Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN SIDANG PERTAMA

1. Sidang Dibuka dan Terbuka untuk Umum

Proses persidangan perdata yang pertama dilalui adalah sidang dinyatakan dibuka dan
terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis Hakim. Menurut ketentuan Pasal 13 ayat (1) Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan:

“Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-
undang menentukan lain.”1

Artinya, sepanjang tidak ditentukan dalam ketentuan lain mengenai sidang tertutup untuk
umum, maka sidang tersebut harus terbuka untuk umum. Sidang tertutup untuk umum
misalnya persidangan anak yang berhadapan dengan hukum.  

2. Para Pihak Diperintahkan Masuk ke Ruang Persidangan

Setelah Majelis Hakim membuka persidangan, selanjutnya Hakim akan memanggil para
pihak (penggugat dan tergugat) untuk masuk ke ruang sidang dan duduk di meja masing-
masing pihak.

3. Para Pihak Diperiksa Identitasnya

Proses persidangan perdata poin dilalui apabila dikuasakan. Maka Majelis Hakim akan
memeriksa identitas para pihak. Pemeriksaan dimaksud menyangkut surat kuasanya, Berita
Acara Sumpah (BAS) dan kartu tanda advokat dari organisasi advokat.

4. Mediasi

Perlu diketahui salah satu proses persidangan perdata adalah diwajibkan untuk mediasi.
Ketika para pihak sudah lengkap, maka Majelis Hakim memberikan kesempatan untuk
dilakukan dengan cara damai. Atau dengan kata lain, penyelesaian perkara secara mediasi.

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk


memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mengenai prosedur
mediasi sudah diatur dalam ketetapan yang berlaku.2

5. Penawaran Mediator

1
Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
2
PERMA. NOMOR 1 TAHUN 2016. TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN
Proses persidangan perdata selanjutnya adalah Majelis Hakim akan menawarkan apakah
akan menggunakan mediator dari lingkungan Pengadilan atau dari luar. Para pihak akan
ditanyakan mengenai hal tersebut. Apabila disepakati menggunakan mediator dari lingkungan
Pengadilan, maka Majelis Hakim akan menunjuk nama mediator dari lingkungan Pengadilan
tersebut.

6. Jika Mediasi Gagal

Apabila mediasi sebagaimana angka 5 di atas, yang berakibat tidak tercapai kesepakatan
damai maka, sidang dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan oleh penggugat atau
kuasanya.

7. Jika Mediasi Berhasil

Berbeda dengan mediasi gagal, apabila mediasi berhasil, artinya terjadi perdamaian para
pihak. Selanjutnya, dibuatkan dalam bentuk akta perdamaian yang bertitel (DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA).

8. Jawaban Tergugat

Proses persidangan perdata atau tata urutan selanjutnya adalah jawaban tergugat. Hal ini
merupakan hak tergugat, yang apabila tidak ada perubahan, maka acara selanjutnya adalah
jawaban dari tergugat. Jawaban dimaksud bisa berisi tentang eksepsi, bantahan, permohonan
dan gugatan rekonvensi.

9. Gugatan Rekonvensi

Mengenai gugatan rekonvensi, kita dapat merujuk kepada Ketentuan Pasal 132  HIR
huruf a, Pasal 158 RBg angka 1 dan 3, serta Pasal 245 RV. Dalam ketentuan tersebut pada
pokoknya menyebutkan bahwa gugatan rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh
Tergugat sebagai gugatan balik terhadap gugatan yang diajukan Penggugat. Gugatan
rekonvensi diajukan kepada Pengadilan pada saat berlangsungnya proses pemeriksaan
gugatan yang diajukan Penggugat.

10. Replik Penggugat

Replik adalah jawaban Penggugat terhadap jawaban tergugat. Replik ini untuk
meneguhkan kembali gugatannya. Apabila Penggugat digugat rekonvensi, maka ia
berkedudukan sebagai tergugat rekonvensi.
11. Duplik Tergugat

Duplik adalah hak Tergugat. Secara sederhana Duplik adalah jawaban tergugat terhadap
replik yang diajukan penggugat.

12. Pembuktian

Pembuktian dapat kita lihat dalam ketentuan antara lain: pertama, HIR ( Herziene


Indonesische Reglement )  Pasal 162 sampai dengan Pasal
177. Kedua,  RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten), Pasal 282 sampai dengan
Pasal 314; Stb. 1867 No. 29 tentang kekuatan pembuktian akta di bawah
tangan. Ketiga, BW (Burgerlijk Wetboek) atau KUH Perdata Buku IV Pasal 1865 sampai
dengan Pasal 1945.

Mengenai alat-alat bukti yang dipergunakan dalam pembuktian perkara perdata. Alat-
alat bukti Alat-alat bukti merupakan sarana untuk membuktikan. Alat-alt bukti ini diatur
dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284 RBG dan Pasal 1866 BW antara lain:

a. Surat

b. Saksi

c. Persangkaan-persangkaan

d. Pengakuan dan

e. Sumpah

13. Kesimpulan

Persidangan perkara perdata selanjutnya adalah Kesimpulan para pihak. Dalam tahap
kesimpulan, masing-masing pihak yang masuk dalam sengketa  mengajukan simpulannya
mengenai hasil pemeriksaan perkara.

14. Musyawarah Majelis Hakim

Musyawarah Majelis Hakim ini bersifat rahasia. Musyawarah dimaksud menyangkut


sikap majelis terhadap perkara yang diperiksanya.  

Setelah tahap pembuktian, majelis hakim kemudian bermusyawarah untuk


merumuskan putusan. Hakim tidak diizinkan menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak
digugat, atau memberikan lebih dari yang digugat (pasal 178 HIR).
15. Pembacaan Putusan

Bagian dari proses persidangan perdata adalah pembacaan putusan. Setelah


bermusyawarah dan menentukan sikap, Majelis Hakim akan membacakan putusan. Putusan
dibacakan pada persidangan yang terbuka untuk umum.

16. Isi Putusan

A. Gugatan dikabulkan
Gugatan dikabulkan karena Penggugat mampu membuktikan dalil-dalil gugatannya.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan gugatan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya.
B. Gugatan ditolak
Gugatan ditolak karena Penggugat tidak mampu membuktikan dalil-dalil gugatannya.
C. Gugatan tidak dapat diterima.
Gugatan tidak diterima karena adanya cacat formil. Cacat formil ada berbagi jenis
dalam perkara perdata ini. Sebagai contoh gugatan obscuur libel. Contoh lainnya
adalah gugatan diajukan kepada pengadilan yang tidak berwenang memeriksa dan
mengadili perkara tersebut.

17. Pikir-pikir Banding Bagi Pihak yang Kalah

Proses persidangan perdata poin ini adalah di luar dari proses beracara. Namun,
penting menyampaikan bahwa apabila semua pihak hadir dalam pembacaan putusan, maka
hakim akan memberi tahu hak-haknya. Hak tersebut berupa apakah menerima, pikir-pikir,
atau akan mengajukan banding. Dalam ketentuan yang ada, waktu mengajukan banding
adalah 14 hari.

18. Diberitahukan Bagi Pihak yang Tidak Hadir

Berbeda dengan poin 21 di atas. Poin ini mengatur apabila ada pihak yang tidak hadir pada
saat pembacaan putusan.

Apabila ada pihak yang tidak hadir, maka pengadilan akan memberitahu terlebih dahulu dan
dalam waktu 14 hari setelah pemberitahuan diberi hak untuk menentukan sikap. Apabila
waktu 14 hari tidak menentukan sikap, maka dianggap menerima putusan.

DAFTAR PUSTAKA
Penting Mengetahui 23 Proses Persidangan Perdata | Rifaihadi.com

Anda mungkin juga menyukai