Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“POLITIK DAN KEBIJAKAN PUBLIK DI INDONESIA (ANALISA KEBIJAKAN


YANG ADA)”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu politik

Dosen Pengampu: Irfan Harmain, MH

Disusun Oleh Kelompok 4


Andieni Salsabilla Putri 105210241 Amelina puspa disa 105210241
Nurhayati 1052102 Ana Julia 10521022
Ilham akbar 105210227 M Reza alfalah 105210236
Juanda pratama 105210224 Riskon Wasih 105210234

PROGAM STUDI ILMU


PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Kenikmatan yang kami rasakan tidak lantas membuat kami berleha-leha dan bermalas-
malasan.Kami mencoba dan menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.Makalah ini
berjudul “POLITIK DAN KEBIJAKAN PUBLIK DI INDONESIA (ANALISA
KEBIJAKAN YANG ADA)” Makalah ini di maksudkan untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang pelayanan publik.Makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena
manusia bukanlah makhluk yang sempurna.Tetapi kami berusaha untuk membagi ilmu dan
wawasan yang telah kami rangkum dalam makalah ini,semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan menjadi rujukan dalam memperoleh pengetahuan.

Disadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
sebelumnya kami ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….............................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3. Tujuan..............................................................................................................................2

BAB 2.........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1. Pengertian kebijakan politik............................................................................................3

2.2. tujuan kebijakan politik.................................................Error! Bookmark not defined.

2.3. jenis kebijakan politik....................................................Error! Bookmark not defined.

2.4. Depenisi politik.............................................................................................................15

2.5. fungsi politik diindonesia..............................................Error! Bookmark not defined.

2.6. peran politik diindonesia................................................Error! Bookmark not defined.

BAB 3.......................................................................................Error! Bookmark not defined.

PENUTUP................................................................................Error! Bookmark not defined.

3.1. Kesimpulan....................................................................Error! Bookmark not defined.

3.2. Saran..............................................................................Error! Bookmark not defined.


ii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................Error! Bookmark not defined.

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh
elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam
perpolitikan di suatu negara. Pengaruh sistem politik negara lain juga turut memberi
kontribusi pada pembentukan sistem politik disuatu negara. Seperti halnya sistem
politik di Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di Indonesia selalu
mengalami perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik
Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam
cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia akan terus
berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik
hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik Indonesia
belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
diperhitungkan sistem politik negara lain. Salah satu syarat penting dalam memahami
bagaimana sistem politik Indonesia adalah melalui pengembangan wawasan dengan
melibatkan institusiinstitusi nasional dan internasional. Artinya lingkungan internal
dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem politik Indonesia harus dipahami
terlebih dahulu.PublikSekitar tahun 1970-an mulai berkembang konsep public
policydalam ilmu administrasi publik. Pokok perhatian utama administrasi publik
saat itu adalah public policy. Munculnya public policy dalam administrasi publik
disebabkan banyaknya teknisi administrasi menduduki jabatan politik dan
bertambahnya tuntutan masyarakat.

untuk mendapatkan kebijakan yang lebih baik (Thoha, 2008: 101-


102). Aktivitas analisis dalam kebijakan publik pada dasarnya terbuka terhadap
peran serta disiplin ilmu lain. Oleh karena itu, dalam kebijakan publik akan
terlihat suatu gambaran bersintesisnya berbagai disiplin ilmu dalam satu paket
kebersamaan. Berdasarkan pendekatan kebijakan publik, akan terintegrasi
antara kenyataanpraktis dan pandangan teoretis secara bersamasama. Randal B. Riple

1
y(1985: 31) menyatakan bahwa dalam proses kebijakan telah termasukdi dalamnya be
rbagai aktivitas praktis dan intelektual yang berjalansecara bersama-sama.
Pertanyaan kebijakan publik penuh dengan komplikasi etis.Oleh
karena itu, mereka yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan tentang
kebijakan tidak dapat menghindari mengambil bahwa
masyarakat terdiri atas beberapa kelompok kepentingan(interestgroup) dan pemeri
nth “sebagai alat perekat” serta memiliki pegangan yang kuat dari semua unsur
kelompok kepentingan itu menjadi suatu kekuatan yang terintegrasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian politik ?


2. Apa kebijakan?
3. Bagaimana Dasar kebijakan?
4. Apa Saja kebijakan publik ?

1.3. Tujuan

Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui denganbaik


tentang etika bisnis bisnis yang menyangkut:
1. Dapat Mengetahui Pengertian kebijakan publik
2. Dapat Mengetahui jenis kebijakan publik

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kebijakan politik


1
Kebijakan adalah suatu tindakan pemerintah yang bertujuan menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan dibuat melalui tahap-tahap yang sistematis
sehingga semua variabel pokok dari semua permasalahan yang akan dipecahkan
tercakup. Kebijakan harus dapat dilaksanakan oleh unit organisasi pelaksana,
Kebijakan publik dipandang sebagai kegiatan-kegiatan lembaga pemerintah yang
dilakukan demi memenuhi tugas pemerintah dan kebutuhan masyarakat, maka
kebijakan publik merupakan proses politik dalam sistim pemerintahan yang perlu
diperhatikan sesuai dengan isi dan tujuan kebijakan,Kebijakan publik
merupakan kewenangan pemerintah menjalankan tugas dan fungsinya
dalam hubungannya dengan masyarakat dan dunia usaha. Pada dasarnya
kebijakan pemerintah dalam menata kehidupan masyarakat di berbagai aspek
merupakan kebijakan yang berorientasi pada kepentingan publik (masyarakat).
Pengertian kebijakan (policy) adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih
untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Dalam setiap penyusunan kebijakan
publik diawali oleh perumusan masalah yang telah diidentifikasi kemudian
pelaksanaan kebijakan tersebut ditujukan untuk mengatasi masalah yang terjadi
dalam masyarakat.
Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering diperdengarkan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan-kegiatan akademis, seperti dalam
kuliah-kuliah ilmu sosial politik, ekonomi, dan hukum. Namun istilah ini
mungkin juga untuk menunjuk sesuatu yang lebih khusus, kebijakan pemerintah
tentang Debirokratisasi dan Deregulasi. Menurut Charles O. Jones (1984;25),
istilah kebijakan (policy) digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan
untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini
sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), program, keputusan (decision),
standar, proposal dan grand design. Namun demikian, meskipun kebijakan

publik
1
Ahmad Husein. 2003. Kewarganegaraan. Bandung: Grafindo Media Pratama.

3
mungkin kelihatan sedikit abstrak atau mungkin dapat dipandang sebagai sesuatu

yang terjadi terhadap seseorang, namun sebenarnya sebagaimana beberapa contoh


yang telah disebutkan terdahulu pada dasarnya kita telah dipengaruhi secara
mendalam oleh banyak kebijakan publik dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, James Anderson (1979;4) mengatakan secara umum istilah
“kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku
seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga
pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Pengertian
kebijakan seperti ini dapat digunakan dan relatif memadai untuk keperluan
pembicaraan-pembicaraan bisa, namun jadi kurang memadai untuk pembicaraan-
pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis
kebijakan publik.

2.3 Tujuan kebijakan politik

Tujuan pembuatan kebijakan publik pada dasarnya untuk mewujudkan


ketertiban dalam masyarakat, melindungi hak-hak masyarakat, mewujudkan
ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat, dan pada akhirnya untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat,tujuan atau sasaran tertentu, dan mereka
yang beranggapan bahwa kebijakan publik mempunyai akibat-akibat atau dampak
yang dapat diramalkan/antisipasi sebelumnya. Para ahli yang termasuk dalam
kubu pertama diwakili oleh R.S. Parker (1975) dan Thomas R. Dye (1978),
Edwards III dan Ira Sharkansky dan Carl Friedrick. Menurut kubu ini kebijakan
publik, secara ringkas terbagi dalam tiga tahapan proses, yaitu : perumusan
kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Ini berarti bahwa
kebijakan publik adalah “serangkaian perintah dari pembuat keputusan kepada
pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan dan cara- cara mencapai
tujuan tersebut”. Kubu kedua diwakili oleh Pressman dan Wildavsky (1974),
mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengundang
kondisi-kondisi awal serta akibat yang dapat diramalkan. Kubu kedua ini lebih
melihat kebijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan. (dalam
Budi Winarno, 2002;17)

Tentu saja masih banyak kategori dan definisi yang dapat dikemukakan
4
menyangkut kebijakan publik. Masing-masing definisi tersebut memuaskan
menjelaskan satu aspek namun besar kemungkinan gagal dalam menjelaskan
aspek yang lainnya. Oleh karena itu, preposisi yang menyatakan bahwa kebijakan
publik merupakan kebijakan yang dikembangkan dan ditetapkan oleh lembaga-
lembaga dan pejabat- pejabat pemerintah harus mendapat perhatian sebaik-
baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik dengan bentuk-bentuk kebijakan
yang lain, seperti kebijakan yang dikeluarkan pihak swasta. Kebijakan tersebut
akan dipengaruhi oleh aktor-aktor dan faktor- faktor bukan pemerintah, seperti
kelompok-kelompok penekan maupun kelompok-kelompok kepentingan.
Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan
faktor dari luar pemerintah. Dalam konteks tulisan ini kebijakan publik dipahami
sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau lembaga pemerintah
dalam bidang tertentu, misalnya bidang Pendidikan..

Suatu kebijakan publik mempunyai hubungan erat antara pemerintah sebagai


pembuat kebijakan dengan masyarakat yang berkepentingan terhadap kebijakan
tersebut. Menurut M.Irfan Islamy bahwa dalam konsep demokrasi modern,
kebijaksanaan negara tidak hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat para
pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini publik (publik opinion) juga
mempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan (tercermin) dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan negara. kebijaksanaan yang menyangkut publik
harus mendengar pendapat dan saran dari masyarakat serta mendasarkan pada
kepentingan umum, agar kebijakan tersebut dapat diterima dan sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Lebih lanjut M.Irfan Islamy menguraikan beberapa
elemen penting dalam kebijakan publik, yaitu :

a) Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk peraturannya berupa tindakan-


tindakanpemerintah
b) Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan sebagai wacana,
tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata
c) Bahwa kebijakan publik baik untuk melakukan sesuatu ataupun tidak
melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu
d) Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan
seluruh anngota masyarakat

5
Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri
khusus dari kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan itu
diformulasikan oleh apa yang dikatakan David Easton (1965;3)
2.4 Jenis Kebijakan Publik
 Kebijakan Substantif: Kebijakan yang menyangkut apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah.
 Kebijakan Prosedural: Kebijakan mengenai bagaimana kebijakan
substantif dapat dijalankan.
 Kebijakan Distributif: Kebijakan yang menyangkut distribusi
pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat

2.5Definisi politik

2
Politik adalah proses pembagian dan pembentukan kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
konstitusional

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:
 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara
 Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat
 politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik

2
Anderson, James E. 1997. Public Policy-Making. Holt, Rinehart and Winston: New York.

6
2.2 Fungsi Politik di Indonesia

1) Fungsi Sosialisasi Politik

Sosialisasi Politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai


politik, sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh suatu negara.
Pembentukan sikap-sikap politik atau untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan
politik dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti.
Menurut Gabriel Almound, dalam Sosialisasi Politik, terdapat dua hal yang penting, yaitu
: Sosialisasi Politik berjalan terus menerus selama hidup seseorang.

Sikap-sikap dan nilai-nilai yang didapatkan dan terbentuk pada masa kanak-
kanak akan selalu disesuaikan atau akan diperkuat sementara ia mengalami berbagai
pengalaman sosial. Pendidikan sekolah, pengalaman keluarga dan pengaruh pergaulan
berperan dalam memperkuat keyakinan tetapi dapat pula mengubahnya secara drastis.
Sosialisasi Politik dapat berwujud transmisi dan pengajaran. Artinya dalam sosialisasi itu
terjadi interaksi antara suatu sikap dan keyakinan politik yang dimiliki oleh generasi tua
terhadap generasi muda yang cenderung masih flesibel menerima pengaruh ajaran.
Transmisi dan pengajaran tersebut dapat berwujud : interaksi langsung yaitu berupa
pengajaran formal ataupun doktrinasi suatu suatu ideologi.

Contoh: pengajaran mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi. Interaksi tak


langsung, yang sangat erat pengaruhnya pada masa kanak-kanak, di mana berkembang
sifat penurut atau sikap pembangkangan terhadap orang tua, guru atau teman yang
mempengaruhi sikapnya di masa dewasa terhadap pemimpin politiknya dan terhadap
sesama warga negara. Misalnya ketika masa kanak-kanak, pengalaman yang
didapatkannya adalah terjadinya perpecahan keluarga dan otoriter orang tua. Kondisi dan
pengalaman seperti itu melahirkan suatu kebencian, sehingga ketika terjadi suatu kondisi
dalam negara yang sifatnya dapat disamakan dengan keadaan dan pengalaman masa
kecilnya, akan melahirkan pula kebencian yang diwujudkan dalam partisipasi politik
ilegal seperti demonstrasi, oposisi dan gerakan subversif. Sosialisasi politik dijalankan
melalui bermacam-macam lembaga antara lain: keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,
pekerjaan dan media massa.

7
2) Fungsi Rekrutmen Politik

Rekrutmen Politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota


kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun
politik. Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang
berbeda. Anggota kelompok yang rekrut/diseleksi adalah yang memiliki suatu
kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan atau fungsi politik.
Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda. Pola perekrutan anggota
partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya. Di Indonesia, perekrutan politik
berlangsung melalui pemilu setelah setiap calon peserta yang diusulkan oleh partainya
diseleksi secara ketat oleh suatu badan resmi. Seleksi ini dimulai dari seleksi
administratif, penelitian khusus (litsus) yaitu menyangkut kesetiaan pada ideologi negara.

3) Fungsi Komunikasi Politik

3
Komunikasi Politik adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai poltik
dengan segala struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan
politik. Media-media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan
membentuk kebudayaan politik. Partai politik menjalankan fungsi sebagai alat
mengkomunikasikan pandangan dan prinsip-prinsip partai, program kerja partai, gagasan
partai dan sebagainya. Agar anggota partai dapat mengetahui prinsip partai, program
kerja partai atau pun gagasan partainya untuk menciptakan ikatan moral pada partainya,
komunikasi politik seperti ini menggunakan media partai itu sendiri atau media massa
yang mendukungnya.

Sistem komunikasi politik di Indonesia dikembangkan dengan dasar komunikasi


yang bebas dan bertanggung jawab. Setiap media massa bebas memberitakan suatu hal
selama tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku, tidak membahayakan kepentingan
negara dan masyarakat. Di samping itu media massa juga berfungsi menyuarakan suara
pembangunan dan program-program kerja pemerintah, menyuarakan ide-ide politik,

3
Bauer, Raymond. 1998. The Study of Policy Formulation.

New York: Free Press.

8
membina tumbuhnya kebudayaan politik kemudian memelihara dan mewariskannya pada
generasi pelanjut.

4) Fungsi Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial adalah demensi vertical dari struktur social masyarakat, dalam
artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah berlapis-
lapis secara vertical dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup.

Soerjono Soekanto (1981::133), menyatakan social stratification adalah


pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system
berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi, dalam
artian kita tidak akan menemukan masyararakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah
suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertical
menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan criteria tertentu.

Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi sosial sebagai


gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun juga keberadaanya
pasti akan di dapatkan pelapisan social tersebut. Apa yang dikemukakan Aristoteles. Karl
Marx adalah salah satu bukti adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat yang sederhana
sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan criteria yang
sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan
masyarakat tanpa kelas.

Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakin modern


dan kompleks, stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.
Mengapa terjadi stratisikasi social uraian berikut ini akan menjelaskannya.

Menurut Soerjono Sokanto ( 1981 : 133) Selama dalam suatu masyatrakat ada
sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka
barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya system berlapis-
lapis yang ada dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat
itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa
tanah, kekuasan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan
dari keluarga yang terhormat. Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan

9
sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibatnya distribusinya di
dalam masyarakat tidaklah merata.

2.4 Peranan Politik di Indonesia

a. Fungsi perumusan kepentingan

Yaitu fungsi menyusun dan mengungkapkan tuntutan politik dalam suatu negara.
Orang per orang atau kelompok-kelompok dalam sayarakat harus menentukan apa yang
menjadi kepentingan mereka, atau apa yang ingin mereka dapatkan dari negara/ politik.
Fungsi ini seharusnya terutama dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau
kelompok-kelompok kepentingan.

b. Fungsi pemaduan kepentingan

Yaitu fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan politik dari berbagai pihak dalam


suatu negara dan mewujudnyatakannya ke dalam berbagai alternatif kebijakan. Pihak
yang paling bertanggungjawab untuk memadukan kepentingan adalah partai politik.
Namun demikian, proses pemaduan kepentingan juga terjadi di lembaga-lembaga
legislatif dan eksekutif.

c. Fungsi pembuatan kebijakan umum

Yaitu fungsi untuk mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan yang


diusulkan oleh partai politik dan pihak-pihak lain, untuk dipilih salah satu di antaranya
sebagai satu kebijakan pemerintahan. Pelaku fungsi ini adalah lembaga legislatif dan
eksekutif (pembuatan undang-undang) atau lembaga eksekutif sendiri (pembuatan
peraturan pemerintah).

d. Fungsi penerapan kebijakan

Yaitu fungsi melaksanakan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak
yang berwenang. Pelaksana kebijakan pemerintah adalah aparat birokrasi pemerintah di
bawah pimpinan pejabat eksekutif.

e. Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan

1
Yaitu fungsi mengadili pelanggar hukum. Pelaku peran untuk mengadili adalah
lembaga peradilan, yakni Mahkamah Agung beserta lembaga peradilan di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan perdilan
militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.

2.4 Perkembangan Politik di Indonesia


Perkembangan Politik Era Presiden Soekarno

Sebagai pemimpin besar revolusi, Soekarno dipandang sebagai Presiden Republik


Indonesia yang punya kharisma politik tersendiri. Lugas, tegas, menggebu-gebu,
semangat, dan cenderung anti-barat merupakan gambaran yang bisa kita saksikan pada
setiap pidato politiknya.Masa awal kepemimpinannya, ditandai dengan terbentuknya
sistem pemerintahan parlementer. Sistem ini menciptakan sebuah pemerintahan yang
memberi kekuasaan dominan kepada lembaga legislatif. Terbentuknya berbagai partai
politik yang bebas menyuarakan aspirasi merupakan tanda kehidupan politik
terakomodir.

Perkembangan politik di era kepemimpinan Soekarno, telah memberikan ruang


luas bagi partai politik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan politiknya. Ini terbukti
dengan terbentuknya sistem kepartaian (multipartai). Masyarakat pun memiliki pilihan
yang banyak untuk menempatkan keterwakilan politiknya di parlemen. Pemilu sebagai
ciri dari negara demokrastis, di era Soekarno diselenggarakan dengan baik. Kebebasan
pers menduduki posisi tertinggi, sebagai media informasi yang dijamin kebebasannya.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Era kepemimpinan kemudian ditandai
dengan melemahnya sistem kepartaian yang bebas. Lalu terjadi gerakan perkembangan
yang lambat terhadap perkembangan politik Indonesia saat itu.
2.5 Perkembangan Politik Era Presiden Soeharto

Perkembangan politik Indonesia era kepemimpinan Presiden Soeharto di mulai


ketika ia "mengambil alih" kekuasaan dari Presiden Soekarno. Pemerintahan politik
dijalani berdasarkan asas Pancasila, yang juga mengatur seluruh kehidupan berbangsa dan
bernegara. Awalnya, realisasi pengamalan Pancasila mampu diterima masyarakat sebagi
"kiblat"pemerintahan politik yang dijalankan Soeharto. Namun, berubah sebagai alat
1
4
pemaksaan kehendak, yang mengubah sistem pemerintahan menjadi otoriter. Presiden
menjadi komandan pemerintahan yang tidak boleh tersentuh oleh apapun dan siapapun.
Kehidupan politik yang diharapkan mengalami perkembangan setelah runtuhnya rezim
Soekarno ternyata hanya jadi retorika semata.

Posisi politik lembaga legislatif yang seharusnya menjadi penyeimbang


kekuasaan, malah menjadi tameng dari pemerintah yang dibangun secara over
sentralistik. Rotasi kekuasaan politik tak pernah terjadi hingga 32 tahun lamanya. Pemilu
hanya dijadikan rutinitas lima tahunan yang pemenangnya sudah bisa ditebak. Partai
Golkar menjadi kendaraan politik yang ampuh digunakan oleh Soeharto untuk
mengamankan setiap keputusan politik pemerintahannya di DPR. Bahkan, Presiden
Soeharto berubah sangat arogan, dengan menggunakan kekuatan militer pada setiap
situasi keamanan yang bisa saja mendorong masyarakat untuk bergerak melawan
rezimnya yang korup.
2.6Perkembangan Politik Era Reformasi

Tidak ada yang dapat memberikan penilaian dengan pasti apakah cita-cita
reformasi sudah terwujud atau belum. Runtuhnya kekuasaan Soeharto padahal telah
memberikan secercah harapan bagi terciptanya iklim demokrasi yang jauh lebih baik.
Namun, harapan itu kenyataan hanya menjadi mimpi tanpa realisasi nyata. Masih adanya
perbedaan dalam pandangan ketegasan terhadap sistem pemerintahan, merupakan salah
satu indikator yang bisa kita lihat. Di sini terlihat ada persaingan politik yang terjadi,
antara pemerintah dan legislatif sebagai pembuat produk undang-undang.

Kekuasaan presiden tidak mutlak dijalankan secara penuh, tapi terpengaruh pada
parlemen. Hal ini akhirnya menciptakan situasi politik yang tidak sehat, karena presiden
terpaku oleh kepentingan lain. Kepentingan itu bisa jadi tidak berpengaruh pada
perbaikan kondisi bangsa secara keseluruhan. Dari uraian tadi, jelas terlihat bahwa sistem
demokrasi dalam perkembangan politik Indonesia yang dibangun pasca Orde Baru masih
mencari bentuk yang ideal. Satu prestasi yang patut kita cermati adalah keinginan yang
kuat untuk merealisasikan sistem pemilihan kepala daerah langsung. Kebebasan

4
Edward III, 1980. Implementation Public Policy. Washington DC: Congresional Quarter Press.

1
berserikat dan berpendapat yang ada dalam undang-undang dasar direalisasikan dengan
sistem multipartai.

1
BAB III

PENUTUP

2.7 Kesimpulan

Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan


pemerintah. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu
mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan publik ditunjukan untuk kepentingan masyarakat.
Perkembangan partai politik di Indonesia merupakan hal yang sudah lama dan menjadi
bagian dari kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri yaitu sejak adanya penjajah Belanda
datang ke Indonesia sampai saat sekarang pasca refomasi yang mana dinamika
pergolakannya semakin tinggi. Indonesia sempat mengalami ancaman dalam
perkembangan iklim politiknya karena lahirnya partai komunis Indonesia, yang
melahirkan gerakan 30 September 1965. Namun berkat lahirnya Supersemar akhirnya
organisasi terlarang ini berhasil ditumpas sampai ke akarnya. Peran partai politik di
Indonesia mengalami banyak perubahan dan pasang surut dari mulai dibentuknya partai
politik di Indonesia untuk pertama kali di zaman pergerakan nasional yang masih sebagai
sarana sosialisasi dan komunikasi politik, sampai dengan sekarang yang perannya sebagai
penyalur aspirasi rakyat sudah mulai bisa dimaksimalkan. Pada periode awal
kemerdekaan, partai politik dibentuk dengan derajat kebebasan yang luas bagi setiap
warga negara untuk membentuk dan mendirikan partai politik. Bahkan, banyak juga
calon-calon independen yang tampil sendiri sebagai peserta pemilu 1955. Sistem multi
partai terus dipraktikkan sampai awal periode Orde Baru sejak tahun 1966. Padal pemilu
1971, jumlah partai politik masih cukup banyak. Tetapi pada pemilu 1977, jumlah partai
politik mulai dibatasi hanya tiga saja. Bahkan secara resmi yang disebut sebagai partai
politik hanya dua saja, yaitu PPP dan PDI. Sedangkan Golkar tidak disebut sebagai partai
politik, melainkan golongan karya saja. Menurut pendapat kami pada era reformasi ini
sebaiknya, sistem multipartai tetap dipertahankan dengan tetap memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik baru, namun perlu juga
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam berpolitik agar tidak terjadi penyimpangan
terhadap wadah aspirasi rakyat tersebut.

1
2.8 Saran

Saran saya kepada pembaca agar memanfaatkan makalah ini dengan sebaik
baiknya dan menerapkan makalah ini dalam kehidupan sehari hari.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Husein. 2003. Kewarganegaraan. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Anderson, James E. 1997. Public Policy-Making. Holt, Rinehart and Winston: New
York.

Bauer, Raymond. 1998. The Study of Policy Formulation.


New York: Free Press.

Dye, Thomas R. 1995 Understanding Public Policy. New Jersey: Prentice Hall.

Easton, David. 1965. A Framework for Political Analysis.


Prentice Hall.

Edward III, 1980. Implementation Public Policy.


Washington DC: Congresional Quarter Press.

Islamy, M Irfan. 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Pemerintah. Jakarta.


Bumi Aksa.

Jones, O, Charles. 1994. Pengantar Kebijakan Publik (Public Polisy). Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai