Anda di halaman 1dari 17

MATERI DEBAT KONSTITUSI

1. REVISI UU KPK
Revisi : Peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan
UU : Undang-undang atau legislasi adalah hukum yang telah disahkan oleh badan
legislatif atau unsur ketahanan yang lainnya.
KPK : Lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya

KONTRA

UU KPK menjadi salah satu problem yang disuarakan demo mahasiswa

di Jakarta dan kota-kota lain

Pengesahan revisi UU KPK atau perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002


tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, dalam Rapat Paripurna DPR pada 17 September 2019
lalu, memicu protes publik. Revisi UU KPK menjadi salah satu penyebab demo mahasiswa
meluas di banyak kota.

Di antara tuntutan mahasiswa adalah penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang (Perppu) untuk membatalkan UU KPK hasil revisi. Tuntutan serupa disampaikan
sejumlah pegiat antikorupsi yang menilai isi revisi UU KPK memuat pasal yang bisa melemahkan
Komisi Antirasuah.

Pada 26 September lalu, Presiden Joko Widodo menemui 40 tokoh di Istana Negara. Dia
mengaku menerima banyak masukan di pertemuan itu, terutama soal perppu. Usai pertemuan
tersebut, dia menyatakan akan mempertimbangkan penerbitan perppu untuk membatalkan
revisi UU KPK.

Bahkan Sampai hari ini, Jokowi belum mengeluarkan keputusan soal Perppu KPK. Tenaga Ahli
Kedeputian IV Kantor Staf Kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin beralasan Jokowi masih butuh
waktu.

Adapun alasan ahli menolak perpu kpk :


Di antara ahli hukum yang tidak sepakat dengan penerbitan Perppu KPK ialah Romli
Atmasasmita. Ia menilai usulan penerbitan Perppu KPK “menjerumuskan” Jokowi.

“Mereka yang mendorong presiden membuat perppu pembatalan revisi UU KPK


menjerumuskan Presiden ke jurang kehancuran lembaga kepresidenan," kata Romli seperti
dilansir Antara, Jumat (4/10/2019).

1
Dia berpendapat, penerbitan Perppu KPK sebelum hasil revisi diundangkan, melanggar UU
Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. "Jika Presiden
membuat perppu sebelum sah revisi UU diundangkan, maka Presiden melanggar UU dan dapat
diimpeach," ujar Romli.

Ahli hukum tata negara UI, Indriyanto Seno Adji juga menyatakan penerbitan Perppu KPK bisa
dianggap inkonstitusional bila tidak ada kegentingan yang memaksa. Dia menilai saat ini tidak
ada kegentingan yang memaksa sesuai parameter yang disebut dalam putusan MK Nomor
138/PUU-VII/2009.

Indriyanto pun mengingatkan ada risiko tumpang tindih antara Perppu KPK dengan putusan
MK. Hal itu terjadi jika MK menolak uji materi UU KPK yang kini sedang berjalan prosesnya. Kata
dia, jika MK menolak uji materi itu, berarti UU KPK hasil revisi dinyatakan tetap sah.

"Itu artinya tidak ada kepastian hukum, karena ada tumpang tindih dan saling bertentangan
mengenai polemik objek yang sama, yaitu UU KPK," ucap Indriyanto pada Kamis kemarin.

KPK Febri Diansyah, Jakarta, Rabu (25/9/2019)

"Tim KPK sedang menganalisis terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan
Kedua UU KPK sebagaimana telah disahkan pada Rapat Paripurna DPR 17 September 2019.
Kami mengidentifikasi 26 persoalan dalam RUU KPK tersebut yang berisiko melemahkan kerja
KPK,"

Berikut ini 26 persoalan tersebut, seperti dirangkum KPK.

1. Pelemahan independensi KPK, bagian yang mengatur pimpinan adalah penanggung


jawab tertinggi dihapus.
2. Dewan pengawas lebih berkuasa daripada pimpinan KPK.
3. Kewenangan dewan pengawas masuk pada teknis penanganan perkara.
4. Standar larangan etik dan antikonflik kepentingan untuk dewan pengawas lebih rendah
dibanding pimpinan dan pegawai KPK.
5. Dewan pengawas untuk pertama kali dapat dipilih dari aparat penegak hukum yang
sedang menjabat yang sudah berpengalaman minimal 15 tahun.
6. Pimpinan KPK bukan lagi penyidik dan penuntut umum sehingga akan berisiko pada
tindakan-tindakan pro justicia dalam pelaksanaan tugas penindakan.
7. Salah satu pimpinan KPK setelah UU ini disahkan terancam tidak bisa diangkat karena
tidak cukup umur atau kurang dari 50 tahun.
8. Pemangkasan kewenangan penyelidikan.
9. Pemangkasan kewenangan penyadapan.
10. Operasi tangkap tangan (OTT) menjadi lebih sulit dilakukan karena lebih rumit
pengajuan penyadapan dan aturan lain yang ada di UU KPK.

2
11. Terdapat pasal yang berisiko disalahartikan seolah-olah KPK tidak boleh melakukan OTT
seperti saat ini lagi.
12. Ada risiko kriminalisasi terhadap pegawai KPK terkait penyadapan karena aturan yang
tidak jelas dalam UU KPK.
13. Ada risiko penyidik PNS di KPK berada dalam koordinasi dan pengawasan penyidik Polri
karena Pasal 38 ayat (2) UU KPK dihapus.
14. Berkurangnya kewenangan penuntutan, dalam pelaksanaan penuntutan KPK harus
berkoordinasi dengan pihak terkait tetapi tidak jelas siapa pihak terkait yang dimaksud.
15. Pegawai KPK rentan dikontrol dan tidak independen dalam menjalankan tugasnya
karena status ASN.
16. Terdapat ketidakpastian status pegawai KPK apakah menjadi Pegawai Negeri Sipil atau
PPPK (pegawai kontrak).
17. Terdapat risiko dalam waktu dua tahun bagi penyelidik dan penyidik KPK yang selama ini
menjadi pegawai tetap.
18. Harus menjadi ASN tanpa kepastian mekanisme peralihan ke ASN.
19. Jangka waktu SP3 selama dua tahun akan menyulitkan dalam penanganan perkara
korupsi yang kompleks dan bersifat lintas negara.
20. Diubahnya Pasal 46 ayat (2) UU KPK yang selama ini menjadi dasar pengaturan secara
khusus tentang tidak berlakunya ketentuan tentang prosedur khusus yang selama ini
menyulitkan penegak hukum dalam memproses pejabat negara.
21. Terdapat pertentangan sejumlah norma.
22. Hilangnya posisi penasihat KPK tanpa kejelasan dan aturan peralihan.
23. Hilangnya kewenangan penanganan kasus yang meresahkan publik.
24. KPK hanya berkedudukan di ibu kota negara.
25. Tidak ada penguatan dari aspek pencegahan.
26. Kewenangan KPK melakukan supervisi dikurangi.

Jadi, jika ada pihak-pihak yang mengatakan revisi UU KPK saat ini memperkuat KPK, baik
dari aspek penindakan ataupun pencegahan, dilihat dari 26 poin di atas hal tersebut tidak
dapat diyakini kebenarannya

(artikel tirto.id)

PRO

Revisi UU KPK Bertujuan Memperbaiki Landasan Hukum

Pada dasarnya, KPK dibentuk tidak hanya untuk membui para pelaku korupsi saja, namun juga
untuk menciptakan rasa jera dan penerapan proses hukum yang berkeadilan

3
Sejak awal berdirinya KPK, lembaga tersebut masih banyak yang harus evaluasi. "Hal itu tentunya untuk
memperbaiki tubuh KPK itu sendiri, baik dari landasan hukum lembaga maupun landasan kerjanya

Oleh sebab itu, UU KPK perlu dievaluasi, mengingat baru-baru ini KPK diperingati Ombudsman karena
dalam menangani beberapa perkara penyidikan, KPK tidak memiliki SOP yang baku dan cenderung
terkesan abuse of power dan adanya pengkotak-kotakan fraksi-fraksi ditubuh KPK.

Pendapat Ahli Hukum Pendukung Perppu KPK


Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD menjelaskan polemik revisi UU KPK
memang sebenarnya bisa diselesaikan melalui legislative review.

Namun, dia meragukan pasal-pasal yang menuai kritik bisa diubah. Sebab, sebelumnya
perwakilan semua partai di DPR kompak menyetujui pengesahan UU KPK hasil revisi.

Selain itu, dia memprediksi uji materi di MK untuk membatalkan revisi UU KPK tidak akan
berhasil. Sebab, MK dilarang membatalkan UU hanya karena tidak disukai rakyat. MK bisa
membatalkan UU apabila isinya memang bertentangan dengan konstitusi.

“[Revisi UU KPK] Ini tidak disukai rakyat, tapi tidak bertentangan dengan konstitusi,” kata
Mahfud di acara talk show ILC yang disiarkan TVOne pada 1 Oktober 2019 lalu.

Oleh sebab itu, kata dia, polemik revisi UU KPK lebih baik diselesaikan dengan penerbitan
perppu. Mahfud berpendapat penerbitan perppu adalah hak subjektif presiden. Pasal 22 ayat 1
UUD 1945 memang mengatur perppu bisa diterbitkan "dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa.” Namun, kata Mahfud, penilaian soal adanya unsur kegentingan bergantung pada
subjektif presiden.

2. WAJIB MILITER DI INDONESIA

PRO

Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”.Mengacu pada pasal tersebut wajib militer yang akan
diterapkan di Indonesia adalah dalam bentuk bela negara bukan seperti yang di terapkan di Korea
selatan ataupun negara lain.
Dalam UUD 1945 pasal 30 ayat 1 “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalamusaha pertahanan dan keamanan negara”. Pasal ini menjelaskan bahwa setiap warga
negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu untuk ikut serta dalam
menjaga pertahanan dan keamanan negara. Yang berarti warga negara diharuskan supaya bisa
turut serta dalam usaha mempertahankan negara dari gangguan ancaman baik ituluar maupun
dari dalam negeri.
Isyarat ini cukup dapat diterima dalam penerapan wajib militer di indonesia karena wajib
militer ini juga menyangkut hak dan kewajiban warga negara dalam mempertahankan keamanan
dan kedaulatan negara, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang maka yang

4
dimana wilayah teritorialnya harus dijaga oleh setiap warga negara yang di mana hal demikian
juga tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia ke IV yang menetapkan bahwa “ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia”, amanat dari Alenia ke-IV ini juga merupakan salah satu titik
acuan dalam menerapkan wajib militer di indonesia dalam pertahanan dan keamanan negara
dalam mencegah kemungkinan ada ancaman multidimensional yang bersumber dari
permasalahan politik, ideologi,ekonomi, sosial budaya ataupun ancaman kejahatan internasional
lainnya seperti terorisme, dan pembajakan.
Apabila indonesia menerapkan wajib militer maka :
1. Indonesia akan memiliki warga negara yang siap tempur. Siap tempur saya terjemahkan
ke dalam 2 hal, yaitu tempur dalam artian mengangkat senjata dan tempur dalam artian
menghadapi tantangan hidup. Dengan mendapatkan pelatihan dan pendidikan militer maka
warga negara Indonesia paling tidak akan memahami ilmu-ilmu dasar dalam bertempur,
berperang, berkonfrontasi dengan kekuatan militer pihak (negara, gerakan separatis, teroris,
pembajak, dll) lain. Setidaknya seorang warga negara tahu caranya menembakan senjata api.
Masalah tepat tidaknya mengenai sasaran itu masalah pengalaman dan kebiasaan.Keuntungan
yang didapat adalah negara tidak lagi terlalu takut dan parnoketika harus menghadapi serangan-
serangan militer dari pihak lawan.Pengambilan keputusan untuk bereaksi atas serangan
bersenjata terhadap keamanan negara tidak lagi tersendat-sendat karena terlalu bimbang
memperhitungkan kekuatan militer yang dimiliki oleh negara.

Selain siap tempur menghadapi kemungkinan serangan berbasis militer, warga negara juga akan
terlatih dan terdidik menghadapi kerasnya hidup. Bahwa hidup tidak selamanya mudah.Bahwa
hidup tidak selamanya di atas.Bahwa tidak boleh ada kata putus asa ketika hidup dipenuhi
permasalahan.Setidaknya pengalaman saya mengatakan seperti itu. Ketika harus tidur beralaskan
tanah atau di atas pohon, ketika selama 3 minggu hanya makan mi instan dicampur nasi yang
sama sekali tidak matang, ketika harus minum air sungai bekas orang memandikan kerbaunya
karena jatah air dibatasi, ketika keadaan tidak memungkinkan untuk mandi selama seminggu
penuh, ketika hanya ada satu baju yang melekat di badan, ketika harus berjalan selama 24 jam
penuh menempuh jarak berpuluh-puluh kilo dengan logistik yang terbatas, dan ketika-ketika lain.
Semua perlakuan yang menekan manusia sampai batas kemanusiannya ini akan mengajarkan dan
melatih seseorang untuk siap tempur ketika menghadapi masalah-masalah hidup dan menghargai
segala hal sekecil apapun yang dimilikinya selama hidupnya.

2. Indonesia akan kembali menjadi Macan Asia. Dengan memiliki warga negara yang siap
tempur maka kewibawaan Indonesia yang dulu sempat menjadi mercusuar bagi negara-negara
Asia-Afrika akan kembali terangkat. Setidaknya mereka akan berpikir sekian kali ketika akan
membuat masalah dengan Indonesia. Paling tidak Malaysia akan berpikir dua kali ketika akan
mengklaim Reog Ponorogo, merebut Blok Ambalat, membuat plesetan lagu Indonesia Raya atau
memindahkan patok-patok perbatasan di Borneo sana. Minimal mereka akan berkali-kali
memperihitungkan resikonya apabila terjadi kemungkinan konfrontasi militer dengan Indonesia.
Bukankah kita semua rindu penghormatan itu? Yang dulu telah susah payah dibangun oleh
Presiden Soekarno sebagai negarawan dan Panglima Besar Jenderal Sudirman sebagai seorang
militer tulen.

5
Manusia Indonesia saat ini telah diperbudak oleh kemudahan, oleh hal-hal instan yang
menjadikan mereka tidak tahan banting dan bersifat manja, terutama anak-anak mudanya. Saat
bayi dimanja, saat SD diantar-jemput pakai mobil dan dibekali gadget-gadget canggih. SMP
difasilitasi sepeda motor supaya tidak capek jalan ke sekolah. SMA dibelikan mobil supaya tidak
kepanasan di jalan. Mahasiswa waktu diospek saja nangis, lapor Komnas HAM, padahal cuma
digertak sekali itupun karena yang bersangkutan terlambat datang.Setelah wisuda sarjana
diberikan pekerjaan secara cuma-cuma baik di perusahaan orang tuanya, keluarga, ataupun
koleganya.Kalaupun mencari maunya yang instan, pakai “amplop” atau memanfaatkan jabatan
orang dekat.Mau makan ke restoran fastfood atau delivery service, baju kotor dibawa ke binatu,
tugas makalah cuma salin-tempel dari google, sampai-sampai mau kurus saja bukannya olahraga
tapi pakai sedot lemak, pil pelangsing, teh galian singset, atau salep pembakar lemak.

Kemanjaan-kemanjaan ini sedikit demi sedikit akan berkurang kalau manusia Indonesia
merasakan bagaimana kerasnya pendidikan militer. Lihat saja, mana ada tentara yang manja?
Mana ada tentara yang menangis gara-gara kecapekan atau kepanasan?Itu karena selama
bertahun-tahun mereka dilatih sedemikian rupa untuk menghilangkan sifat manja.

4. Mendidik dan mengembangkan pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki sifat dan


sikap disiplin, cinta dan bangga akan negaranya, peduli sesamanya (berjiwa korsa /tidak apatis),
menghormati orang lain terutama yang lebih tua, bersahaja dan tidak hedonis, serta sifat dan
sikap baik lain yang saat ini sangat perlu ditanamkan pada pemuda-pemudi Indonesia.

DalamPembukaan UUD 1945 Alenia ke IV yang menetapkan bahwa “ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia”, amanat dari Alenia ke-IV ini juga merupakan salah satu titik acuan dalam
menerapkan wajib militer diindonesia dalam pertahanan dan keamanan negara dalam mencegah
kemungkinan ada ancaman multidimensional yang bersumber dari permasalahan politik,
ideologi,ekonomi, sosial budaya ataupun ancaman kejahatan internasional lainnya seperti
terorisme, dan pembajakan.
Berbagai ancaman tersebut merupakan salah satu hal yang harus mewajibkan negara indonesia
untuk menerapkan wajib militer, karena ancaman tersebut pula bukan juga hanya tanggung
jawab depertemen atau instansi yang terkait akan tetapi hal demikian adalah tanggung jawab
seluruh komponen masyarakat melalui penerapan wajib militer. Lewat wajib militer ini
pertahanan negara yang tujuannya adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara dan
keutuhan wilayah negara kesatuan negara republik indonesia serta segala dari bentuk ancaman
yang akan mengganggu keutuhan negara. Dengan demikian semua usaha penyelenggaraan
pertahanan negara harus mengacu pada tujuan tersebut. Dipandang perlu kiranya indonesia
menerapkan satu sistim wajib militer yang bertujuan untuk mempertahankan dan mewujudkan
seluruh wilayah negara kesatuan negara republik indonesia yang didukung oleh komponen
utama, komponen pendukung dan komponen cadangan.

Mereka yang Mendukung

Mereka yang setuju dengan wacana ini berpedoman kepada RUU yang sudah ada di DPR
semenjak tahun 2002 yang sebagaimana isi Pasal 8 dalam KomCad yang berbunyi :

6
 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil, pekerja dan/ atau buruh yang telah memenuhi persyaratan
wajib menjadi anggota Komponen Cadangan.
 Ayat (2) mantan prajurit TNI yang telah memenuhi persyaratan dan dipanggil, wajib
menjadi anggota Komponen Cadangan.
 Ayat (3) warga negara selain Pegawai Negeri Sipil, pekerja dan/ atau buruh dan mantan
prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat secara suka rela
mendaftarkan diri menjadi Anggota Komponen Cadangan sesuai dengan persyaratan dan
kebutuhan.

Untuk menjadi anggota Komponen Cadangan harus memenuhi persyaratwan umum, persyaratan
khusus, latihan dasar kemiliteran. Persyaratan umum mencakup warga negara Indonesia yang
berusia 18 tahun, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta setia kepada NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dan Seperti biasanya di ranah Republik kita ini setiap Rancangan Undang-Undang yang akan
dan sedang dibahas DPR, menimbulkan pro dan kontra. Diantara mereka yang pro atau
mendukung adanya program wajib Militer ini adalah para anggota DPR. Anggota Komisi IX
bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kependudukan dan Kesehatan, Poempida Hidayatullah,
Jumat 31 Mei 2013, menyambut baik RUU ini. Menurutnya, masyarakat yang dilatih hanya
bersifat pasif. Termasuk warga negara Indonesia yang diwajibkan, PNS, buruh dan mantan
prajurit tentara."Itu bagus. Jangan batasi kategori buruh, karena PNS juga buruh. Pendidikan
militer itu bagus, tidak negatif,Ini bisa memacu, berkorelasi pada kinerja. Saat ini sangat
dibutuhkan," tuturnya.

Dukungan juga sempat disampaikan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik
Kiemas, Jumat 31 Mei 2013 sebelum beliau meninggal dunia. Menurut almarhum politikus
senior PDI Perjuangan itu, warga negara Indonesia wajib mengikuti program ini."Perlu (wajib
militer). Tiap negara di dunia ada wajib militer, itu komponen cadangan. Saya setuju," kata
Kiemas. Suami dari Ketua Umum PDI Perjuangan itu mengimbau masyarakat agar tidak
khawatir dengan adanya wajib militer ini. Sebab, sebenarnya, kewajiban membela negara adalah
amanat Undang-Undang Dasar 1945. "Jadi jangan khawatir."

KONTRA

Wajib militer atau bela Negara ini berkaitan erat dengan kesadaran warga Negara akan
hak dan kewajibannya untuk menjadi bagian integral dalam upaya pembangunan nasional. Hak
dan kewajiban yang paling mendasar bagi setiap warga Negara Indonesia adalah melakukakan
pembelaan Negara, yang menuntut adanya kesadaran bela Negara.

Wajib militer pertama kali dikenal pasca-revolusi Perancis saat tahun 1793 Dewan
NasionalPerancis membentuk 300 ribu tentara dari berbagai provinsi.

7
Isu wajib militer kembali mengemuka di Indonesia dengan munculnya istilah bela negara
yang diusung pemerintah. Kementerian Pertahanan RI disebut akan mewajibkan bela negara
terhadap 100 juta warga negara Indonesia.
Namun di Eropa, wajib militer mulai ditinggalkan. Banyak negara anggota Uni Eropa
kini mengandalkan tentara profesional untuk mempertahankan negara, tidak dengan melatih
rakyatnya untuk angkat senjata.
Dari 28 negara anggota NATO, 23 di antaranya telah menanggalkan wajib militer.
Sementara itu 21 negara Uni Eropa telah menghapuskan wajib militer.Negara Eropa yang masih
menerapkan wajib militer adalah Austria, Cyprus,Denmark, Finlandia, Norwegia, Swiss,
Moldova, Turki danEstonia.
Perancis adalah negara pertama di Eropa yang menghapuskan wajib militer pada tahun
2001, disusul oleh negara lainnya di kawasan. Jerman memutuskan menghapuskannya pada
2011, namun wajib militer masih masuk dalam konstitusi dan bisa kembali diterapkan jika situasi
darurat terjadi di negara itu.
Wajib militer paling lama Eropa adalah di Cyprus dengan 26 bulan latihan.Sementara
Denmark paling sebentar, selama empat bulan dan hanya diterapkan jika mereka kekurangan
tentara.Salah satu alasan penghapusan wajib militer adalah penghargaan terhadap hak individu
dengan tidak memaksa mereka turun ke peperangan yang tidak mereka sukai.
Selain itu, peraturan ini dianggap kuno karena peperangan saat ini tidak lagi memerlukan
penurunan pasukan dalam jumlah besar, melainkan adu teknologi tempur seperti serangan jet,
perang siber dan pengerahan pasukan khusus dalam jumlah kecil, terutama dalam operasi
pemberantasan terorisme.
Pandangan lainnya datang dari professor ekonomi di George Mason University, AS,
Bryan Douglas Caplan, yang mengatakan bahwa wajib militer adalah bentuk lain dari
perbudakan.
"Wajib militer adalah perbudakan.Perbudakan adalah kerja paksa, wajib militer adalah
pelayanan militer paksa.Tidak hanya wajib militer itu adalah perbudakan, namun ini secara
khusus adalah bentuk perbudakan kejam yang kerap berakhir dengan kecacatan dan kematian,"
kata Caplan dalam sebuah tulisannya tahun 2011.

Dampak negatif dari penerapan wajib militer di Indonesia yaitu :


A. Pembengkakan anggaran untuk sektor pertahanan dan keamanan. Pendidikan dan
latihan militer selama beberapa bulan saja menghabiskan biaya yang besar, apalagi jika
dilaksanakan sepanjang 24 bulan seperti di Korea Selatan, pasti akan terjadi pembengkakan
anggaran. Belum lagi celah korupsi yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaannya.

B. Kekhawatiran akan adanya angkatan kesekian setelah TNI AD, AL, dan AU. Dulu
sekitar tahun ’60-an pernah muncul wacana dari PKI tentang pembentukan Angkatan Kelima
(setelah AD, AL, AU, dan Polisi), yaitu mempersenjatai buruh dan petani. Wacana ini ditentang
keras oleh pihak militer. Nah, dengan banyaknya partai politik, organisasi masyarakat, LSM,
organisasi keagamaan, dan organisasi-organisasi lain di Indonesia sekarang ini, dikhawatirkan
anggota organisasi yang telah mengecap wajib militer akan menggunakan kepandaiannya untuk

8
membentuk sayap militer bagi masing-masing organisasinya. Bisa dibayangkan bila separuh saja
organisasi di Indonesia memiliki sayap militer, tidak mustahil mereka akan menggunakannya
untuk mendukung tindakan atau kebjakan organisasi. Yang ada Indonesia akan makin terpecah
belah. Dan bila salah satu partai politik saja memiliki sayap militer macam Waffen SS dalam
tubuh Nazi, maka ini juga akan sangat berbahaya.

Program wajib militer boleh dikatakan tidak praktis.Tentara cadangan yang dilatih hanya sekitar
30 hari, mungkin hanya sempat untuk latihan baris berbaris.Umumnya, mereka hanya mendapat
uang saku.Padahal, waktu tersebut mempengaruhi produktivitas mereka dalam kegiatan masing-
masing, yang jelas merugikan. Jumlah dana APBN untuk bidang pertahanan hanya 0,77 % dari
total seluruh APBN (data statistik). Ini hanya untuk cukup untuk membiayai komponen utama
saja bahkan dirasa masih kurang karena jumlah dana yang pantas untuk membiayai seluruh
personel ini adalah 2% total APBN. Dibanding mengadakan program wajib militer, penguatan
pertahanan melalui anggaran APBN, seperti untuk penambahan Alusista atau evaluasi sistem
keamanan yang telah ada bisa menjadi solusi.

Sikap bela negara memang sangat penting dimiliki bagi setiap warga suatu negara dan harus
ditumbuhkan berdasarkan pada identitas negara tersebut.Sikap bela negara, tidak hanya berarti
mau dan mampu mempertahankan negara.Bukan berarti pula tidak mempertahankan negara
berarti tidak memiliki sifat nasionalis.Nasionalisme tidak sesempit demikian.Program-program
yang dibuat untuk menumbuhkan sikap bela negara harus benar-benar dievaluasi dari berbagai
aspek. Tidak hanya melulu memikirkan tujuan, tapi proses dan pelaksanaan juga penting, bahkan
persiapannya lebih penting lagi.

C. Secara psikologis dan sosiologis bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka berperang,
mencintai kekerasan dibalik keramahannya. Ini dibuktikan dengan pasti adanya tari perang di
setiap suku di Indonesia dan beragamnya senjata-senjata tradisional di hampir semua
kebudayaan lokal di Indonesia. Juga masih banyak ditemukannya peristiwa-peristiwa bentrokan
di berbagai daerah dengan berbagai latar belakangnya. Bahkan siswa yang katanya sudah maha
saja lebih senang baku hantam daripada diskusi keilmuan. Dengan kondisi seperti ini rasanya
tidak mustahil bila nantinya latihan militer yang didapat justru digunakan sebagai ajang unjuk
kekuatan. Merasa hebat karena pernah dididik militer lalu segala sesuatu diselesaikan dengan
kekuatan fisik.

Mereka yang Menolak

Ada yang mendukung tentu saja ada yang menolak. Penolakan wajib militer ini di dasari banyak
alasan oleh sebagian pihak.

Alasan pertama, karena adanya diskriminasi yang dipandang sebagian pihak pada RUU ini. RUU
ini hanya berlaku untuk PNS dan Buruh serta warga negara Indonesia usia 18. Lantas kenapa
para pejabat, artis dan pemerintah lainnya tidak dikenakan aturan ini?

Apalagi hukuman jika menolak wajib militer, sanksi bagi masyarakat yang menolak direkrut, dan
mereka yang berupaya mencari-cari alasan agar tidak memenuhi syarat menjadi anggota

9
komponen cadangan militer adalah dipenjara. Lantas dimana hak asasi manusia itu? Kenapa
harus dipaksa? Bukannya tanpa wajib militer pun jika negara ini diserang semua manusia sudah
dibekali kemampuan untuk bertahan hidup jika keadaan genting.

Lain lagi penolakan yang disampaikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) La Ode
Ida. Menurut La Ode, Jumat 31 Mei 2013, RUU Komponen Cadangan tidak relevan dengan
kondisi saat ini."Wajib militer itu diperlukan bagi negara yang memiliki ancaman yang besar.
Indonesia tidak memiliki ancaman berarti. Kita tidak sedang berperang," tuturnya.

Ketua Komisi IX, Ribka Tjiptaning, Jumat 31 Mei 2013, dengan tegas menolak RUU ini. Kata
Ribka, RUU Komponen Cadangan adalah upaya militerisasi masyarakat."Itu ide konyol. Saya
menolak. Ini upaya militerisasi di semua lini. Kita punya pengalaman itu pada masa lalu," kata
Ribka politisi PDIP. Jelas, kita harus belajar dari sejarah yang pernah kita lalui saat Bung Karno
menjabat sebagai presiden ketika itu petani dipersenjatai dan akhirnya memberontak menjadi
PKI yang pernah menggemparkan dunia.

Alasan Kedua ini tentang anggaran negara. Rencana DPR untuk menggodok wajib militer dinilai
hanya akal - akalan. Rancangan itu hanya bersifat menguras anggaran negara yang sudah
terseok-seok. DPR mempunyai misi politis di balik agenda wajib militer buat masyarakat sipil.
Apa ada rencana propaganda terselubung di balik semua ini?

Gandi mengatakan, Rancangan Undang - undang (RUU) yang digodok oleh DPR, sulit diterima
dengan logika. Upaya wajib militerian yang digodok DPR ini hampir sama dengan pembahasan
masalah santet bisa dijerat pidana. Ini bisa berdampak buruk buat bangsa.Masyarakat sudah
pintar dalam menganalisa kinerja DPR, termasuk memahami agenda terselubung di balik
rancangan yang sedang digodok itu. Kepentingan pemilu diduga lebih mendominasi dalam
memuluskan RUU wajib militer tersebut," katanya.

Menurut anggota Komisi I, Hayono Isman, Undang-Undang yang mewajibkan warga negara
untuk ikut wajib militer memang diperlukan. Menurutnya, setiap warga negara wajib siaga jika
suatu saat terjadi perang."Kalau terjadi perang masa kita diam? Berlaku untuk siapa saja. Contoh
Singapura, sopir taksi tahu harus berbuat apa saat perang. Itu negara kebangsaan yang baik.
Komcad atur itu," kata Hayono.

Bahkan Orang Nomor 1 di jakarta juga buka suara atas dukungannya. Seperti dikutip dari
Kompas.com, Minggu (2/6/2013), Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab disapa
Jokowi mengaku setuju jika PNS dan warga sipil ikut wajib militer. Menurut Jokowi, hal itu bisa
bermanfaat untuk meningkatkan pertahanan negara."Setuju, dalam rangka pertahanan negara,
bagus itu," kata Jokowi dalam acara pembukaan HUT ke-486 DKI Jakarta di Jakarta Timur.

Menurutnya, wajib militer buat masyarakat sipil itu, tidak boleh dipaksakan. Apalagi, saat ini
kondisi pertahanan dalam negara, masih dapat dikendalikan oleh TNI. Baik itu pertahanan di
darat, laut maupun udara, masih sangat kuat."Bangsa ini tidak pernah terlibat permusuhan
dengan bangsa lain. Bahkan, bangsa ini disenangi negara lain, yang kemudian mengajak

10
kerjasama dalam berbagai hubungan bilateral, ekonomis maupun bidang lainnya. Lucu jika DPR
memaksakan kehendaknya memuluskan proyek wajib militer," sebutnya.

Dan alasan terakhir adalah adanya ikut-ikutan trend saja tentang wajib militer. Ini cuma pendapat
saja, kebanyakan para fans K-Pop berasal dari Indonesia, bukan tidak mungkin yang di DPR
sana mau mencontoh yang sedang tren saat ini. Padahal ya wajar mereka wajib militer karena
memang kondisi negara mereka yang lagi bersitegang dengan saudaranya sesama Korea. hasil
pantauan saya di facebook, kebanyakan mereka tidak setuju dengan Wajib Militer ini dengan
alasan alasan diatas.

terlepas dari pro dan Kontra,saya dapat simpulkan kita harus matang-matang memberikan
pendapat dan opini tentang Wajib militer ini. Wajib Militer ini ada manfaatnya bagi pertahanan
negara kita, tapi jika gegabah dalam prosedur dan agendanya, bisa jadi bumerang dan
terulangnya masa kelam Indonesia disaat pra-kemerdekaan itu. Bukan tidak mungkin gara-gara
WaMil ini, para teroris lebih nyaman berlatih dan mengembangkan bakat militer mereka karena
dalih Wajib Militer tadi.

3. SEKOLAH BERDASARKAN SISTEM ZONASI


Sistem zonasi adalah salah satu program yang dibuat oleh pemerintah untuk memprioritaskan
peserta didik yang memiliki radius terdekat dengan domisilinnya
Dasar hukum : pemendikbud Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) pada Taman Kanak – kanak, sekolah dasar, sekolah Menengah pertama, sekolah
menengah atas dan sekolah menengah kejuruan.

Sistem zonasi sudah terjadi selama 3 tahun berturut-turut. Pertama kali zonasi dilakukan pada
tahun 2017 dengan kuota 25%, setelah itu pada tahun 2018 zonasi dilakukan dengan kuota 50%,
pada tahun ini 2019 zonasi dilakukan secara penuh yaitu 100%.

Oleh karena itu tahun 2019 menjadi puncak sistem zonasi diterapkan disekolah-sekolah

Sistem zonasi dilakukan berdasarkan ketentuan pasal 16 permendikbud RI No 14 tahun 2018


tentang penerimaan peserta didik pada taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah menengah atas untuk diserapkan di setiap wilayah.

PRO

Tujuan penerapan sitem zonasi


1. Mendekatkan siswa dengan sekolah
2. Pemerataan akses pendidikan
3. Menghilangkan praktik jual beli kursi dan pungli
4. Mengoptimalkan tripusat pendidikan dalam penguatan pendidikan karakter
5. Kondisi kelas yang heterogen mendorong siswa untuk bekerja sama
6. Meningkatkan kapasitas guru
7. Memberikan data pendidikan yang valid kepada pemerintah

11
KONTRA

Sistem zonasi yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 menuai berbagai reaksi masyarakat.

Banyak orang tua murid yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan sekolah yang sesuai dengan
keinginan.

Ratusan Wali Murid di Surabaya Demo karena Sistem Zonasi PPDB Provinsi Jatim
Dinilai Awut-awutan

Terdapat sederet permasalahan terkait sistem zonasi pada PPDB di kota Surabaya.

Permasalahan tersebut seperti website bermasalah dan sistem zonasi dianggap tidak merata atau
tak adil.

Banyak orang tua merasa resah lantaran anaknya yang memiliki nilai UN tinggi tersisih dari jalur
zonasi. Sehingga pada Selasa (18/6/2019), mereka memutuskan untuk mendatangi Kantor
Cabang Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Namun sayangnya, sejumlah orang tua tersebut tidak bisa bertemu dengan Kepala Cabang Dinas
maupun Kepala Dinas Pendidikan Jatim.

Ratusan orang tua wali murid yang tergabung dalam Komunitas Orang Tua Peduli Pendidikan
Anak SMP Se-Surabaya (KOMPAK) berkumpul di Taman Apsari (depan Gedung Negara
Grahadi), Jalan Gubernur Suryo Surabaya.

Para pengunjuk rasa tersebut terdiri dari dua kelompok yaitu orang tua wali murid yang anaknya
mau masuk ke SMP dan orang tua wali murid yang anaknya mau masuk ke SMA.

Mereka berorasi dan bahkan menyetop mobil plat merah bernomor polisi L 14 yang kebetulan
lewat di Jalan Gubernur Suryo.

Hal ini dilakukan agar pemerintah mau mengevaluasi PPDB sistem zonasi yang dianggap
membingungkan dan tidak adil.

Para pengunjuk rasa itu juga ingin bertemu dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar
Parawansa.

Tak hanya itu, mereka juga menuntut Khofifah agar menghapuskan sistem zonasi di Provinsi
Jatim.

12
Polemik Sistem Zonasi PPDB 2019, Dianggap Merugikan hingga Kemendikbud
Dinilai Langgar UU

Kebijakan Sistem Zonasi yang diterapkan sejak 2017 ini menuai kontroversi di kalangan orang
tua murid.

Dikutip Tribunnews dari laman resmi Kemendikbud, Sistem Zonasi diterapkan karena
pemerintah ingin melakukan reformasi sekolah secara menyeluruh.

tak hanya itu, Sistem Zonasi juga dinilai sebagai satu di antara strategi percepatan pemeritaan
pendidikan berkualitas.

Lantas, seperti apa polemik Sistem Zonasi yang timbul?

1. Dianggap merugikan dan tak adil

Misalnya Lina, warga Jembatan Serong, yang mengaku setiap subuh selama tiga hari berturut-
turut menemani anaknya mengantre verifikasi PPDB.

Ia menilai Sistem Zonasi merugikan karena anaknya yang memiliki nilai tinggi bisa kalah
dengan yang nilainya lebih rendah namun rumahnya lebih dekat sekolah.

2. PPDB 2019 di Jatim ditutup sementara

Banyaknya orang tua yang memprotes Sistem Zonasi membuat PPDB 2019 ditutup sementara di
Jawa Timur.

Hal tersebut diungkapkan Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Hudiono.

Siang ini pendaftaran online (PPDB SMA) ditutup sementara, sampai ada keputusan lebih lanjut
dari Kemendiknas," ungkap Hudiono usai menerima wali murid yang menggelar protes unjuk
rasa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (19/6/2019).

Terkait kontroversi Sistem Zonasi, ratusan wali murid menggelar unjuk rasa di depan Gedung
Negara Grahadi pada Rabu siang.

Mereka memprotes Sistem Zonasi PPDB SMA 2019, pasalnya banyak calon peserta didik
bernilai tinggi tak bisa masuk ke sekolah negeri karena lokasi tempat tinggal.

3. Tanggapan FSGI

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) memberikan tanggapan terkait fenomena orang tua
yang rela mengantre sejak pagi buta demi mendaftarkan anaknya di sekolah tertentu akibat
adanya kebijakan Sistem Zonasi.

Satriawan, perwakilan FSGI, menyatakan setuju untuk menghilangkan kasta di sekolah.

Termasuk memberikan kesempatan pada seluruh murid untuk bersekolah di sekolah dekat
tempat tinggal.

13
Menurutnya, Sistem Zonasi ini dinilai merupakan cara menuju keadilan pendidikan karena setiap
murid memiliki kesempatan sama.

Ia juga menuturkan bahwa paradigma orang tua mengenai sekolah favorit harus diubah meski tak
mudah.

"Sekolah itu semuanya favorit. Seluruh siswa itu semuanya pintar."

"Yang beda adalah hanya mereka tidak mempunyai kesempatan yang sama, sekarang
kesempatan dibuka sama," tutur Satriwan.

"Cara pandang sekolah negeri tertentu itu guru-gurunya pintar-pintar."

"Justru mungkin terbalik, karena muridnya memang sudah pintar-pintar," tambahnya.

4. Kemendikbud dinilai melanggar UU

pengamat pendidikan, Darmaningtyas, mengatakan Sistem Zonasi PPDB berpotensi melanggar


Undang-undang (UU) tentang Sistem Pendidikan Nasional.

"Penerimaan murid baru menjadi kewenangan sekolah, dengan kata lain kebijakan zonasi itu
melanggar UU Sisdiknas yang seharusnya (aturan itu) dilakukan Kemendikbud," jelas
Darmaningtyas kepada melalui sambungan telepon, Rabu (19/6/2019) siang.

Lebih lanjut, Darmaningtyas menjelaskan Pasal 16 Ayat (1) Permendikbud Nomor 14 Tahun
2018 yang mengatur Sistem Zonasi pada PPDB bertentangan dengan Pasal 51 Ayat (1) UU
Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal Permendikbud yang disebut itu tertulis bahwa semua sekolah di bawah kewenangan
pemerintah wajib mengalokasikan 90 persen kuota murif barunya untuk mereka yang berdomisili
di dekat sekolah.

"Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang
berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh
persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.”

Sementara UU tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa standar pelayanan yang
digunakan adalah prinsip manajemen berbasis sekolah.

“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah.”

Menurut Darmaningtyas, PPDB merupakan satu di antara manajemen sekolah yang dimaksud.

Ia menilai tidak semestinya pemerintah pusat mengendalikan otonomi tersebut melalui peraturan
yang diberlakukan secara nasional.

14
Ombudsman RI menolak

Ombudsman Republik Indonesia menolak sistem zonasi yang diterapkan Kemdikbud dalam
PPDB 2019.

Penolakan ini dilakukan oleh Ombudsman setelah mendapat banyak aduan dari masyarakat,
terutama orang tua CPBD.

Penolakan ini juga diputuskan oleh Ombudsman dengan alasan belum meratanya fasilitas dan
mutu sekolah.

Komisioner Ombudsman, Ahmad Suaedy, menilai banyak orangtua murid yang ingin anaknya
tetap bisa menempuh pendidikan di sekolah yang dianggap favorit meskipun sekolah itu berjarak
relatif jauh dari tempat tinggalnya.

"Mentalitas favoritisme itu disebabkan kurangnya penyebaran dan pemerataan fasilitas dan mutu
sekolah di seluruh pelosok Indonesia sehingga sebagian masyarakat mengkhawatirkan akan mutu
pendidikan anaknya," kata Suaedy dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu
(19/6/2019).

https://www.tribunnews.com/pendidikan/2019/06/20/kontra-sistem-zonasi-ppdb-ombudsman-
menolak-pengamat-sebut-kemdikbud-langgar-uu-sisdiknas

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai