Anda di halaman 1dari 35

KASUS FERDY SAMBO

Dosen Pengampu :
Drs. I Wayan Landrawan, M.Si.

Oleh:
Rombel 16

Ni Made Ananda Putri Maheswari (01/2211031104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya sehingga sayadapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Kasus Ferdy Sambo” ini tepat pada waktunya. Penulis sangat perharap karya tulis
ini dapat membantu kita untuk memahami terkait kasus-kasus penegakan hukum
di Indonesia. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen, sehingga kendala-
kendala penulis dapat teratasi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya
para mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
tidak sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing, saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah, kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................i
1.1 Latar Belakang..........................................................................................i
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................i
1.3 Tujuan........................................................................................................i
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................ii
2.1. Kronologi Pembunuhan...........................................................................ii
2.2. Motif Pembunuhan.................................Error! Bookmark not defined.
2.3. Penanganan Kepolisian...........................................................................iii
BAB III....................................................................................................................v
PENUTUP................................................................................................................v
3.1 Kesimpulan...............................................................................................v
3.2 Saran.........................................................................................................v
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................vi

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2 Tindak pidana khusus


merupakan jenis perkara-
perkara pidana yang
pengaturan
3 hukumnya berada di luar
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
yang
4 merupakan kitab undang-
undang yang terkodifikasi,
mempunyai karakteristik
dan

i
5 penanganan perkara yang
khusus dan spesifik, baik
dari aturan hukum yang
6 diberlakukan, hukum
acaranya, penegak
hukumnya, maupun
pengacara yang
7 menanganinya.
8 Awalnya, tindak pidana
khusus dikenal sebagai
hukum pidana khusus,
kemudian
9 berubah menjadi hukum
tindak pidana khusus.
Beberapa tindak pidana
yang
ii
10merupakan bagian dari
tindak pidana khusus
adalah tindak pidana
ekonomi, tindak
11pidana psikotropika, tindak
pidana narkotika dan lain
sebagainya
12
13Apalagi jika menyangkut
tindak pidana pembunuhan
berencana.
14Tindak pidana
pembunuhan berencana
merupakan tindak pidana
pembunuhan

iii
15yang didahului oleh
rencana pembunuhan
terlebih dahulu. Namun,
pengertian dan
16syarat unsur berencana
dalam tindak pidana
pembunuhan berencana
tidak
17dirumuskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Keadaan
18demikian menjadikan
pengertian dan syarat
unsur berencana
mengalami

iv
19dinamika. Pada konteks
ini, dibutuhkan kepekaan
hakim dalam
menganalisis,
20mempertimbangkan, dan
memutus perkara tindak
pidana pembunuhan
berencana,
21sebagaimana dalam
Putusan Nomor
201/Pid.B/2011/PN.Mrs
22Isi Pasal Pembunuhan
BerencanaHukum terkait
pembunuhan berencana
diatur

v
23dalam Pasal 340 KUHP.
Adapun bunyi pasal
tersebut adalah:
24
25"Barangsiapa sengaja dan
dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa
orang
26lain, diancam, karena
pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan
pidana mati
27atau pidana penjara
seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling
lama dua
vi
28puluh tahun."
29
30Ada banyak macam-
macam bentuk
pembunuhan dalam
KUHP. Berikut
31merupakan beberapa yang
terdapat di dalam KUHP:
32➢ Pembunuhan biasa
(pasal 338) <Barang siapa
dengan sengaja merampas
nyawa
33Tindak pidana khusus
merupakan jenis perkara-
perkara pidana yang
pengaturan
vii
34hukumnya berada di luar
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
yang
35merupakan kitab undang-
undang yang terkodifikasi,
mempunyai karakteristik
dan
36penanganan perkara yang
khusus dan spesifik, baik
dari aturan hukum yang
37diberlakukan, hukum
acaranya, penegak
hukumnya, maupun
pengacara yang
38menanganinya.
viii
39Awalnya, tindak pidana
khusus dikenal sebagai
hukum pidana khusus,
kemudian
40berubah menjadi hukum
tindak pidana khusus.
Beberapa tindak pidana
yang
41merupakan bagian dari
tindak pidana khusus
adalah tindak pidana
ekonomi, tindak
42pidana psikotropika, tindak
pidana narkotika dan lain
sebagainya
43
ix
44Apalagi jika menyangkut
tindak pidana pembunuhan
berencana.
45Tindak pidana
pembunuhan berencana
merupakan tindak pidana
pembunuhan
46yang didahului oleh
rencana pembunuhan
terlebih dahulu. Namun,
pengertian dan
47syarat unsur berencana
dalam tindak pidana
pembunuhan berencana
tidak

x
48dirumuskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Keadaan
49demikian menjadikan
pengertian dan syarat
unsur berencana
mengalami
50dinamika. Pada konteks
ini, dibutuhkan kepekaan
hakim dalam
menganalisis,
51mempertimbangkan, dan
memutus perkara tindak
pidana pembunuhan
berencana,

xi
52sebagaimana dalam
Putusan Nomor
201/Pid.B/2011/PN.Mrs
53Isi Pasal Pembunuhan
BerencanaHukum terkait
pembunuhan berencana
diatur
54dalam Pasal 340 KUHP.
Adapun bunyi pasal
tersebut adalah:
55
56"Barangsiapa sengaja dan
dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa
orang

xii
57lain, diancam, karena
pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan
pidana mati
58atau pidana penjara
seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling
lama dua
59puluh tahun."
60
61Ada banyak macam-
macam bentuk
pembunuhan dalam
KUHP. Berikut
62merupakan beberapa yang
terdapat di dalam KUHP:
xiii
63➢ Pembunuhan biasa
(pasal 338) <Barang siapa
dengan sengaja merampas
nyawa
64Tindak pidana khusus
merupakan jenis perkara-
perkara pidana yang
pengaturan
65hukumnya berada di luar
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
yang
66merupakan kitab undang-
undang yang terkodifikasi,
mempunyai karakteristik
dan
xiv
67penanganan perkara yang
khusus dan spesifik, baik
dari aturan hukum yang
68diberlakukan, hukum
acaranya, penegak
hukumnya, maupun
pengacara yang
69menanganinya.
70Awalnya, tindak pidana
khusus dikenal sebagai
hukum pidana khusus,
kemudian
71berubah menjadi hukum
tindak pidana khusus.
Beberapa tindak pidana
yang
xv
72merupakan bagian dari
tindak pidana khusus
adalah tindak pidana
ekonomi, tindak
73pidana psikotropika, tindak
pidana narkotika dan lain
sebagainya
74
75Apalagi jika menyangkut
tindak pidana pembunuhan
berencana.
76Tindak pidana
pembunuhan berencana
merupakan tindak pidana
pembunuhan

xvi
77yang didahului oleh
rencana pembunuhan
terlebih dahulu. Namun,
pengertian dan
78syarat unsur berencana
dalam tindak pidana
pembunuhan berencana
tidak
79dirumuskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Keadaan
80demikian menjadikan
pengertian dan syarat
unsur berencana
mengalami

xvii
81dinamika. Pada konteks
ini, dibutuhkan kepekaan
hakim dalam
menganalisis,
82mempertimbangkan, dan
memutus perkara tindak
pidana pembunuhan
berencana,
83sebagaimana dalam
Putusan Nomor
201/Pid.B/2011/PN.Mrs
84Isi Pasal Pembunuhan
BerencanaHukum terkait
pembunuhan berencana
diatur

xviii
85dalam Pasal 340 KUHP.
Adapun bunyi pasal
tersebut adalah:
86
87"Barangsiapa sengaja dan
dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa
orang
88lain, diancam, karena
pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan
pidana mati
89atau pidana penjara
seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling
lama dua
xix
90puluh tahun."
91
92Ada banyak macam-
macam bentuk
pembunuhan dalam
KUHP. Berikut
93merupakan beberapa yang
terdapat di dalam KUHP:
94➢ Pembunuhan biasa
(pasal 338) <Barang siapa
dengan sengaja merampas
nyawa
Tindak pidana khusus merupakan jenis perkara-perkara pidana yang pengaturan
hukumnya berada di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
merupakan kitab undang-undang yang termodifikasi, mempunyai karakteristik dan
penanganan perkara yang khusus dan spesifik, baik dari aturan hukum yang
diberlakukan, hukum acaranya, penegak hukumnya, maupun pengacara yang
menanganinya. Awalnya, tindak pidana khusus dikenal sebagai hukum pidana
khusus, kemudian berubah menjadi hukum tindak pidana khusus. Beberapa tindak
pidana yang merupakan bagian dari tindak pidana khusus adalah tindak pidana
ekonomi, tindak pidana psikotropika, tindak pidana narkotika dan lain sebagainya
Apalagi jika menyangkut tindak pidana pembunuhan berencana. Tindak pidana
pembunuhan berencana merupakan tindak pidana pembunuhan yang didahului oleh
xx
rencana pembunuhan terlebih dahulu. Namun, pengertian dan syarat unsur
berencana dalam tindak pidana pembunuhan berencana tidak dirumuskan dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Keadaan demikian menjadikan
pengertian dan syarat unsur berencana mengalami dinamika. Pada konteks ini,
dibutuhkan kepekaan hakim dalam menganalisis, mempertimbangkan, dan
memutus perkara tindak pidana pembunuhan berencana, sebagaimana dalam
Putusan Nomor 201/Pid.B/2011/PN.Mrs Isi Pasal Pembunuhan BerencanaHukum
terkait pembunuhan berencana diatur dalam Pasal 340 KUHP. Adapun bunyi pasal
tersebut adalah: "Barangsiapa sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana
(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun." Salah satu tindak pidana pembunuhan yang
belakangan ini terjadi yaitu pembunuhan seorang Brigadir Joshua Hutabarat yang
direncanakan oleh Ferdy Sambo.

Tindak pidana khusus


merupakan jenis perkara-
perkara pidana yang
pengaturan
hukumnya berada di luar
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
yang
merupakan kitab undang-
undang yang terkodifikasi,
mempunyai karakteristik dan
xxi
penanganan perkara yang
khusus dan spesifik, baik
dari aturan hukum yang
diberlakukan, hukum
acaranya, penegak
hukumnya, maupun
pengacara yang
menanganinya.
Awalnya, tindak pidana
khusus dikenal sebagai
hukum pidana khusus,
kemudian
berubah menjadi hukum
tindak pidana khusus.
Beberapa tindak pidana
yang
xxii
merupakan bagian dari tindak
pidana khusus adalah tindak
pidana ekonomi, tindak
pidana psikotropika, tindak
pidana narkotika dan lain
sebagainya
Apalagi jika menyangkut
tindak pidana pembunuhan
berencana.
Tindak pidana pembunuhan
berencana merupakan tindak
pidana pembunuhan
yang didahului oleh rencana
pembunuhan terlebih dahulu.
Namun, pengertian dan
xxiii
syarat unsur berencana
dalam tindak pidana
pembunuhan berencana
tidak
dirumuskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Keadaan
demikian menjadikan
pengertian dan syarat unsur
berencana mengalami
dinamika. Pada konteks ini,
dibutuhkan kepekaan hakim
dalam menganalisis,
mempertimbangkan, dan
memutus perkara tindak

xxiv
pidana pembunuhan
berencana,
sebagaimana dalam Putusan
Nomor
201/Pid.B/2011/PN.Mrs
Isi Pasal Pembunuhan
BerencanaHukum terkait
pembunuhan berencana
diatur
dalam Pasal 340 KUHP.
Adapun bunyi pasal
tersebut adalah:
"Barangsiapa sengaja dan
dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa
orang
xxv
lain, diancam, karena
pembunuhan dengan rencana
(moord), dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua
puluh tahun."
Ada banyak macam-macam
bentuk pembunuhan dalam
KUHP. Berikut
merupakan beberapa yang
terdapat di dalam KUHP:
➢ Pembunuhan biasa (pasal
338) <Barang siapa dengan
sengaja merampas nyawa
xxvi
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah motif dari pembunuhan tersebut?
2. Bagaimakah penanganan dari pihak kepolisian?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kronologi pembunuhan yang dilakukan Ferdy Sambo.
2. Untuk mengetahui motif dari pembunuhan tersebut.
3. Untuk mengetahui penanganan dari pihak kepolisian.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Motif Pembunuhan


Aksi pembunuhan ini bermotif perselingkuhan dan pelecehan seksual.
"Motif ini dipicu adanya laporan dari Ibu PC terkait dengan masalah-masalah yang
terkait masalah kesusilaan. Jadi mungkin ini juga untuk menjawab bahwa isunya
pelecehan atau perselingkuhan. Ini sedang kami dalami," uca Sigit dalam rapat
bersama Komisi III DPR, Rabu (24/8/2022). Sigit memastikan tidak ada motif lain
selain kedua hal yang disebutkan. "Jadi tidak ada isu di luar itu dan ini tentunya
akan kami pastikan besok setelah pemeriksaan terakhir," lanjut Sigit.
Berdasarkan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2022 tentang Kode Etik Profesi dan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia (KEPP), Ferdy Sambo terancam sanksi etika dan sanksi administratif.
Maka Dari kasus pembunuhan ini, FS telah di berhentikan secara tidak hormat.
Dalam dakwaan, awal mula kasus pembunuhan Brigadir J disebut bermula dari
adanya peristiwa di rumah Ferdy Sambo yang berada di Magelang, Jawa Tengah.
Disebutkan bahwa Kuat Ma’ruf selaku sopir marah kepada Brigadir j. Lalu terjadi
keributan. Putri Candrawathi selanjutnya meminta kepada Bharada E dan Ricky
untuk memanggil Brigadir J. Ricky bahkan sempat bertanya kepada Brigadir J
tentang apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Brigadir J mengaku tidak tahu. Brigadir
J kemudian masuk ke ruangan Putri. Pada saat itu, Putri Candrawathi duduk di
kasur sambil bersandar. Ricky bersama Brigadir J masuk ke kamar, tetapi Ricky
kemudian ke luar kamar untuk meninggalkan Brigadir j dan Putri Candrawathi.
Kemudian, sepulangnya mereka ke Jakarta. Putri Candrawathi mengaku
kepada Ferdy Sambo bahwa dirinya telah dilecehkan oleh Brigadir J. Singkatnya
setelah itu, Ferdy Sambo kemudian menyusun rencana untuk membunuh Brigadir
J. Kronologi tersebut berbeda dengan yang disebutkan dalam dakwaan. Tim
pengacara Ferdy Sambo menyebut bahwa ada kejadian Brigadir J membanting
xxvii
Putri Candrawathi. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 7 Juli 2022 di rumah
Ferdy Sambo yang berada di Magelang sekitar pukul 18.00 WIB. Kejadian
tersebut disebut-sebut terjadi pada saat Putri Candrawathi sedang tidur setelah
mengantarkan anaknya ke sekolah. Pengacara Ferdy Sambo menyebut bahwa
Putri di kamar di lantai 2 rumah, Putri mendengar pintu kaca kamar miliknya
terbuka dan mendapati Brigadir J telah berada di dalam kamar. Dalam eksepsi
tersebut, menyebutkan bahwa pada saat Putri dilecehkan, terdapat suara seseorang
seakan-akan hendak naik ke lantai dua. Pengacara mengklaim bahwa Brigadir J
panik dan meminta pertolongan ke Putri agar tetap diam. Namun, Putri
Candrawathi menolak permintaan Yosua dengan cara berusaha menahan
badannya. Pada saat momen inilah, Brigadir J membanting Putri Candrawathi ke
kasu. Pengacara tersebut menyebutkan bahwa Brigadir J bahkan membanting
Putri Candrawathi sampai dua kali. Setelah kejadian tersebut, Putri disebut
menyenggol keranjang tumpukan pakaian yang terbuat dari plastik dan
menendangnendangkan kakinya ke pintu kasa dengan tujuan agar seseorang bisa
mendengarnya. Namun, tidak ada seorang pun yang menghampirinya. Brigadir J
kemudian keluar dari kamar Putri Candrawathi, Kuat Ma’ruf menyaksikan hal
tersebut. Menurutnya, Brigadir J sedang merokok di teras depan jendela rumah
Magelang. Berdasarkan pengakuan dari pengacara Sambo, saat itu Kuat hendak
menghampiri Brigadir J. Namun, Brigadir J berlari seolah-olah menghindari Kuat.
Kemudian, Kuat Ma’ruf berjaga-jaga di depan tangga lantai 1 untuk
mencegah apabila Brigadir J kembali naik secara tiba-tiba ke kamar Putri
Candrawathi. Dalam dakwaan, diketahui Ferdy Sambo memerintahkan Bharada E
untuk menembak. Sementara dalam eksepsi, Ferdy Sambo menyebut bahwa ia
memerintahkan Bharada E untuk menghajar Brigadir J. Pada saat itu, jaksa
menyebut Ferdy Sambo meminta Brigadir J untuk berjongkok begitu korban
masuk ke rumah. Tim kuasa hukum Ferdy Sambo menyebut bahwa Brigadir J
menjawab pertanyaan Sambo dengan nada menantang. Setelah itu, Ferdy Sambo
memerintahkan Bharada E untuk menghajar Brigadir J. Pernyataan tersebut
dikuatkan oleh pernyataan saksi Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf. Tapi untuk
dakwaan tersebut berbeda dengan pernyataan oleh Bharada E. saat ini kasus
persidangan masih terus berjalan. Kami kelompok hanya dapat menyimpulkan
dekian, karena kasus ini masih dalam proses persidangan. Kami sedang
menunggu juga jawaban pasti dari pihak Bharada E, semoga semua bisa cepat
terungkap dan kepada pelaku kiranya di adili dengan seadil-adilnya.
2.2Penanganan Kepolisian
Ketua DPR RI Puan Maharani menyebut, penanganan kasus kematian
Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J menjadi momentum Polri
melakukan pembenahan internal. Kapolri telah menunjukkan komitmen
Reformasi Polri pada empat langkah strategis.
Pertama, Polri secara berkala menyampaikan informasi perkembangan
terkini kepada publik mengenai penanganan penyidikan kasus Brigadir J.
Masukan masyarakat dalam kasus ini menjadi satu hal penting dan diperhatikan
dalam pembuatan keputusan oleh Kapolri, termasuk keputusan pencopotan
xxviii
sejumlah pejabat kepolisian. Komitmen keterbukaan tidak hanya terkait dengan
kelembagaan Polri, tetapi terkait dengan kinerja penyidikan yang dilakukan
anggota Polri terhadap anggota Polri lainnya. Langkah keterbukaan ini bermakna
besar bagi masyarakat. Mereka dapat menyaksikan dan memantau penanganan
kasus ini, bagaimana hukum dan keadilan ditegakkan di dalam tubuh Polri.
Kedua, Kapolri dengan tegas mencopot 10 jabatan strategis pada Divisi
Propam Polri, termasuk mencopot Irjen Pol. Ferdy Sambo (Kadiv Propam) dan
digantikan Irjen Pol. Syahardiantono. Sebanyak 25 anggota Polri lainnya yang
dianggap menghambat penyidikan diperiksa dan terancam proses pidana.
Sebanyak 25 anggota Polri itu terdiri atas tiga jenderal polisi bintang satu, lima
orang berpangkat Kombes (Komisaris Besar), tiga orang berpangkat AKBP (Ajun
Komisaris Besar Polisi), dua orang berpangkat Kompol (Komisaris Polisi), tujuh
orang Pama (Perwira Pertama), lima orang dari Bintara, dan Tamtama. Tak
dipungkiri bahwa tujuan dari pencopotan sejumlah pejabat Polri ini bertujuan
untuk meminimalisir konflik kepentingan dalam penyidikan dan penyelidikan
kasus. Penerapan prinsip independensi dan meminimalkan konflik kepentingan
adalah dua hal yang seharusnya ada dalam proses penyidikan. Pencopotan ini,
secara luas dapat dimaknai sebagai penegakan Kode Etik di internal Polri itu
sendiri.
Ketiga, Kapolri mengizinkan untuk mengautopsi ulang jenazah Brigadir J
di Jambi untuk mengetahui secara lebih jelas penyebab kematian jenazah.
Terbukti dari autopsi ulang itu, secara jelas terungkap bahwa korban mengalami
kematian yang diakibatkan luka tembakan dan luka bukan tembakan. Adanya
kejelasan ini dapat memandu pada proses penyidikan yang lebih objektif.
Keempat, Kapolri selalu menyampaikan bahwa pembuktian yang
dilakukan untuk mencari kebenaran materiil atas suatu tindak pidana haruslah
berdasar pada "crime scientific investigation" (CSI) atau penyidikan berbasis
ilmiah sebagai upaya penguatan alat bukti dalam penanganan perkara pidana,
termasuk dalam kasus meninggalnya Brigadir J. CSI adalah suatu metode
pendekatan penyidikan dengan mengedepankan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan untuk mengungkap satu kasus kejahatan. Dengan menggunakan
metode CSI, pengakuan tersangka ditempatkan pada urutan terakhir dari alat bukti
yang akan diajukan ke pengadilan karena metode CSI menitikberatkan analisis
yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang dapat mengungkap
suatu tindak kejahatan. Empat langkah strategis Kapolri ini setidaknya telah
berhasil mengakselerasi kinerja Polri sehingga mampu menemukan tersangka
Bharada E serta melanjutkan pemeriksaan lanjutan terhadap anggota Polri
lainnya. Kemajuan-kemajuan dalam pemeriksaan ini sulit tercapai tanpa langkah
strategis yang diambil Kapolri.

xxix
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telah terjadi peristiwa kematian Brigadir J pada 8 Juli 2022 di
rumah dinas Eks Kadiv Propam Irjen FS di Duren Tiga No 46, Jakarta
Selatan.. Pembunuhan Brigadir J merupakan extrajudicial killing.
Berdasarkan hasil autopsi pertama dan kedua, ditemukan fakta
bahwa tidak ada penyiksaan terhadap Brigadir J, melainkan luka tembak.
Penyebab kematian adalah 2 luka tembak, yang satu di kepala dan yang
satu di dada sebelah kanan.
Terdapat dugaan kuat terjadinya peristiwa kekerasan seksual yang
dilakukan oleh Brigadir J kepada Saudari PC di Magelang tanggal 7 Juli
2022.
3.2 Saran
Secara umum saya hanya dapat menyarankan tentang JPU, biarlah
semua dalang atau pelaku pembunuhan berencana ini harus di hakimi
dengan seadil-adilnya dengan mematuhi UU dan Nilai-nilai Pancasila.’
Meneurut saya terbunuh nya Brigadir J ini merupakan kasus yang sangat
berat, kasus yang harus mempertimbangkan sesuatu dengan penuh hati-
hati dan perlu memakan waktu yang lama untuk mencari jalan keluar.
Tentu saja tindakan pembunuhan merupakan tindakan yang tidak akan
pernah dibenarkan apalagi kita adalah Negara demokratis dan HAM
diamana hal-hal atau tindakan-tindakan seperti itu sangat bertentang dan
menyimpang dengan prisip-prinsip serta nilai-nilai dasar pancasila.

xxx
DAFTAR PUSTAKA

Djoyonegoro, N. (2022, Agustus 5). antaranews.com. Diakses dari Antara Kantor Berita
Indonesia: https://www.antaranews.com/berita/3040757/penanganan-kasus-
brigadir-j-dan-optimisme-reformasi-polri
Kompas.com. (2022, Agustus 16). Kompas.com. Diakses dari Kompas.com:
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/08/16/18591271/soal-penanganan-
kasus-kematian-brigadir-j-puan-ini-momentum-polri-perbaiki

xxxi

Anda mungkin juga menyukai