Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM ACARA PIDANA

‘’ Definisi hukum Acara Pidana, Proses Penyelesaian Perkara Pidana, Asas-asas Dalam
Acara Pidan’’
Dosen Pengampu : Siti Halilah., S.H., M.H

Oleh Kelompok 1 :

Rachmawati Zafira (22.24.542)


Kelara Rosalinda (22.24.543)

PROGRAM STUDI HTN 4 A


INSTITUT AGAMA ISLAM AN NADWAH
KUALA TUNGKAL
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya makalah ini terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam susunan materi yang sangat sederhana. Maksud
dari penulis makalah ini terkait dengan peningkatan mutu dan kompetensi
mahasiswa Ilmu Hukum dalam mempelajari Ilmu Negara dan Objek Kajian Ilmu
Negara yang terkait dengan materi mata kuliah Ilmu Negara. Penulis memberikan
penjelasan mengenai pengertian, perbedaan antara demokrasi modern dengan
autokrasi modern serta cara - cara pembatasan kekuasaan penguasa, sehingga para
mahasiswa dapat lebih mudah untuk memperoleh penjelasan mengenai materi
tersebut.
Karena keterbatasan kemampuan, penulis menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini nantinya berguna dan dapat dimanfaatkan. Sekian dan terima
kasih.

Kuala Tungkal, Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Definisi Hukum Acara Pidana......................................................................2
B. Pembagian Hukum Pidana............................................................................2
C. Proses Penyelesaian Hukum Pidana.............................................................3
D. Asas – Asas Hukum Pidana..........................................................................5
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbuatan masyarakat yang dapat merugikan kepentingan umum di sebut
dengan tindak pidana, yang mana segala perbuatan tersebut memiliki hukum yang
mengatur dari tindakan tersebut.
Di pasal 1 ayat (1) KUHP: “Tiada suatu perbuatan dapat di pidana, kecuali
atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum
perbuatan dilakukan”
Dalam bahasa Latin: ”Nullum delictum nulla poena sine praevia legi
poenali”, yang dapat diartikan harfiah dalam bahasa Indonesia dengan: ”Tidak ada
delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya”. Sering juga
dipakai istilah Latin: ”Nullum crimen sine lege stricta, yang dapat diartikan
dengan: ”Tidak ada delik tanpa ketentuan yang tegas”.
B. Rumusan Masalah
Agar kajian makalah ini tidak terlalu jauh penulis membagi, makalah ini menjadi
sebagai berikut :
1. Apa itu Hukum Pidana ?
2. Apa Proses Penyelesaian Hukum Pidana ?
3. Apa Asas- Asas dalam Hukum Acara Pidana?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Acara Pidana


Hukum pidana itu ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran -
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan
mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.
Dari definisi tersebut di atas tadi dapatlah kita mengambil kesimpulan, bahwa
Hukum Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma yang
baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-
kejahatan terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum.1
B. Pembagian Hukum Pidana
Hukum Pidana dapat dibagi sebagai berikut:
1) Hukum Pidana Objektif (lus Punale), yang dapat dibagi ke dalam:
1. Hukum Pidana Materil
2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana).
2) Hukum Pidana Subjektif (ius Puniendi).
3) Hukum Pidana Umum.
4) Hukum Pidana Khusus, yang dapat dibagi lagi ke dalam:
1. Hukum Pidana Militer.
2. Hukum Pidana Pajak (Fiskal).

Hukum Pidana Objektif (Ius Punale) ialah semua peraturan yang mengandung
keharusan atau larangan, terhadap pelanggaran mana yang diancam dengan
hukuman yang bersifat siksaan.
 Hukum Pidana Objektif dibagi dalam Hukum Pidana Materil dan Hukum
Pidana Formil:
 Hukum Pidana Materiil ialah peraturan-peraturan yang menegaskan:
(1) Perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum.
(2) Siapa yang dapat dihukum.

1 Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Frans Maramis, SH. MH, Rajawali Ekspres
hlm

2
(3) Dengan hukuman apa menghukum seseorang.
Hukuman Pidana Materiil mengatur perumusan dari kejahatan dan pelanggaran
serta syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum. Jadi Hukuman Pidana Materiil
mengatur perumusan dari kejahatan dan pelanggaran serta syarat-syarat bila
seseorang dapat dihukum.
Hukum Pidana Materiil membedakan adanya:
(a) Hukum Pidana Umum.
(b) Hukum Pidana Khusus, misalnya Hukum Pidana Pajak (seorang yang tidak
membayar pajak kendaraan bermotor, hukumannya tidak terdapat dalam Hukum
Pidana Umum, akan tetapi diatur tersendiri dalam Undang-undang (Pidana Pajak).
Hukum Pidana Formil ialah hukum yang mengatur cara-cara menghukum
seseorang yang melanggar peraturan pidana (merupakan pelaksanaan dari Hukum
Pidana Materiil).
Dapat juga dikatakan bahwa Hukum Pidana Formil atau Hukum Acara Pidana
memuat peraturan-peraturan tentang bagaimana memelihara atau
mempertahankan Hukum Pidana Materiil, dan karena memuat cara-cara untuk
menghukum seseorang yang melanggar peraturan pidana, maka hukum ini
dinamakan juga Hukum Acara Pidana.
C. Proses Penyelesaian Hukum Pidana
Perkara pidana adalah suatu perkara yang perbuatan dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut.
Berikut adalah penyelesain perkara pidana menurut KUHAP.2
1. Penyelidikan
Adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
(Pasal 1 ayat 5 KUHAP)
2. Penyidikan
Adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
2 https://heylaw.id/blog/bedah-materi-pkpa-penyelesaian-perkara-pidana-berdasarkan-
kuhap

3
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
3. Pra Penuntutan dan Penuntutan
Adalah tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. (KUHAP Pasal 14 huruf B)
Sedangkan penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menuntut
cara yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan. (KUHAP Pasal 1 Ayat 7).
4. Pembaca Dakwaan
Surat dakwaan merupakan suatu surat atau akte yang memuat suatu perumusan
dari tindak pidana yang didakwakan. Surat dakwaan, dibuat oleh penuntut umum
setelah ia menerima berkas perkara dan hasil penyidikan yang lengkap dari
penyidik.
Dalam hal ia berpendapat bahwa dari hasil penyidik dapat dilakukan penuntut,
maka penuntut umum dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan (pasal
140 jo pasal 139 KUHAP).
5. Eksepsi
Adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang
berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa. Dan
disertai dengan alasan-alasanya bahwa dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat
tidak dengan cara yang benar dan tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak
sebenarnya sebuah tindak pidana yang didakwakan.
6. Pembuktian
Adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim untuk menjatuhkan
putusan. Proses pembuktian dalam dalam proses persidangan dapat dikatakan
sebagai sentral dari proses pemeriksaan di pengadilan.
Pembuktian menjadi sentral karena dalil-dalil para pihak diuji melalui tahap
pembuktian guna menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing)
maupun ditemukan (rechtsvinding) dalam suatu perkara tertentu.
7. Pembacaan Surat Tuntutan

4
Pembacaan surat tuntutan diajukan oleh penuntut umum setelah pemeriksaan di
sidang pengadilan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan
pidana.
8. Pledoi (Pembelaan)
Yaitu terdakwa dan atau penasehat hukum mengajukan pembelaan yang dapat
dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasehat
hukum selalu mendapat giliran terakhir. (Pasal 182 Ayat 1 KUHAP)
9. Putusan Hakim
Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang
pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang. (Pasal 1 Ayat 11 KUHAP)
Penyelesaian perkara pidana bisa dilakukan oleh pengacara atau lembaga bantuan
Hukum yang terkait. mekanisme dan strategi juga harus dilakukan agar kasus
yang sedang dihadapi bisa membuahkan hasil yang maksimal.
D. Asas – Asas Hukum Pidana
Asas-asas hukum pidana menurut tempat :3
1. Asas Teritorial.
2. Asas Personal (nasional aktif).
3. Asas Perlindungan (nasional pasif)
4. Asas Universal.
a. Asas Teritorial
Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu
dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana dalam perundang-
undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak
pidana di Indonesia”.
Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3 KUHP yang
menyatakan : “Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.

3 Dasar – Dasar Hukum Pidana, Mahrus Ali, SH. MH Sinar Grafika hlm

5
Tujuan dari pasal ini adalah supaya perbuatan pidana yang terjadi di dalam kapal
atau pesawat terbang yang berada di perairan bebas atau berada di wilayah udara
bebas, tidak termasuk wilayah territorial suatu Negara, sehingga ada yang
mengadili apabila terjadi suatu perbuatan pidana.

b. Asas Personal (Nasionaliteit aktif)


yakni apabila warganegara Indonesia melakukan ke-jahatan meskipun terjadi di
luar Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila
pelaku kejahatan yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia—-
sedangkan perbuatan pidana yang dilakukan warganegara Indonesia di negara
asing yang telah menghapus hukuman mati, maka hukuman mati tidak dapat
dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6 KUHP.
c. Asas Perlindungan (Nasional Pasif)
Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap negara yang
berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya.
Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang tidak terbatas pada warga
negara saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-
tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan nasional indonesia yang
karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional tersebut ialah:
1. Keselamatan kepala/wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara serta
pemerintah yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang RI
pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;
2. Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;
3. Keamanan perekonomian;
4. Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;
5. Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan
Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap negara yang
berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya.
Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang tidak terbatas pada warga
negara saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-

6
tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan nasional indonesia yang
karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional tersebut ialah:
1. Keselamatan kepala/wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara serta
pemerintah yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang RI
pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;
2. Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;
3. Keamanan perekonomian;
4. Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;
5. Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan;
d. Asas Universal
Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang melakukan
perbuatan pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana Indonesia di
luar wilayah Negara untuk kepentingan hukum bagi seluruh dunia. Asa ini
melihat hukum pidanan berlaku umum, melampaui batas ruang wilayah dan
orang, yang dilindungi disini ialah kepentingan dunia. Jenis kejahatan yang
dicantumkan pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak hanya dilihat
dari kepentingan Indonesia tetapi juga kepentingan dunia. Secara universal
kejahatan ini perlu dicegah dan diberantas.
Asas-asas Hukum Pidana Menurut Tempat :
e. Asas Legalitas
Secara Hukum Asas legaliatas terdapat di pasal 1 ayat (1) KUHP: “Tiada
suatu perbuatan dapat di pidana, kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”
Dalam bahasa Latin: ”Nullum delictum nulla poena sine praevia legi
poenali”, yang dapat diartikan harfiah dalam bahasa Indonesia dengan:
”Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang
mendahuluinya”. Sering juga dipakai istilah Latin: ”Nullum crimen sine
lege stricta, yang dapat diartikan dengan: ”Tidak ada delik tanpa ketentuan
yang tegas”.
Moelyatno menulis bahwa asas legalitas itu mengandung tiga pengertian :
1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal
itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.

7
2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan
analogi (kiyas).
3. Aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut.

f. Asas transitoir
Adalah asas yang menentukan berlakunya suatu aturan hukum pidana dalam
hal terjadi atau ada perubahan undang-undang
g. Asas retroaktif
Asas retroaktif ialah suatu asas hukum dapat diberlakukan surut. Artinya
hukum yang baru dibuat dapat diberlakukan untuk perbuatan pidana yang
terjadi pada masa lalu sepanjang hukum tersebut mengatur perbuatan tersebut,
misalnya pada pelanggaran HAM berat.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma
yang baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan
kejahatan-kejahatan terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan
umum.
Hukum Pidana Formil atau Hukum Acara Pidana memuat peraturan-peraturan
tentang bagaimana memelihara atau mempertahankan Hukum Pidana Materiil,
dan karena memuat cara-cara untuk menghukum seseorang yang melanggar
peraturan pidana, maka hukum ini dinamakan juga Hukum Acara Pidana.
Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari hukum public
merupakan salah satu isntrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya dalam
menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas
Negara dan bahkan merupakan “lembaga moral” yang berperan merehabilitas para
pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana
yang ada di setiap masanya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Frans Maramis, SH. MH,
Rajawali Ekspres
Dasar – Dasar Hukum Pidana, Mahrus Ali, SH. MH Sinar Grafika
Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Kombes. Pol Dr. Ismu Gunadi,
SH, CN, MM
https://heylaw.id/blog/bedah-materi-pkpa-penyelesaian-perkara-pidana-
berdasarkan-kuhap

10

Anda mungkin juga menyukai