Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN UAS HUKUM ACARA PERDATA

Nama : Marchella Fidiah Arianti

NPM : 203300516039

Dosen : Dr. Umar Husin,S.H.,M.Hum

1. Jelaskan yang dimaksud dengan :


a. Pembuktian adalah upaya untuk memperoleh kebenaran yang dikemukakan dalam
suatu persengketaan.
b. Alat – alat bukti diatur dalam pasal Pasal 164 HIR, Pasal 284 RBG dan Pasal 1866 BW
antara lain:
a. Surat
b. Saksi
c. Persangkaan-persangkaan
d. Pengakuan
e. Sumpah
c. Dalam pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang dimaksud dengan
“akta autentik adalah suatu akta yang di buat dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang oleh/atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk
maksud itu, ditempat di mana akta dibuat. Sedangkan Akta di bawah tangan
adalah akta yang ditandatangani dibawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah
tangga dan tulisan-tulisan lain yang dibuat tanpa perantara seorang pejabat umum.
d. Kekuatan alat bukti dan contohnya
Hukum acara perdata mengenal beberapa macam alat bukti dan hakim terikat
pada alat-alat bukti yang sah, artinya hakim hanya boleh mengambil keputusan
berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang. Alat-alat bukti
dalam hukum acara perdata dikenal ada 5 (lima) macam yaitu : (a) Bukti
tulisan/Bukti dengan surat (b) Bukti saksi (c) Persangkaan (d) Pengakuan (e)
Sumpah.
2. Jawaban:
 Syarat sahnya putusan pengadilan tertuang dalam Pasal 195 KUHAP. Pasal
tersebut berbunyi, “Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum.” Putusan
dibacakan di hadapan terdakwa, kecuali dalam hal khusus yang ditentukan oleh
undang-undang. Suatu putusan hakim memiliki beberapa bagian, di antaranya
bagian pertimbangan hukum atau dikenal dengan konsideran dan bagian amar
putusan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagian pertimbangan hukum yang
menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara, juga amar
putusan yang berisi putusan hakim.
 Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, memiliki 3 macam
kekuatan, sehingga putusan tersebut dapat dilaksanakan, yaitu: Kekuatan
mengikat; Kekuatan bukti; Kekuatan untuk dilaksanakan.

 Putusan Declaratoir (Pernyataan) adalah putusan hanya menegaskan atau


menyatakan suatu keadaan hukum semata-mata. Misalnya: Putusan tentang
keabsahan anak angkat menurut hukum.
 Putusan Condemnatoir/ Komdemnatoir, yaitu Putusan hakim yang menghukum
pihak yang dikalahkan. Contoh: putusan yang menghukum tergugat memberi
ganti kerugikan kepada Penggugat sebesar Rp. 50 juta karena telah wanprestasi
(cidera janji).

 Putusan constitutief adalah putusan yang menciptakan suatu keadaan hukum baru.
Contoh: putusan perceraian yang meniadakan keadaan/hubungan hukum antara
isteri dan suami.
3. Upaya hukum yang dapat dilakukan jika tidak puas dengan putusan hukum adalah
 Upaya hukum biasa meliputi
a. Verzet dapat dilakukan dalam tempo/tenggang waktu 14 hari (termasuk
hari libur) setelah putusan putusan verstek diberitahukan atau disampaikan
kepada tergugat karena tergugat tidak hadir.
b. Banding pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling
lama 14 hari sesudah pernyataan banding tersebut dibuat.
c. Kasasi Pemohon atau Termohon dalam perkara permohonan dapat
mengajukan kasasi dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah penetapan
diberitahukan kepadanya.
 Upaya hukum luar biasa meliputi :
a. Peninjauan Kembali apabila terdapat hal-hal atau keadaan-
keadaan yang ditentukan dengan undang-undang, terhadap
putusan pengadilan yang telah berkekuatan huikum tetap dapat
dimintakan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung dalam
perkara perdata dan pidana oleh pihak-pihak yang
berkempentingan. apabila dalam satu putusan terdapat suatu
kekhilafan hakim/suatu kekeliruan yang nyata.
Tenggang waktu pengajuan 180 hari setelah putusan berkekuatan
hukum tetap.
b. Denderverzet Terjadi apabila dalam suatu putusan pengadilan
merugikan kepentingan dari pihak ketiga, maka pihak ketiga
tersebut dapat mengajukan perlawanan terhadap putusan tersebut.
4. Jawaban :
a. Eksekusi merupakan pelaksanaan putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap atau pasti. Artinya putusan tersebut telah final karena tidak ada
upaya hukum dari pihak lawan perkara sehingga yang dieksekusi dapat berupa
putusan : Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kasasi dan/atau Peninjauan
Kembali.
b. Eksekusi diperlukan dalam perkara perdata karena putusan hakim merupakan
perintah hukum yang harus dilaksanakan dan diterima oleh masing-masing pihak
yang bersangkutan. Tanpa adanya eksekusi, putusan hakim hanya akan menjadi
kata-kata belaka dan tidak akan memiliki nilai hukum yang sanggup memaksa
pelaksanaan
c. Putusan yang dapat dilakukan eksekusi pada dasarnya hanya putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap karena dalam putusan tersebut telah terkandung wujud
hubungan hukum yang tetap (res judicata) dan pasti antara pihak yang berperkara.
d. tahap tahapan pelaksanaan eksekusi :
 Penyampaian putusan hakim yang telah berkekuatan tetap kepada pihak-pihak
yang bersangkutan.
 Penetapan pejabat eksekusi oleh hakim yang memeriksa dan memutus
perkara.
 Penetapan jenis eksekusi yang akan dilakukan, seperti eksekusi benda,
eksekusi surat berharga, atau eksekusi harta kekayaan.
 Penyampaian surat perintah eksekusi oleh pejabat eksekusi kepada pihak yang
harus melakukan pelaksanaan.
 Pelaksanaan eksekusi oleh pihak yang harus melakukan pelaksanaan, seperti
penyerahan benda, pembayaran uang, atau pemindahtanganan harta kekayaan.
 Penyelesaian eksekusi, yaitu setelah pelaksanaan eksekusi selesai dilakukan
dan diterima oleh pihak yang berkepentingan.
5. Peradilan agama memiliki kewenangan yang ditentukan oleh hukum untuk memeriksa
dan memutuskan perkara-perkara yang berkaitan dengan agama dan kehidupan
beragama. Berikut adalah beberapa kewenangan utama peradilan agama:
 Memutuskan perkara perceraian
 Memutuskan masalah warisan
 Memutuskan masalah ibadah
 Memutuskan masalah keagamaan
 Menetapkan hukuman bagi pelanggar hukum agama
 Memutuskan masalah kepemilikan tanah
 Memutuskan masalah yang berkaitan dengan hak-hak keagamaan

Anda mungkin juga menyukai