Anda di halaman 1dari 19

BAB X ETIKA GURU DALAM

PEMBELAJARAN
1. PENGERTIAN ETIKA
Etika dapat didefenisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu
mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi :
1. Pertanggungjawaban (responsibility)
2. Pengabdian (dedication)
3. Kesetiaan (loyalitas)
4. Kepekaan (sensitivity)
5. Persamaan (equality)
6. Kepantasan (equity)

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,
tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai
yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut
masyarakat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Di dalam kamus istilah
Pendidikan dan Umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang
mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). (Sastrapradja, 1981:144).
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan oleh para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama etika
adalah ilmu yang menelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Berikutnya, etika dinyatakan dalam filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai
sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
Sementara itu, etika dikelompokkan menjadi 2 definisi :

Etika Guru dalam Pembelajaran 228


1. Etika merupakan karakter individu.
Dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik.
Pengertian ini disebut pemahaman manusia sebagai individu yang beretika. Etika
merupakan hukum sosial.
2. Etika merupakan hukum
Etika yang mengatur, mengendalikan serta membatasi perilaku manusia. Dalam hal
ini Dr. H. Hamzag Ya’cub menyimpulkan bahwa etika adalah ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal dan perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. (Hamzah Ya’cub,1991:13).

Demikianlah, etika akhirnya merupakan ilmu pengetahuan rohaniah, normative,


teologis. Etika bukan lagi ilmu pengetahuan yang dapat diukur secara matematis. Karena
tidak dapat diramalkan dengan pasti. Etika lebih merupakan pengetahuan tentang
kepandaian atau seni hidup secara baik (the art of good living). Dari definisi etika
tersebut di atas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan 4 hal sebagai
berikut :
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, Etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya, Etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu
juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu
antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3. Dilihat dari segi fungsinya, Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap sesuatu, perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik,buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan
demikian, etika tersebut berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang
dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu pada pengkajian system nilai-nilai
yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatakan baik dan buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh
filosof barat mengenai perbuatan baik dan buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran
etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan

Etika Guru dalam Pembelajaran 229


antroposentrid yakni pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata
lain, etika aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

KONSEP DASAR ETIKA GURU

Menurut isi buku (Soetjipto,1999) Tuntutan dasar etika profesi luhur yang pertama ialah
agar profesi itu dijalankan tanpa pamrih. Kesalahan pokok dari seorang professional adalah
bahwa ia mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan oranglain. Yang kedua
adalah bahwa para pelaksana profesi luhur ini harus memiliki pegangan atau pedoman yang
ditaati dan diperlukan oleh para anggota profesi, agar kepercayaan yang diberikan tidak
disalahgunakan. Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai kode etik. Mengingat fungsi kode etik itu,
maka profesi luhur menuntut seseorang untuk menjalankan tugasnya dalam keadaan apapun
tetap menjunjung tinggi tuntutan profesinya.
Mereka yang memilih profesi ini harus menyadari bahwa daya dorong dalam bekerja
adalah keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta menjalankan dan menjunjung tinggi
kode etik yang telah diikrarkannya, bukan semata-mata segi maternya belaka. Persatuan Guru
Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah merupakan suatu bidang terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dan guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945. Maka Guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya sebagai guru dengan mempedomani dasar-dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala betuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu profesinya.

Etika Guru dalam Pembelajaran 230


7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesame guru baik
berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8. Guru bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi Guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang pendidikan.

2. ETIKA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Beberapa calon guru memiliki perasaan takut atau ragu-ragu di dalam menghadapi
tugas praktik mengajar, tetapi perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah terjun dan
mengikuti latihan mengajar di kelas atau di sekolah. Cara pandangan guru yang baik adalah tidak
terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi seluruh kelas, bersikap
tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar
peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara
yang jelas dan diadakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian
anak-anak.
Hubungan guru dengan siswa / anak didik di dalam proses belajar-
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya
bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang
dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan
yang tidak harmonis, maka dapay menciptakan suatu yang tidak diinginkan.
            Tanggung jawab seorang pendidik sangatlah penting bagi anak didik, karena anak
membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Sifat tergantung ini dijumpai
dalam hubungan kodrat antara orang tua dengan anak atau dengan yang
bertanggungjawab atas perkembangannya. Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui
perkembangan kejiwaan anak tersebut agar lebih mudah dilaksanakan pendidikan. Di
samping itu perlu dikembangka sikap demokratis dan terbuka dari para guru, perlu ada
keaktifan dari pihak siswa, guru harus bersikap ramah sebaliknya siswa juga harus
bersifat sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat manusiawi, masing-
masing pihak bilamana perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa.

3. ETIKA GURU INDONESIA

Etika Guru dalam Pembelajaran 231


Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru membimbing
murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan dan terhadap tempat
kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang baik. Berikut beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang guru :
1. Etika guru terhadap peserta didiknya
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan seorang
guru adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan menanamkan sikap
kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik dan sopan akan
mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu di dalam memberikan
contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan bagaimana bersifat objektif dan
terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat orang lain.
Guru harus bisa mempengaruhi dan mengendalikan muridnya. Perilaku dan
pribadi guru akan menjadi bagian yang ampuh untuk mengubah perilaku murid. Guru
hendaknya menghargai potensi yang ada di dalam keberagaman murid. Seorang guru
dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan ilmu pengetahuan atau
perkembangan intelektual saja, namun juga harus memperhatikan perkembangan pribadi
anak didiknya baik perkembangan jasmani atau rohani.
2. Etika guru terhadap pekerjaan
Sebagai seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus melayani
masyarakat di bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa memberikan layanan
yang memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa menyesuaikan kemampuan serta
pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.
3. Etika guru terhadap tempat kerja
Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas. Kinerja guru
yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak memberi jaminan
pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru supaya
lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap profesional guru pada tempat
kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan tempat
kerja dan lingkungan. Etika guru sangat dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.

Etika Guru dalam Pembelajaran 232


 
4. SIKAP YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG GURU
Sikap sangat penting bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena
sikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat
tingkah dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan lakunya dalam
kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Pada saat ini banyak sikap dari seorang guru
yang tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai
factor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan. Contohnya :
1. Sikap guru yang kurang mendidik
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi
guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya
sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa,
menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan,
membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi
konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah
melampiaskan ketidakpuasan dengan cara-cara yang tidak benar.
Berikut adalah beberapa sikap guru yang kurang mendidik:
1)      Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2)      Menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3)      Menggunakan destruktif discipline,
4)      Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5)      Merasa diri paling pandai di kelasnya,
6)      Tidak adil (diskriminatif), serta
7)      Memaksakan hak peserta didik

2. Sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru


Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan, seorang guru yang profesional
harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang
Dosen dan Guru, yakni:
1) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2) kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3) kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas
mendalam,

Etika Guru dalam Pembelajaran 233


4) kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto, sikap yang harus dimiliki oleh seorang
guru adalah:
1)      Guru harus bersikap adil
2)      Guru harus percaya dan suka kepada murid-muridnya
3)      Guru harus sabar dan rela berkorban
4)      Guru harus mempunyai pembawaan terhadap anak didiknya
5)      Guru harus bersikap baik terhadap teman-temannya dan masayarakat.

5. PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Guru memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar. Guru harus
memberikan kemudahan untuk belajar agar dapat meningkatkan potensi peserta didik
secara optimal  dengan menempatkan dirinya sebagai:

1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
3. Fasilitator, yang setiap saat memberikan kemudahan, melayani peserta didik,
sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk memahami
permasalahan yang sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
5. Memupuk rasa percaya diri dan berani bertanggungjawab.
6. Membiasakan peserta didik bersilaturrahmi dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembimbing ketika diperlukan.

a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


Guru berprilaku secara professional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

Etika Guru dalam Pembelajaran 234


proses dan hasil pembelajaran. Guru membimbing peserta didik untuk
memahami, mengahayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai
individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat. Guru mengakui bahwa setiap
peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya
berhak atas layanan pembelajaran.

Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya


untuk kepentingan proses pendidikan. Guru secara perseorangan atau bersama-
sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan
belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik. Guru menjalin hubungan
dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih saying dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang


dapat mempengaruhi perkembangan negative bagi peserta didik. Guru secara
langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta
didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas,
dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. Guru bertindak dan
memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.

Guru berprilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi


kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya. Guru terpanggilnya hati nurani dan
moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan
perkembangan peserta didiknya. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk
melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses
belajar, menimbulkan didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya
dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada


peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral,
dan agama. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan professional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

b. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid

Etika Guru dalam Pembelajaran 235


Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta
didik. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.

Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan


berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Guru
berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya. Guru
menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak
akan pendidikan. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan professional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

c. Hubungan Guru dengan Masyarakat


Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
Guru mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Guru peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan


prestise dan martabat profesinya. Guru melakukan semua usaha untuk secara
bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan
meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. Guru memberikan pandangan
professional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum moral,dan kemanusiaan
dalam berhubungan dengan masyarakat. Guru tidak membocorkan rahasia
sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat. Guru tidak menampilkan diri
secara eksklusif dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta
didiknya. Guru memberikan pandangan professional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat. Guru
tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat. Guru tidak
menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika Guru dalam Pembelajaran 236


d. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat
Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, perstasi dan reputasi sekolah. Guru
memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses
pendidikan. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Guru menciptakan
suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah. Guru menghormati rekan sejawat. Guru
saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
Guru menjunjung tinggi martabat professionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional. Guru dengan berbagai cara harus membantu
rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntunan profesionalitasnya. Guru menerima otoritas kolega seniornya
untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkatian dengan tugas-tugas
pendidikan dan pembelajaran. Guru membiasakan diri pada nilai-nilai agama, moral dan
kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan
keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan
dan pembelajaran. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidah kaidah agama, moral dan kemanusiaan dan martabat profesionalnya. Guru tidak
mengeluarkan pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat
atau calon sejawat. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.
Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar
pendapat siswa atau masyarat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Guru tidak membuka rahasia pribadi dan profesional sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum. Guru tidak
menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan
memunculkan konflik dengan sejawat.

e. Hubungan Guru dengan Profesi


Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. Guru berusaha
mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang
diajarkan. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. Guru menjunjung tinggi
tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan
bertanggungjawab atas konsekuensinya. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk

Etika Guru dalam Pembelajaran 237


tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional
lainnya.
Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya. Guru tidak menerima janji, pemberian dan pujian
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya. Guru tidak
mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab
yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

f. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya


Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan pendidikan. Guru
memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi
kepentingan kpendidikan. Guru aktif mengembangkan organisai profesi guru agar
menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. Guru
menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif,
individual dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. Guru tidak
melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan
eksistensi organisasi profesinya. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan ynag dapat dipertanggungjawabkan.

g. Hubungan Guru dengan Pemerintah


Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan
bidang pendidikansebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Ungdang tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan
perundang-undangan lainnya. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan yanga berbudaya. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan
rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. Guru
tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

6. ETIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN

Etika Guru dalam Pembelajaran 238


Dalam proses pembelajarn di dalam kelas terdapat etika yang harus ditaati oleh
setiap pelajar, tetapi tidak hanya pelajar yang harus mentaati etika tersebut, guru atau
pendidik harus mentaati etika pembelajaran di dalam kelas. Banyak etika pembelajaran
yang harus ditaati seperti berikut :
1) Etika didalam kelas, suatu ketika yang harus ditaati oleh siswa dan pendidik
didalam kelas seperti, tidak berisik pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung bagi pelajar kecuali saat berdiskusi atau proses tanya jawab, tidak
saling menggangu teman yang sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas,
pendidik tidak menggunakan alat elektronik di dalam kelas.
2) Etika dalam bertanya, suatu etika yang harus ditaati oleh pelajar dan pendidik
didalam kelas seperti tidak menggunakan perkataan yang tidak baik dalam
mengajukan pertanyaan dan pendidik yang menjawab pertanyaan pelajar tersebut
juga harus menggunakan bahasa yang baik, tidak hanya itu setiap pelajar yang
ingin mengajukan pertanyaan sebaiknya pelajar mengangkat tangan kanan
mereka agar pendidik mengetahui mereka yang ingin bertanya.
3) Etika dalam berpakaian, dalam etiak berpakaian pelajar dan pendidik harus
memakai pakaian yang sopan dan rapi. Jika pelajar tersebut masih duduk di
bangku sekolah harus menggunakan pakaian seragam yang merupakan aturan
dari sekolah tersebut dan bagi mahasiswa yang mempunyai kebebasan dalam
berpakaian tetapi mahasiswa juga harus menggunakan pakaian sopan dan rapi.
4) Etika dalam suatu organisasi merupakan suatu sistem nilai. Sitem iniberisi
tentang nilai yang dianggap penting serta menjadi standar dan panduan yang
mengarahkan sikap/perilaku seseorang. Perilaku personal yang dianggap
menyalahi nilai yang dianut akan menjadi sorotan orang-orang yang berada
dalam lingkungan tersebut. Dalam etika pendidikan terdapat nilai-nilai moral
yang menjadi dasar perilaku dalam praktik pendidikan, di dalam dan diluar
lingkungan pendidikan. Nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai panduan yang
mengarahkan sikap/perilaku seseorang dalam praktik pendidikan.
Berbicara tentang nilai dalam etika pendidikan tidak lepas dari pembahasan
integritas akademik. Integritas akademik merupakan nialai yang fundamental dalam
pengajaran, pembelajaran, dalam ilmu pengetahuan. Adanya integritas akademik
menunjukkan sebuah komitmen untuk melaksanakan nilai-nilai fundamental meskipun
ketika berhadapan dengan situasi yng buruk.
Nilai-nilai fundamental tersebut meliputi kejujuran (honesty), kepercayaang
(trust), keadilan (fairness), rasa hormat (respect) dan tanggung jawab (responsibility).

Etika Guru dalam Pembelajaran 239


1) Kejujuran, merupakan prasyarat bagi nilai fundamental lainnya. Kejujuran
adalah landasan dalam pengajaran, pembelajaran, penelitian dan pelayanan.
Kejujuran ini dimulai dari diri sendiri dan dikembangkan ke orang lain.
2) Kepercayaan, merupakan respon terhadap kejujuran. Seseorang apabila selalu
berbuat jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan. Kepercayaan ini dapat
ditingkatkan dengan adanya peraturan akademik. Hanya dengan memberikan
kepercayaan kita dapat mempercayai seseorang, bekerja sama, berbagi informasi
dan ide serta mempercayai nilai sosial dan arti penting pengetahuan.
3) Keadilan, adalah tanggung jawab seluruh civitas akademik dan semuanya
memiliki peran dalam menjamin keadilan. Kesalahan seseorang tidak boleh
menjadi dalih untuk kesalahan orang lain. Kesalahan pribadi tetap dinilai sebagai
kesalahan pribadi. Tidak ada rasionalisasi semuanya bersalah bila ada anggota
yang berbuat salah. Keslahan orang lain bila da yang melihat namun tidak
mengingatkan dinilaikesalahan yang lain lagi.
4) Rasa Hormat, komunitas akademis meski menghormati dan menghargai berbagai
macam opini dan ide yang dikemukakan anggotanya dalam partisipasi pada
proses pembelajaran. Semua orang harus menunjukkan rasa hormat terhadap
karya orang lain dengan cara mengidentifikasi dan menyebutkan referensi yang
benar, serta mengakuinya sebagai “pinjaman intelektual” yang mereka dapat
melalui referensi tersebut.
5) Tanggung Jawab, seluruh komponen di institusi pendidikan memiliki tanggung
jawab melaksanakan tugasnya, nilai-nilai fundamental dan tridharma perguruan
tinggi. Bertanggung jawab artinya menentukan dan mengambil sikap terhadap
kesalahan, meskipun ada tekanan dari teman sebaya, ketakutan, loyalitas, atau
belas kasih.

7. ETIKA DAN ADAB SISWA TERHADAP GURU


Etika merupakan suatu hal penting dalam kehidupan. Penerapan etika meliputi
seluruh bidang kehidupan, termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Orang yang
beretika tapi tidak berpendidikan, jauh lebih terhormat daripada orang yang
berpendidikan tapi tidak beretika. Etika adalah hal yang paling mendasar dalam
pendidikan. Etika pendidikan merupakan pondasi bagi ilmu pengetahuan, penelitian dan
pelayanan. Etika murid terhadap guru merupakan salah satu hal yang banyak
diperdebatkan karena merupakan masalah dalam dunia pendidikan.

Etika Guru dalam Pembelajaran 240


Dunia pendidikan dalam beberapa aspeknya tidak lepas dari adanya proses
belajar-mengajar yang meniscayakan adanya interaksi antara murid dan guru.
Ketidaksopanan siswa kepada guru bukanlah menjadi hal yang mengherankan di zaman
seperti sekarang ini, banyak ditemui perilaku siswa yang kurang menghormati guru,
bukan di dalam kelas saja, dapat juga perilaku negatif ini ditemui diluar kelas ataupun di
tempat umum lainnya.
Dari fakta-fakta ynga ada ini dapat kita ambil sebagai contoh ternyadnya suatu
kemunduran nilai-nilai etika dan budi pekerti siswa kepada guru. Sehingga sebagai siswa
kita harus memperhatikan etika dan adab kita terhadap guru. Beberapa hal etika dan adab
siswa yang harus kita terapkan dalam proses pembelajaran yaitu:
1) Hendaklah murid menghormati guru dan berusaha menyenangkan hati guru
dengan cara yang baik.
2) Bersikap sopan dihadapan guru.
3) Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali mendapat izin dari guru.
4) Mengikuti anjuran dan nasehat guru.
5) Bila berbeda pendapat dengan guru, berdiskusi atau berdebat dengan cara yang
baik.
6) Jika melakukan kesalahan segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.
Menurut Jauhari Muchtar, (2008:161), dari fiqih pendiri cirri-ciri adab terhadap
guru sebagai berikut :
1. Mengucapkan salam apabila bertemu dengannya.
2. Bertutur kata dan bersikap sopan apabila berhadapan dengannya.
3. Mendengarkan, menyimak, dan memperhatikan semua perkataan atau
penjelasannya ketika guru mengajar atau berbicara dengan kita.
4. Mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru dengan baik, tepat waktu dan
bersunguh-sungguh.
5. Bertanya atau berdiskusi dengan guru apabila ada hal atau masalah yang belum
dimengerti dengan cara yang baik dan sopan.
6. Mengamalkan ilmu yang telah didapat dengan benar.
7. Jangan tertawa jika berbicara dengan guru.

8. MENYIKAPI DAN MELAKSANAKAN ETIKA DAN MORAL DALAM


PEMBELAJARAN
Sebagai seorang professional, guru harus memahami apa etika dan moral
pembelajaran itu? Mengapa etika dan moral pembelajaran itu diperlukan? Serta

Etika Guru dalam Pembelajaran 241


bagaimana cara menyikapi dan melaksanakan etika dan moral dalam melaksanakan
proses pembelajaran?

Guru harus menyikapi secara positif pentingnya etika dan moral dalam
pembelajran. Dari sikap positif tersebut, guru menyikapi komitmen yang tinggi untuk
menerapkan etika dan moral dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas kemampuan profesionalitasnya. Vandzadt (1990) mengemukakan bahwa
kualitas profesionalitas ditunjukkan oleh 5 unjuk kerja yaitu :

1. Kinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.


2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi.
3. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional
yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan
keterampilan.
4. Mengajar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan
5. Memiliki kebanggaan terhadap profesi.
Berdasarkan pendapat ini, maka penyikapan secara positif terhadap etika dan
moral pembelajaran akan menunjang kualitas professional yang ditandai oleh kelima
unjuk kerja tersebut. Disamping itu, sesuai dengan tugas guru dalam pengelolaan
pembelajaran yang meliputi :

1. Membangun hubungan baik dengan siswa.


2. Menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar.
3. Mengorganisasi belajar.
4. Melaksanakan pendekatan secara tepat.
5. Mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif, dan
6. Melaporkan hasil belajar siswa kepada orangtuanya yang berguna bagi orientasi
masa depan siswa.
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan
perlakuan terhadap objek yang disikapinya (Prayitno dan Erman,1999). Unsur kognisi
mengacu pada wawasan, keyakinan, pemahaman, dan pemikiran guru tentang hakikat
siswa, pengaruh lingkungan dan hakikat pembelajaran.
Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap etika dan moral
pembelajaran antara lain :
1. Keyakinan bahwa siswa sebagai makhluk sosial yang sedang berkembang sarat
dengan masalah etika dan moral.

Etika Guru dalam Pembelajaran 242


2. Pemahaman bahwa dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar dari berbagai
macam sumber, termasuk guru yang penuh dengan muatan etika dan moral.
3. Pemahaman bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru mampu memberikan
manfaat pada siswa karena didasarkan pada etika dan moral pembelajaran.
4. Pertimbangan dan pemikiran yang cermat, jernih, teliti, manusiawi dan penuh
tanggung jawab dan dilandasi etika moral akan mampu membelajarkan siswa
menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur kognisi tersebut di atas dapat diturunkan kedalam bentuk pola
perilaku efektif, misalnya sebagai berikut :

1) Memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap


kehidupan manusia yang penuh muatan etika dan moral, baik sebagai individu
maupun kelompok.
2) Memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan etika dan moral
pembelajaran dalam proses pembelajaran sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3) Berupaya sesuai dengan keahlian yang dimiliki, ikut mengimplementasikan dan
mengembangkan secara optimal etika dan moral pembelajaran pada siswa secara
profesional dalam proses pembelajaran.
4) Berusaha seoptimal mungkin menerapakn keahlian yang dimiliki untuk
membelajarkan siswa dengan dilandasi oleh etika dan moral pembelajaran,
dengan cara setepat mungkin.
5) Bersikap positif terhadap pentingnya etika dan moral pembelajaran, dan
diwujudkan dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran.
6) Dengan penuh kesadaran mengembangkan wawasan, ide, strategi, teknik, dan
menerapkan etika dalam moral pembelajaran secara tepat bagi siswa yang
menjadi subjek utama pembelajaran.
Penyikapan secara efektif tersebut lebih lanjut dapat secara nyata diwujudkan
dalam bentuk perlakuan terhadap siswa. Bentuk-bentuk perlakuan tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Membelajarkan siswa yang dipercaya kepadanya dengan penuh tanggung jawab
dan dilandasi etika moral pembelajaran.
2) Mengembangkan wawasan tentang etika dan moral pembelajaran secara rinci
dalam pola perilaku guru terhadap siswa.
3) Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk
mengatasi permasalahan siswa yang dilandasi etika dan moral pembelajaran.

Etika Guru dalam Pembelajaran 243


4) Mengkaji upaya pelaksanaan pemnelajaran yang dilandasi etika dan moral
melalui penelitian tindakan.

Bagaimana cara guru menerapkan etika dan moral dalam pembelajaran. Sebagai
acuan, guru dapat melakukan hal-hal berikut:
1) Agar dapat memahami orang lain dan dapat melakukan pembelajaran dengan
baik, guru harus terus-menerus menguasai dirinya. Guru harus berusaha mengerti
kekurangan dan prasangka pada dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi
hubungan dengan orang lain(siwa) dan mengakiatkan rendahnya mutu layanan
profesional (pembelajaran), atau bahkan merugikan siswa.
2) Guru dalam membelajarkan siswa, harus tetap menjaga standar mutu layanan
atau status profesinya sehingga dapat dihindarkan kemungkinan penyimpangan
tugas yang tidak sesuai dengan etika dan moral pembelajaran.
3) Guru dalam membelajarkan siswa, harus memperhatikan sikap kesederhanaan,
rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, sadar diri dan tidak boleh
dogmatis serta harus penuh dengan rasa tanggung jawab.
4) Guru harus bersikap terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan kepadanya
dan siswanya di atas kepentingan pribadi.
5) Guru harus menghormatiharkat dan hak-hak pribadi, serta menempatkan para
siswanya diatas kepentingan pribadinya.
6) Guru dalam proses pembelajaran, tidak membeda-bedakan siswa (dalam
memberikan layanan) dengan dalih apapun.
7) Dalam menjalankan tugasnya, guru harus menerapkan prinsip-prinsip etika dan
moral pembelajaran.
8) Dalam proses pembelajaran mengutamakan pemilihan prima secara fisik, mudah
tersenyum, dan secara psikis berkepribadian empatik, simpatik, dan tutur bahasa
yang jelas, baik dan benar secara eumfimistik (santun atau halus bertutur)
9) Sekolah dan guru harus dapat menciptakan iklim yang kondusif (bersih, indah,
asri dan nyaman) dan suasana akademik yang menarik, dengan didukung oleh
fsilitas yang berfungsi mendukung proses pembelajaran yang beretika dan
bermoral dinamis serta terarah.

Dasar-dasar penyikapan ini selanjutnya akan secara nyataterwujud dalam proses


pembelajaran yang diwarnai oleh komitmen dan motivasi yang tinggi, niat baik yang
dilandasi oleh kepribadian dan keikhlasan, dan kesadaran akan pentingnya

Etika Guru dalam Pembelajaran 244


profesionalisasi diri. Hal ini penting, karena modal untuk melaksanakn tugas-tugasnya
seorang guru dituntut memiliki:
1) Integritas moral kepribadian.
2) Integritas intelektual yang berorientasi kebenaran.
3) Integritas religius dalam konteks pergaulan dalam masyarakat majemuk.
4) Tingginya kualitas keahlian bidang studi sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
5) Memahami, menghargai, dan mengamalkan etka profesi, dan
6) Mengakui dan menghormati martabat siswa.

Etika Guru dalam Pembelajaran 245


Etika Guru dalam Pembelajaran 246

Anda mungkin juga menyukai