Anda di halaman 1dari 2

2.

Bagaimana hubungan antara BPK dengan lembaga negara


lainnya?

Untuk menjaga agar pengelolaan keuangan dan tanggung jawab


tentang keuangan negara dapat terlaksana atas prinsip transparasi
serta dengan menjunjung tinggi prinsip akuntabilitas, maka UUD
Negara RI Tahun 1945 menetapkan adanya suatu badan yang
bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara,1 yaitu Badan Pemeriksa Keuangan.
Keberadaaan BPK sebagai badan pemeriksa keuangan di Indonesia
saat ini terlihat dengan jelas dan kewenangan dan kewajiban dalam
melakukan pemeriksaan keuangan negara.2
Dalam UUD 1945, Pasal 23E ayat 2 yang berbunyi, Hasil
pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
Kedudukan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini
sesungguhnya berada dalam ranah kekuasaan legislative, atau
sekurang-kurangnya berhimpitan dengan fungsi pengawasan yang
dijalankan oleh DPR. Oleh karena itu, laporan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh BPK ini harus dilaporkan atau disampaikan
kepada DPR untuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.3 Tidak
hanya DPR saja melainkan sesuai dengan apa yang tercantum
dalam UUD 1945 yaitu DPD dan DPRD juga.
Hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada rakyat banyak,
utamanya pembayar pajak, melalui wakil-wakilnya di DPR serta
DPRD sebagai pemegang hak bujet. Seperti halnya DPR, DPD juga
menerima laporan hasil pemeriksaan keuangan Pemerintah Pusat.
1 Rahimullah, Hubungan Antar Lembaga Negara Versi Amandemmen Undang-Undang
Dasar 1945, PT Gramedia, Jakarta, 2007, hlm. 159

2 Regina Sarah, Skripsi: Hubungan Badan Pemeriksa Keuangan Dengan Lembaga


Perwakilan Raktat Dalam Hal Pertanggung Jawaban Pemeriksaan Keuangan Negara,
(Padang: FH Universitas Andalas Padang, 2010), hlm. 2

3 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Kondstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, 2011, hlm.
153
Sementara itu, DPRD menerima laporan hasil pemeriksaan
keuangan pemerintah daerahnya masing-masing. Semuanya itu
diatur dalam UU No. 22 tentang Susduk MPR, DPR, DPD dan DPRD
(Pasal 147) dan UU No. 15 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Pasal 17, ayat 1). Walaupun DPD
tidak memiliki hak bujet, posisinya sangat penting. Karena DPD
memiliki fungsi memberikan pertimbangan kepada DPR dalam hal
penyusunan Rancangan APBN Pemerintah Pusat maupun dalam
mengawasi pelaksanaannya setelah menjadi APBN. 4 Memenuhi
amanat konstitusi, BPK juga menerima penugasan dari lembaga
pemegang hak bujet (DPR dan DPRD) untuk melakukan
pemeriksaan khusus. Pemeriksaan khusus itu juga dapat dilakukan
berdasarkan inisiatif sendiri, baik atas dasar permintaan
pemerintah, pengaduan masyarakat maupun pendalaman
pemeriksaan kami sendiri.5 Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa, hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK
menjadi bahan untuk menjalankan fungsi pengawasan DPR, DPD
dan DPRD.

4 Setyo Dwi Nugroho, Hubungan Antar Lembaga-Lembaga Negara di Indonesia,


Kompasiana, diakses dari http://www.kompasiana.com/setyodwinugroho/hubungan-antar-
lembaga-lembaga-negara-di-indonesia_552918e6f17e613d368b456f, pada tanggal 21 Mei
2017 pukul 11.46

5 Ibid.

Anda mungkin juga menyukai