Kelompok 03
Disusun Oleh :
Aulia Rahmah (22.24.497)
Rachmawati Zafira (22.24.542)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Cara Mengajukan Perkara Ke Pengadilan”.
Makalah ini Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat waktu atas usaha, do’a,
serta dukungan dari anggota kelompok. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu bapak dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini
kemudian mempresentasikannya untuk bahan diskusi kelas.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Atas kekurangan
tersebut, kami mohon maaf dan kami juga sampaikan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gugatan adalah suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak (kelompok)
atau badan hukum yang merasa hak dan kepentingan nya dirugikan dan
menimbulkan perselisihan yang ditujukan kepada orang lain atau pihak lain yang
menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan negeri. Tujuan dari suatu proses
dimuka pengadilan adalah untuk mendapatkan penentuan bagaimanakah hukum
yang diterapkan dalam suatu perkara, yaitu bagaimana hubungan hukum antara
dua pihak atau lebih yang berperkara itu dapat diselesaikan dimuka hukum. Agar
segala apa yang ditetapkan oleh hakim di pengadilan, dapat diterapkan dengan
paksaan. Pengajuan permohonan gugatan atas adanya pelanggaran hak dalam
suatu sengketa yang dihadapi oleh para pihak yang sedang berperkara yang harus
diselesaikan oleh hakim dalam persidangan pengadilan. Sedangkan mengenai
tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa umumnya berupa permohonan hak
yang diajukan oleh seseorang atau beberapa orang dengan maksud untuk
mendapatkan hak keperdataan sesuai dengan permohonannya.
2. Kasasi
a. Permohonan Kasasi Dapat Diajukan Dikepaniteraan Pengadilan Negeri
Dalam Waktu
14 (Empat Belas) Hari Kalender Terhitung Keesokan Harinya Setelah
Diberitahukan
Kepada Pihak Yang Tidak Hadir Dalam Pembacaan Putusan, Apabila Hari
Ke 14
(Empat Belas) Jatuh pada hari Sabtu, Minggu Atau Hari Libur, Maka
Penentuan Hari
Ke 14 (Empat Belas) Jatuh Pada Hari Kerja Berikutnya.minimal 5 (lima)
rangkap
3. Surat Kuasa Khusus/Insidentil Yang Didaftarkan Di Kepaniteraan Muda
Hukum
Pengadilan Negeri Klaten.
4. Membayar Panjar Biaya Melalui Bank Yang ditunjuk.
5. Foto Copy Relaas Pemberitahuan Putusan PN (bagi Yang Tidak Hadir)
6. Memberikan Softcopy/ Data Elektronik Baik Memori Maupun Kontra
Memori.
7. Permohonan Kasasi wajib disertai Memori paling lama 14 (empat belas)
hari sejak
Akta Pernyataan Permohonan Kasasi
3. Peninjauan kembali
1) Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali dan Tenggang Waktu
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-
bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu. (180 hari terhitung sejak
diketahui
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana
memperoleh
kekuatan hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara)
b. Apabila setelah perkara diputus diketemukan surat-surat bukti yang
bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
(180 hari
terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta tanggal
ditemukannya
harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang)
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari
yang dituntut.
(180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
d. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan
sebab-sebabnya. (180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan
hukum tetap
dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai soal yang sama atas
dasar yang sama
oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang
bertentngan satu dengan yang lain. (180 hari sejak putusan yang terakhir
dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada
pihak yang berperkara).
f. Apabila dalam suatu putusan terdapat kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang
nyata. (180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
2)Permohonan Peninjauan Kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak
berperkara atau
ahli warisnya atau wakilnya secara khusus dikuasakan untuk itu.
3)Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pemohon secara tertulis
dengan
menyebutkan sejelas-jelasnya alasan yang dijadikan dasar permohonan itu
dan
dimasukkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri yang memutus perkara
dalam tingkat
pertama.
4)Apabila pemohon tidak dapat menulis, maka ia menguraikan
permohonannya secara lisan
di hadapan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat
pertama atau
hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan
tentang
permohonan tersebut.
5)Permohonan Peninjauan Kembali harus disertai alasan/ Memori
Peninjauan Kembali.
6)Membayar Panjar Biaya Melalui Bank Yang ditunjuk.
7)Foto Copy Relaas Pemberitahuan Putusan Kasasi/ Putusan yang
berkekuatan hukum tetap.
8)Foto Copy Putusan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan
Mahkamah Agung dan
bukti pendukung lainnya.
9)Memberikan Softcopy/ Data Elektronik Baik Memori Maupun Kontra
Memori dimasukan
dalam 1 (satu) keping CD.
C. Bagaimana proses penyelesaian perkara perdata
Permasalahan hukum yang ditangani dimulai dari penerimaan gugatan
perdata dari Pengadilan Negeri setempat terbagi menjadi 2 (dua) jenis
yakni:
1. Gugatan Perdata Umum
Perkara Perdata Umum merupakan perkara mengenai perselisihan antar
kepentingan perseorangan atau antara kepentingan suatu badan pemerintah
dengan kepentingan perseorangan (misalnya: perselisihan tentang p
erjanjian jual-beli, sewa-menyewa, pembagian waris, dan sebagainya).
Dalam hal tersebut diatas dan yang menjadi objek gugatan adalah benda
tidak bergerak (tanah), maka ditempat benda yang tidak bergerak terletak.
(Ketentuan HIR dalam hal ini berbeda dengan Rbg. Menurut pasal 142
RBg, apabila objek gugatan adalah tanah, maka gugatan selalu dapat
diajukan kepada Pengadilan Negeri dimana tanah itu terletak).
Dalam hal ada pilihan domisili secara tetulis dalam akta, jika penggugat
menghendaki,di tempat domisili yang dipilih itu. Apabila tergugat pada
hari sidang pertama tidak mengajukan tangkisan (eksepsi) tentang
wewenang mengadili secara relatif ini, Pengadilan Negeri tidak boleh
menyatakan dirinya tidak berwenang.
(Hal ini adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 133 HIR, yang menyatakan,
bahwa eksepsi mengenai kewenangan relatip harus di ajukan pada
permulaan sidang, apabila diajukan terlambat, Hakim dilarang untuk
memperhatikan eksepsi tersebut).
KUASA/WAKIL
Untuk bertindak sebagai Kuasa/Wakil dari penggugat/tergugat ataupun
pemohon, seseorang harus memenuhi syarat- syarat:
1. Mempunyai surat kuasa khusus yang harus diserahkan dipersidangan.
atau pemberian kuasa disebutkan dalam surat gugatan/permohonan, atau
kuasa/wakil ditunjuk oleh pihak yang ber perkara/pemohon didalam
persidangan secara lisan.
Memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan Menkeh No. 1/1985 jo
Keputusan Menkeh tanggal 7 Oktober 1965 No. J.P.14-2-11.
Telah terdaftar sebagai Advokat/Pengacara praktek di kantor Pengadilan
Tinggi/Pengadilan Negeri setempat atau secara khusus telah di izinkan
untuk bersidang mewakili penggugat/ tergugat dalam perkara tertentu.
Permohonan banding atau kasasi yang diaju kan oleh Kuasa/Wakil dari
pihak yang bersang kutan barus dilampiri dengan surat kuasa khusus untuk
mengajukan permohonan tersebut atau surat kuasa yang dipergunakan di
Pengadilan Negeri telah menyebutkan pemberian kuasa pula untuk
mengajukan permohonan banding atau kasasi.
Untuk menjadi kuasa dari pihak tergugat juga berlaku hal-hal tersebut
diatas.
Kuasa/Wakil Negara/Pemerintah dalam suatu perkara perdata berdasarkan
Stbl. 1922 No. 522 dan pasal 123 ayat 2 HIR, adalah:
• Pengacara Negara yang diangkat oleh Pemerintah.
• Jaksa.
• Orang tertentu atau Pejabat-pejabat yang di¬angkat/ditunjuk oleh
Instansi-instansi yang bersangkutan.
Jaksa tidak perlu menyerahkan Surat Kuasa khusus. Pejabat atau orang
yang diangkat/ditun juk oleh instansi yang bersangkutan, cukup hanya
menyerahkan Salinan Surat pengangkatan/penunjukan, yang tidak
bermaterai.
PERKARA GUGUR
Apabila pada hari sidang pertama penggugat atau semua penggugat tidak
datang, meskipun telah dipanggil dengan patut dan juga tidak mengirim
kuasanya yang sah, sedangkan tergugat atau ku asanya yang sah datang,
maka gugatan digugur kan dan penggugat dihukum untuk membayar biaya
perkara. Penggugat dapat mengajukan gu gatan tersebut sekali lagi dengan
membayar panjar biaya perkara lagi. Apabila telah dilakukan sita jaminan,
sita tersebut ikut gugur.
Dalam hal-hal yang tertentu, misalnya apabila penggugat tempat
tinggalnya jauh atau ia benar mengirim kuasanya, namun surat kuasanya
tidak memenuhi syarat, Hakim boleh mengundurkan dan menyuruh
memanggil penggugat sekali lagi. Kepada pihak yang datang
diberitahukan agar ia menghadap lagi tanpa panggilan.
Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah
dipanggil dengan patut, tetapi pada hari kedua ia datang dan pada hari
ketiga penggugat tidak hadir lagi, perkara nya tidak bisa digugurkan (pasal
124 HIR).
PUTUSAN VERSTEK
Apabila pada hari sidang pertama dan pada hari sidang kedua tergugat atau
semua tergugat tidak datang padahal telah dipanggil dengan patut dan juga
tidak mengirim kuasanya yang sah, sedangkan penggugat/para penggugat
selalu datang, maka perkara akan diputus verstek.
Meskipun tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama atau tidak
mengirim kuasanya yang sah, tetapi'jlka ia mengajukan jawaban tertulis
beru pa tangkisan tentang tidak berwenang mengadili, maka perkara tidak
diputus dengan verstek.
TANGKISAN/EKSEPSI
Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat, diperiksa dan diputus
bersama-sama dengan pokok perkaranya, kecuali jika eksepsi itu mengenai
tidak berwenangnya Pengadilan Negeri untuk memeriksa perkara tersebut.
Apabila diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara, dalam
pertimbangan hukum dan dalam diktum putusan, tetap disebutkan:
Dalam eksepsi:.............. (pertimbangan lengkap).
Dalam pokok perkara..... (pertimbangan lengkap).
PENCABUTAN SURAT GUGATAN
Gugatan dapat dicabut secara sepihak jika perkara belum diperiksa. Tetapi
jika perkara sudah diperiksa dan tergugat telah memberi jawabannya,
maka pen cabutan perkara harus mendapat persetujuan dari tergugat (pasal
271, 272 RV).
PERUBAHAN/PENAMBAHAN GUGATAN
Pembahan dan/atau penambahan gugatan diper kenankan, asal diajukan
pada hari sidang perta ma dimana para pihak hadir, tetapi hat tersebut
harus ditanyakan pada pihak lawannya guna pembelaan kepentingannya.
Penambahan dan/atau penambahan gugatan tidak boleh sedemikian rupa,
sehingga dasar pokok gugatan menjadi lain dari materi yang menjadi
sebab perkara antara kedua belah pihak terse but. Dalam hal demikian,
maka surat gugat harus dicabut.
PERDAMAIAN
Jika kedua beIah pihak hadir dipersidangan, Hakim harus berusaha
mendamaikan mereka. Usaha tersebut tidak terbatas pada hari sidang
pertama saja, melainkan dapat dilakukan mes kipun taraf pemeriksaan
telah lanjut (pasal 130 HIR). Jika usaha perdamaian berhasil, maka
dibuatlah akta perdamaian, yang harus dibacakan terlebih dahulu oleh
Hakim dihadapan para pihak, sebelum Hakim menjatuhkan putusan yang
meng hukum kedua belah pihak untuk mentaati isi perdamaian tersebut.
Akta perdamaian mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan Hakim
yang berkuatan hu kum tetap dan apabila tidak dilaksanakan, eksekusi
dapat dimintakan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Terhadap putusan perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum banding.
Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal mana harus dicatat dalam berita
acara persidangan, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
membacakan surat gugatan dalam bahasa yang dimengerti oleh para pihak,
jika perlu dengan menggunakan penerjemah (pasal 131 HIR).
Khusus untuk gugat cerai:
Apabila dalam perkawinan tersebut ada anak, agar berusaha untuk
mendamaikan kedua belah pihak dan sedapat mungkin suami-istri harus
datang sendiri. Apabila usaha perdamaian berhasil, gugatan harus dicabut.
Sehubungan dengan perdamaian ini tidak bisa dibuat akta perdamaian.
Apabila usaha perdamaian gagal, gugat cerai diperiksa dengan sidang
tertutup.
PENGGUGAT/TERGUGAT MENINGGAL DUNIA
Jika Penggugat atau tergugat setelah mengajukan gugatan meninggal
dunia, maka ahli warisnya dapat melanjutkan perkara.
BIAYA YANG DAPAT TIMBUL DALAM PERSIDANGAN
Jika selama pemeriksaan perkara atas permohonan salah satu pihak ada
hal-hal/perbuatan yang barus dilakukan, maka biaya dibebankan kepada
pemohon dan dianggap sebagai per sekot biaya perkara, yang dikemudian
hari akan diperhitungkan dengan biaya perkara yang harus dibayar oleh
pihak yang dengan putusan Hakim dihukum untuk membayar biaya
perkara, biasa nya pihak yang dikalahkan.
Pihak lawan, apabila ia mau, dapat membayarnya Jika kedua belah pihak
tidak mau membayar biaya tersebut, maka hal/perbuatan yang barus
dilakukan itu tidak jadi dilakukan, kecuali jika hal/perbuatan itu menurut
Hakim memang sangat diperlukan. Dalam hal itu, biaya tersebut sementara
akan diambil dari uang panjar biaya perkara yang telah dibayar oleh
Penggugat (pasal 160 HIR).
PENGGABUNGAN PERKARA
Beberapa gugatan dapat digabungkan menjadi satu, apabila antara
gugatan-gugatan yang digabungkan itu, terdapat hubungan erat atau ada
koneksitas. Hubungan erat ini harus dibuktikan berdasarkan faktanya.
Penggabungan gugatan diperkenankan apabila menguntungkan proses,
yaitu apabila antara gugatan yang gabungkan itu ada koneksitas dan
penggabungan akan memudahkan pemeriksaan, serta akan dapat
mencegah kemungkinan ada nya putusan-putusan yang saling
bertentangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu perbuatan merupakan perbuatan yang melanggar hukum apabila
perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban menurut Undang-Undang
dimaksudkan setiap ketetentuan umum yang bersifat mengikat, yang dikeluarkan
oleh kekuasaan yang berwenang yaitu Undang-Undang dalam arti materil.
Perbuatan melawan hukum dapat dibagi atas 3 kategori yaitu :
1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
2. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian
Dan dapat pula perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur
kesengajaan maupun kelalaian) perbuatan melawan hukum disini dimaksudkan
adalah sebagai perbuatan melawan hukum dalam bidang keperdataan saja
DAFTAR PUSTAKA