STB. : 5150
DEPOK
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................6
BAB IV ..................................................................................................................13
PENUTUP .............................................................................................................13
A. Kesimpulan ............................................................................................13
B. Saran .......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
BUKU ....................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah
Negara Hukum, hal ini tertulis dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945. Secara etimologis, ungkapan negara hukum berasal dari bahasa
Belanda ”rechtsstaat” yang bermakna negara sesuai peraturan. Atau dengan
kata lain negara hukum adalah negara yang berdaulat dan mentaati
supremasi hukum.
1
Salah satu tindak kejahatan yang cukup banyak terjadi di negeri ini
adalah kasus pembunuhan. Beberapa insiden pembunuhan yang terjadi telah
menarik perhatian media dan masyarakat. Menurut data yang tercatat di e-
mp, sebanyak 809 orang telah menjadi korban pembunuhan dan kejahatan
terhadap jiwa pada tahun 2022. Hal yang menyedihkan, sebanyak 7,9 persen
dari total korban pembunuhan tersebut adalah pelajar dan mahasiswa.
2
ketentuan dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Andrisman, 2009).
Pejabat yang berwenang untuk melakukan penangkapan yaitu :
3
2. Syarat Subyektif (Pasal 21 ayat 1 KUHAP), yaitu : adanya dugaan keras
tersangka melakukan tindak pidana dan dikhawatirkan akan :
a. Melarikan diri
b. Merusak atau menghilangkan barang bukti
c. Mengulangi tindak pidana
d. Mempengaruhi saksi
e. Mempersulit pemeriksaan
4
Alasan Pembunuhan Itu Didasari Oleh Korban Yang Menegur
Pelaku. Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan
Mengatakan Para Pelaku Tersinggung Karena Ditegur Dan Merasa Dilihati
Setelah Menggeber Motor. Amarah Yang Timbul Dari Pelaku Disebabkan
Karena Pengaruh Alkohol. Kini Pelaku PA Dan IC Sudah Ditangkap Polisi,
Sedangkan TS Masih Buron. Para Tersangka Dijerat Pasal 338 Juncto Pasal
170 Ayat 2 Ke-3e Juncto Pasal 351 Ayat 3 KUHP Dengan Ancaman 15
Tahun Penjara. Berdasarkan Pemeriksaan, Pelaku PA Merupakan Residivis
Kasus Serupa. Dalam Kasus Sebelumnya, PA Terlibat Pengeroyokan Yang
Mengakibatkan Matinya Seseorang Di Pasar Koja Baru, Tugu Utara, Koja,
Jakarta Utara, Pada 2017.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pembunuhan yang terjadi Di Koja Jakarta Utara pada Rabu, 6
September 2023, pukul 04.00 WIB merupakan tindak pidana?
2. Apa faktor penyebab kejahatan pembunuhan yang Di Koja Jakarta Utara
pada Rabu, 6 September 2023?
3. Mengapa dilakukan penangkapan dan penahanan terhadap perkara
pembunuhan?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Analisis
6
berarti kemampuan untuk berada di tempat mana pun dan pergi ke mana pun
yang diinginkan orang, tetapi harus sesuai dengan prosedur yang telah diatur
dalam KUHAP.
4. Teori Penahanan
5. Teori Pembunuhan
B. Definisi Operasional
1. Pengertian Analisis
Secara umum, analisis merupakan sebuah proses yang melibatkan
sejumlah kegiatan, seperti memecah-mecah, membedakan, dan menyusun
kembali sesuatu berdasarkan kriteria tertentu, kemudian mengeksplorasi
hubungannya dan menginterpretasikan maknanya.
Menurut KBBI, analisis merupakan proses penyelidikan terhadap
suatu peristiwa, seperti karangan atau perbuatan, dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya, termasuk sebab musabab dan duduk
perkaranya. Dalam bidang manajemen, analisis juga merujuk pada
7
penguraian suatu pokok masalah menjadi beberapa bagian dan penelaahan
terhadap setiap bagian tersebut serta hubungannya untuk mendapatkan
pemahaman yang tepat dan keseluruhan yang lebih baik. Dalam bidang
kimia, analisis mengacu pada penyelidikan kimia dengan menguraikan
suatu zat untuk mengetahui komposisi bagian-bagiannya. Selain itu, analisis
juga bisa merujuk pada penjabaran yang dilakukan setelah kajian
mendalam, serta pemecahan persoalan yang dimulai dengan menduga
kebenarannya.
2. Pengertian Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tersangka yang terlibat dalam suatu kasus (Hibnu, 2012).
3. Pengertian Penangkapan
Menurut KUHAP pasal 1 butir 20, penangkapan adalah tindakan
penyidik untuk sementara waktu membatasi kebebasan tersangka atau
terdakwa jika ada cukup bukti untuk kepentingan penyidikan, penuntutan,
atau peradilan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
4. Pengertian Penahanan
Menurut Pasal 1 angka 21 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana. (KUHAP), penahanan adalah tindakan memposisikan seseorang
yang menjadi tersangka atau terdakwa pada lokasi khusus oleh penyidik,
penuntut umum, atau hakim sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
5. Pengertian Pembunuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pembunuhan dapat
didefinisikan sebagai tindakan membunuh dengan tujuan yang disengaja.
Dalam bidang hukum pidana, pembunuhan dianggap sebagai suatu
kejahatan terhadap nyawa seseorang yang diatur dalam Bagian ke-19 Bab
ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
8
BAB III
9
Oleh karena itu, pembunuhan dianggap sebagai tindak pidana
serius yang sering kali dihukum dengan ancaman hukuman berat, seperti
hukuman seumur hidup atau hukuman mati.
10
undang-undang. Pasal 17 KUHAP menyatakan bahwa: Perintah
penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
11
pembunuhan tersebut. Bukti ini dapat berupa saksi, rekaman CCTV,
bukti fisik, atau bukti lain yang mendukung dugaan tersebut.
2. Penahanan dilakukan untuk melindungi tersangka dari kemungkinan
ancaman atau serangan oleh pihak terkait kasus tersebut. Tersangka
bisa menjadi target pembalasan atau pemusuhan oleh keluarga atau
teman dari korban dalam beberapa kasus.
3. Penangkapan dan penahanan juga dilakukan untuk memungkinkan
pihak yang berwenang melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap
tersangka guna mengumpulkan bukti dan informasi yang lebih rinci
mengenai insiden pembunuhan tersebut.
4. Penahanan juga bertujuan mencegah tersangka melarikan diri
sebelum atau selama proses hukum. Hal ini dapat menyulitkan
proses pengadilan dan berpotensi menyebabkan ketidakadilan
terhadap keluarga korban.
5. Penahanan dapat mencegah tersangka melakukan tindakan yang
mengganggu proses penyelidikan dan menghilangkan bukti yang
mungkin ada. Dengan menahan tersangka, pihak berwenang dapat
lebih mudah melakukan penyelidikan.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penangkapan adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak
berwenang, seperti polisi, untuk menangkap seseorang yang diduga
melakukan tindak pembunuhan. Tujuannya adalah agar pelaku dapat
diadili dan bertanggung jawab atas perbuatan tersebut.
2. Penangkapan dilakukan berdasarkan bukti yang cukup dan informasi
yang ada, serta adanya kepastian bahwa pelaku atau terduga pelaku
terkait dengan kasus pembunuhan tersebut. Proses penangkapan harus
dilakukan sesuai dengan hukum dan diawasi oleh lembaga yang
berwenang.
3. Setelah penangkapan dilakukan, pelaku atau terduga pelaku dapat
ditahan untuk jangka waktu tertentu demi kepentingan penyidikan.
Penahanan ini dilakukan untuk mencegah pelaku melarikan diri,
menghilangkan atau merusak bukti, atau mengganggu proses
penyidikan.
4. Penahanan harus didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan tidak
boleh sewenang-wenang. Terduga pelaku memiliki hak-hak yang
dijamin oleh undang-undang, seperti hak atas pembelaan, hak untuk
tidak disiksa atau diperlakukan secara tidak manusiawi, dan hak untuk
mendapatkan keadilan yang adil.
5. Proses penangkapan dan penahanan harus dilakukan dengan prinsip
praduga tak bersalah, di mana terduga pelaku dianggap tidak bersalah
sampai terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah oleh pengadilan.
13
B. Saran
Dalam proses penangkapan dan penahanan pada kasus pembunuhan
aparat penegak hukum harus melakukan penyelidikan yang baik, mendalam,
dan cermat guna mengumpulkan bukti yang diperlukan. Dalam kasus
pembunuhan, penting untuk melakukan penyelidikan yang mendalam
terhadap bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian. Ini dapat
mencakup pemeriksaan laboratorium DNA, jejak kaki, sidik jari, serta
analisis kesehatan mental dan fisik yang lebih komprehensif. Polisi juga
harus berkolaborasi dengan ahli forensik, ahli hukum, psikolog, dan tim
penyidik lainnya untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti. Kolaborasi
ini sangat penting untuk memperkuat alat bukti dan proses penyelidikan.
Selain itu, jika tersangka telah diduga dan terdapat cukup bukti, polisi harus
segera menangkapnya untuk mencegah kemungkinan kebocoran informasi
dan mencegah tersangka melarikan diri atau menghilang.
14
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Achmad, A. S. (1990). Hukum Acara Pidana. Bandung: Angkasa.
Andrisman, T. (2009). Hukum Pidana : Asas Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum
Pidana. Lampung: Universitas Lampung.
JURNAL
15
Muliadi, S. (2012). Aspek Kriminologis Dalam Penanggulangan Kejahatan. 5.
Zakky. (2020, Februari 23). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli dan Secara
Umum [Lengkap]. p. 1.
INTERNET
Dhiya, D. (2022, Januari 6). Penangkapan Dalam Hukum Acara Pidana. Retrieved
from Lembaga Bantuan Hukum "Pengayoman":
https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/penangkapan-dalam-hukum-acara-
pidana/
Pengertian Negara Hukum, Konsep, dan Ciri. (2023, Februari 13). Retrieved from
Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/politik-dan-
hukum/557910/pengertian-negara-hukum-konsep-dan-ciri
16
Sadya, S. (2023, Januari 3). Polri: Kejahatan di Indonesia Naik Jadi 276.507 Kasus
pada 2022.
17
18