Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Pidana
Dosen pengampu: Abdul Aziz, S.H.I.,S.H., M.H.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Nofal Arifin 11220490000106
Amara Nailah Salsabila 11220490000135
Khuluqin Azhim 11220490000135

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023/2024
Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang]kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat, bimbingan dan
bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan kemampuan terbaik kami, kami telah menyusun karya ilmiah ini mengenai
subjek "Penyelidikan dan Penyidikan” dan telah meminta bantuan dari berbagai sumber
untuk memfasilitasi penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah terhubung dalam terciptanya makalah ini, khususnya pada
dosen mata kuliah Hukum Acara Pidana yaitu Bapak Abdul Aziz, S.H.I.,S.H., M.H.yang
telah memberikan tugas makalah ini untuk melatih kami dalam menulis sebuah karya ilmiah.

Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dokumen ini masih banyak terdapat
kesalahan baik struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami menyambut baik
segala saran dan kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah kami.

Tangerang Selatan, 19 Oktober 2003

Pemakalah

2
Daftar isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1. Latar belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah..................................................................................................................1
1.3. Tujuan masalah......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................2
2.1. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan............................................................................2
2.2. Kewenangan Penyelidik, Penyidik, dan Penyidik Pembantu............................................5
2.3. Proses penyelidikan dan penyidikan....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUPAN.......................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................................13
Daftar pustaka......................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyelidikan dan penyidikan merupakan tahapan penting dalam penyelesaian perkara


pidana di Indonesia. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Sedangkan penyidikan merupakan tahapan
penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan, yang merupakan serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari
serta mengumpulkan bukti-bukti guna menentukan tersangka dan barang bukti.

Indonesia memiliki sistem aparat penegak hukum yang terdiri dari Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan. Penegakan hukum pidana di
Indonesia mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh penegak hukum untuk
melaksanakan tugasnya, dimulai dari tahapan penyelidikan dan penyidikan. Tahapan
penyelidikan dan penyidikan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang memberikan pengertian mengenai apa itu penyidik, dan penyelidikan.
Tugas penyelidikan dan penyidikan dilakukan oleh masing-masing pejabat yang
berwenang yaitu kepolisian untuk penyelidikan dan penyidikan, serta penyidik pegawai
negeri sipil (PPNS) yang punya wewenang khusus berdasarkan undang-undang untuk
melakukan penyidikan.

1.2. Rumusan masalah


a. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan.
b. Kewenangan Penyelidik, Penyidik, dan Penyidik Pembantu.
c. Proses penyelidikan dan penyidikan.
d. Beberapa pelanggaran HAM dalam penyidikan.

1.3. Tujuan masalah


a. Memahami pengertian Penyelidikan dan Penyidikan ?
b. Paham apa itu kewenangan Penyelidik, Penyidik, dan Penyidik Pembantu?
c. Memahami bagaimana proses penyelidikan dan penyidikan.
d. Mengetahui beberapa pelanggaran HAM dalam penyidikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan


a. Penyelidikan
 Pengertian Penyelidikan
Pasal 1 butir 5 KUHAP mencantumkan:
"Penyelidikan adalah serangkaian tindakan/penyelidikan untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini"1.
Dengan perkataan lain, penyelidikan dilakukan sebelum penyidikan. Perlu
digarisbawahi kalimat mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana. Sasaran "mencari dan menemukan tersebut adalah "suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana". Dengan perkataan lain "mencari dan menemu
kan" berarti penyelidik berupaya atas inisiatif sendiri untuk menemu kan peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana. Akan tetapi, dalam kenyataan sehari-hari,
biasanya penyelidik/penyidik baru mulai melaksanakan tugasnya setelah adanya
laporan/pengaduan dari pihak yang dirugikan.
Selanjutnya "laporan/pengaduan” sebagaimana tercantum diatas diatur oleh
Pasal 108 KUHAP yang berbunyi "(1) Setiap orang yang mengalami, melihat,
menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana
berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau
penyidik baik lisan maupun tertulis. (2) Setiap orang yang mengetahui permufakatan
jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap ketenteraman dan keamanan umum
atau terhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu juga melaporkan hal
tersebut kepada penyelidik atau penyidik. (3) Setiap pegawai negeri dalam rangka
melaksanakan tugas- nya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang
merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal tersebut kepada penyelidik
atau penyidik".
Pada ayat 1 Pasal 108 KUHAP dirumuskan sebagai "hak". Sebagai "hak",
merupakan hal yang dapat dipergunakan atau tidak digunakan. Sesungguhnya tidak
tepat jika dirumuskannya sebagai hak karena Pasal 27 UUD 1945 telah mewajibkan
semua warga negara wajib menjunjung hukum.
Sedang ayat 3 Pasal 108 KUHAP belum diatur pada hukum pidana Ayat 2
Pasal 108 KUHAP telah diatur dalam Pasal 164 KUHP, materiil atau peraturan
perundang-undangan yang mengancam dengan sanksi jika pegawai negeri tersebut
lalai atau tidak mau melaksanakan kewajiban tersebut sehingga saat ini masih
ditemukan peristiwa yang merupakan tindak pidana tidak dilaporkan kepada
1
Marpaung, Leden, Proses Penanganan Perkara Pidana(Penyelidikan&Penyidikan), Sinar Grafika, Jakarta, 2009
hal.6 (Marpaung, 2008)

5
penyelidik/penyidik melainkan diselesaikan sendiri dengan dalil "diselesaikan secara
kekeluargaan". Misalnya: Seorang Kepala Bagian atau Kepala Dinas suatu instansi
selaku pegawai negeri menemukan penyimpangan/penyelewengan namun tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum pada ayat 3 Pasal 108 KUHAP
Diduga hal tersebut karena pertimbangan-pertimbangan kepentingan sehingga
diselesaikan menurut kebijaksanaan. Penentuan kebijaksanaan di daerah-daerah
Indonesia masih kuat dipengaruhi adat istiadat setempat. Itulah sebabnya muncul
istilah "diselesaikan dengan kekeluargaan".
 Orang yang berhak melakukan penyelidikan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 angka 5,
penyelidikan adalah serangkaian tindakan Penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Jadi penyelidikan itu dilakukan untuk menentukan peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana itu bisa tidak ditingkatkan ke penyidikan. Siapa yang melakukan
penyelidikan? Yang melakukan penyelidikan adalah Penyelidik.

Siapa itu Penyelidik? Pasal 1 angka 4 KUHAP menjelaskan, Penyelidik adalah


pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini untuk melakukan penyelidikan. Jadi kalau ada laporan Polisi masih tahap
penyelidikan maka Polisi yang menangani disebut Penyelidik. Tapi kalau sudah
masuk tahap penyidikan maka Polisi yang menangani disebut Penyidik.

Kemudian, siapa itu Penyidik? Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP disebutkan


bahwa Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan. Dan penyidikan adalah penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (Pasal 1 angka
2 KUHAP).

Jadi kesimpulannya, kalau penyelidikan itu untuk menentukan apakah


peristiwa yang dilaporkan itu bisa ditingkatkan ke penyidikan atau tidak, dan kalau
penyidikan adalah untuk menentukan atau menemukan tersangkanya. Pada
prakteknya kalau Polisi sudah meningkatkan ke tahap penyidikan biasanya Polisi
sudah menemukan tersangkanya.2

b. Penyidikan
 Pengertian Penyidikan
Pada Pasal 1 butir 2 tercantum:
"Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

2
Freddy Ady Pratama, “Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan”, https://pid.kepri.polri.go.id/perbedaan-
penyelidikan-dan-penyidikan diunggah pada 24 Juni,2023

6
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya3"
Berdasarkan rumusan di atas, tugas utama penyidik adalah: mencari dan
mengumpulkan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi; menemukan tersangka. Untuk tugas utama tersebut,
penyidik diberi kewenangan-kewenangan sebagaimana diatur oleh Pasal 75 KUHAP.
Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang
merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntur Umum
(sehari-hari dikenal dengan nama SPDP/Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
sesuai dengan Pasal 109 ayat (1) KUHAP).
Setelah bukti-bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan,
maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada
Penuntut Umum (kejaksaan) atau ternyata bukan merupakan tindak pidana.
Jika penyidik berpendapat bahwa peristiwa tersebut bukan me rupakan tindak
pidana maka penyidikan dihentikan demi hukum "Pemberhentian penyidikan" ini
diberitahukan kepada Penuntut Umum dan kepada tersangka/keluarganya. Atas
"Pemberhentian penyidikan" tersebut, jika penuntut umum atau pihak ketiga (lain)
yang berkepentingan, dapat mengaju kan "Praperadilan" kepada Pengadilan Negeri
yang akan memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan. Jika
Pengadilan Negeri sependapat dengan "penyidik" maka penghentian penyidikan sah
adanya tetapi jika Pengadilan Negeri tidak sependapat maka "penyidikan" wajib
dilanjutkan. Dalam hal ini ada pihak yang bertanya bahwa jika putusan praperadilan
untuk melanjutkan penyidikan, tidak dilaksanakan oleh penyidik, bagaimana
sanksinya? Pertanyaan yang demikian adalah berlebihan. Bukankah setiap orang
dapat menanyakannya dan penyidik tersebut masih diawasi aparat atasannya?
Setelah selesai dilakukan penyidikan, maka berkas diserahkan kepada penuntut umum
(Pasal 8 ayat (2) KUHAP). Penyerahan ini dilakukan 2 tahap, yakni:
- tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; dalam hal penyidik
sudah dianggap selesai, penyidik menyerah- kan tanggung jawab atas tersangka dan
barang bukti kepada penuntut umum.
Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum berpendapat bahwa berkas
kurang lengkap maka ia dapat:
- Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi disertai
petunjuk. (Penuntut Umum menerbitkan P-18 dan P-19).
- Melengkapi sendiri, dengan melakukan pemeriksaan tambahan (Pasal 30 ayat
(1) huruf e UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI).
Berdasarkan Pasal 110 ayat (4) KUHAP, jika dalam waktu 14 hari penuntut umum
tidak mengembalikan berkas (hasil penyelidikan) maka penyidikan dianggap telah
selesai.

3
Ibid 11

7
 Orang yang berhak menjadi penyelidikan
Dalam Pasal 6 ayat (1) UU No 8 tahun 1981 berbunyi, Penyidik adalah (a)
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; (b) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh Undangundang. Sedangkan menurut Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
disebutkan bahwa Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. Mengenai
kriteria tentang siapa saja yang bisa diangkat sebagai penyidik dapat dilihat dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 27 tahun 1983 tentang
Pelaksanaan KUHAP. Dalam PP No. 27 tahun 1983 tersebut memberikan penegasan
lebih khusus lagi tentang kriteria bagi pejabat Polri yang bisa ditunjuk sebagai
penyidik, secara spesifik ditentukan bahwa tidak semua pejabat Polri adalah penyidik,
tapi hanya sebatas pejabat tertentu4.
Calon Penyidik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpangkat paling rendah Inspektur Dua Polisi dan berpendidikan paling
rendah sarjana strata satu atau yang setara;
b. Bertugas dibidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun;
c. Mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi reserse
kriminal;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; dan
e. Memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi.

Selain polisi, orang yang berhak dalam penyidikan ialah :


a. Jaksa ( dalam tindak pidana tertentu HAM dan TIPIKOR )
b. KPK
c. KOMNASHAM
d. PM ( Polisi Militer)

1.2. Kewenangan Penyelidik, Penyidik, dan Penyidik Pembantu

1. Kewenangan Penyelidik dan penyidik


Sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) dan (2) pada bab 4 bagian 1 KUHAP tentang
“Penyidik dan Penuntut Umum”, Penyelidik berwenang untuk:

 Kewenangan Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 5:

a) Karena kewajibannya mempunyai wewenang :


1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;

4
Hutahaean Armunanto, Indarti Erlyn , LEMBAGA PENYIDIK DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU DI
Indonesia, Jurnal : https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/453/pdf#:~:text=Dalam
%20Pasal%206%20ayat%20(1,wewenang%20khusus%20oleh%20Undang-%20undang
5
Marpaung, Leden, Proses Penanganan Perkara Pidana(Penyelidikan&Penyidikan), Sinar Grafika, Jakarta,
2009 hal.8

8
2. mencari keterangan dan barang bukti;
3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung-jawab.

b) Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:


1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penahanan;
2. pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

 Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan


sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.

Sehingga untuk menjalankan tugasnya sebagai penyelidik telah diberikan


wewenang untuk menerima laporan atau pengaduan, menggali keterangan atau barang
bukti sebagai informasi dan kemudian hasil tersebut dituangkan ke dalam laporan
hasil pelaksanaan tindakan untuk diserahkan kepada Penyidik.

Sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) pada bab 4 bagian 1 KUHAP tentang “Penyidik
dan Penuntut Umum” , penyidik berwenang untuk:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi (Pasal 7 ayat
(1) jo Pasal 112 ayat (1) KUHAP);
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

2. Kewenangan Penyidik pembantu


Dalam Pasal 11 Bab 4, bagian 2 KUHAP, tentang Penyidik Pembantu mempunyai
kewenangan yang pasalnya berbunyi, “Penyidik pembantu mempunyai wewenang
seperti tersebut dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib
diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik.” Penyidik Pembantu diangkat
oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atas usul komandan atau
pimpinan kesatuan masing-masing. Wewenang pengangkatan Penyidik Pembantu
dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

9
Sebagaimana dijelaskan bahwa kewenangan penyidik pembantu terdapat dalam pasal
7 ayat 1, kecuali mengenai hal penahanan;
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d) Melakukan penangkapan, , penggeledahan dan penyitaan;
e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g) Memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi (Pasal 7 ayat (1) jo
Pasal 112 ayat (1) KUHAP);
h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Lalu juga terdapat dalam pasal 12 Bab 4, bagian 2 KUHAP, tentang Penyidik
Pembantu yang berbunyi “Penyidik pembantu membuat berita acara dan,
menyerahkan berkas perkara kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara
pemeriksaan singkat yang dapat langsung diserahkan kepada penuntut umum.”

3. Syarat Penyelidik Ke Penyidikan


Di dalam Perkap No. 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak
Pidana telah diatur secara jelas bagaimana proses penyidikan tindak pidana. Hal ini
diperlukan karena pertimbangan agar dalam tugas penegakan hukum,
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia mampu menjalankan tugas,
fungsi, dan wewenang di bidang penyidikan tindak pidana secara profesional,
transparan, dan akuntabel terhadap setiap perkara pidana guna terwujudnya
supremasi hukum yang mencerminkan rasa keadilan.

Pada pasal bagian kesatu Pasal 4 (empat) di jelaskan bahwa dasar dilakukan
penyidikan adalah:

1. Laporan polisi/pengaduan;
2. Surat perintah tugas;
3. Laporan hasil penyelidikan (LHP);
4. Surat perintah penyidikan; dan laporan Polisi, laporan Polisi/Pengaduan
sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari:

 Laporan Polisi Model A, merupakan Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota
Polri yang mengalami, mengetahui atau menemukan langsung peristiwa yang
terjadi.
 Laporan Polisi Model B, merupkan Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota
Polri atas laporan/pengaduan yang di terima dari masyarakat.

a. Surat Perintah Tugas

10
Didalam Surat perintah tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b,
sekurang-kurangnya memuat:

 Dasar penugasan;
 Identitas petugas;
 Jenis penugasan;
 Lama waktu penugasan; dan
 Pejabat pemberi perintah.

b. Laporan Hasil Penyelidikan ( LHP )

LHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, dibuat oleh tim


penyelidik dan ditandatangani oleh ketua tim penyelidik. LHP sekurang-
kurangnya berisi laporan tentang waktu, tempat kegiatan, hasil penyelidikan,
hambatan, pendapat dan saran.

c. Surat Perintah Penyidikan

Didalam Surat perintah penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf d, sekurang -kurangnya memuat:

 Dasar penyidikan;
 Identitas petugas tim penyidik;
 Jenis perkara yang disidik;
 Waktu dimulainya penyidikan; dan
 Identitas penyidik selaku pejabat pemberi perintah.

d. Surat perintah dimulainya penyidikan

 SPDP sekurang-kurangnya memuat:


 Dasar penyidikan berupa laporan polisi dan surat perintah penyidikan;
 Waktu dimulainya penyidikan;
 Jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan uraian singkat tindak pidana
yang disidik;
 Identitas tersangka (apabila identitas tersangka sudah diketahui); dan
 Identitas pejabat yang menandatangani SPDP.6

e. Surat Perintah Penghentian Penyidikan ( SP3 )


SP3 terbit setelah adanya penetapan seseorang sebagai tersangka. Jika
mengacu pada KUHAP, penghentian penyidikan merupakan kewenangan dari
penyidik yang diatur dalam Pasal 109 ayat (2) KUHAP.
Pasal tersebut berbunyi, “dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan
tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik
memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya”.
Tindak SP3 dalam hukum acara pidana mengacu pada Surat Perintah
Penghentian Penyidikan, yang dikeluarkan oleh penyidik atau jaksa penuntut

6
Firman Edi, “Proses Penyidikan Tindak Pidana”, https://pid.kepri.polri.go.id/proses-penyidikan-tindak-pidana
diakses 11 November 2022

11
umum untuk menghentikan penyidikan suatu perkara pidana. Berikut adalah
syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam proses tindak SP3:

Tidak cukup bukti: Penyidik atau jaksa penuntut umum harus dapat membuktikan
bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menuntut tersangka. Artinya, penyidikan
tidak menghasilkan bukti yang mendukung tindakan pidana yang diduga
dilakukan oleh tersangka.
Tidak terbukti bersalah: Syarat ini berarti bahwa berdasarkan bukti yang telah
dikumpulkan selama penyidikan, tidak ada cukup dasar hukum untuk menuduh
tersangka sebagai pelaku tindak pidana yang diduga.

Kriteria hukum: Penghentian penyidikan harus sesuai dengan ketentuan hukum


yang berlaku. Penyidik atau jaksa harus memastikan bahwa penghentian ini
mematuhi prosedur hukum yang berlaku dan tidak melanggar hak-hak tersangka.

Keputusan tertulis: Penyidik atau jaksa penuntut umum harus mengeluarkan


keputusan tertulis yang memutuskan untuk melakukan tindak SP3. Keputusan ini
harus berisi alasan yang jelas mengapa penyidikan dihentikan dan merujuk pada
bukti yang mendukung penghentian tersebut.

Konsultasi dengan atasan: Biasanya, keputusan SP3 harus mendapatkan


persetujuan atau konsultasi dengan atasan penyidik atau jaksa penuntut umum
yang lebih senior.

Pemberitahuan kepada pihak terkait: Biasanya, pihak yang terkait, seperti korban
atau kuasa hukum tersangka, harus diberitahu tentang keputusan SP3. Mereka
memiliki hak untuk memprotes atau mengajukan banding terhadap
keputusan tersebut.

1.3. Proses penyelidikan dan penyidikan


1. Penyelidikan
Kegiatan penyelidikan dilakukan sebelum ada Laporan Polisi/Pengaduan dan
sesudah ada Laporan Polisi/Pengaduan atau dalam rangka penyidikan. Kegiatan
penyelidikan, dilakukan untuk mencari dan menemukan Tindak Pidana. kegiatan
ini merupakan bagian atau salah satu cara dalam melakukan penyidikan untuk:

 Menentukan suatu peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana atau bukan;
 Membuat terang suatu perkara sampai dengan menentukan pelakunya;
 Dasar melakukan upaya paksa.

Kegiatan penyelidikan sebagaimana dilakukan oleh Kepolisian meliputi:

 Pengolahan TKP;
 Pengamatan (observasi);
 Wawancara (interview);
 Pembuntutan (surveillance);
 Penyamaran (under cover);
 Pelacakan (tracking); dan

12
 Penelitian dan analisis dokumen.

Penyelidikan yang dilakukan meliputi:

 Orang;
 Benda atau barang;
 Tempat;
 Peristiwa/kejadian; dan

Dalam rangka menjalankan tugas penyelidikan perlu diperhatikan hal sebagai berikut:

 Petugas penyelidik dalam melaksanakan tugas penyelidikan, wajib dilengkapi


dengan surat perintah penyelidikan yang ditandatangani oleh atasan penyelidik
selaku Penyidik.
 Petugas penyelidik wajib membuat laporan hasil penyelidikan kepada pejabat
pemberi perintah.
 Laporan hasil penyelidikan disampaikan secara tertulis, atau lisan yang
ditindaklanjuti dengan laporan secara tertulis paling lambat 2 x 24 (dua kali
dua puluh empat) jam.

2. Penyidikan
Penyidikan tindak pidana dilaksanakan berdasarkan Laporan Polisi dan
surat perintah penyidikan. Laporan Polisi sebagaimana dimaksud yang diterima
Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) atau Siaga Bareskrim Polri dibuat
dalam bentuk Laporan Polisi Model A atau Laporan Polisi Model B.
Setelah Laporan Polisi dibuat, penyidik/penyidik pembantu yang bertugas di
SPKT atau Siaga Bareskrim Polri segera menindaklanjuti dengan
melakukan pemeriksaan terhadap pelapor dalam bentuk berita acara pemeriksaan
saksi pelapor.
Kepala SPKT atau Kepala Siaga Bareskrim Polri segera meneruskan laporan
polisi dan berita acara pemeriksaan saksi pelapor sebagaimana dimaksud pada
kepada:

 Karobinops Bareskrim Polri untuk laporan yang diterima di Mabes Polri;


 Direktur Reserse Kriminal Polda untuk laporan yang diterima di SPKT Polda
sesuai jenis perkara yang dilaporkan;
 Kapolres/Wakapolres untuk laporan yang diterima di SPKT Polres; dan
 Kapolsek/Wakapolsek untuk laporan yang diterima di SPKT Polsek.

Laporan Polisi dan berita acara pemeriksaan saksi pelapor dapat dilimpahkan
ke kesatuan yang lebih rendah atau sebaliknya dapat ditarik ke kesatuan lebih
tinggi. Selanjutnya kegiatan penyidikan dilaksanakan secara bertahap meliputi:

 Penyelidikan;
 Pengiriman SPDP;
 Upaya paksa;
 Pemeriksaan;
 Gelar perkara;
 Penyelesaian berkas perkara;
 Penyerahan berkas perkara ke penuntut umum;

13
 Penyerahan tersangka dan barang bukti; dan
 Penghentian Penyidikan7.

1.1. Beberapa pelanggaran HAM dalam penyidikan

1. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas


Menurut Agus Suntoro, staf Divisi Pemantauan dan Penyidikan Komnas
HAM, pelanggaran terjadi dalam bentuk: intimidasi, penyiksaan, pemaksaan untuk
mengakui perbuatan, dan rekonstruksi yang diarahkan.8

2. Hak untuk bebas dari penyiksaan


Penegak hukum terkadang sering menggunakan kekerasan untuk mendapatkan
alat bukti dan meminta keterangan. Selain itu, ada contoh penyiksaan terhadap
petugas satuan pengamanan (satpam) dalam kasus pembunuhan istri perwira di Polda
Kepulauan Riau pada Agustus lalu. Satpam Supriyanto, yang dimaksudkan, disiksa
untuk mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan Putri Mega Umboh, istri Kasat
Krimsus Polda Kepulauan Riau.

3. Hak atas bantuan hukum


Perihal bantuan hukum telah diatur dalam beberapa pasal dalam Herziene
Indische Reglement (HIR). Pengaturan bantuan hukum tersebut merupakan bagian
dari kegiatan pelayanan hukum. Secara khusus, pengaturan tentang pelayanan hukum
bagi golongan masyarakat yang tidak mampu, dalam arti tidak mampu untuk
membayar ongkos perkara dan honorarium bagi advokat diatur dalam Pasal 237 HIR
sampai dengan Pasal 242 HIR dan Pasal 250 HIR. 9 Dalam Pasal 54 UU No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP. Pasal ini mengamanatkan pemberian bantuan hukum (baik
untuk rakyat miskin maupun orang mampu) atau pendampingan oleh penasihat
hukum apabila tersangka atau terdakwa diancam dengan pidana penjara lebih dari
lima tahun)10.
Penyidik sering melarang tersangka menggunakan pengacara sendiri. Dalam
kasus lain, meskipun tersangka diancam hukuman lebih dari lima tahun, polisi tidak

7
Firman Edi, “Proses Penyidikan Tindak Pidana”, https://pid.kepri.polri.go.id/proses-penyidikan-tindak-pidana
diakses 11 November 2022

8
MYS, Lima Bentuk Pelanggaran KUHAP yang Dominan, online: Hukum Online <
https://www.hukumonline.com/berita/a/lima-bentuk-pelanggaran-kuhap-yang-dominan-
lt4eeac8495dd74/?page=all >
9
Novita Eleanora, Fransiska, BANTUAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI
TERSANGKA, jurnal: https://media.neliti.com/media/publications/17995-ID-bantuan-hukum-dan-perlindungan-
hak-asasi-manusia-bagi-tersangka.pdf. (Eleanora, 2012)
10
Raharjo, Agus, AKSES KEADILAN BAGI RAKYAT MISKIN (DILEMA DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
OLEH ADVOKAT), Jurnal: https://journal.ugm.ac.id/jmh/article/view/15881/10490. (Raharjo et al., 2015)

14
menyediakan pengacara bagi tersangka. Namun, tindakan pengacara yang ditunjuk
juga mengganggu. Agus Suntoro menyatakan bahwa meskipun polisi telah menunjuk
pengacara, pengacara tersebut pun tidak memberikan bantuan hukum yang cukup.s

4. Hak memperoleh penerjemah


Tersangka, terutama bagi warga negara asing ketika dituduh melakukan tindak
pidana, memiliki hak untuk didampingi penerjemah oleh KUHAP pada pasal 53 ayat
(1) KUHAP yang mengatur kewajiban menyediakan penerjemah dalam tingkat
penyidikan dan pemeriksaan sidang.

5. Hak bebas dari penangkapan yang sewenang-wenang


Dua bentuk pelanggaran yang terjadi adalah penangkapan disertai kekerasan,
dan penangkapan tanpa disertai surat perintah. Adapun persyaratan dalam
penangkapan yakni :
a. Berkaitan dengan tindak pidana kejahatan. Jadi, setiap pelaku yang melakukan
tindak pidana kejahatan dapat ditangkap.
b. Pelaku tindak pidana telah dipanggil secara sah 2 kali berturut-turut tapi tidak
memenuhi panggilan tersebut.
c. Surat perintah dari penyidik kepada penyelidik untuk membawa dan
menghadapkan tersangka kepada penyidik kemudian disusul dengan
pemeriksaan oleh penyidik untuk menentukan tindakan lebih lanjut.11

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan/penyelidikan untuk mencari dan


menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
11
Rizky Mokodompit, Muhammad, PENANGKAPAN MENURUT KUHAP DITINJAU DARI ASPEK MANFAAT BAGI
PENYIDIKAN DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA, jurnal:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/33502. (Mokodompit, 2021)

15
undang. Sedangkan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Dalam Pasal 11 Bab 4, bagian 2 KUHAP, tentang Penyidik Pembantu mempunyai
kewenangan yang pasalnya berbunyi, “Penyidik pembantu mempunyai wewenang
seperti tersebut dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib
diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik.”
Proses penyidikan dan penyelidikan merupakan tahapan dalam penegakan
hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, seperti polisi atau penyidik.

Problematika yang sering terjadi pada penyidikan antara lain: Hak untuk
memberikan keterangan secara bebas, hak untuk bebas dari penyiksaan, hak atas
bantuan hukum, hak memperoleh penerjemah, hak bebas dari penangkapan yang
sewenang-wenang.

Pertanyaan :
 Apa saja hak yang didapat tersangka ketika ia dalam penyidikan12?
 Bagaimana proses teknologi forensik atau ahli forensik berkolaborasi untuk
membantu penegak hukum dalam proses penyelidikan? Dan bagaimana
perkembangan teknologi ini mempengaruhi penyelidikan13?
 Apa saja hambatan penegak hukum dalam proses penyelidikan ini14?
 Ada kasus seperti, orang yang ketahuan sebagai pengedar narkoba, ketika ingin
diselidiki orang tersebut kabur, pertanyaannya15:
1. Apa orang tersebut masih bisa ditangkap?
2. Ketika orang tersebut dapat surat penangkapan/penyelidikan lalu dia kabur ke
luar negeri kemudian kembali ke negara asalnya apa masih ditangkap?

Jawaban pemakalah:

 - Hak untuk segera mendapat pemeriksaan ( KUHAP pasal 50 ayat 1 dan 2)


- Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas tentang apa yang disangkakan
kepadanya (KUHAP pasal 51)
- Hak untuk memberikan keterangan bebas kepada penyidik (KUHAP pasal 52)
-Hak mendapatkan juru bahasa (KUHAP ayat 53 ayat 1)
-Hak untuk mendapatkan bantuan hukum di setiap tingkat pemeriksaan (KUHAP
pasal 54)
- Berhak bebas memilih penasihat hukum.

12
M. Fathi A
13
Titi Anisa W
14
Siti Chofipah
15
Aldi Ansor

16
 Tugas ahli forensik membantu penyidik, dari awal mula penyidikan hingga proses
pidana. Setelah didiagnosis, dokter forensik akan menyimpulkan atau membuat
deskripsi terkait luka, penyakit ataupun kematian.
Ahli forensik yang sangat menentukan dalam sistem pembuktian perkara
pidana, dan nilai kekuatan pembuktian dari keterangan ahli sesuai KUHAP lebih
tinggi dari alat bukti lain sehingga ahli forensik seharusnya dapat dihadirkan dalam
persidangan.
Dokter Ahli Forensik saat memberikan keterangan secara lisan di persidangan
dapat menjelaskan dengan terperinci tentang sebab luka korban maupun sebab
hilangnya nyawa korban. Bagi Kejaksaan, mengingat pentingnya keterangan yang
diberikan oleh dokter ahli forensik pada kasus yang membutuhkan Visum et
Repertum, sebaiknya dokter ahli forensik dapat dihadirkan dalam persidangan.

Referensi: https://fk.uns.ac.id/index.php/berita/detail/662/pentingnya-ahli-forensik-
dalam-sistem-peradilan-pidana-indonesia

 Faktor Internal :Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum, kurangnya fasilitas


sarana dan prasarana untuk penyidikan, penegakan hukum memerlukan sarana atau
fasilitas yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas.
Faktor Eksternal: Kurangnya koordinasi masyarakat setempat dengan aparat
penegak hukum, hambatan dalam penyitaan Barang Bukti ( sulit dapat izinnya ).
Referensi : Jurnal “HAMBATAN PENYIDIK DALAM PENYIDIKAN TINDAK
PIDANAILLEGAL LOGGING(Studi Pada Kepolisian Sektor Konda Resort Kota
Kendari) Oleh: Setya Herri Purnomo, Vol. 4 Tahun XXIII Desember 2018

 1). Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum KUHAP angka ke 3 huruf c :


Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan
yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap. Seseorang
baru dapat dianggap dan dinyatakan bersalah jika telah ada putusan pengadilan
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa ia bersalah melakukan suatu tindak
pidana, maka bisa ditangkap.

2). Pasal 17 ayat (1) dan (6) Perkap 6/2019 mengatur dalam hal tersangka telah
dipanggil secara sah dalam rangka pemeriksaan guna penyidikan perkara melalui
surat panggilan yang diterbitkan atas dasar laporan polisi dan surat perintah
penyidikan secara tertulis, namun tersangka tidak jelas keberadaannya, maka ia
dicatat di dalam Daftar Pencarian Orang dan dibuatkan surat pencarian orang, tak
hanya sampai situ saja ntuk mencegah agar tersangka tidak melarikan diri ke luar
negeri, dalam keadaan sangat perlu dan mendesak untuk kepentingan penyidikan,
penyidik dalam tahap awal dapat mengajukan permintaan secara langsung kepada
pejabat imigrasi untuk mencegah tersangka bepergian ke luar negeri dan
ditindaklanjuti secara tertulis

17
Daftar pustaka

Eleanora, F. N. (2012). Bantuan Hukum Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi
Tersangka. Lex Jurnalica.
Marpaung, L. (2008). Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan \&Penyidikan).
library.stik-ptik.ac.id. http://library.stik-ptik.ac.id/detail?id=9129%5C&lokasi=lokal
Mokodompit, M. R. (2021). PENANGKAPAN MENURUT KUHAP DITINJAU DARI
ASPEK MANFAAT BAGI PENYIDIKAN DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI
MANUSIA. LEX PRIVATUM.
Hutahaean, A. (2019). Lembaga Penyidik Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di
Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia.
Raharjo, A., Angkasa, A., & Bintoro, R. W. (2015). Akses Keadilan Bagi Rakyat Miskin
(Dilema dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat). … Hukum-Fakultas
Hukum ….

Maksum Rangkuti, “Proses Hukum Acara Pidana”, Fakultas Hukum Umsu, 26 Agustus,
2023, https://fahum.umsu.ac.id/proses-hukum-acara-pidana/

Firman Edi, “Proses Penyidikan Tindak Pidana”, https://pid.kepri.polri.go.id/proses-


penyidikan-tindak-pidana diakses 11 November 2022

Freddy Ady Pratama, “Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan”,


https://pid.kepri.polri.go.id/perbedaan-penyelidikan-dan-penyidikan diunggah pada 24
Juni,2023

18

Anda mungkin juga menyukai