Disusun oleh:
Kelompok 3
Nofal Arifin 11220490000106
Amara Nailah Salsabila 11220490000135
Khuluqin Azhim 11220490000135
2023/2024
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang]kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat, bimbingan dan
bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan kemampuan terbaik kami, kami telah menyusun karya ilmiah ini mengenai
subjek "Penyelidikan dan Penyidikan” dan telah meminta bantuan dari berbagai sumber
untuk memfasilitasi penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah terhubung dalam terciptanya makalah ini, khususnya pada
dosen mata kuliah Hukum Acara Pidana yaitu Bapak Abdul Aziz, S.H.I.,S.H., M.H.yang
telah memberikan tugas makalah ini untuk melatih kami dalam menulis sebuah karya ilmiah.
Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dokumen ini masih banyak terdapat
kesalahan baik struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami menyambut baik
segala saran dan kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah kami.
Pemakalah
2
Daftar isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1. Latar belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah..................................................................................................................1
1.3. Tujuan masalah......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................2
2.1. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan............................................................................2
2.2. Kewenangan Penyelidik, Penyidik, dan Penyidik Pembantu............................................5
2.3. Proses penyelidikan dan penyidikan....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUPAN.......................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................................13
Daftar pustaka......................................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sistem aparat penegak hukum yang terdiri dari Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan. Penegakan hukum pidana di
Indonesia mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh penegak hukum untuk
melaksanakan tugasnya, dimulai dari tahapan penyelidikan dan penyidikan. Tahapan
penyelidikan dan penyidikan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang memberikan pengertian mengenai apa itu penyidik, dan penyelidikan.
Tugas penyelidikan dan penyidikan dilakukan oleh masing-masing pejabat yang
berwenang yaitu kepolisian untuk penyelidikan dan penyidikan, serta penyidik pegawai
negeri sipil (PPNS) yang punya wewenang khusus berdasarkan undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
penyelidik/penyidik melainkan diselesaikan sendiri dengan dalil "diselesaikan secara
kekeluargaan". Misalnya: Seorang Kepala Bagian atau Kepala Dinas suatu instansi
selaku pegawai negeri menemukan penyimpangan/penyelewengan namun tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum pada ayat 3 Pasal 108 KUHAP
Diduga hal tersebut karena pertimbangan-pertimbangan kepentingan sehingga
diselesaikan menurut kebijaksanaan. Penentuan kebijaksanaan di daerah-daerah
Indonesia masih kuat dipengaruhi adat istiadat setempat. Itulah sebabnya muncul
istilah "diselesaikan dengan kekeluargaan".
Orang yang berhak melakukan penyelidikan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 angka 5,
penyelidikan adalah serangkaian tindakan Penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Jadi penyelidikan itu dilakukan untuk menentukan peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana itu bisa tidak ditingkatkan ke penyidikan. Siapa yang melakukan
penyelidikan? Yang melakukan penyelidikan adalah Penyelidik.
b. Penyidikan
Pengertian Penyidikan
Pada Pasal 1 butir 2 tercantum:
"Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
2
Freddy Ady Pratama, “Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan”, https://pid.kepri.polri.go.id/perbedaan-
penyelidikan-dan-penyidikan diunggah pada 24 Juni,2023
6
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya3"
Berdasarkan rumusan di atas, tugas utama penyidik adalah: mencari dan
mengumpulkan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi; menemukan tersangka. Untuk tugas utama tersebut,
penyidik diberi kewenangan-kewenangan sebagaimana diatur oleh Pasal 75 KUHAP.
Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang
merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntur Umum
(sehari-hari dikenal dengan nama SPDP/Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
sesuai dengan Pasal 109 ayat (1) KUHAP).
Setelah bukti-bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan,
maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada
Penuntut Umum (kejaksaan) atau ternyata bukan merupakan tindak pidana.
Jika penyidik berpendapat bahwa peristiwa tersebut bukan me rupakan tindak
pidana maka penyidikan dihentikan demi hukum "Pemberhentian penyidikan" ini
diberitahukan kepada Penuntut Umum dan kepada tersangka/keluarganya. Atas
"Pemberhentian penyidikan" tersebut, jika penuntut umum atau pihak ketiga (lain)
yang berkepentingan, dapat mengaju kan "Praperadilan" kepada Pengadilan Negeri
yang akan memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan. Jika
Pengadilan Negeri sependapat dengan "penyidik" maka penghentian penyidikan sah
adanya tetapi jika Pengadilan Negeri tidak sependapat maka "penyidikan" wajib
dilanjutkan. Dalam hal ini ada pihak yang bertanya bahwa jika putusan praperadilan
untuk melanjutkan penyidikan, tidak dilaksanakan oleh penyidik, bagaimana
sanksinya? Pertanyaan yang demikian adalah berlebihan. Bukankah setiap orang
dapat menanyakannya dan penyidik tersebut masih diawasi aparat atasannya?
Setelah selesai dilakukan penyidikan, maka berkas diserahkan kepada penuntut umum
(Pasal 8 ayat (2) KUHAP). Penyerahan ini dilakukan 2 tahap, yakni:
- tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; dalam hal penyidik
sudah dianggap selesai, penyidik menyerah- kan tanggung jawab atas tersangka dan
barang bukti kepada penuntut umum.
Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum berpendapat bahwa berkas
kurang lengkap maka ia dapat:
- Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi disertai
petunjuk. (Penuntut Umum menerbitkan P-18 dan P-19).
- Melengkapi sendiri, dengan melakukan pemeriksaan tambahan (Pasal 30 ayat
(1) huruf e UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI).
Berdasarkan Pasal 110 ayat (4) KUHAP, jika dalam waktu 14 hari penuntut umum
tidak mengembalikan berkas (hasil penyelidikan) maka penyidikan dianggap telah
selesai.
3
Ibid 11
7
Orang yang berhak menjadi penyelidikan
Dalam Pasal 6 ayat (1) UU No 8 tahun 1981 berbunyi, Penyidik adalah (a)
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; (b) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh Undangundang. Sedangkan menurut Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
disebutkan bahwa Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. Mengenai
kriteria tentang siapa saja yang bisa diangkat sebagai penyidik dapat dilihat dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 27 tahun 1983 tentang
Pelaksanaan KUHAP. Dalam PP No. 27 tahun 1983 tersebut memberikan penegasan
lebih khusus lagi tentang kriteria bagi pejabat Polri yang bisa ditunjuk sebagai
penyidik, secara spesifik ditentukan bahwa tidak semua pejabat Polri adalah penyidik,
tapi hanya sebatas pejabat tertentu4.
Calon Penyidik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpangkat paling rendah Inspektur Dua Polisi dan berpendidikan paling
rendah sarjana strata satu atau yang setara;
b. Bertugas dibidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun;
c. Mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi reserse
kriminal;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; dan
e. Memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi.
4
Hutahaean Armunanto, Indarti Erlyn , LEMBAGA PENYIDIK DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU DI
Indonesia, Jurnal : https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/453/pdf#:~:text=Dalam
%20Pasal%206%20ayat%20(1,wewenang%20khusus%20oleh%20Undang-%20undang
5
Marpaung, Leden, Proses Penanganan Perkara Pidana(Penyelidikan&Penyidikan), Sinar Grafika, Jakarta,
2009 hal.8
8
2. mencari keterangan dan barang bukti;
3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung-jawab.
Sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) pada bab 4 bagian 1 KUHAP tentang “Penyidik
dan Penuntut Umum” , penyidik berwenang untuk:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi (Pasal 7 ayat
(1) jo Pasal 112 ayat (1) KUHAP);
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
9
Sebagaimana dijelaskan bahwa kewenangan penyidik pembantu terdapat dalam pasal
7 ayat 1, kecuali mengenai hal penahanan;
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d) Melakukan penangkapan, , penggeledahan dan penyitaan;
e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g) Memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi (Pasal 7 ayat (1) jo
Pasal 112 ayat (1) KUHAP);
h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Lalu juga terdapat dalam pasal 12 Bab 4, bagian 2 KUHAP, tentang Penyidik
Pembantu yang berbunyi “Penyidik pembantu membuat berita acara dan,
menyerahkan berkas perkara kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara
pemeriksaan singkat yang dapat langsung diserahkan kepada penuntut umum.”
Pada pasal bagian kesatu Pasal 4 (empat) di jelaskan bahwa dasar dilakukan
penyidikan adalah:
1. Laporan polisi/pengaduan;
2. Surat perintah tugas;
3. Laporan hasil penyelidikan (LHP);
4. Surat perintah penyidikan; dan laporan Polisi, laporan Polisi/Pengaduan
sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari:
Laporan Polisi Model A, merupakan Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota
Polri yang mengalami, mengetahui atau menemukan langsung peristiwa yang
terjadi.
Laporan Polisi Model B, merupkan Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota
Polri atas laporan/pengaduan yang di terima dari masyarakat.
10
Didalam Surat perintah tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b,
sekurang-kurangnya memuat:
Dasar penugasan;
Identitas petugas;
Jenis penugasan;
Lama waktu penugasan; dan
Pejabat pemberi perintah.
Dasar penyidikan;
Identitas petugas tim penyidik;
Jenis perkara yang disidik;
Waktu dimulainya penyidikan; dan
Identitas penyidik selaku pejabat pemberi perintah.
6
Firman Edi, “Proses Penyidikan Tindak Pidana”, https://pid.kepri.polri.go.id/proses-penyidikan-tindak-pidana
diakses 11 November 2022
11
umum untuk menghentikan penyidikan suatu perkara pidana. Berikut adalah
syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam proses tindak SP3:
Tidak cukup bukti: Penyidik atau jaksa penuntut umum harus dapat membuktikan
bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menuntut tersangka. Artinya, penyidikan
tidak menghasilkan bukti yang mendukung tindakan pidana yang diduga
dilakukan oleh tersangka.
Tidak terbukti bersalah: Syarat ini berarti bahwa berdasarkan bukti yang telah
dikumpulkan selama penyidikan, tidak ada cukup dasar hukum untuk menuduh
tersangka sebagai pelaku tindak pidana yang diduga.
Pemberitahuan kepada pihak terkait: Biasanya, pihak yang terkait, seperti korban
atau kuasa hukum tersangka, harus diberitahu tentang keputusan SP3. Mereka
memiliki hak untuk memprotes atau mengajukan banding terhadap
keputusan tersebut.
Menentukan suatu peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana atau bukan;
Membuat terang suatu perkara sampai dengan menentukan pelakunya;
Dasar melakukan upaya paksa.
Pengolahan TKP;
Pengamatan (observasi);
Wawancara (interview);
Pembuntutan (surveillance);
Penyamaran (under cover);
Pelacakan (tracking); dan
12
Penelitian dan analisis dokumen.
Orang;
Benda atau barang;
Tempat;
Peristiwa/kejadian; dan
Dalam rangka menjalankan tugas penyelidikan perlu diperhatikan hal sebagai berikut:
2. Penyidikan
Penyidikan tindak pidana dilaksanakan berdasarkan Laporan Polisi dan
surat perintah penyidikan. Laporan Polisi sebagaimana dimaksud yang diterima
Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) atau Siaga Bareskrim Polri dibuat
dalam bentuk Laporan Polisi Model A atau Laporan Polisi Model B.
Setelah Laporan Polisi dibuat, penyidik/penyidik pembantu yang bertugas di
SPKT atau Siaga Bareskrim Polri segera menindaklanjuti dengan
melakukan pemeriksaan terhadap pelapor dalam bentuk berita acara pemeriksaan
saksi pelapor.
Kepala SPKT atau Kepala Siaga Bareskrim Polri segera meneruskan laporan
polisi dan berita acara pemeriksaan saksi pelapor sebagaimana dimaksud pada
kepada:
Laporan Polisi dan berita acara pemeriksaan saksi pelapor dapat dilimpahkan
ke kesatuan yang lebih rendah atau sebaliknya dapat ditarik ke kesatuan lebih
tinggi. Selanjutnya kegiatan penyidikan dilaksanakan secara bertahap meliputi:
Penyelidikan;
Pengiriman SPDP;
Upaya paksa;
Pemeriksaan;
Gelar perkara;
Penyelesaian berkas perkara;
Penyerahan berkas perkara ke penuntut umum;
13
Penyerahan tersangka dan barang bukti; dan
Penghentian Penyidikan7.
7
Firman Edi, “Proses Penyidikan Tindak Pidana”, https://pid.kepri.polri.go.id/proses-penyidikan-tindak-pidana
diakses 11 November 2022
8
MYS, Lima Bentuk Pelanggaran KUHAP yang Dominan, online: Hukum Online <
https://www.hukumonline.com/berita/a/lima-bentuk-pelanggaran-kuhap-yang-dominan-
lt4eeac8495dd74/?page=all >
9
Novita Eleanora, Fransiska, BANTUAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI
TERSANGKA, jurnal: https://media.neliti.com/media/publications/17995-ID-bantuan-hukum-dan-perlindungan-
hak-asasi-manusia-bagi-tersangka.pdf. (Eleanora, 2012)
10
Raharjo, Agus, AKSES KEADILAN BAGI RAKYAT MISKIN (DILEMA DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
OLEH ADVOKAT), Jurnal: https://journal.ugm.ac.id/jmh/article/view/15881/10490. (Raharjo et al., 2015)
14
menyediakan pengacara bagi tersangka. Namun, tindakan pengacara yang ditunjuk
juga mengganggu. Agus Suntoro menyatakan bahwa meskipun polisi telah menunjuk
pengacara, pengacara tersebut pun tidak memberikan bantuan hukum yang cukup.s
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
15
undang. Sedangkan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Dalam Pasal 11 Bab 4, bagian 2 KUHAP, tentang Penyidik Pembantu mempunyai
kewenangan yang pasalnya berbunyi, “Penyidik pembantu mempunyai wewenang
seperti tersebut dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib
diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik.”
Proses penyidikan dan penyelidikan merupakan tahapan dalam penegakan
hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, seperti polisi atau penyidik.
Problematika yang sering terjadi pada penyidikan antara lain: Hak untuk
memberikan keterangan secara bebas, hak untuk bebas dari penyiksaan, hak atas
bantuan hukum, hak memperoleh penerjemah, hak bebas dari penangkapan yang
sewenang-wenang.
Pertanyaan :
Apa saja hak yang didapat tersangka ketika ia dalam penyidikan12?
Bagaimana proses teknologi forensik atau ahli forensik berkolaborasi untuk
membantu penegak hukum dalam proses penyelidikan? Dan bagaimana
perkembangan teknologi ini mempengaruhi penyelidikan13?
Apa saja hambatan penegak hukum dalam proses penyelidikan ini14?
Ada kasus seperti, orang yang ketahuan sebagai pengedar narkoba, ketika ingin
diselidiki orang tersebut kabur, pertanyaannya15:
1. Apa orang tersebut masih bisa ditangkap?
2. Ketika orang tersebut dapat surat penangkapan/penyelidikan lalu dia kabur ke
luar negeri kemudian kembali ke negara asalnya apa masih ditangkap?
Jawaban pemakalah:
12
M. Fathi A
13
Titi Anisa W
14
Siti Chofipah
15
Aldi Ansor
16
Tugas ahli forensik membantu penyidik, dari awal mula penyidikan hingga proses
pidana. Setelah didiagnosis, dokter forensik akan menyimpulkan atau membuat
deskripsi terkait luka, penyakit ataupun kematian.
Ahli forensik yang sangat menentukan dalam sistem pembuktian perkara
pidana, dan nilai kekuatan pembuktian dari keterangan ahli sesuai KUHAP lebih
tinggi dari alat bukti lain sehingga ahli forensik seharusnya dapat dihadirkan dalam
persidangan.
Dokter Ahli Forensik saat memberikan keterangan secara lisan di persidangan
dapat menjelaskan dengan terperinci tentang sebab luka korban maupun sebab
hilangnya nyawa korban. Bagi Kejaksaan, mengingat pentingnya keterangan yang
diberikan oleh dokter ahli forensik pada kasus yang membutuhkan Visum et
Repertum, sebaiknya dokter ahli forensik dapat dihadirkan dalam persidangan.
Referensi: https://fk.uns.ac.id/index.php/berita/detail/662/pentingnya-ahli-forensik-
dalam-sistem-peradilan-pidana-indonesia
2). Pasal 17 ayat (1) dan (6) Perkap 6/2019 mengatur dalam hal tersangka telah
dipanggil secara sah dalam rangka pemeriksaan guna penyidikan perkara melalui
surat panggilan yang diterbitkan atas dasar laporan polisi dan surat perintah
penyidikan secara tertulis, namun tersangka tidak jelas keberadaannya, maka ia
dicatat di dalam Daftar Pencarian Orang dan dibuatkan surat pencarian orang, tak
hanya sampai situ saja ntuk mencegah agar tersangka tidak melarikan diri ke luar
negeri, dalam keadaan sangat perlu dan mendesak untuk kepentingan penyidikan,
penyidik dalam tahap awal dapat mengajukan permintaan secara langsung kepada
pejabat imigrasi untuk mencegah tersangka bepergian ke luar negeri dan
ditindaklanjuti secara tertulis
17
Daftar pustaka
Eleanora, F. N. (2012). Bantuan Hukum Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi
Tersangka. Lex Jurnalica.
Marpaung, L. (2008). Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan \&Penyidikan).
library.stik-ptik.ac.id. http://library.stik-ptik.ac.id/detail?id=9129%5C&lokasi=lokal
Mokodompit, M. R. (2021). PENANGKAPAN MENURUT KUHAP DITINJAU DARI
ASPEK MANFAAT BAGI PENYIDIKAN DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI
MANUSIA. LEX PRIVATUM.
Hutahaean, A. (2019). Lembaga Penyidik Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di
Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia.
Raharjo, A., Angkasa, A., & Bintoro, R. W. (2015). Akses Keadilan Bagi Rakyat Miskin
(Dilema dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat). … Hukum-Fakultas
Hukum ….
Maksum Rangkuti, “Proses Hukum Acara Pidana”, Fakultas Hukum Umsu, 26 Agustus,
2023, https://fahum.umsu.ac.id/proses-hukum-acara-pidana/
18