SKRIPSI
Disusun oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
BENGKULU
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari:
Tanggal:
Penyusun:
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
III
HALAMAN PENGESAHAN
Hari:
Tanggal:
TIM PENGUJI
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
IV
PERNYATAAN KEASLIAN
Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya
sendiri atau plagiat maka saya bersedia dikenakan sanksi menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan pencabutan gelar kesarjanaan yang telah
saya peroleh.
V
ABSTRAK
Salah satu tindak pidana yang perlu mendapat perhatian adalah tindak pidana
membawa senjata penikam, atau sering disingkat dengan senjata tajam. Membawa
senjata tajam yang dilakukan oleh masyarkat adalah salah satu dari bentuk tindak
pidana , seperti yang diatur dalam pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor
12 Tahun 1951 atas penetapan Undang-Undang entang mengubah “ Ordonnantie
Tijdelijke Bijdelijke Biyzondere Strafbepalingen” (Stbl. 1948 No.17) dan
Undangundang R.I. dahulu No.8 tahun 1948. menyatakan bahwa “Barang siapa
yang tanpa hak memasukan ke indonesia, membuat, menerima, mencoba
memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan
dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam atau dihukum dengan
hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun. Rumusan masalah penelitian
ini adalah: 1). Bagaimana upaya aparat Kepolisian Resort Seluma dalam
penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata tajam atau
senjata penusuk. 2). Apa faktor yang menyebabkan orang yang tanpa hak
membawa senjata tajam atau senjata penusuk di Kabupaten Seluma. Jenis
Penelitian ini merupakan metode penelitian hukum lapangan (Yuridis Empiris)
dengan melakukan studi kasus di Markas Kepolisian Resort Seluma. Sumber data
primer melalui wawancara dengan beberapa jajaran anggota Kepolisian Resort
Seluma. Data sekunder berupa aturan perundang-undangan terkait tindak pidana
senjata tajam. Metode pengumpulan data adalah observasi dan wawancara.
Metode analisa data adalah pendekatan Kualitatif. Dianalisa dengan analisis
deskriptif. Teknisnya menggunakan analisa deduktif. Hasil penelitian ini yaitu:
beberapa tindakan yang dilakukan jajaran POLRES seluma terhadap upaya
penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata tajam yaitu;
1.Tindakan Preventif (Pencegahan). Yaitu;1).Penyuluhan. 2).Razia. 3).Kemitraan.
2.Tindakan Revresif (Penanggulangan). Yaitu;1). Penyelidikan. 2).Penyidikan.
3).Penangkapan.4).Penahanan.5).Penyitaan.6).Penyerahan Berkas Perkara.
Faktor-faktor penyebab orang yang tanpa hak membawa senjata tajam atau
senjata penusuk; 1. Faktor Individu. 2. Faktor Ekonomi. 3. Faktor Agama. 4.
Faktor Keluarga. 5. Faktor Pendidikan. 6. Faktor lingkungan.
VI
ABSTRACT
One of the crimes that need attention is the crime of carrying a stabbing weapon,
or often abbreviated as a sharp weapon. Carrying sharp weapons carried out by
the community is one of the forms of criminal acts, as regulated in Article 2
Paragraph 1 of the Emergency Law Number 12 of 1951 on the enactment of the
Law on amending "Ordonnantie Tijdelijke Bijdelijke Biyzondere Strafbepalingen"
(Stbl. 1948 No .17) and the Laws of the Republic of Indonesia previously No. 8 of
1948. stated that "Whoever without the right to enter into Indonesia, makes,
receives, tries to obtain it, delivers or tries to surrender, controls, carries in
possession of it or has in his possession, keeps, transports, hides, uses or uses it.
remove from Indonesia a weapon of bat, stabbing weapon or punishable by a
maximum imprisonment of ten years. The formulation of the research problems
are: 1). How are the efforts of the Seluma Resort Police officers in enforcing the
law for people without the right to carry sharp weapons or stabbing weapons. 2).
What are the factors that cause people without rights to carry sharp weapons or
stabbing weapons in Seluma District. This type of research is a field legal research
method (juridical empirical) by conducting a case study at the Seluma Resort
Police Markaz. The primary data source was through interviews with several
members of the Seluma Resort Police. Secondary data is in the form of statutory
regulations related to sharp weapons crimes. Data collection methods are
observation and interviews. The data analysis method is a qualitative approach.
Analyzed by descriptive analysis. The technique uses deductive analysis. The
results of this study are: Some of the actions taken by the POLRES personnel
were only related to law enforcement efforts for people without the right to carry
sharp weapons, namely;1. Preventive Measures (Prevention). Namely; 1).
Counseling. 2) raids. 3) Partnership. 2. Revressive Actions (Countermeasures).
Namely; 1). Investigation. 2) .Investigation. 3). Arrests. 4). Detention. 5).
Confiscation. 6). Submission of Case Files. The factors causing the person
without the right to carry a sharp weapon or stabbing weapon; 1. Individual
Factors. 2. Economic factors. 3. Religious factors. 4. Family Factors. 5.
Educational factors. 6. Environmental factors.
VII
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
Penulis telah menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
penelitian yang selanjutnya oleh peneliti lain. Semoga skripsi ini dapat menambah
alam dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
VIII
3. Bapak Dr. Sinung Mufti Hangabei, S.H., M.H., Selaku Ketua Program
skripsi ini yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis.
5. Bapak Dr, Rangga Jayanuarto S.H., M.H. Selaku Penguji I yang telah
bapak. Amiin...
bapak. Amiin...
membimbing penulis.
ini.
9. Kapolres Seluma dan personil Sat Reskrim Polres Seluma yang telah
skripsi ini.
IX
Akhirnya penulis berdo’a semoga amal serta budi baik kita diterima oleh
X
DAFTAR ISI
XI
Dalam Penegakan Hukum Bagi Orang Yang Tanpa Hak
Membawa Senjata Tajam Atau Senjata Penusuk .....................................31
B. Faktor Yang Menyebabkan Orang Yang Tanpa Hak
Membawa Senjata Tajam Atau Senjata Penusuk
Di Kabupaten Seluma...............................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
XII
DAFTAR TABEL
XIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dapat mengakibatkan atau menimbulkan kerugian pada orang lain baik harta
benda bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Selain akibat kejahatan dapat
hendaknya untuk hal-hal baik dan sesuai peruntukannya agar terhindar dari
Artinya: “ Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang
hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang
1
Syarifuddin Pettanasse, Mengenal Krminologi, Palembang: Unsri, 2007, hal. 48.
1
2
mestinya yang diatur dalam al-Quran dan pula hukum negara yang berlaku.
kepentingan melakukan pekerjaan yang sah atau nyata, untuk tujuan barang
Nomor 12/Drt/19513.
satu dari bentuk tindak pidana , seperti yang diatur dalam pasal 2 Ayat 1
2
Departemen Agama RI, 2005, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit
Jumanatul Ali, hal. 537
3
Mabes Polri, 2000, Buku Petunjuk Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non
Organik, Jakarta: TNI/POLRI, hal 225.
3
tahun 1948. menyatakan bahwa “Barang siapa yang tanpa hak memasukan ke
Setiap tindak pidana yang terdapat dalam KUHP pada umumnya dapat
dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur
Voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud dalam
340 KUHP e. Perasaan takut yang antara lain terdapat dalam rumusan
4
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
4
yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan segala
banyak dari masyarakat yang dengan bebas membawa senjata tajam terutama
TABEL I.1
Data Kasus SAJAM SatReskrim Polres Seluma Tahun 2018-2020
5
P.A.F Laminating, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, hal 193-194.
5
Pasal 2
ayat 1
LP / B / Undang –
344 / XI / undang
2020 / Bkl HUSNUL darurat
3 HAIRI 2020
/ Res HAMIDAH nomor 12
Seluma / tahun
SPKT 1951 dan
Pasal 353
ayat 1
Sumber: Data SatReskrim Polres Seluma Tahun 2018-2020.
Arti penting dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah sebagai bentuk
senjata tajam yang bukan untuk tujuan sebagaimana mestinya yang diatur
B. Rumusan Masalah
hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata tajam atau senjata
penusuk?
2. Apa faktor yang menyebabkan orang yang tanpa hak membawa senjata
C. Tujuan Penelitian
Seluma dalam penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak membawa
Kabupaten Seluma.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
yang tanpa hak membawa senjata tajam atau senjata penusuk berdasarkan
legalitas hukum yang kuat dalam menjatuhkan sanksi tegas bagi pelaku
2. Manfaat Praktis.
upaya penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata
tajam atau senjata penusuk agar dijatuhi sanksi yang tegas. Serta agar
TINJAUAN PUSTAKA
hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai
penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang
merupakan suatu tindakan yang pasti, yaitu menerapkan suatu tindakan yang
6
Nawawi Barda, Arief, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 21.
7
M.Husen Harun, 1990, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta, hal 58.
8
Arief, Nawawi Barda, 1991, Upaya Non Penal Dalam Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Semarang : Makalah Seminar Kriminologi UI. Hukum Undip, hal. 42.
8
9
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-
penegakan hukum pidana yang rasional untuk memenuhi rasa keadilan dan
daya guna10.
pada aktifitas yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Aktifitas penegak
ada untuk menjerat atau menjaring siapa saja yang melakukan pelanggaran
9
Raharjo Satjipto, 2002, Sosiologi Hukum : Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah,
Yogyakarta: Sinar Grafika , hal.190.
10
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Guru Besar Hukum Tata
Negara Universitas Indonesia, Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Hukum Tata Negara dan
Administrasi Negara Indonesia. http://jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf,
diakses tanggal 22 Desember 2020, Pukul 23.25 WIB.
10
sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada sisi faktor tersebut.
ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang
11
Sunardi, Tanuwijaya Danny, Wahid Abdul, 2005, Republik “Kaum Tikus”; Refleksi
Ketidakberdayaan Hukum dan Penegakan HAM, Jakarta: Edsa Mahkota, Cet. I, hal 15-16.
12
Soekanto Soerjono, 1983, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: UI Pres, hal 35.
13
Soekanto Soerjono, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: Raja Grafindo Endasa, hal. 5.
11
penyerasian antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan
petugas yang kurang baik, ada masalah,. Oleh karena itu, salah satu kunci
penegak hukum.
Pendidikan yang diterima oleh polisi cenderung pada hal-hal yang praktis
komputer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan
wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi
dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari pula bahwa
tugas yang harus diemban oleh polisi begitu luas dan banyak.
4. Faktor masyarakat.
yang bersangkutan.
5. Faktor kebudayaan.
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu
1. Kepastian hukum.
pada setiap peristiwa yang terjadi. Jadi pada dasarnya tidak ada
14
Darmodiharjo, Darji, 2002, Pokok – Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum, hal. 235.
13
2. Kemanfaatan
keresahan16.
3. Keadilan
Selain itu juga ada penegakan hukum melalui aliran Sosiologis dari
hukum sebagai alat pengendali sosial atau yang dikenal dengan istilah
15
Ibid.
16
Ibid.
14
sebagai berikut18:
tingkah laku yang tadinya buruk menjadi baik, patuh pada hukum dan
17
Ibid.
18
Rahardjo Sucipto, 2009, Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta:
Genta Publishing, hal. 12.
15
dan tubuh manusia) dapat dikatakan senjata. Senjata bisa sederhana seperti
rumah tangga, atau untuk kepentingan melakukan pekerjaan yang sah, atau
nyata untuk tujuan barang pusaka, atau barang kuno, atau barang ajaib20.
menjelaskan bahwa:
(2) Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk
satu dari bentuk tindak pidana , seperti yang diatur dalam pasal 2 Ayat 1
tahun 1948. menyatakan bahwa “Barang siapa yang tanpa hak memasukan ke
1951 Pasal 2 (ayat 1 dan 2) tentang delik penguasaan tanpa hak senjata api,
21
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
22
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
17
amunisi atau sesuatu bahan peledak, senjata pemukul, senjata penikam, atau
terdiri dari:
1. Barangsiapa;
2. Tanpa hak;
penyidik dan menjaga ketertiban dalam masyarakat. Tentang hal ini juga
23
S. Watak Fransiska,Tindak Pidana Berkenaan Dengan Senjata Tajam Menurut
Undang-Undang Nomor 12/Darurat Tahun 1951 (Kajian Putusan Pn Jember No.
847/Pid.B/2008/Pn.Jr). Jurnal Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018, hal. 4.
ejournal.uinsuska.ac.id, diakses tanggal 20 Januari 2021, pukul 22.30 WIB.
18
memberantas kejahatan24.
dapat dipidananya pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat
sebagainya26.
dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai ancaman (sanksi)
24
Kunarto, HAM dan POLRI, Jakarta:Cipta Manunggal, 1997. hal. 129.
25
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hal.156.
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, Balai
Pustaka, hal. 993.
19
tersebut berupa pidana tertentu, bagi siapa yang melanggar aturan tersebut
maka diancam pidana karena antara larangan dan ancaman pidana terdapat
lain dari pada suatu tindakan yang menurut suatu rumusan Undang-Undang
itu secara teori dapat dirumuskan sebagai suatu pelangaran norma yang
dengan sengaja ataupun tidak telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
berarti dapat dihukum, Kata “feit” berarti sebagian dari suatu kenyataan atau
itu dapat diterjemahkan sebagai sebagian dari suatu kenyataan yang dapat
dihukum, yaitu adalah manusia sebagai seorang pribadi. Ada kalanya sering
disebut juga dengan delict/delik yang berasal dari bahasa Latin delictum29.
R. Tresna dan Utrecht dalam buku C.S.T Kansil dan Christine S.T
Kansil mngeartikan beberapa terjemahan yang lain dari tindak pidana seperti
27
Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 59
28
Ibid., hal. 182.
29
Lamintang P.A.F., 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, hal. 181
20
terhadap Hak Asasi Manusia dan pembatasan ketat terhadap upaya paksa
penyelidikan maka upaya paksa hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa dan
lain menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
mengadakan tindakan lain menurut hukum selaras dengan tugas dan fungsi
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara-cara yang di atur
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
30
Kansil C.S.T, Kansil Christine S.T, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta: PT
Pradnya Paramitha, hal.37.
31
Hart A.C.’t, Hakim G. Abdul, Nusantara, 1986, Hukum Acara Pidana dalam Perspektif
Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, hal. 9.
21
kriminologi32.
terhadap Hak Asasi Manusia dan pembatasan ketat terhadap upaya paksa
32
Malarangan Kartini, Clavia, 2006, “Sarana Komunikasi dan Pengembangan Hukum,
Fakultas Hukum Universitas 45, Makassar, hal. 161.
33
Hart A.C.’t , Nusantara Abdul Hakim G., Hukum Acara Pidana dalam Perspektif Hak
Asasi Manusia, Jakarta,Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1986, hal. 9.
22
tanda pengenal diri, serta mengadakan tindakan lain menurut hukum selaras
Republik Indonesia atau penjabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberikan
pidana.
tersangka.
saksi.
pemeriksaan perkara.
pemeriksaan perkara.
34
Marpaung Leden, 2009, Proses Penanganan Perkara Pidana ( Penyelidikan dan
Penyidikan ), Jakarta: Sinar Grafika, hal. 8.
23
peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana. Jadi dapat
perbuatan dapat dikatakan sebagi suatu tindak pidana atau tidak, ketika suatu
perbuatan tersebut dinggap suatu tindak pidana baru dapat dilakukan proses
wewenang untuk:
pidana.
METODOLOGI PENELITIAN
data yang telah dikumpulkan dan diolah. Oleh karena penelitian merupakan
maka metodologi penelitian menjadi induknya dan hal ini tidaklah selalu
berbeda secara utuh. Penelitian hukum juga merupakan suatu proses untuk
46
Soekanto Soerjono, Mamudji Sri, Penelitian Hukum Normative Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta:Raja Grafindo Persada,1985, hal.1.
24
25
penelitian kemudian ditelaah dengan teori-teori hukum yang telah ada dan
dari para responden dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa,
47
Soekanto Soerjono, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, hal. 43.
48
Sunggono Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1997, hal. 42.
49
Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja RosdaKarya, Bandung,
1995,hal. 5
50
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, UMM Press, Malang, 2004, hal. 15.
51
Ibid.
26
bagi orang yang tanpa hak membawa senjata tajam atau senjata penusuk di
Kabupaten Seluma.
Yang menjadi subjek penelitian adalah orang yang tanpa hak membawa
senjata tajam atau senjata penusuk. Sedangkan yang menjadi objek penelitian
C. Lokasi Penelitian
dalam menggali data guna studi kasus mengenai beberapa kasus yang
beserta masyarakat yang mengetahui fakta akan keberadaan orang yang tanpa
52
Ibid., hal. 70-71.
53
Sunggono Bambang, Op., Cit., hal. 118.
27
mengetahui fakta akan keberadaan orang yang tanpa hak membawa senjata
E. Sumber Data
Data Sekunder adalah data yang dapat dijadikan sebagai pendukung data
pokok, atau dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang mampu atau
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2007, hal. 61
55
Subagyo Joko P., Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta,1991, hal. 88.
56
Suryabrata Sumardi, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 85.
28
(KUHAP)
Seluma mengenai orang yang tanpa hak membawa senjata tajam atau
informasi59
57
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, , hal. 70.
58
Ashshofa Burhan,Op.Cit, hlm. 96.
59
Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta:
Rineka Cipta, hal. 202.
29
jawaban permasalahan61.
cara menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang sedang dihadapi
dan sudah menjadi putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
60
Nawawi Hadari, 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, GajahmadaUniversity Press,
Yogyakarta , hal. 63.
61
Arikunto Suharsimi, 1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan , UI Press, Jakarta,
hal. 204.
30
doktrin dalam ilmu hukum peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan
dalam penelitian ini adalah untuk saling melengkapi antara satu pendekatan
62
Ibid.
BAB IV
Bagi Orang Yang Tanpa Hak Membawa Senjata Tajam Atau Senjata
Penusuk
banyak dari masyarakat yang dengan bebas membawa senjata tajam terutama
atau kegiatan kerja bakti dan sebagainya terlebih lagi bagi para pemuda yaitu
pemuda desa. Seperti halnya membawa senjata tajam ketika menghadiri pesta
sebagainya.
penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata tajam yaitu63;
63
Wawancara dengan AKP. Andi Ahmad Bustanil, Kasat Reskrim Polres Seluma, 05
Maret 2021, pukul 10.30 wib
31
32
1). Penyuluhan.
2). Razia.
3). Kemitraan.
1). Penyelidikan.
2). Penyidikan.
3). Penangkapan.
33
4). Penahanan.
5). Penyitaan.
1. Pemanggilan :
2. Penangkapan:
3. Penahanan:
permohonan tertulis dari orang tua tersangka an.WA kepada penyidik pada
hari Jumat tanggal 29 Juni 2018 agar tidak melakukan penahanan terhadap
2018.
4. Penggeledahan:
5. Penyitaan :
/ penusuk berupa belati dengan gagang berwarna putih, sarung dari kayu
yang diikat dengan tali warna hijau dengan panjang sekira 25 cm.
6. Barang Bukti :
Dalam perkara ini barang bukti yang berhasil disita adalah sebagai berikut:
berwarna putih, sarung dari kayu yang diikat dengan tali warna hijau
tanpa hak membawa senjata tajam yang penulis dapatkan datanya dari salah
satu personil SatReskrim polres Seluma Briptu Sandi Yaseva, yaitu satu
64
Wawancara dengan Briptu Sandi Yaseva, Penyidik Pembantu SatReskrim Polres Seluma,
08 Maret 2021, pukul 14.30 wib.
35
tajam (penikam) jenis belati dipinggang sebelah kirinya yang terjadi pada
hari jum’at tanggal 29 Juni 2018 sekira pukul 21.00 Wib, di Jl. Raya
Bengkulu-Manna Km.65 tepatnya di depan Mapolres Seluma Kec. Seluma
Timur Kab. Seluma ketika personil SatReskrim Polres Seluma mengadakan
razia, yang ketika itu Kasat Reskrim dijabat oleh AKP. A. Lumban Raja
Tersangka ketika itu ditahan dan dilakukan pemeriksaan dalam LP / A / 272 /
XI / 2018 / Bkl / Res Seluma. Terhadap tersangka MD dikenakan Pasal 2
Ayat (1) UU RI No.12 Undang-Undang Darurat Tahun 1951”. Menurut
keterangan saksi-saksi baik saksi YS Bin YT, saksi YL Bin RL, saksi YS Bin
DW, ketiganya memberikan keterangan dan kesaksian serupa bahwa
senjata tajam (penikam) yang tidak sesuai dengan peruntukannya tersebut
adalah milik pelaku sendiri yaitu Sdr. MD warga Pasar Tais,dimana pelaku
mengatakan bahwa senjata tajam (penikam) tersebut pelaku bawa dari
rumahnya hendak menuju kekebun di daerah Kec.Semidang Alas Maras
Kab.Seluma.Pada saat pelaku membawa senjata tajam tersebut,ia
mengenakan pakaian yang rapi seperti hendak menghadiri pesta dan tidak
sesuai dengan keterangannya bahwa ia akan hendak pergi kekebunnya.
Kemudian anggota kepolisian Resort Seluma menghentikan dan
mengamankan orang pelakut saat membawa senjata tajam (penikam) yang
tidak sesuai dengan peruntukannya. Saksi menerangkan ciri-ciri dari pisau
kecil/belati (senjata penikam) yang saksi dan rekan-rekan temukan
dipinggang Sdr. MD tersebut yaitu panjang sekira 25 Cm,Gagang berwarna
putih dan sarungnya terbuat dari kayu yang diikat dengan tali warna hijau.
Saksi menerangkan tidak ada orang lain yang ikut bersama pelaku pada saat
dihentikan dan diamankan saat pelaku membawa senjata tajam (penikam)
yang tidak sesuai dengan peruntukannya tersebut. Saksi menerangkan pada
saat saksi dan rekan-rekan menghentikan dan mengamankan orang tersebut,
ia menggunakan kendaraan sepeda motor jenis bebek dan diamankan oleh
satuan lantas. Saksi menerangkan pada hari jumat tanggal 29 Juni 2018
sekira pukul 21.00 wib saksi dan rekan-rekan diperintahkan oleh kapolres
seluma dibawah pimpinan kabagops Polres seluma untuk melakukan razia
didepan mako Polres Seluma.kemudian sekira pukul 21.00 Wib saksi dan
rekan-rekan kepolisian Resort Seluma menghentikan dan memeriksa
kelengkapan kendaraan seorang warga yang tidak saksi kenal.setelah
dilakukan pemeriksaan surat-surat kendaraan kemudian saksi dan rekan-
rekan menemukan 1 (satu) bilah pisau kecil (belati) yang terselip dipinggang
orang tersebut.melihat ada senjata tajam ada dipinggangnya kemudian saksi
langsung mengamankan senjata tajam itu beserta orang tersebut. Saat itu
pelaku mengelak dan sedikit melakukan perlawanan kecil karena merasa
senjata tajam tersebut untuk dibawa kekebun. setelah sampai dikantor polres
36
terhadap Hak Asasi Manusia dan pembatasan ketat terhadap upaya paksa
tanda pengenal diri, serta mengadakan tindakan lain menurut hukum selaras
Republik Indonesia atau penjabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberikan
65
Hart A.C.’t, Nusantara Abdul Hakim G., Hukum Acara Pidana dalam Perspektif Hak
Asasi Manusia, Jakarta,Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1986, hal. 9.
66
Marpaung Leden, 2009, Proses Penanganan Perkara Pidana ( Penyelidikan dan
Penyidikan ), Jakarta: Sinar Grafika, hal. 8.
37
pidana.
tersangka.
saksi.
pemeriksaan perkara.
Seluma menuturkan67:
“Jika kita menelaah tabel kasus pada Laporan Polisi yang masuk maka akan
kita dapatkan bahwa para pelaku banyak dijerat Pasal 2 ayat 1 Undang –
undang darurat nomor 12 tahun 1951. Semestinya para pelaku dapat
dihukum berat agar mereka mendapatkan efek jera dan lebih berhati-hati
agar tidak membawa senjata tajam yang bukan untuk peruntukanya
67
Wawancara dengan AKP. Andi Ahmad Bustanil, Kasat Reskrim Polres Seluma, 05 Maret
2021, pukul 11.00 wib
38
bahwa:
(2) Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk
dalam Pasal ini, tidak termasuk barangbarang yang nyatanyata
dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan
pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan sah
pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang
pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid) 68.
satu dari bentuk tindak pidana , seperti yang diatur dalam pasal 2 Ayat 1
tahun 1948 menyatakan bahwa “Barang siapa yang tanpa hak memasukan ke
68
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
39
Permasalahan yang pertama adalah bahwa aturan tersebut sudah terlalu lama
sejak tahun 1951 dikeluarkan dan belum ada perubahan hingga pada tahun
2021 ini.
hukum. Permasalahan tersebut terdapat pada pada klausul kata “tanpa hak”.
Klausul “tanpa hak” memiliki unsur kekaburan hukum. Tidak ada penjelasan
lebih spesifik pada pasal 2 ayat (1) bahwa klausul “tanpa hak” itu memiliki
maksud seperti apa. Atas masalah kekaburan hukum di atas dapat berpotensi
terjadinya multi tafsir bagi para pihak. Kemudian secara praktikal akan terjadi
69
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
70
Hartawan Agung, “Tafsir hukum Klausul “Tanpa Hak” Dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 12/Darurat Tahun 1951 tentang mengubah “ Ordonnantie Tijdelijke Bijdelijke Biyzondere
Strafbepalingen” (Stbl. 1948 No.17) dan Undang-undang R.I. dahulu No.8 tahun 1948”, Jurnal
Yurispruden Vol. 03 Nomor. 01, Edisi Januari 2020, hal. 46,
http://riset.unisma.ac.id/index.php/yur/article/view/4861/pdf, diakses tanggal 10 Maret 2021,
pukul 22.30 WIB.
40
undang Darurat No.12 tahun 1951 ini selain mengatur senjata api dan bahan
Darurat Nomor 12 tahun 1951 merupakan suatu dasar regulasi yang mengatur
yang awalnya tidak masalah jika dilakukan, menjadi tidak boleh untuk
ini umurnya tergolong tua karena dibentuk pada saat Indonesia baru saja
merdeka. Sampai saat ini Undang-Undang Darurat ini belum juga direvisi
71
Ibid., hal.47.
41
dalam Undang-undang Darurat ini. Atas isu kekaburan hukum ini sangat
wajib untuk dilakukan tafsir dari salah satu unsur pasal agar mendapatkan
suatu makna kata yang memiliki maksud tunggal agar tidak terjadi
multitafsir. Penafsiran yang sangat jelas atas unsur pasal tersebut sangat
masyarakat72.
berkenaan dengan membawa senjata tajam tanpa hak maka sebenarnya setiap
dan lain sebagainya, maka para pelaku dapat ditindak setegas-tegasnya dan
pula dijerat serta divonis dengan setegas-tegasnya. Hal itu guna memberikan
efek jera bagi para pelaku serta agar membuat masyarakat yang lain tidak
serta merta membawa dan mempergunakan senjata tajam yag bukan untuk
tujuan pekerjaan atau bukan untuk peruntukannya. Karena hal itu akan
Akan tetapi Vonis yang dijatuhkan bagi para pelaku oleh Pengadilan Negeri
72
Ibid, hal. 48.
73
Wawancara dengan AKP. Andi Ahmad Bustanil, Kasat Reskrim Polres Seluma, 05
Maret 2021, pukul 10.15 wib
42
pemidanaan dalam hal menimbulkan efek jera. Majelis hakim harus benar-
mengenai keadaan yang seperti apa dan bagaimana para pelaku tersebut
membawa senjata tajam tersebut. Karena pada umumnya para pelaku yang
senjata tajam yang tanpa hak ataupun tanpa peruntukannya ditangkap oleh
aparat Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Seluma dan adapula oleh
aparat beberapa Polsek yang ada, karena diduga dan dicurigai akan
74
Wawancara dengan AKP. Andi Ahmad Bustanil, Kasat Reskrim Polres Seluma, 05
Maret 2021, pukul 10.15 wib.
43
12 tahun 1951 mengenai siapa saja yang tanpa hak membawa senjata
dan ketertiban masyarakat serta memberi efek jera pelaku. Hal itu
dimungkinkan pula agar masyarakat yang lain tidak dengan serta merta
begitu saja membawa senjata tajam tanpa tujuan jelas kecuali memang
kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini
yang telah ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau
75
Soekanto Soerjono, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: Raja Grafindo Endasa, hal. 5.
44
hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata tajam, maka aparat
penegak hukum pula harus dibekali oleh mentalitas tinggi dan ilmu
Aparat penegak hukum terutama dalam hal ini aparat kepolisian sebagai
4. Faktor masyarakat.
tahu akan aturan hukum yang hidup dan berkembang. Terutama aturan
5. Faktor kebudayaan.
yang buruk harus dihilangkan. Dengan adanya suatu aturan hukum yang
45
1. Kepastian hukum.
Kepastian hukum dalam penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak
saja yang tanpa hak membawa senjata tajam yang bukan untuk
2. Kemanfaatan
76
Darmodiharjo, Darji, 2002, Pokok – Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum, hal. 235.
46
3. Keadilan
Penegakan hukum juga harus mencapai keadilan. Selain itu juga ada
77
Ibid.
47
dapat mengakibatkan atau menimbulkan kerugian pada orang lain baik harta
benda bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Selain akibat kejahatan dapat
1. Faktor Individu.
78
Pettanasse Syarifuddin, Mengenal Krminologi, Palembang: Unsri, 2007, hal. 48.
79
Wawancara dengan AKP. Andi Ahmad Bustanil, Kasat Reskrim Polres Seluma, 05
Maret 2021, pukul 10.30 wib
48
diluar peruntukkan kerja hal itu karena mereka memang menyukai hal
tersebut, Dibeberapa Desa di Kabupaten Seluma pelaku yang sering
menyalahgunakan senjata tajam adalah para pemuda pelajar setingkat
SLTP dan SLTA, karena secara emosional belum bisa dikendalikan dan
merekapun tidak terlalu terpikirkan dampak yang akan ditimbulkan
Padahal hal itu akan mengakibatkan dampak buruk seperti perkelahian
yang terkadang melukai orang lain dan menimbulkan kerusuhan. Selain
itu pula terdapat beberapa pemuda yang baru tamat sekolah yang
terkdang mereka tidak mempunyai pekerjaan ataupun mempunyai
pekerjaan yang tidak tetap. Diantara mereka sering kedapatan membawa
senjata tajam yang kemudian personil kami amankan, baik secara
langsung maupun ketika berlangsung razia senjata tajam”.
kualitas mental, dan kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti dari nilai-
2. Faktor Ekonomi.
mengikuti gaya hidup kekinian tetapi ekonomi pribadi dan pula keluarga
80
Aziz, 2009, Pendidikan Karakter, Jakarta: Erlangga, hal. 43
49
3. Faktor Agama.
sesuatu yang digariskan oleh agama itu senantiasa baik dan membimbing
dilarang dan yang diharuskan, yang baik dan yang buruk, jika manusia
terbentuk menjadi pribadi yang agamis dan taat akan aturan, baik aturan
4. Faktor Keluarga.
81
Waluyo Bambang, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 1
82
Zakiah Darajat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 2 , hal,
87.
50
5. Faktor Pendidikan.
83
Santoso Topo dkk, 2002, kriminologi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal. 76.
51
6. Faktor lingkungan.
84
Nata Abudin, 2003, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana, hal. 67.
85
Sudarsono, 2004, Kenakalan Remaja, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal. 54.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
orang yang tanpa hak membawa senjata tajam oleh Kepolisian Resort
Seluma yaitu;
1). Penyuluhan.
2). Razia.
3). Kemitraan.
1). Penyelidikan.
2). Penyidikan.
3). Penangkapan.
4). Penahanan.
5). Penyitaan.
52
53
2. Faktor orang yang tanpa hak membawa membawa senjata tajam atau
1. Faktor Individu.
masing-masing masyarakat.
2. Faktor Ekonomi.
3. Faktor Agama.
4. Faktor Keluarga.
5. Faktor Pendidikan.
sadar hukum.
6. Faktor lingkungan.
baik.
54
B. Saran
1. Dalam penegakan hukum bagi orang yang tanpa hak membawa senjata
tajam atau senjata penusuk oleh aparat penegak hukum, haruslah ditopang
dengan regulasi yang kuat. Agar para penegak hukum dapat melakukan
aturan hukum yang benar-benar tegas dan jelas agar tidak terjadi
menimba ilmu baik dalam pendidikan formil maupun nonformil, filter diri
pembentukan diri menjadi warga negara yang baik dan taat hukum.
A. BUKU-BUKU
Bagus Ida, Jaya Surya Dharma, 2015, Hukum Pidana Materil &Formil:
Pengantar Hukum Pidana, Jakarta: USAID-The Asian Foundation-
Kemitraan Partnership, hal. 2.
Darajat Zakiah, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009,
Cet. 2.
Hart A.C.’t, Nusantara Abdul Hakim G., 1986, Hukum Acara Pidana dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia.
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit.
Runturambi Josias, Sri Pujiastuti Atin, 2015, Senjata Api dan Penanganan
Tindak Kriminal, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN