Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HUKUM ACARA PIDANA

ANALISIS PENYIDIKAN DALAM PROSES PENANGKAPAN


DAN PENAHANAN TERHADAP PERKARA PEMBUNUHAN

(STUDI KASUS PEMBUNUHAN DI KOJA JAKARTA UTARA

PADA RABU, 06 SEPTEMBER 2023)

NAMA : RIKI SANJAYA

STB. : 5150

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK


INDONESIA

DEPOK
KATA PENGANTAR

Dengan rendah hati, penulis ingin mengungkapkan rasa syukur dan


terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang diberikan
untuk menyelesaikan makalah ini. Melalui kasih sayang dan petunjuk-Nya,
penulis berhasil menyelesaikan makalah Hukum Acara Pidana Analisis
Penyidikan Dalam Proses Penangkapan Dan Penahanan Terhadap Perkara
Pembunuhan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Penulis memberikan ucapan terimakasih kepada Bapak Umar


Anwar, S.H., M.Si., M.H. sebagai dosen Hukum Acara Pidana di Politeknik
Ilmu Pemasyarakatan. Tugas ini memberikan kesempatan untuk
memperluas pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang hukum.

Makalah ini disusun untuk melaksanakan tugas Bapak Umar Anwar,


S.H., M.Si., M.H. dalam bidang Hukum Acara Pidana di Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan. Di samping itu, penulis juga berharap melalui makalah ini,
pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai proses
penyidikan, penahanan, dan penangkapan dalam pandangan hukum acara
pidana.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus atas


bantuan dan dukungan yang diberikan oleh orangtua, rekan-rekan
seperjuangan program studi Bimbingan Kemasyarakatan kelas A Angkatan
57 dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Penulis juga mengakui akan kekurangan dari makalah ini. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun akan membantu penulis
mencapai kesempurnaan dari makalah ini.

Depok, 10 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................5

BAB II .....................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................6

A. Tinjauan Teori .........................................................................................6

B. Definisi Operasional ................................................................................7

BAB III ....................................................................................................................9

PEMBAHASAN DAN ANALISIS ........................................................................9

A. Apakah Pembunuhan Termasuk Tindak Pidana .................................9

2. Faktor penyebab kejahatan pembunuhan yang dilakukan Di Koja


Jakarta Utara ...................................................................................................10

3. Mengapa dilakukan penangkapan dan penahanan terhadap perkara


pembunuhan .....................................................................................................10

BAB IV ..................................................................................................................13

PENUTUP .............................................................................................................13

A. Kesimpulan ............................................................................................13

B. Saran .......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BUKU ....................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah
Negara Hukum, hal ini tertulis dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945. Secara etimologis, ungkapan negara hukum berasal dari bahasa
Belanda ”rechtsstaat” yang bermakna negara sesuai peraturan. Atau dengan
kata lain negara hukum adalah negara yang berdaulat dan mentaati
supremasi hukum.

Fungsi hukum di Indonesia merupakan suatu pengayoman dengan


mengedepankan kebenaran dan keadilan, asas supremasi hukum menjamin
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Kepastian, permintaan dan
rasa aman yang sah antara lain menghendaki, bahwa lalu lintas pengaturan
dalam kehidupan individu memerlukan bukti yang dengan jelas menentukan
kebebasan dan komitmen seorang individu dengan subjek hukumnya di
mata publik (Fartini, 2018).

Sederhananya, negara hukum berfungsi untuk memberikan rasa


aman kepada warganya dari segala tindak kejahatan yang mengancam.
Kejahatan dapat diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang bersifat jahat.
Penilaian bahwa suatu perbuatan merupakan kejahatan didasarkan pada sifat
perbuatan tersebut, seperti merugikan masyarakat atau individu secara
materi, seperti contohnya mencuri, membunuh, merampok, memperkosa,
dan lain sebagainya (Muliadi, 2012).

Jumlah kejahatan di Indonesia pada tahun 2022 tercatat sebanyak


276.507 kasus menurut data Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Angka
ini mengalami peningkatan sebesar 7,3% dibandingkan tahun sebelumnya
yang mencapai 257.743 perkara. Dengan demikian, rata-rata terjadi satu
kejahatan setiap dua menit dua detik. Jika dilihat dari sisi waktu, setiap jam
terjadi sekitar 31,6 kejahatan di dalam negeri.

1
Salah satu tindak kejahatan yang cukup banyak terjadi di negeri ini
adalah kasus pembunuhan. Beberapa insiden pembunuhan yang terjadi telah
menarik perhatian media dan masyarakat. Menurut data yang tercatat di e-
mp, sebanyak 809 orang telah menjadi korban pembunuhan dan kejahatan
terhadap jiwa pada tahun 2022. Hal yang menyedihkan, sebanyak 7,9 persen
dari total korban pembunuhan tersebut adalah pelajar dan mahasiswa.

Menurut Wakban Zuhaili pembunuhan ialah perbuatan manusia


yang berakibat hilangnya nyawa seseorang. Pembunuhan adalah tindakan
seseorang terhadap individu lain yang berdampak pada kehilangan nyawa,
baik dilakukan secara disengaja maupun tak disengaja. (Yusuf, 2013).
Karena konsekuensi yang sangat negatif dari pembunuhan, tidak
mengherankan bahwa hukum secara tegas melarang tindakan ini dan
memberikan hukuman yang sangat berat. Bahkan, pembunuhan berencana,
sesuai dengan Pasal 340 KUHP, dapat menghadapi hukuman mati. Salah
satu dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan pembunuhan adalah
hilangnya nyawa korban, yang pada hakikatnya adalah sesuatu yang paling
berharga bagi tiap individu (Hafidh, 2015).

Jika seseorang sudah menjadi tersangka di kepolisian, tentunya kita


akan membahas mengenai hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Tujuan dari hukum acara pidana
adalah untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil, yang artinya
adalah mencari kebenaran dan fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang
terkait dengan tindak pidana tersebut (Mahrus, 2011).

Penangkapan adalah tindakan penyidik untuk membatasi sementara


kebebasan tersangka atau terdakwa jika terdapat cukup bukti untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pengadilan, sesuai dengan

2
ketentuan dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Andrisman, 2009).
Pejabat yang berwenang untuk melakukan penangkapan yaitu :

1. Penyelidik atas perintah penyidik


2. Penyidik
3. Penyidik Pembantu

Penangkapan bertujuan untuk kepentingan penyelidikan atau


pengadilan. Penangkapan harus dilakukan sesuai dengan Pasal 17 KUHAP,
yaitu terhadap tersangka yang diduga kuat melakukan tindak pidana dan
dugaan tersebut didukung dengan bukti awal yang memadai. Selain itu,
penangkapan juga tidak boleh melebihi satu hari. (Dhiya, 2022)

Penahanan adalah tindakan menyimpan tersangka atau terdakwa di


suatu tempat yang ditentukan oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim
sesuai dengan hukum yang berlaku (Pasal 1 butir 21 KUHP). Penahanan
dapat dilakukan oleh pejabat yang berwenang untuk kepentingan dalam
melakukan penyidikan, penuntutan, dan menghadapi sidang pengadilan.
Pejabat yang berwenang tersebut terdiri dari penyidik atau penyidik
pembantu, penuntut umum (Pasal 20 KUHAP).

Pasal 11 ayat 1 KUHAP mengatur bahwa penyidik atau penyidik


pembantu berhak melakukan penahanan. Sementara itu, Pasal 11 ayat 2
KUHAP menyatakan bahwa penuntut umum juga memiliki wewenang
untuk melakukan penahanan. Terakhir, Pasal 11 ayat 3 KUHAP memberikan
hak kepada hakim untuk melakukan penahanan.

Syarat-syarat Penahanan adalah :

1. Syarat Obyektif (Pasal 21 ayat 4 KUHAP) , yaitu :


a. Tindak pidana yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih
b. Tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 282 ayat 3, Pasal
296,Pasal 335 ayat 1, Pasal 353 ayat 1, Pasal 331 ayat 1, Pasal 372,
Pasal 378

3
2. Syarat Subyektif (Pasal 21 ayat 1 KUHAP), yaitu : adanya dugaan keras
tersangka melakukan tindak pidana dan dikhawatirkan akan :
a. Melarikan diri
b. Merusak atau menghilangkan barang bukti
c. Mengulangi tindak pidana
d. Mempengaruhi saksi
e. Mempersulit pemeriksaan

Peranan aparat penegak hukum disini sangat diperlukan dimana


mereka diberikan kewenangan untuk memeriksa, menangkap, menahan,
melaksanakan proses peradilan, serta mengawasi atau menjalankan perintah
sebagaimana yang telah diatur dalam undang undang sesuai dengan
bidangnya masing masing.

Adapun kasus yang terjadi di Jakarta yakni :

Penyerangan terhadap dua pria yang berujung tewasnya satu orang


di Koja, Jakut, diawali teguran karena pelaku menggeber-geber motor.
Momen korban tewas RA dan korban selamat OS menegur para pelaku
terjadi di depan toko kelontong. Saat itu kedua korban sedang membeli
rokok dan terganggu dengan kebisingan yang bersumber dari knalpot motor
pelaku PA dan IC. Karena tak terima ditegur dan berlanjut ke cekcok, para
pelaku mengeroyok korban OS. Korban RA yang melihat peristiwa itu
berupaya melerai, tetapi malah jadi sasaran. Dalam pengeroyokan tersebut,
kepala OST dipukul menggunakan botol beling dan dilempar bongkahan
batu oleh pelaku TS. Kemudian, pelaku PA mengeluarkan senjata tajam
jenis badik yang disembunyikan di pinggang kanan, lalu menusuk paha kiri
korban RA sebanyak satu kali. Tidak sampai situ, pelaku PA kemudian
menusuk paha kiri korban OST dengan badik tersebut. Setelah itu, pelaku
melarikan diri dan korban RA meninggal dunia di tempat, sedangkan korban
OST masih sadar lalu dibawa ke RSUD Koja. Hasil otopsi bahwa yang
meninggal dunia atas nama RA, itu mengalami luka di paha yang mengenai
pembuluh nadi besar. Jadi, kehabisan darah dan meninggal di TKP.

4
Alasan Pembunuhan Itu Didasari Oleh Korban Yang Menegur
Pelaku. Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan
Mengatakan Para Pelaku Tersinggung Karena Ditegur Dan Merasa Dilihati
Setelah Menggeber Motor. Amarah Yang Timbul Dari Pelaku Disebabkan
Karena Pengaruh Alkohol. Kini Pelaku PA Dan IC Sudah Ditangkap Polisi,
Sedangkan TS Masih Buron. Para Tersangka Dijerat Pasal 338 Juncto Pasal
170 Ayat 2 Ke-3e Juncto Pasal 351 Ayat 3 KUHP Dengan Ancaman 15
Tahun Penjara. Berdasarkan Pemeriksaan, Pelaku PA Merupakan Residivis
Kasus Serupa. Dalam Kasus Sebelumnya, PA Terlibat Pengeroyokan Yang
Mengakibatkan Matinya Seseorang Di Pasar Koja Baru, Tugu Utara, Koja,
Jakarta Utara, Pada 2017.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pembunuhan yang terjadi Di Koja Jakarta Utara pada Rabu, 6
September 2023, pukul 04.00 WIB merupakan tindak pidana?
2. Apa faktor penyebab kejahatan pembunuhan yang Di Koja Jakarta Utara
pada Rabu, 6 September 2023?
3. Mengapa dilakukan penangkapan dan penahanan terhadap perkara
pembunuhan?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Analisis

Menurut Sugiyono analisis adalah langkah-langkah untuk


memperoleh dan mengolah data hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan, mengkategorikan,
mensintesis, merumuskan pola, memilih informasi penting untuk dipelajari,
dan menyimpulkan hasil analisis agar dapat dipahami dengan mudah oleh
diri sendiri atau orang lain.

Menurut Komaruddin (2001), analisis dapat didefinisikan sebagai


suatu proses berpikir yang bertujuan untuk memecah suatu keseluruhan
menjadi bagian-bagian komponennya agar dapat memahami tanda-tanda
yang terkait dengan setiap komponen, hubungannya satu sama lain, dan
fungsi masing-masing dalam satu kesatuan yang terintegrasi.
Menurut Harahap (2004), analisis merupakan suatu usaha untuk
menjelaskan atau merinci suatu kesatuan menjadi elemen-elemen yang
lebih kecil.
2. Teori Penyidikan
Menurut Kwantjik Saleh, penyidikan adalah upaya untuk
menemukan kebenaran mengenai adanya suatu tindak pidana, dilakukan
berbagai usaha dan tindakan untuk mengetahui apakah perbuatan tersebut
benar-benar terjadi, siapa pelakunya, bagaimana karakteristik perbuatan
tersebut, serta siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
3. Teori Penangkapan

Menurut Ansorie Sabuan, Syafruddin Pettanasse dan Ruben Achmad


dalam bukunya “Hukum Acara Pidana”, penangkapan adalah tindakan yang
membatasi kebebasan seseorang untuk bergerak dan melakukan apa pun
yang mereka inginkan. Kebebasan atau kemerdekaan dalam konteks ini

6
berarti kemampuan untuk berada di tempat mana pun dan pergi ke mana pun
yang diinginkan orang, tetapi harus sesuai dengan prosedur yang telah diatur
dalam KUHAP.

Menurut Muhammad Yahya Harahap dalam bukunya "Pembahasan


Permasalahan dan Penerapan KUHAP" menjelaskan bahwa penangkapan
merupakan tindakan untuk membatasi sementara kebebasan seseorang yang
menjadi tersangka atau terdakwa dalam rangka melancarkan proses
penyidikan dan penuntutan.

4. Teori Penahanan

Kata "penahanan" berasal dari kata "tahan" dan perlu untuk


dipelajari maknanya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, penahanan
berarti tindakan atau cara untuk menahan, menolak, menghambat, atau
menangkap seseorang. Namun, menurut Kamus Hukum, penahanan
mengacu pada cara, proses, atau tindakan untuk menahan, menyita, atau
menangguhkan seseorang.

5. Teori Pembunuhan

Pembunuhan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh


satu orang atau kelompok orang yang menyebabkan kematian bagi satu atau
beberapa orang lainnya (Zainudin, 2007).

B. Definisi Operasional
1. Pengertian Analisis
Secara umum, analisis merupakan sebuah proses yang melibatkan
sejumlah kegiatan, seperti memecah-mecah, membedakan, dan menyusun
kembali sesuatu berdasarkan kriteria tertentu, kemudian mengeksplorasi
hubungannya dan menginterpretasikan maknanya.
Menurut KBBI, analisis merupakan proses penyelidikan terhadap
suatu peristiwa, seperti karangan atau perbuatan, dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya, termasuk sebab musabab dan duduk
perkaranya. Dalam bidang manajemen, analisis juga merujuk pada

7
penguraian suatu pokok masalah menjadi beberapa bagian dan penelaahan
terhadap setiap bagian tersebut serta hubungannya untuk mendapatkan
pemahaman yang tepat dan keseluruhan yang lebih baik. Dalam bidang
kimia, analisis mengacu pada penyelidikan kimia dengan menguraikan
suatu zat untuk mengetahui komposisi bagian-bagiannya. Selain itu, analisis
juga bisa merujuk pada penjabaran yang dilakukan setelah kajian
mendalam, serta pemecahan persoalan yang dimulai dengan menduga
kebenarannya.
2. Pengertian Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tersangka yang terlibat dalam suatu kasus (Hibnu, 2012).
3. Pengertian Penangkapan
Menurut KUHAP pasal 1 butir 20, penangkapan adalah tindakan
penyidik untuk sementara waktu membatasi kebebasan tersangka atau
terdakwa jika ada cukup bukti untuk kepentingan penyidikan, penuntutan,
atau peradilan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
4. Pengertian Penahanan
Menurut Pasal 1 angka 21 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana. (KUHAP), penahanan adalah tindakan memposisikan seseorang
yang menjadi tersangka atau terdakwa pada lokasi khusus oleh penyidik,
penuntut umum, atau hakim sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
5. Pengertian Pembunuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pembunuhan dapat
didefinisikan sebagai tindakan membunuh dengan tujuan yang disengaja.
Dalam bidang hukum pidana, pembunuhan dianggap sebagai suatu
kejahatan terhadap nyawa seseorang yang diatur dalam Bagian ke-19 Bab
ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

8
BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISIS


A. Apakah Pembunuhan Termasuk Tindak Pidana
Dalam sistem hukum pidana Indonesia, merampas nyawa orang
lain atau melakukan pembunuhan juga termasuk dalam kategori tindak
pidana yang memiliki sanksi yang sangat berat (Mentari, 2020). Ada
beberapa alasan mengapa pembunuhan dianggap sebagai tindak pidana:

1. Pertama, tindakan ini melanggar hak asasi manusia karena setiap


individu memiliki hak untuk hidup. Hukum, sebagai alat untuk
memastikan penghormatan terhadap hak individu, secara tegas
melarang pembunuhan.
2. Kedua, pembunuhan dapat mengganggu ketertiban masyarakat dan
menimbulkan rasa takut. Oleh karena itu, hukum melarang
pembunuhan untuk melindungi masyarakat dan menjaga ketertiban
sosial.
3. Ketiga, pembunuhan dianggap tidak bermoral karena melibatkan
pengambilan nyawa tanpa alasan yang sah. Prinsip-prinsip moral
yang diterima secara umum menegaskan pentingnya menghormati
hidup dan kehormatan individu.
4. Keempat, hukum hadir untuk memastikan pemulihan keadilan bagi
keluarga dan orang-orang terdekat korban yang merasakan kerugian
akibat pembunuhan. Pembunuhan merampas nyawa yang
seharusnya tidak dimiliki orang lain, sehingga tindakan ini harus
dihukum.
5. Terakhir, hukuman terhadap pembunuhan juga berfungsi sebagai
langkah pencegahan. Ancaman hukuman berat bagi pembunuh dapat
memberikan efek jera dan mencegah terjadinya pembunuhan lebih
lanjut.

9
Oleh karena itu, pembunuhan dianggap sebagai tindak pidana
serius yang sering kali dihukum dengan ancaman hukuman berat, seperti
hukuman seumur hidup atau hukuman mati.

2. Faktor penyebab kejahatan pembunuhan yang dilakukan Di Koja


Jakarta Utara
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari berbagai sumber,
menyatakan bahwa terjadinya pembunuhan yang terjadi Di Koja
Jakarta Utara dissebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Pengaruh Minuman Berakohol

Setelah dilakukannya penyidikan oleh pihak kepolisian, faktor


utama pelaku melakukan tindakan pembunuhan dikarenakan rasa
tidak terima si pelaku yang dipicu karena pelaku berada dibawah
pengaruh minuman berakohol. Sebelum kejadian terjadi, pelaku
baru saja selesai dari kegiatan minum-minuman berakohol bersama
rekan-rekannya. Pelaku kemudian pergi mencari rokok di warung
kelontong terdekat. Akhirnya terjadilah tindak kejahatan
pembunuhan yang disebabkan rasa tidak terima ditegur karena
pelaku mengeber-geber motornya.

b. Faktor Sakit Hati

Pembunuhan tersebut karena merasa sakit hati tidak terima


terhadap teguran yang diberikan oleh korban karena pelaku
menggeber-geber motor yang berakibat menggangu lingkungan
Masyarakat sekitar.

3. Mengapa dilakukan penangkapan dan penahanan terhadap


perkara pembunuhan
Menurut KUHAP pasal 1 butir 20, penangkapan adalah
tindakan penyidik untuk sementara waktu membatasi kebebasan
tersangka atau terdakwa jika ada cukup bukti untuk kepentingan
penyidikan, penuntutan, atau peradilan sesuai dengan ketentuan

10
undang-undang. Pasal 17 KUHAP menyatakan bahwa: Perintah
penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Penangkapan terhadap seorang tersangka dapat dilakukan jika


ada dugaan kuat bahwa yang bersangkutan melakukan tindak pidana,
dan dugaan tersebut didukung oleh minimal dua alat bukti yang
disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP, serta melalui pemeriksaan
terhadap calon tersangka. Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi No.
21/PUU-XII/2014 yang menguji UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, frasa "permulaan bukti yang cukup" harus
diinterpretasikan sebagai minimal dua alat bukti seperti yang tertera
dalam Pasal 184 KUHAP, yang harus didukung dengan pemeriksaan
terhadap calon tersangka. Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyatakan
bahwa alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Menurut Pasal 1 angka 21 Kitab Undang-Undang Hukum Acara


Pidana. (KUHAP), penahanan adalah tindakan memposisikan
seseorang yang menjadi tersangka atau terdakwa pada lokasi khusus
oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 21
ayat(1) KUHP, tujuan dilakukannya penahanan adalah untuk
menghindari kemungkinan tersangka atau terdakwa melarikan diri,
merusak barang bukti, atau mengulangi tindak pidana. Tindakan
penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap mereka yang
diduga kuat melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup.

Penangkapan dan penahanan dalam kasus pembunuhan


dilakukan dengan beberapa alasan.

1. Penangkapan dan penahanan dilakukan ketika terdapat bukti yang


cukup yang menunjukkan keterlibatan seseorang dalam tindak

11
pembunuhan tersebut. Bukti ini dapat berupa saksi, rekaman CCTV,
bukti fisik, atau bukti lain yang mendukung dugaan tersebut.
2. Penahanan dilakukan untuk melindungi tersangka dari kemungkinan
ancaman atau serangan oleh pihak terkait kasus tersebut. Tersangka
bisa menjadi target pembalasan atau pemusuhan oleh keluarga atau
teman dari korban dalam beberapa kasus.
3. Penangkapan dan penahanan juga dilakukan untuk memungkinkan
pihak yang berwenang melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap
tersangka guna mengumpulkan bukti dan informasi yang lebih rinci
mengenai insiden pembunuhan tersebut.
4. Penahanan juga bertujuan mencegah tersangka melarikan diri
sebelum atau selama proses hukum. Hal ini dapat menyulitkan
proses pengadilan dan berpotensi menyebabkan ketidakadilan
terhadap keluarga korban.
5. Penahanan dapat mencegah tersangka melakukan tindakan yang
mengganggu proses penyelidikan dan menghilangkan bukti yang
mungkin ada. Dengan menahan tersangka, pihak berwenang dapat
lebih mudah melakukan penyelidikan.

Secara keseluruhan, penangkapan dan penahanan dalam kasus


pembunuhan dilakukan untuk menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat serta memastikan bahwa proses hukum berjalan dengan adil
dan obyektif.

12
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penangkapan adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak
berwenang, seperti polisi, untuk menangkap seseorang yang diduga
melakukan tindak pembunuhan. Tujuannya adalah agar pelaku dapat
diadili dan bertanggung jawab atas perbuatan tersebut.
2. Penangkapan dilakukan berdasarkan bukti yang cukup dan informasi
yang ada, serta adanya kepastian bahwa pelaku atau terduga pelaku
terkait dengan kasus pembunuhan tersebut. Proses penangkapan harus
dilakukan sesuai dengan hukum dan diawasi oleh lembaga yang
berwenang.
3. Setelah penangkapan dilakukan, pelaku atau terduga pelaku dapat
ditahan untuk jangka waktu tertentu demi kepentingan penyidikan.
Penahanan ini dilakukan untuk mencegah pelaku melarikan diri,
menghilangkan atau merusak bukti, atau mengganggu proses
penyidikan.
4. Penahanan harus didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan tidak
boleh sewenang-wenang. Terduga pelaku memiliki hak-hak yang
dijamin oleh undang-undang, seperti hak atas pembelaan, hak untuk
tidak disiksa atau diperlakukan secara tidak manusiawi, dan hak untuk
mendapatkan keadilan yang adil.
5. Proses penangkapan dan penahanan harus dilakukan dengan prinsip
praduga tak bersalah, di mana terduga pelaku dianggap tidak bersalah
sampai terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah oleh pengadilan.

13
B. Saran
Dalam proses penangkapan dan penahanan pada kasus pembunuhan
aparat penegak hukum harus melakukan penyelidikan yang baik, mendalam,
dan cermat guna mengumpulkan bukti yang diperlukan. Dalam kasus
pembunuhan, penting untuk melakukan penyelidikan yang mendalam
terhadap bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian. Ini dapat
mencakup pemeriksaan laboratorium DNA, jejak kaki, sidik jari, serta
analisis kesehatan mental dan fisik yang lebih komprehensif. Polisi juga
harus berkolaborasi dengan ahli forensik, ahli hukum, psikolog, dan tim
penyidik lainnya untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti. Kolaborasi
ini sangat penting untuk memperkuat alat bukti dan proses penyelidikan.
Selain itu, jika tersangka telah diduga dan terdapat cukup bukti, polisi harus
segera menangkapnya untuk mencegah kemungkinan kebocoran informasi
dan mencegah tersangka melarikan diri atau menghilang.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Achmad, A. S. (1990). Hukum Acara Pidana. Bandung: Angkasa.

Andrisman, T. (2009). Hukum Pidana : Asas Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum
Pidana. Lampung: Universitas Lampung.

Hamzah, A. (2016). KUHP & KUHAP . Jakarta: Rineka Cipta.

Harahap, M. (1993). Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP. Jakarta:


Pustaka Kartini.

Hibnu, N. (2012). Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia.


Jakarta: Media Aksara.

Mahrus, A. (2011). Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

Poerwadarminta, W. (2009). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Prajogo, S. (2009). Kamus Hukum Internasional & Indonesia. Wipress.

Zainudin, A. (2007). Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika

JURNAL

Fartini, A. (2018). Hukum Dan Fungsi Negara Menurut Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 8.

Hafidh, A. (2015). Kajian Hukum Tentang Pembunuhan Berencana Menurut Pasal


340 Kuhp . 86.

Mentari, B. M. (2020). Saksi Pidana Pembunuhan Dalam Kitab. AL-ISHLAH:


Jurnal Ilmiah Hukum, 4.

15
Muliadi, S. (2012). Aspek Kriminologis Dalam Penanggulangan Kejahatan. 5.

Subing, A. S. (2018). Analisis Penyidikan Dalam Proses Penangkapan Dan


Penahanan Terhadap Perkara Penipuan.

Yusuf, I. (2013). Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam. 1.

Zakky. (2020, Februari 23). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli dan Secara
Umum [Lengkap]. p. 1.

INTERNET

detikNews, T. (2023, Agustus 6). detikSulsel. Retrieved from Mahasiswa UI


Dibunuh Senior: Motif-Cara Pelaku Hilangkan Jejak:
https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6861057/mahasiswa-
ui-dibunuh-senior-motif-cara-pelaku-hilangkan-jejak

Dhiya, D. (2022, Januari 6). Penangkapan Dalam Hukum Acara Pidana. Retrieved
from Lembaga Bantuan Hukum "Pengayoman":
https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/penangkapan-dalam-hukum-acara-
pidana/

Duhri, M. K. (2023, Agustus 5). Terungkap, Ini Motif Mahasiswa UI Dibunuh


Senior Sendiri di Kamar Kos. Retrieved from SOLOPOS.com:
https://news.solopos.com/terungkap-ini-motif-mahasiswa-ui-dibunuh-
senior-sendiri-di-kamar-kos-1704608

Pengertian Negara Hukum, Konsep, dan Ciri. (2023, Februari 13). Retrieved from
Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/politik-dan-
hukum/557910/pengertian-negara-hukum-konsep-dan-ciri

Polri, P. B. (2022). Waspada, Kejahatan di 2022 Meningkat. Retrieved from


https://pusiknas.polri.go.id/detail_artikel/waspada,_kejahatan_di_2022_me
ningkat

16
Sadya, S. (2023, Januari 3). Polri: Kejahatan di Indonesia Naik Jadi 276.507 Kasus
pada 2022.

17
18

Anda mungkin juga menyukai