluruhan


proses pemerintahan oleh berbagai komponen, baik pemerintah maupun masyarakat;

2. Menerapkan mekenisme pertariggungjawab yang proporsional sesuai dengan tugas


dan wewenang masing-masing dalam kerangka pelaksanaan peineriritaliari;

3. Menyediakan informasi yang relevan, nyata dan actual mengenai penyelenggaraan


pemerintahan daerah kepada berbagai pihak yang berkepentingan sebagai wujud
pertanggungjawab pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan penyelenggara pemerintahan di Kecamatan


Payung diperoleh gambaran tentang bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance,
khususnya prinsip akuntanbilitas didapati bahwa penerapan prinsip akuntanbilitas dalam
pelaksanaan pelayanan publik maka perlu dijelaskan lebih lanjut hal-hal sebagai berikut :1.
Informan dari unsur penyelenggara pemerintahaii kecamatan yang berhasil diwawancarai,
berpendapat bahwa penerapan prinsip akuntabilitas telah dapat di laksanakan sudah optimal,
hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan seorng pegawai kecamatan Ibu. L.S. beliau
mengatakan penerapan prinsip akuntabilitas di kecamatan sudah berjalan secara optimal
yakni dengan adanya LAKIP kecamatan dengan adanya hal tersebut kecamatan telah
melaksanakan prinsip akuntabilitas, hal ini juga ditegaskan oleh Sekcam Kecamatan Payung
beliau mengatakan penerapan prinsip akuntabilitas di kecamatan Payung telah berjalan
dengan baik dimana kami selalu mempertanggung jawabkan dan melaporkan perkembangan
kecamalan baik itu kepada pimpinan maupun masyarakat.2. Pendapat diatas senada juga
dengan pendapat dari unsur masyarakat, dimana hasil wawancara dengan masyarakat Payung
yang pernah menggunakan jasa dikecamatan yakni ibu O.P. mengatakan prinsip akuntabilitas
di kecamatan saya sudah berjalan dengan baik, walaupun harus ada beberapa perubahan dan
perbaikan. Hal ini sejalan derigan pendapat IT sebagai kepala Seksi Pelayanan Umum dan
KT sebagai tokoh masyarakat yang beihasil di wawancarai, bahwa secara garis besar dapat
dikatakan prinsip akutanbilitas di lingkungan pemerintah kecamatan sudah cukup bagus.
Salah satu wujud nyata adanya pembuatan LAKIP atau laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah oleh setiap instansi pemerintah yang ada yang di laporkan kepada stakeholder.
Stakeholder yang utama adalah atasan (pimpinan) instansi pemerintah yang bersangkutan.
LAKIP ini telah di buat secara berkala sebagai pertangung jawaban pemerintah kepada
publik.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam bab sebelumnya, dan apa yang menjadi perumusan
masalah, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik, terutama


prinsip Partisipasi, ketentuan dan aturan-aturan yang berlaku, prinsip transparansi, dan
prinsip responsif camat telah memberikan yang terbaik, walaupun ada beberapa warga
menurut hasil wawancara mengatakan camat selaku PPAT cenderung pilih kasih
terhadap warga yang berkemampuan secara finansial dan warga yang kurang
berkemampuan.

2. Secara umum pelayanan publik yang mengedepankan prinsip-prinsip Good


Governance yang ada di Kecamatan Girian Kota Bitung telah dilaksanakan dengan
baik, walaupun belum sepenuhnya maksimal.

3. Faktor-faktor yang mendorong terselenggaranya prinsip-prinsip Good Governance


dalam pelayanan publik adalah prinsip Partisipasi, ketentuan dan aturan-aturan yang
berlaku, prinsip transparansi, dan prinsip responsif.

Saran

Hal-hal yang perlu disarankan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlunya prinsip pemerataan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh camat, agar
dalam pemberian pelayanan pembuatan AJB, lebih mengedepankan pemerataan,
kepada semua warga, tidak memandang yang berkemampuan secara finansial maupun
warga yang tidak berkemampuan.
2. Lebih ditingkatkan dan dimaksimalkan pelayanan publik kepada setiap warga, yang
akan mengurus surat-surat kependudukan dan Akta Jual Bell Tanah, agar nantinya
dapat tercipta pelayanan prima kepada masyarakat melalui prinsip-prinsip Good
Governance.

3. Perlunya ditambahkan faktor pemerataan dalam penyelenggaran pemerintah


kecamatan Payung, demi terciptanya pelayanan publik yang baik, berdasarkan
penerapan dari prinsip Good Governance.

DAFTAR PUSTAKA
Bandar Lampung. Masyarakat Transparansi Indonesia Indonesia, 2002, "Supermasi Hukum",
Modul, Jakarta ________,2002, "Good governance Ian Penguatan Instansi Daerah ", Cetakan
Pertama, Penerbit Masyarakat Transparansi Indonesia. Bekerjasama Dengan AusAID,
Michael Bratton dan Donald Rothchild (1994) dalam Ari Dwipayana, “Membangun Good
Governance di Desa”, IRE Press, Yogyakarta,2003, hal 11. Miftah Thoha,2004 “Birokrasi
dan Politik di Indonesia”, Raja Grafindo, Jakarta. Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Grasindo, Jakarta.
Zullcarnain, happy Bone, 2002, "Kendala Terwujudnya Good governance", Artikel. Sumber-
Sumber Lain : - Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta 2007. - Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
Tentang pendidikan, pelatihan jabatan pegawai negeri sipil - Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 tahun 2008 tentang kecamatan. - Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002 -
Kepmenpan No. 63 tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik- www.lan.go.id

Anda mungkin juga menyukai