Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGATAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena

dengan ridha-Nya makalah “Peran Masyarakat Dalam Sistem Politik” ini dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, Shalawat serta salam penulis haturkan

kepada pahlawan revolusi islam baginda nabi Muhammad SAW, berkat beliau

kami bisa terbawa ke alam yang penuh dengan ilmu dan hikmah.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kebaikan semuanya dibalas

oleh Allah SWT.

Makalah ini membahas tentang bentuk peranan warga Negara dalam

sistem politik yang ada di Indonesia.

Selain sebagai tambahan ilmu pengetahuan, makalah ini juga kami susun

guna memenuhi tugas mata pelajran PKn dan Semoga dengan terselesaikannya

makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan

makalah selanjutnya.

Teluk Kuantan, Desember 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................. 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 5

1.4 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Politik ......................................................................... 7

2.2 Pengertian Peran Serta dalam Sistem Politik di Indonesia ....................... 8

2.3 Bentuk Peran Serta Dalam Sistem Politik .............................................. 11

2.4 Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam Pengambilan Keputusan ....... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17

3.2 Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Partisipasi politik amat urgen dalam kontes dinamika perpolitikan

dalam suatu masyarakat. Sebab dengan partisipasi politik dari setiap individu

maupun kelompok masyarakat maka niscaya terwujud segala yang

menyangkut kebutuhan warga masyarakat secara universal. Sehingga

demikian, keikutsertaan individu dalam masyarakat merupakan faktor yang

sangat penting dalam mewujudkan kepentingan umum. Dan paling ditekankan

dalam hal ini terutama sikap dan perilaku masyarakat dalam kegiatan politik

yang ada. Dalam artian setiap individu harus menyadari peranan mereka

dalam mendirikan kontribusi sebagai insan politik. Dalam hal ini peranan

meliputi pemberian suara, kegiatan menghadiri kampanye serta aksi

demonstrasi. Namun kegiatan-kegiatan sudah barang tentu harus dibarengi

rasa sukarela sebagai kehendak spontanitas individu maupun kelompok

masyarakat dalam partisipasi politik. Dengan kegiatan-kegiatan politik ini

pula, intensitas daripada tingkat partisipasi politik warga masyarakat dapat

termanifestasi. Oleh karena itu, sikap dan perilaku warga masyarakat dalam

kegiatan politik berupa pemberian suara dan kegiatan kampanye dalam

pemilihan kepala daerah merupakan parameter dalam mengetahui tingkat

kesadaran partisipasi politik warga masyarakat.

3
Paling tidak warga masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan

politik sekaligus mengambil bagian untuk mempengaruhi pemerintah dalam

keputusan politik. Pemilihan kepala daerah sebagai wahana menyalurkan

segala aspirasi masyarakt melalui suksesi dalam pemilihan kepala daerah,

peran warga masyarakat terutama dalam mempengaruhi keputusan politik

sangat prioritas. Dengan adanya pemilihan kepala daerah setiap individu

maupun kelompok masyarakat dapat memanifestasikan kehendak mereka

secara sukarela, tanpa pengaruh dari siapapun. Dalam hal ini setiap anggota

masyarakat secara langsung dapat memberikan suara dalam pemilihan serta

aktif dalam menghadiri kegiatan-kegiatan politiknya, seperti kampanye.

Namun keaktifan anggota masyarakat baik dalam memberikan suara

maupun kegiatan kampanye tentu harus didorong oleh sikap orientasi yang

begitu tinggi. Dan disamping itu pula kesadaran dan motivasi warga

masyarakat dalam kegiatan politik sebagaimana di kemukakan tadi sangat

penting untuk menopang tingkat partisipasi politik terhadap pemilihan kepala

daerah. Karena dengan adanya sikap antusias dari warga masyarakat dalam

partisipasi politik tentu membawa pada konsekuensi pada tatanan politik yang

stabil. Oleh karena kesadaran dan pemahaman politik merupakan penunjang

dalam mewujudkan stabilitas politik masyarakat dengan kesadaran dan

pemahaman politik pula setiap sikap dan perilaku masyarakat secara

partisipasi dapat terwujud sebagaimana mestinya.

Namun demikian sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam

partisipasi politik kadang kala mengarah pada sikap apatis, sinisme, dan

4
arogan sehingga yang demikian ini mempengaruhi partisipasi mereka dalam

pemilihan kepala daerah. Yang akhirnya mereka enggan memberikan suara

dalam pemilihan dan juga tidak menghadiri kegiatan-kegiatan politik

(kampanye). Fenomena-fenomena ini selalu muncul dimana-mana lebih-lebih

lagi dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem politik yang ada di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk peran serta masyarakat dalam sistem politik di

Indonesia dalam bidang Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif?

3. Bagaimana Pelaksanaan demokrasi Pancasila dalam Pengambilan

keputusan?

1.3 Pembatasan Masalah

Demi kelancaran penyusunan makalah ini dan agar bahasan menjadi

terfokus dan tidak buram, maka penulis membatasi pembuatan makalah ini,

yaitu:

1. Hanya akan membahas sistem politik yang berlaku di Indonesia

2. Bidang Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang dimaksud adalah yang

ada dan berlaku di Indonesia.

5
1.4 Tujuan Penulisan

1. Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk:

2. Mengerahui sistem politik yang berlaku di Indonesia.

3. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk partisipasi warga Negara dalam

sebuah lingkungan politik Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

4. Mengetahui bagaimana pelaksanaan demikrasi pancasila dalam

pengambilan keputusan.

6
BAB II

PAMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Politik

Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari

struktur dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan

(masyarakat/negara).

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat,

prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain

untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan

kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama

lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja

seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan

satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggengMenurut

Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang

merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.

Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari

hubungan – hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan

tingkat tertentu, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang.

Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme

seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu

7
sama lain yanh menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi

waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).

2.2 Pengertian Peran Serta dalam Sistem Politik di Indonesia

Dalam konteks politik hal ini mengacu pada pada keikutsertaan warga

dalam berbagai proses politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga

dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan

sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta

dalam pelaksanaan keputusan. Sebagai defenisi umum dapat dikatakan bahwa

partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut

serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan cara memilih

pimpinan dan secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi

kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum atau kepala daerah, menghadiri

kegiatan (kampanye), mengadakan hubungan (contakting) dengan pejabat

pemerintah, atau anggota parlement dan sebagainya.

Herbert Meclosky (1994:3), berpendapat bahwa partisipasi politik

adalah kegiatan-kegiatan suka rela dari warga masyarakat melalui mana

mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara

langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Berdasarkan defenisi

ini, partisipasi warga masyarakat menekankan pada keikutsertaan individu

maupun kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan politik secara aktif.

Dimana setiap anggota masyarakat, seyogyanya memberikan suara

dalam pemilihan kepala daerah. Dan juga dijelaskan bahwa kegiatan sukarela

8
adalah dimana dalam pelaksanaan pemberian suara dalam pemilihan tanpa

pengaruh paksaan dari siapapun.

“Norman H. Nie (2002:9), dan Sidney Verba” partisipasi politik

adalah kegiatan pribadi warga negara yang loyal sedikit banyak langsung

bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara/tindakan-

tindakan diambil oleh mereka, yang teropong terutama adalah “tindakan-

tindakan yang bertujuan mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah”

yaitu usaha-usaha untuk mempengaruhi alokasi nilai secara otoritatif untuk

masyarakat.

Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi warga

masyarakat, tindakan yang dilakukan demi mencapai kepentingan umum,

yang berdasarkan pada nilai-nilai yang legal. Dalam hal ini partisipasi politik

lebih menekankan pada beberapa hal yaitu:

1. Sikap warga masyarakat terhadap pemimpin

2. Kerjasama antara anggota masyarakat dengan pemimpin dalam

mempengaruhi keputusan politik

3. Perilaku warga masyarakat dalam kegiatan politik harus didorong oleh

nilai-nilai ideal.

4. Keikutsertaan warga masyarakat memberikan hal suara dalam pemilihan

suka rela.

Gabriel Almond (2004:26), berpendapat bahwa yang dinamakan

partisipasi politik hanya terbatas pada kegiatan sukarela saja yaitu: kegiatan

yang dilakukan tanpa paksan atau tekanan dari siapapun. Milbiath

9
(2001:143), menjelaskan partisipasi sebagai dimensi utama stratifikasi sosial..

dia membagi partisipasi politik menjadi empat bagian yaitu:

1. Pemimpin Politik

Pemimpin politik adalah pemegang kekuasaan yang memiliki

legitimasi secara abash dari warga masyarakat. Pemimpin politik ini

selalu memberikan perlindungan terhadap masyarakat sebagai objek

kekuasaan.

2. Aktivis Politik

Aktivis politik adalah orang-orang yang selalu menghadiri setiap

kegiatan politik.

3. Komunikator

Komunikator adalah orang yang menerima dan menyampaikan

ide, sikap dan informasi politik lainnya kepada orang lain.

4. Warga Negara

Warga negara adalah semua individu maupun kelompok yang

turun serta dalam agenda politik.

Partisipasi politik dapat pula dikategorikan berdasarkan jumlah

pelaku, yakni individual dan kolektif. Maksudnya, seseorang yang ikut

memberikan keputusan politik lewat kegiatan politik. Sebaliknya partisipasi

secara kolektif tentu menyangkut kegiatan warga negara secara serentak

untuk mempengaruhi penguasa seperti dalam proses pemilihan.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik

individu. Menurut model ini terdapat empat faktor yang mempengaruhi

10
perilaku politik seseorang actor politik. Pertama, lingkungan sosial tak

langsung,seperti sistem politik, sistem ekonomi, budaya, dan media massa.

Kedua, lingkungan sosial politik yang mempengaruhi dan membentuk

kepribadian actor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan.

Ketiga, struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Keempat,

faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi yaitu keadaan yang

mempengaruhi actor secara langsung ketika hendak melakukan suatu

kegiatan seperti kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman

dengan segala bentuknya.

Faktor lingkungan social politik tak langsung mempengaruhi

lingkungan sosial politik yang berupa sosialisasi, interalisasi dan politisas.

Selain itu mempengaruhi juga sosial politik langsung berupa situasi. Faktor

lingkungan yang akan mempengaruhi secara langsung oleh satu dari kedua

faktor yang mencakup struktur kepribadian atau sikapnya terhadap objek

kebijakan.

2.3 Bentuk Peran Serta Dalam Sistem Politik

Jika mode partisipasi politik bersumber pada faktor “kebiasaan”

partisipasi politik di suatu zaman, maka bentuk partisipasi politik mengacu

pada wujud nyata kegiatan politik tersebut. Samuel P. Huntington dan Joan

Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi:

- Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan

umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi

11
calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha

mempengaruhi hasil pemilu;

- Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan

politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu

isu;

- Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik

selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan

keputusan oleh pemerintah;

- Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun

jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi

keputusan mereka, dan

- Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok

guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan

kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-

hara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan

pemberontakan.

Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson

telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak

membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk

partisipasi politik legal atau ilegal. Sebab itu, penyuapan, ancaman,

pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalah masuk ke

dalam kajian ini.

12
Klasifikasi bentuk partisipasi politik Huntington dan Nelson relatif

lengkap. Hampir setiap fenomena bentuk partisipasi politik kontemporer

dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi mereka. Namun, Huntington dan

Nelson tidak memasukkan bentuk-bentuk partisipasi politik seperti kegiatan

diskusi politik, menikmati berita politik, atau lainnya yang berlangsung di

dalam skala subyektif individu.

Menurut penulis, peran serta dalam masing-masing bidang yang akan

dibahas berikutnya adalah dengan bergabung dengan salah satu dari lembaga

tersebut baik itu Eksekutif, Legislatif maupun yudikatif.

1. Peran Serta dalam Sistem Politik Bidang Eksekutif

Secara umum arti lembaga eksekutif adalah pelaksanaan

pemerintah yang dikepalai oleh presiden yang dibantu pejabat, pegawai

negeri, baik sipil maupun militer. Sedangkan wewenang menurut Meriam

Budiardjo mencangkup beberapa bidang: 1) Diplomatik:

menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lainnya.

2) Administratif: melaksanakan peraturan serta perundang-undangan

dalam administrasi negara. 3) Militer: mengatur angkatan bersenjata,

menjaga keamanan negara dan melakukan perang bila di dalam keadaan

yang mendukung. 4) Legislatif: membuat undang-undang bersama dewan

perwakilan. 5) Yudikatif: memberikan grasi dan amnesti.

Sistem Lembaga Eksekutif terbagi menjadi dua:

a. Sistem Pemerintahan Parlementer: Kepala negara dan kepala

pemerintahan terpisah. Kepala pemerintahan dipimpin oleh perdana

13
menteri, sedangkan kepala negara dipimpin oleh presiden. Tetapi

kepala negara disini hanya berfungsi sebagai simbol suatu negara

yang berdaulat.

b. Sistem Pemerintahan Presidensial: Kepala pemerintahan dan kepala

negara, keduanya dipegang oleh presiden.

Peran serta dalam bidang Eksekutif ini adalah bentuk keikutsertaan

dari suatu warga Negara dalam menjalankan tugas dalam bidang eksekutif.

Seperti menjadi Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet dan lainnya.

Karena pada dasarnya Eksekutif adalah warga Negara biasa yang terpilih

dalam pemilu.

2. Peran Serta dalam Sistem Politik Bidang Legislatif

Dilihat dari kata Legislate yang bermakna lembaga yang bertugas

membuat undang-undang. Namun tidak hanya sebatas membuat undang-

undang, melainkan juga merupakan wakil rakyat atau badan parlemen.

Pernyataan ini didasari oleh teori kedaulatan rakyat yaitu teori yang

bertentangan dengan teori monarki dan absolutisem. Jadi hakikatnya

badan legislatif digunakan untuk mencegah terjadinya tindakan sikap

absolut dari pemerintah pusat atau presiden. Adapun fungsi dari badan

legislatif sebagai berikut:

a. Question Hour/Pertanyaan Parlemen Anggota legislatif diizinkan

mengajukan pertanyaan kepada pemerintahan pusat mengenai hal-

hal yang perlu ditanyakan yang jelasnya berkaitan dengan nasib

rakyat.

14
b. Interpelasi Hak anggota legislatif untuk meminta keterangan pada

kebijakan pemerintah pusat terutama yang telah dilaksanakan di

lapangan.

c. Engquete/Angket Hak untuk anggota legislatif untuk melakukan

penyelidikan sendiri dengan cara membentuk panitia penyelidik.

d. Mosi Hak kontrol yang memiliki potensi besar untuk menjatuhkan

lembaga eksekutif.

3. Peran Serta dalam Sistem Politik Bidang Yudikatif

Lembaga ini merupakan lembaga ketiga dari tatanan politik Trias

Politica yang berfungsi mengontrol seluruh lembaga negara yang

menyimpang atas hukum yang berlaku pada negara tersebut. Fungsi

Lembaga Yudikatif adalah sebagai alat penegakan hukum, penyelesaian

penyelisihan, hak menguji apakah peraturan hukum sesuai atau tudak

dengan UUD dan landasan Pancasila, serta sebagai hak penguji material.

Badan Yudikatif Indonesia berfungsi menyelenggarakan

kekuasaan kehakiman dengan tujuan menegakkan hukum dan keadilan.

Kekuasaan kehakiman di Indonesia, menurut konstitusi, berada di tangan

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya

(peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan tatausaha

negara) serta sebuah Mahkamah Konstitusi.

2.4 Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam Pengambilan Keputusan

Secara ideal konstitusional wajah demokrasi Pancasila bersumberikan

pada tatanan nilai sosial dan budaya bangsa. Adapun identitas demokrasi

15
Pancasila adalah pada sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang dijiwai oleh sila-sila

Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kemanusiaan yang adil dan beradab, sila

persatuan Indonesia dan menjiwai serta meliputi sila keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Adapun di dalam sila keempat Pancasila itu terkandung makna bahwa

untuk menyelesaikan persoalan atau masalah hendaknya ditempuh dengan

jalan pembahasan bersama atau ditempuh dengan musyawarah mufakat.

Untuk itu, rakyat Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menyelesaikan

masalah-masalah ini. Hal ini dapat dilihat dalam praktik kehidupan sejak

jaman nenek moyang kita dulu bahwa manusia selalu hidup bersama, hidup

dengan manusia lain, hidup dengan lingkungan alam, adat istiadat yang dapat

mempengaruhi cara hidup manusia. Paham demokrasi bukan merupakan hal

yang baru di Indonesia, karena paham ini sesungguhnya telah mendarah

daging pada rakyat Indonesia.

Adapun yang dimaksud dengan musyawarah adalah pengambilan

keputusan secara bersama atas dasar saling menghormati, menghormati setiap

pendapat yang dikemukakan. Singkatnya musyawarah adalah cara

merumuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat. Hal tersebut sudah

dipraktikkan sejak dahulu di kalangan adat bahkan sampai sekarang, dan

merupakan anjuran untuk dilaksanakan dalam lembaga-lembaga

pemerintahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan musyawarah

sesuai dengan sifat dan sikap bangsa Indonesia.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa pemahaman nilai-nilai politik dalam masyarakat merupakan

hal yang urgen dalam mewujudan intensitas partisipasi politik warga

masyarakat secara sukarela dan eksis dalam kegiatan-kegiatan politik.

Partisipasi politik adalah aktivitas warganegara yang bertujuan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan

orang dalam posisinya sebagai warganegara, bukan politikus ataupun pegawai

negeri. Sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh

negara ataupun partai yang berkuasa.

Ruang bagi partisipasi politik adalah sistem politik. Sistem politik

memiliki pengaruh untuk menuai perbedaan dalam pola partisipasi politik

warganegaranya.

Dalam pengertian sederhana, bentuk partisipasi atau peran serta warga

Negara dalam suatu sistem politik baik itu bidang Eksekutif, Legislatif

Maupun Yudikatif adalah dengan bergabung dengan lembaga yang telah

menjadi bagian dari sistem yang ada. Walaupun fungsi dari lembaga tersebut

sebenarnya bisa dipengaruhi dari luar badan tersebut.

17
3.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berhubungan

dengan pembahasan pada bagian sebelumnya, yaitu:

1. Peran serta warga Negara dalam suatu sistem politik adalah menentukan

nasib dari suatu Negara. Karena itu, pendidikan politik harus ditanamkan

semenjak dini.

2. Keengganan dalam berpartisipasi dalam politik adalah salah karena tidak

membangun, karena itu peran aktif harus ditanamkan pada warga Negara.

18
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka

Setia

Rush, Michael dan Althoff, Phillip. 2011. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:

Rajawali Pers

Sahid, Komarudin. 2011. Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia

Wahyudin, Tur. 2008. Partisipasi Politik, dalam http://turwahyudin.

wordpress.com/2008/04/16/partispasi-politik/, diakses tanggal ! Desember 2009

William, Liddle. 1992. Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde

Baru. Jakarta: Pustaka Utama Grafitri

http://artikel-makalah-belajar.blogspot.com/2012/01/partisipasi-politik.html

http://irf4nh4kim.wordpress.com/2012/12/22/partisipasi-politik-dan-contoh-kasus/

http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_politik

http://handikap60.blogspot.com/2013/03/bentuk-bentuk-partisipasi-politik.html

19

Anda mungkin juga menyukai