Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Cara Mengajukan Perkara Ke Pengadilan”


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“HUKUM ACARA PERDATA”
Dosen Pengampu:
MHD. Fakhrurrahman Arif, S.H., M.H.

Kelompok 03

Disusun Oleh :
Aulia Rahmah (22.24.497)
Rachmawati Zafira (22.24.542)

PRODI HUKUM TATA NEGARA lV A


INSTITUT AGAMA ISLAM AN-NADWAH (IAI) KUALA
TUNGKAL
TAHUN AKADEMIK 2024/2025
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Cara Mengajukan Perkara Ke Pengadilan”.
Makalah ini Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat waktu atas usaha, do’a,
serta dukungan dari anggota kelompok. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu bapak dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini
kemudian mempresentasikannya untuk bahan diskusi kelas.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Atas kekurangan
tersebut, kami mohon maaf dan kami juga sampaikan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Kuala Tungkal,21 Maret 2024

penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gugatan adalah suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak (kelompok)
atau badan hukum yang merasa hak dan kepentingan nya dirugikan dan
menimbulkan perselisihan yang ditujukan kepada orang lain atau pihak lain yang
menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan negeri. Tujuan dari suatu proses
dimuka pengadilan adalah untuk mendapatkan penentuan bagaimanakah hukum
yang diterapkan dalam suatu perkara, yaitu bagaimana hubungan hukum antara
dua pihak atau lebih yang berperkara itu dapat diselesaikan dimuka hukum. Agar
segala apa yang ditetapkan oleh hakim di pengadilan, dapat diterapkan dengan
paksaan. Pengajuan permohonan gugatan atas adanya pelanggaran hak dalam
suatu sengketa yang dihadapi oleh para pihak yang sedang berperkara yang harus
diselesaikan oleh hakim dalam persidangan pengadilan. Sedangkan mengenai
tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa umumnya berupa permohonan hak
yang diajukan oleh seseorang atau beberapa orang dengan maksud untuk
mendapatkan hak keperdataan sesuai dengan permohonannya.

Perbuatan melawan hukum atau yang dikenal dengan istilah


Onrechmatige Daad diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal
1365 yang berbunyi “ Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Perkataan hukum perdata dalam arti
yang luas meliputi semua hukum privat, yaitu segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan-kepentingan perseorangan. Ada juga orang yang memakai perkataan
hukum sipil untuk hukum privat materil itu. Pelaksanaan dari hukum materil,
khususnya hukum materil perdata, dapatlah berlangsung secara diam-diam antara
para pihak yang bersangkutan tanpa melalui pejabat atau instansi resmi. Perbuatan
melawan hukum sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Perbuatan
melawan hukum terjadi karena ketidakpahaman masyarakat dalam peraturan
hukum yang berlaku. Karena banyak masyarakat yang tidak memahami sifat dari
”perbuatan melawan hukum“ pada umumnya adalah sangat luas artinya yaitu
kalau perkataan “hukum” dipakai dalam arti yang seluas-luasnya dan hal
perbuatan hukum dipandang dari segala sudut. Perbuatan melawan hukum adalah
ditujukan kepada hukum yang umumnya berlaku di indonesia yang sebahagian
adalah merupakan hukum adat.
Pengajuan permohonan gugatan atas adanya pelanggaran hak dalam suatu
perkara sudah barang tentu mengandung suatu sengketa yang dihadapi oleh para
pihak yang sedang berperkara yang harus diselesaikan oleh hakim dalam
persidangan pengadilan. Sedangkan mengenai tuntutan hak yang tidak
mengandung sengketa umumnya berupa permohonan hak yang diajukan oleh
seseorang atau beberapa orang dengan maksud untuk mendapatkan hal
keperdataan sesuai dengan permohonannya. Tujuan dari suatu proses dimuka
pengadilan adalah untuk mendapatkan penentuan bagaimanakah hukum yang
diterapkan dalam suatu perkara, yaitu bagaimana hubungan hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih yang berperkara itu dapat diselesaikan dimuka hukum,
agar segala apa yang ditetapkan oleh hakim dipengadilan dapat diterapkan dengan
paksaan. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai hal-hal subyektif dan
kewenangan hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengajukan perkara ke pengadilan?
2. Apa saja persyaratan mengajukan ke gugatan?
3. Bagaimana proses penyelesaian perkara perdata?
BAB Il
PEMBAHASAN

A. Bagaimana Cara Mengajukan Perkara Ke Pengadilan


Prosedur pendaftaran perkara perdata untuk gugatan atau pemohon.
1. Pihak pemohon datang ke pengadilan negeri dengan membawa surat gugatan
atau permohonan.
2. Pihak pemohon menghadap petugas meja pertama dan menyerahkan surat
gugatan atau permohonan, 4 rangkap.
3. Petugas meja pertama memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan
dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang
kemudian ditulis dalam surat kuasa untuk membayar besarnya panjar biaya
perkara diperkirakan harus setelah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut berdasarkan pasal 182 ayat (1).
4. Petugas meja pertama menyerahkan kembali surat permohonan kepada pihak
pemohon disertai dengan surat kuasa untuk membayar skun dalam rangkap 3.
5. Pihak pemohon menyerahkan kepada kasir surat gugatan atau permohonan
beserta surat kuasa untuk membayar (SKUM).
6. Pemegang kas menyerahkan surat asli kuasa untuk membayar skun kepada
pihak pemohon sebagai penyetoran panjar biaya ke bank.
7. Pihak pemohon datang ke loket pembayaran bank dan mengisi slip pembayaran
bank. Pengisian data dalam slip banktersebut sesuai dengan surat kuasa untuk
membayar skun seperti no urut dan biaya penyetoran. Kemudian pihak pemohon
menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang sebesar yang
tertera dalam slip bank tersebut.
8. Setelah divalidasi dari petugas layanan bank pihak pemohon menunjukan slip
bank tersebut dan menyerahkan surat kuasa skun kepada pemegang kas.
9. Pemegang kas meneliti dan kemudian menyerahkan kembali pada pihak
pemohon dan memberi tanda lunas dalam surat kuasa untuk membayar surat
(SKUM). Dan menyerahkan kembali pada pihak berperkara asli dan tindasan
pertama surat kuasa untuk membayar (SKUM) serta surat gugatan atau
permohonan yang bersangkutan.
10. Pihak pemohon menyerahkan kepada petugas meja kedua surat gugatan atau
permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 rangkap serta tindasan pertama
surat kuasa untuk membayar (SKUM).
11. Petugas meja kedua mendaftarkan surat gugatan atau permohonan dalam
register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau
pemohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh
pemegang kas.
12. Petugas meja kedua menyerahkab kembali meja 1 rangkap surat gugatan atau
permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak pemohon.

Pelaksanaan pendaftaran gugatan atau permohonan tingkat pertama


Penggugat atau melalui kuasa hukumnya mengajukan gugatan atau
permohonan yang diajukan kepada ketua pengadilan negeri pada pengadilan
negeri dengan beberapa kelengkapan atau syarat yang harus dipenuhi surat
permohonan.
1. Surat permohonan atau gugatan
2. Surat kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan kuasa
hukum)
3. Bukti-bukti yang menguatkan untuk mengajukan gugatan atau
permohonan, seperti KTP,KK, AKTE, SURAT KUASA DLL.
4. Penggugat atau kuasanya membayar panjar biaya gugatan dengan
menyetorkan uang panjar perkara melalui bank yang ditunjuk oleh
pengadilan.
5. Memberikan bukti transfer serta menyimpan salinannya untuk arsip.
6. Menerima tanda bukti penerimaan surat gugatan atau permohonan.
7. Menunggu surat panggilan sidang dari pengadilan negeri yang
disampaikan oleh juru sita/juru sita pengganti.
8. Menghadiri sidang dengan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
B. Apa saja persyaratan mengajukan gugatan
SYARAT-SYARAT GUGATAN CERAI
a. Surat Gugatan.Minimal 8 (delapan) rangkap
b. Foto Copy KTP
c. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
d. Foto Copy Akte Perkawinan
e. Foto Copy Akte Kelahiran Anak
SYARAT-SYARAT GUGATAN NON CERAI
a. Surat Gugatan. Minimal 8 (delapan) rangkap
b. Foto Copy KTP
c. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
d. Foto Copy Bukti Pendukung
(Sertifikat, Surat Perjanjian, dsb).
SYARAT-SYARAT PERMOHONAN
a. Surat Permohonan. Minimal 4 (Empat ) Rangkap
b. Foto Copy KTP
c. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
d. Foto Copy Bukti Pendukung
(Akte Kelahiran, Ijazah, Paspor, Sertifikat, dsb)
SYARAT-SYARAT UPAYA HUKUM
1. Banding
a. Permohonan Banding/ Kasasi Dapat Diajukan Dikepaniteraan
Pengadilan Negeri
Dalam Waktu 14 (Empat Belas) Hari Kalender Terhitung Keesokan
Harinya Setelah
Putusan Diucapkan Atau Setelah Diberitahukan Kepada Pihak Yang
Tidak Hadir
Dalam Pembacaan Putusan, Apabila Hari Ke 14 (Empat Belas) Jatuh
pada hari Sabtu,
Minggu Atau Hari Libur, Maka Penentuan Hari Ke 14 (Empat Belas)
Jatuh Pada Hari
Kerja Berikutnya.minimal 5 (lima) rangkap
b. Surat Kuasa Khusus/Insidentil Yang Didaftarkan Di Kepaniteraan Muda
Hukum
Pengadilan Negeri Klaten.
c. Membayar Panjar Biaya Melalui Bank Yang ditunjuk.
d. Foto Copy Relaas Pemberitahuan Putusan PN (bagi Yang Tidak Hadir)
e. Memberikan Softcopy/ Data Elektronik Baik Memori Maupun Kontra
Memori.

2. Kasasi
a. Permohonan Kasasi Dapat Diajukan Dikepaniteraan Pengadilan Negeri
Dalam Waktu
14 (Empat Belas) Hari Kalender Terhitung Keesokan Harinya Setelah
Diberitahukan
Kepada Pihak Yang Tidak Hadir Dalam Pembacaan Putusan, Apabila Hari
Ke 14
(Empat Belas) Jatuh pada hari Sabtu, Minggu Atau Hari Libur, Maka
Penentuan Hari
Ke 14 (Empat Belas) Jatuh Pada Hari Kerja Berikutnya.minimal 5 (lima)
rangkap
3. Surat Kuasa Khusus/Insidentil Yang Didaftarkan Di Kepaniteraan Muda
Hukum
Pengadilan Negeri Klaten.
4. Membayar Panjar Biaya Melalui Bank Yang ditunjuk.
5. Foto Copy Relaas Pemberitahuan Putusan PN (bagi Yang Tidak Hadir)
6. Memberikan Softcopy/ Data Elektronik Baik Memori Maupun Kontra
Memori.
7. Permohonan Kasasi wajib disertai Memori paling lama 14 (empat belas)
hari sejak
Akta Pernyataan Permohonan Kasasi
3. Peninjauan kembali
1) Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali dan Tenggang Waktu
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-
bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu. (180 hari terhitung sejak
diketahui
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana
memperoleh
kekuatan hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara)
b. Apabila setelah perkara diputus diketemukan surat-surat bukti yang
bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
(180 hari
terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta tanggal
ditemukannya
harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang)
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari
yang dituntut.
(180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
d. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan
sebab-sebabnya. (180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan
hukum tetap
dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai soal yang sama atas
dasar yang sama
oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang
bertentngan satu dengan yang lain. (180 hari sejak putusan yang terakhir
dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada
pihak yang berperkara).
f. Apabila dalam suatu putusan terdapat kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang
nyata. (180 hari terhitung sejak putusan memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara).
2)Permohonan Peninjauan Kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak
berperkara atau
ahli warisnya atau wakilnya secara khusus dikuasakan untuk itu.
3)Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pemohon secara tertulis
dengan
menyebutkan sejelas-jelasnya alasan yang dijadikan dasar permohonan itu
dan
dimasukkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri yang memutus perkara
dalam tingkat
pertama.
4)Apabila pemohon tidak dapat menulis, maka ia menguraikan
permohonannya secara lisan
di hadapan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat
pertama atau
hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan
tentang
permohonan tersebut.
5)Permohonan Peninjauan Kembali harus disertai alasan/ Memori
Peninjauan Kembali.
6)Membayar Panjar Biaya Melalui Bank Yang ditunjuk.
7)Foto Copy Relaas Pemberitahuan Putusan Kasasi/ Putusan yang
berkekuatan hukum tetap.
8)Foto Copy Putusan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan
Mahkamah Agung dan
bukti pendukung lainnya.
9)Memberikan Softcopy/ Data Elektronik Baik Memori Maupun Kontra
Memori dimasukan
dalam 1 (satu) keping CD.
C. Bagaimana proses penyelesaian perkara perdata
Permasalahan hukum yang ditangani dimulai dari penerimaan gugatan
perdata dari Pengadilan Negeri setempat terbagi menjadi 2 (dua) jenis
yakni:
1. Gugatan Perdata Umum
Perkara Perdata Umum merupakan perkara mengenai perselisihan antar
kepentingan perseorangan atau antara kepentingan suatu badan pemerintah
dengan kepentingan perseorangan (misalnya: perselisihan tentang p
erjanjian jual-beli, sewa-menyewa, pembagian waris, dan sebagainya).

Penanganan Kasus Perdata tidak selalu harus ke pengadilan, namun dapat


dilakukan upaya negosiasi dan mediasi. Jika langkah negosiasi dan
mediasi yang dilakukan tidak membuahkan hasil, maka demi
menyelesaikan perkara,dapat diajukan ke pengadilan negeri setempat.

Adapun perkara perdata umum yang kami tangani diantaranya adalah


sebagai berikut :
• Kasus Hutang Piutang
• Gugatan Wanprestasi
• Gugatan Lelang Eksekusi
• Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
• Gugatan Sengketa Kerjasama
• Permohonan Ganti Nama
• Pembetulan Asal Usul Orang
• Gugatan Pencemaran Nama Baik dan lain-lain
Jenis-jenis gugatan yang lazim diajukan di Peradilan Umum yaitu gugatan
wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan hukum (PMH), menurut M.
Yahya Harahap kedua gugatan tersebut memiliki perbedaan prinsip, yaitu:
2. Gugatan wanprestasi (ingkar janji)
Ditinjau dari sumber hukumnya, wanprestasi menurut Pasal 1243
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) timbul dari
perjanjian (agreement). Oleh karena itu, wanprestasi tidak mungkin timbul
tanpa adanya perjanjian yang dibuat terlebih dahulu diantara para pihak.
Hak menuntut ganti kerugian karena wanprestasi timbul dari Pasal 1243
KUH Perdata, yang pada prinsipnya membutuhkan penyataan lalai dengan
surat peringatan (somasi). KUH Perdata juga telah mengatur tentang
jangka waktu perhitungan ganti kerugian yang dapat dituntut, serta jenis
dan jumlah ganti kerugian yang dapat dituntut dalam wanprestasi.
3. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, Perbuatan Melawan Hukum
timbul karena perbuatan seseorang yang mengakibatkan kerugian pada
orang lain. Hak menuntut ganti kerugian karena PMH tidak perlu somasi.
Kapan saja terjadi Perbuatan Melawan Hukum, pihak yang dirugikan
langsung mendapat hak untuk menuntut ganti rugi tersebut. KUH Perdata
tidak mengatur bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi. Dengan
demikian, bisa digugat ganti kerugian yang nyata-nyata diderita dan dapat
diperhitungkan (material) dan kerugian yang tidak dapat dinilai dengan
uang (immaterial).
Agar Pengugat dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan Perbuatan
Melawan Hukum, maka harus dipenuhi unsur-unsur yaitu:
1) Harus ada perbuatan, yang dimaksud perbuatan ini baik yang bersifat
positif maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat
atau tidak berbuat;
2) Perbuatan tersebut harus melawan hukum.Istilah Melawan Hukum
telah diartikan secara luas, yaitu tidak hanya melanggar peraturan
perundang-undangan tetapi juga dapat berupa:
a. Melanggar hak orang lain.
b. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.
c. Bertentangan dengan kesusilaan.
d. Bertentangan dengan kepentingan umum.
3). Adanya kesalahan;
4. Ada kerugian, baik materil maupun immaterial;
5. Adanya hubungan sebab-akibat antara perbuatan ,melawan hukum
tersebut dengan kerugian.
2. Gugatan Perdata Khusus
Perkara perdata khusus yaitu perkara perdata yang diatur melalui peraturan
perundang-undangan khusus (sesuai tabel).
Penomoran perkara perdata baik dalam berita acara maupun dalam
putusan,dibuat secara berurut berdasarkan nomor unit pada buku jurnal.
Beberapa catatan khusus dalam pemberian nomor:
• perkara verzet terhadap putusan verstek (contoh: Nomor
123/Pdt.G/2010/PN Wat) tidak didaftar sebagai perkara baru, dengan tata
urut penomoran sebagai berikut: Nomor 123/Pdt.Plw/2010/PN Wat.
• perkara perlawanan pihak ketiga (derden verzet) didaftarkan sebagai
perkara baru, dengan tata urut penomoran sebagai berikut: Nomor
10/Pdt.Bth/2012/PN Wat.

• Gugatan intervensi mengikuti perkara pokok (tidak di daftar dan tidak


diberi nomor perkara baru).
Perkara perdata khusus meliputi:
1) Permohonan Pernyataan Pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (Pailit-PKPU);
2) Hak Kekayaan Intelektual (HKI);
3) Arbitrase (Arbt);
4) Perkara-perkara pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU);
5) Perkara-perkara pada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK);
6) Penyelesaian Hubungan Industrial (PHI);
7) Perkara Partai Politik (Parpol);
8) Perkara Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Penomoran perkara
perdata khusus adalah sebagai berikut nomor (tidak disingkat menjadi
No.), spasi, angka, garis miring, jenis perkara (berupa singkatan huruf
pertama menggunakan huruf kapital diakhiri dengan titik, diikuti dengan
kata “Sus”, tanda hubung, singkatan perkara khusus), garis miring, tahun,
garis miring, kode pengadilan yang menyidangkan (PN spasi Singkatan
PN).
Khusus pengadilan niaga, kode pengadilannya adalah PN spasi Niaga
spasi Singkatan PN.
1. Nomor 123/Pdt.Sus-Pailit/2010/PN Niaga Smg.
2. Nomor 123/Pdt.Sus-PKPU/2010/PN Niaga Smg.
3. Nomor 123/Pdt.Sus-Actio Pauliana/2010/PN Niaga Smg.
4. Nomor 123/Pdt.Sus-Renvoi/2010/PN Niaga Smg.
5. Nomor 123/Pdt.Sus-Homologasi/2010/PN Niaga Smg.
6. Nomor 123/Pdt.Sus-Gugatan Lain-lain/2010/PN Niaga Smg.
7. Nomor 24/Pdt.Sus-HKI/2010/PN Niaga Sby.
8. Nomor 15/Pdt.Sus-Arbt/2010/PN Niaga Smg.
9. Nomor 28/Pdt.Sus-KPPU/2010/PN Btm.
10. Nomor 12/Pdt.Sus-BPSK/2010/PN Plg.
11. Nomor 1/Pdt.Sus-PHI/2010/PN Bdg.

12. Nomor 123/Pdt.Sus-Parpol/2010/PN Cbn.


13. Nomor 12/Pdt.Sus-KIP/2010/PN Yyk.
Gugatan harus diajukan dengan surat gugat yang ditandatangani oleh
penggugat atau kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri.
Gugatan disampaikan kepada Pengadilan Negeri, kemudian akan diberi
nomor dan didaftarkan da lam buku Register setelah penggugat membayar
panjar biaya perkara, yang besarnya ditentukan oleh Pengadilan Negeri
(pasal 121 HIR).
Bag Penggugat yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara,
hal mana harus di buktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa
yang bersangkutan, dapat mengajukan gugatannya secara prodeo.
Penggugat yang tidak bisa menulis dapat mengajukan gugatannya secara
lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri, yang akan menyuruh mencatat
gugatan tersebut (pasal 120 HIR).
KOMPETENSI RELATIF (pasal 118 (1) HIR)
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa gugatan yang daerah hukumnya,
meliputi:
• Dimana tergugat bertempat tinggal.
• Dimana tergugat sebenarnya berdiam (jikalau tergugat tidak diketahui
tempat tinggalnya).
• Salah satu tergugat bertempat tinggal, jika ada banyak tergugat yang
tempat tinggalnya tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan Negeri.
Tergugat utama bertempat tinggal, jika hubungan antara tergugat-tergugat
adalah sebagai yang berhutang dan penjaminnya.
Penggugat atau salah satu dari penggugat bertempat tinggal dalam hal:
• Pihak tergugat tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak diketahui
dimana ia berada.
• Pihak Tergugat tidak dikenal.

Dalam hal tersebut diatas dan yang menjadi objek gugatan adalah benda
tidak bergerak (tanah), maka ditempat benda yang tidak bergerak terletak.
(Ketentuan HIR dalam hal ini berbeda dengan Rbg. Menurut pasal 142
RBg, apabila objek gugatan adalah tanah, maka gugatan selalu dapat
diajukan kepada Pengadilan Negeri dimana tanah itu terletak).
Dalam hal ada pilihan domisili secara tetulis dalam akta, jika penggugat
menghendaki,di tempat domisili yang dipilih itu. Apabila tergugat pada
hari sidang pertama tidak mengajukan tangkisan (eksepsi) tentang
wewenang mengadili secara relatif ini, Pengadilan Negeri tidak boleh
menyatakan dirinya tidak berwenang.
(Hal ini adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 133 HIR, yang menyatakan,
bahwa eksepsi mengenai kewenangan relatip harus di ajukan pada
permulaan sidang, apabila diajukan terlambat, Hakim dilarang untuk
memperhatikan eksepsi tersebut).
KUASA/WAKIL
Untuk bertindak sebagai Kuasa/Wakil dari penggugat/tergugat ataupun
pemohon, seseorang harus memenuhi syarat- syarat:
1. Mempunyai surat kuasa khusus yang harus diserahkan dipersidangan.
atau pemberian kuasa disebutkan dalam surat gugatan/permohonan, atau
kuasa/wakil ditunjuk oleh pihak yang ber perkara/pemohon didalam
persidangan secara lisan.
Memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan Menkeh No. 1/1985 jo
Keputusan Menkeh tanggal 7 Oktober 1965 No. J.P.14-2-11.
Telah terdaftar sebagai Advokat/Pengacara praktek di kantor Pengadilan
Tinggi/Pengadilan Negeri setempat atau secara khusus telah di izinkan
untuk bersidang mewakili penggugat/ tergugat dalam perkara tertentu.
Permohonan banding atau kasasi yang diaju kan oleh Kuasa/Wakil dari
pihak yang bersang kutan barus dilampiri dengan surat kuasa khusus untuk
mengajukan permohonan tersebut atau surat kuasa yang dipergunakan di
Pengadilan Negeri telah menyebutkan pemberian kuasa pula untuk
mengajukan permohonan banding atau kasasi.
Untuk menjadi kuasa dari pihak tergugat juga berlaku hal-hal tersebut
diatas.
Kuasa/Wakil Negara/Pemerintah dalam suatu perkara perdata berdasarkan
Stbl. 1922 No. 522 dan pasal 123 ayat 2 HIR, adalah:
• Pengacara Negara yang diangkat oleh Pemerintah.
• Jaksa.
• Orang tertentu atau Pejabat-pejabat yang di¬angkat/ditunjuk oleh
Instansi-instansi yang bersangkutan.
Jaksa tidak perlu menyerahkan Surat Kuasa khusus. Pejabat atau orang
yang diangkat/ditun juk oleh instansi yang bersangkutan, cukup hanya
menyerahkan Salinan Surat pengangkatan/penunjukan, yang tidak
bermaterai.
PERKARA GUGUR
Apabila pada hari sidang pertama penggugat atau semua penggugat tidak
datang, meskipun telah dipanggil dengan patut dan juga tidak mengirim
kuasanya yang sah, sedangkan tergugat atau ku asanya yang sah datang,
maka gugatan digugur kan dan penggugat dihukum untuk membayar biaya
perkara. Penggugat dapat mengajukan gu gatan tersebut sekali lagi dengan
membayar panjar biaya perkara lagi. Apabila telah dilakukan sita jaminan,
sita tersebut ikut gugur.
Dalam hal-hal yang tertentu, misalnya apabila penggugat tempat
tinggalnya jauh atau ia benar mengirim kuasanya, namun surat kuasanya
tidak memenuhi syarat, Hakim boleh mengundurkan dan menyuruh
memanggil penggugat sekali lagi. Kepada pihak yang datang
diberitahukan agar ia menghadap lagi tanpa panggilan.
Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah
dipanggil dengan patut, tetapi pada hari kedua ia datang dan pada hari
ketiga penggugat tidak hadir lagi, perkara nya tidak bisa digugurkan (pasal
124 HIR).

PUTUSAN VERSTEK
Apabila pada hari sidang pertama dan pada hari sidang kedua tergugat atau
semua tergugat tidak datang padahal telah dipanggil dengan patut dan juga
tidak mengirim kuasanya yang sah, sedangkan penggugat/para penggugat
selalu datang, maka perkara akan diputus verstek.
Meskipun tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama atau tidak
mengirim kuasanya yang sah, tetapi'jlka ia mengajukan jawaban tertulis
beru pa tangkisan tentang tidak berwenang mengadili, maka perkara tidak
diputus dengan verstek.
TANGKISAN/EKSEPSI
Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat, diperiksa dan diputus
bersama-sama dengan pokok perkaranya, kecuali jika eksepsi itu mengenai
tidak berwenangnya Pengadilan Negeri untuk memeriksa perkara tersebut.
Apabila diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara, dalam
pertimbangan hukum dan dalam diktum putusan, tetap disebutkan:
Dalam eksepsi:.............. (pertimbangan lengkap).
Dalam pokok perkara..... (pertimbangan lengkap).
PENCABUTAN SURAT GUGATAN
Gugatan dapat dicabut secara sepihak jika perkara belum diperiksa. Tetapi
jika perkara sudah diperiksa dan tergugat telah memberi jawabannya,
maka pen cabutan perkara harus mendapat persetujuan dari tergugat (pasal
271, 272 RV).
PERUBAHAN/PENAMBAHAN GUGATAN
Pembahan dan/atau penambahan gugatan diper kenankan, asal diajukan
pada hari sidang perta ma dimana para pihak hadir, tetapi hat tersebut
harus ditanyakan pada pihak lawannya guna pembelaan kepentingannya.
Penambahan dan/atau penambahan gugatan tidak boleh sedemikian rupa,
sehingga dasar pokok gugatan menjadi lain dari materi yang menjadi
sebab perkara antara kedua belah pihak terse but. Dalam hal demikian,
maka surat gugat harus dicabut.

PERDAMAIAN
Jika kedua beIah pihak hadir dipersidangan, Hakim harus berusaha
mendamaikan mereka. Usaha tersebut tidak terbatas pada hari sidang
pertama saja, melainkan dapat dilakukan mes kipun taraf pemeriksaan
telah lanjut (pasal 130 HIR). Jika usaha perdamaian berhasil, maka
dibuatlah akta perdamaian, yang harus dibacakan terlebih dahulu oleh
Hakim dihadapan para pihak, sebelum Hakim menjatuhkan putusan yang
meng hukum kedua belah pihak untuk mentaati isi perdamaian tersebut.
Akta perdamaian mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan Hakim
yang berkuatan hu kum tetap dan apabila tidak dilaksanakan, eksekusi
dapat dimintakan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Terhadap putusan perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum banding.
Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal mana harus dicatat dalam berita
acara persidangan, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
membacakan surat gugatan dalam bahasa yang dimengerti oleh para pihak,
jika perlu dengan menggunakan penerjemah (pasal 131 HIR).
Khusus untuk gugat cerai:
Apabila dalam perkawinan tersebut ada anak, agar berusaha untuk
mendamaikan kedua belah pihak dan sedapat mungkin suami-istri harus
datang sendiri. Apabila usaha perdamaian berhasil, gugatan harus dicabut.
Sehubungan dengan perdamaian ini tidak bisa dibuat akta perdamaian.
Apabila usaha perdamaian gagal, gugat cerai diperiksa dengan sidang
tertutup.
PENGGUGAT/TERGUGAT MENINGGAL DUNIA
Jika Penggugat atau tergugat setelah mengajukan gugatan meninggal
dunia, maka ahli warisnya dapat melanjutkan perkara.
BIAYA YANG DAPAT TIMBUL DALAM PERSIDANGAN
Jika selama pemeriksaan perkara atas permohonan salah satu pihak ada
hal-hal/perbuatan yang barus dilakukan, maka biaya dibebankan kepada
pemohon dan dianggap sebagai per sekot biaya perkara, yang dikemudian
hari akan diperhitungkan dengan biaya perkara yang harus dibayar oleh
pihak yang dengan putusan Hakim dihukum untuk membayar biaya
perkara, biasa nya pihak yang dikalahkan.
Pihak lawan, apabila ia mau, dapat membayarnya Jika kedua belah pihak
tidak mau membayar biaya tersebut, maka hal/perbuatan yang barus
dilakukan itu tidak jadi dilakukan, kecuali jika hal/perbuatan itu menurut
Hakim memang sangat diperlukan. Dalam hal itu, biaya tersebut sementara
akan diambil dari uang panjar biaya perkara yang telah dibayar oleh
Penggugat (pasal 160 HIR).
PENGGABUNGAN PERKARA
Beberapa gugatan dapat digabungkan menjadi satu, apabila antara
gugatan-gugatan yang digabungkan itu, terdapat hubungan erat atau ada
koneksitas. Hubungan erat ini harus dibuktikan berdasarkan faktanya.
Penggabungan gugatan diperkenankan apabila menguntungkan proses,
yaitu apabila antara gugatan yang gabungkan itu ada koneksitas dan
penggabungan akan memudahkan pemeriksaan, serta akan dapat
mencegah kemungkinan ada nya putusan-putusan yang saling
bertentangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu perbuatan merupakan perbuatan yang melanggar hukum apabila
perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban menurut Undang-Undang
dimaksudkan setiap ketetentuan umum yang bersifat mengikat, yang dikeluarkan
oleh kekuasaan yang berwenang yaitu Undang-Undang dalam arti materil.
Perbuatan melawan hukum dapat dibagi atas 3 kategori yaitu :
1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
2. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian
Dan dapat pula perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur
kesengajaan maupun kelalaian) perbuatan melawan hukum disini dimaksudkan
adalah sebagai perbuatan melawan hukum dalam bidang keperdataan saja
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai