Anda di halaman 1dari 10

1.

Intan Saputri

110110150045

2.Zafirah Aulia

110110150047

3.Raden Ajeng N

110110150059

4.Viersantira Lestari

110110150072

5.Rujendro S. R. S.

110110150078

6.Gita Safitri

110110150079

CARA MERUMUSKAN
TINDAK PIDANA
7.Agita Maira

110110150092

8.Septianesa Defa

110110150095

9.Hani Sukma Y.

110110150097

10.Bima Nuranda

110110150108

TINDAK PIDANA

Tindak pidana adalah perbuatan


yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan mana disertai
ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu bagi barangsiapa
melanggar larangan tersebut.

MENURUT PROF. MOELJATNO, SH KATA PERBUATAN DALAM


PERBUATAN PIDANA MEMPUNYAI ARTI YANG ABSTRAK
YAITU SUATU PENGERTIAN YANG MENUNJUK PADA DUA
KEJADIAN YANG KONGKRIT, YAITU:
1)ADANYA KEJADIAN YANG TERTENTU.
2)ADANYA ORANG YANG BERBUAT YANG MENIMBULKAN
KEJADIAN ITU.

Perumusan
perbuatan
pidana
menurut
Paham
para
penulis
Belanda, diartikan suatu perbuatan
yang oleh peraturan undang-undang
dirumuskan sebagai perbuatan yang
dapat diancam dengan pidana.

Didalam
KUHP,
juga
didalam
Perundang-undangan pidana yang
lain.
Tindak
pidana
dirumuskan
didalampasal-pasal.
Rumusan
perbuatan pidana yang terdapat
dalam KUHP khususnya dalam buku II
dan buku III dengan maksud agar
diketahui dengan jelas perbuatan apa
yang dilarang.

CARA / TEKNIK PERUMUSAN TINDAK PIDANA

I. MENENTUKAN UNSUR ATAU SYARAT YANG KHAS

Mencantumkan semua unsur pokok tanpa kualifikasi


dan mencantumkan ancaman pidana. Cara inilah
yang paling banyak digunakan dalam merumuskan
tindak pidana dalam KUHP. Tindak pidana yang
menyebutkan unsur-unsur pokok tanpa menyebut
kualifikasi, dalam praktek kadang-kadang terhadap
suatu rumusan diberi kualifikasi tertentu, misalnya
terhadap tindak pidana pada pasal 242 diberi
kualifikasi sumpah palsu, stellionaat (385),
penghasutan (160), laporan palsu (220), membuang
anak (305), pembunuhan anak (341), penggelapan
oleh pegawai negeri (415).

CARA / TEKNIK PERUMUSAN TINDAK PIDANA

II. MENENTUKAN ATAU MENYEBUTKAN KUALIFIKASI UMUM


Mencantumkan kualifikasi dan ancaman
pidana. Tindak pidana yang dirumuskan
dengan cara ini adalah yang paling
sedikit. Model perumusan ini dapat
dianggap sebagai perkecualian. Tindak
pidana yang dirumuskan dengan cara
yang sangat singkat ini dilatarbelakangi
oleh rasio tertentu, misalnya pada
kejahatan penganiayaan (351), yang
dirumuskan dengan sangat singkat yakni:
penganiayaan (mis hundeling) diancam
dengan pdana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak 4500 rupiah.
Apabila rumusan pasal perbuatan pidana tidak
mungkin ditentukan unsur-unsurnya maka batas
pengertian rumusan tersebut diserahkan pada
ilmu pengetahuan dan praktek peradilan.

Penganiayaan, pasal 351 KUHP.


Rumusan dalam pasal tersebut
adalah
rumusan
umum,
batasan-batasannya
tidak
ditentukan dalam rumusan itu
maka ilmu pengetahuan telah
menetapkan bahwa isi daripada
penganiayaan ialah dengan
sengaja menimbulkan nestapa
(leed) atau rasa sakit pada
orang lain.

III. MENENTUKAN UNSUR DAN KUALIFIKASI


Mencantumkan unsur pokok,
kualifikasi dan ancaman pidana.
Cara ini adalah merupakan cara
yang paling sempurna. Cara ini
digunakan terutama dalam hal
merumuskan tindak pidana dalam
bentuk pokok atau standar,
dengan mencantumkan unsurunsur objektif maupun subjektif,
misalnya pasal 338
(pembunuhan), 362 (pencurian),
368 (pengancaman), 369
(pemerasan), 372 (penggelapan),
378 (penipuan), 406
(pengrusakan).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai