Soal !
JAWABAN
Jawaban no 1.
a. posita adalah penjelasan yang menjadi alasan hukum diajukannya sebuah gugatan perdata.
Dalam membuat posita, diperlukan fakta hukum yang kuat. Bukan fakta apa adanya.
Petitum merupakan kesimpulan gugatan yang berisi rincian satu persatu tentang apa yang
diminta dan yang dikendaki Penggugat untuk dinyatakan dan dihukumkan kepada para
pihak, terutama para pihak Tergugat.
b. Putusan Verstek adalah putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tanpa hadirnya
Tergugat dan tanpa adanya alasan yang sah meskipun telah dipanggil secara resmi dan
patut. Verzet merupakan suatu upaya hukum untuk melakukan perlawanan terhadap
putusan verstek. Tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir (verstek) dan tidak
menerima putusan verstek dapat mengajukan perlawanan atas putusan tersebut.
c. Eksaminasi adalah pengujian atau pemeriksaan terhadap surat dakwaan (jaksa) atau
putusan pengadilan (hakim). Eksaminasi sering disebut dengan legal annotation, yaitu
pemberian catatan-catatan hukum terhadap putusan pengadilan maupun dakwaan jaksa.
d. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
e. Akta perdamaian (acta van dading), akta yang dibuat tanpa sepengetahuan hakim artinya
akta tersebut dibuat sebelum sengketa diajukan ke pengadilan tujuannya untuk
menghentikan sengketa sebelum diajukan ke pengadilan sebagai perkara.
Jawaban no. 2
Saya berpendapat bahwa peningkatan kasus contempt of court saat ini dapat disebabkan
oleh adanya hukum yang berinteraksi dengan aspek sosial. Banyak masyarakat yang lebih
mempercayai keadilan sosial daripada keadilan hukum, dan konteks ini memicu terjadinya
tindakan Contempt of Court baik secara langsung maupun virtual, yang dengan mudahnya
menciptakan kegemparan di kalangan masyarakat. Menurut saya, meningkatnya kasus contempt
of court saat ini mencerminkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan, karena
mereka beranggapan bahwa sebagian besar hakim seringkali memutuskan perkara tanpa adil,
atau putusan hakim tersebut mendapat protes dari pihak yang terlibat atau bahkan masyarakat
secara umum, yang menghasilkan perselisihan atau perdebatan yang berlangsung lama, terutama
terkait pendapat atau sudut pandang yang berbeda. Keberulangan kasus Contempt of Court (CoC)
menjadi gambaran bahwa hakim dan pengadilan di seluruh Indonesia masih rentan terhadap
perilaku yang merendahkan martabat dan kehormatan mereka. Namun, kita perlu menyadari
bahwa tindakan-tindakan tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidaktahuan atau kurangnya
kesadaran hukum dari masyarakat yang seharusnya menghormati hakim dan pengadilan. Perlu
dilakukan perbaikan di semua sektor, termasuk aparat penegak hukum dan pemerintah
daerah.untuk contoh kasus coc seperti ketika kita sedang menghadiri sidang di dalam ruang
sidang dan kita melihat seorang hakim sedang minum lalu kita foto dan kita posting dengan
memberikan kritik yang tidak pantas. Di dalam coc hal apapun yang terdapat di ruang sidang itu
tidak lah di perbolehkan di dokumentasikan tanpa sepengetahuan pihak yang berwenang, dengan
demikian orang yang melakukan tindakan tersebut akan di kenai sanksi pidana penjara paling
lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Jawaban no. 4
Contempt of court dapat terjadi ketika menghadiri persidangan, di mana tidak diizinkan
adanya lalu lintas orang yang terus-menerus masuk dan keluar ruang sidang, serta tidak diizinkan
adanya kasus kekerasan terhadap anggota yang berada di dalamnya. Sebagai contoh, situasi
contempt of court dapat terjadi saat seorang hakim membacakan putusan dalam sebuah perkara,
dan salah satu pengacara tidak menerima keputusan tersebut, yang akhirnya berujung pada
tindakan penganiayaan dan kekerasan di ruang sidang. Dalam hal ini, orang yang melakukan
tindakan tersebut melanggar kode etik profesi pengacara dan dapat dikenai sanksi pidana berupa
hukuman penjara.
Jawaban no. 5
1) Setelah perkara didaftarkan, Pemohon atau Penggugat dan pihak Termohon atau Tergugat
serta Turut Termohon atau Turut Tergugat menunggu Surat Panggilan untuk menghadiri
persidangan.
2) Tahapan Persidangan :
a. Upaya perdamaian
b. Pembacaan permohonan atau gugatan
c. Jawaban Termohon atau Tergugat
d. Replik Pemohon atau Penggugat
e. Duplik Termohon atau Tergugat
f. Pembuktian (Pemohon/Penggugat dan Termohon/Tergugat)
g. Kesimpulan (Pemohon/Penggugat dan Termohon/Tergugat)
h. Musyawarah Majelis
i. Pembacaan Putusan/Penetapan
3) Setelah perkara diputus, pihak yang tidak puas atas putusan tersebut dapat mengajukan upaya
hukum (verset, banding, dan peninjauan kembali) selambatlambatnya 14 hari sejak perkara
diputus atau diberitahukan.
4) Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara permohonan talak,
Pengadilan Agama:
a. Menetapkan hari sidang ikrar talak
b. Menetapkan hari sidang ikrar talak.
c. Memanggil Pemohon dan Termohon untuk menghadiri sidang ikrar talak.
Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang ikrar talak, suami
atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar talak di depan sidang, maka gugurlah
kekuatan hukum penetapan tersebut dan perceraian tidak dapat diajukan berdasarkan
alasan hukum yang sama.
5) Setelah pelaksanaan sidang ikrar talak, maka dapat dikeluarkan Akta Cerai.
6) Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara cerai gugat, maka dapat
dikeluarkan Akta Cerai.
7) Untuk perkara lainnya, setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka para pihak
yang berperkara dapat meminta salinan putusan.
8) Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan obyek sengketa, kemudian tidak mau
menyerahkan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan
eksekusi ke Pengadilan Agama yang memutus perkara tersebut.