Anda di halaman 1dari 7

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

UPAYA HUKUM DAN RUANG LINGKUPNYA

1. Pengertian Upaya Hukum


Adalah suatu usaha bagi setiap pribadi yang merasa dirugikan haknya atau atas
kepentingannya untuk memperoleh keadilan dan perlindungan/ kepastian
hukum, menurut cara-cara yang ditetapkan dalam undang-undang1
2. Jenis-Jenis Upaya Hukum
a. Upaya hukum melawan gugatan
1) Eksepsi
2) Rekonvensi
3) Minta vrijwaring
b. Upaya hukum melawan putusan
1) Upaya hukum biasa
a) Verzet
b) Banding
c) Kasasi
Sedangkan upaya hukum melawan penetapan adalah Kasasi dan
Peninjauan Kembali
2) Upaya hukum luar biasa (istimewa)
a) Rekes Sipil (Peninjauan kembali)
b) Derden verzet
c. Upaya hukum untuk mencampuri proses (intervensi)
1) Tussenkomt
2) Voeging
3) Vrijwaring
d. Upaya hukum pembuktian
1) Tulisan
2) Saksi-saksi
3) Persangkaan
4) Pengakuan

Mukti Arto, h.271


1
2

5) Sumpah
B. Upaya Hukum Banding
1. pengertian upaya hukum banding adalah mohon supaya perkara yang telah diputus
oleh pengadilan tingkat pertama diperiksa ulang oleh pengadilan Tinggi (tingkat
banding) karena merasa belum puas dengan keputusan pengadilan tingkat pertama
C. Upaya hukum Kasasi
1. pengertian upaya hukum kasasi adalah upaya hukum agar putusan yudex factie
dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena telah salah dalam melaksanakan peradilan.
D. Upaya hukum Peninjaun kembali
1. Pengertian Upaya hukum Peninjaun kembali adalah meninjau kembali putusan
perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena diketahuinya hal-hal baru
yang dulu tidak dapat diketahui oleh hakim, sehingga apabila hal-hal itu diketahuinya
maka putusan hakim akan menjadi lain
c) Rekes Sipil (Peninjauan kembali)
Dasar hukum Ps. 66 s-d 76 UU No.3 th 2009
Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan satu kali dan tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan. Pencabutan
permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan selama belum di putus dan setelah
dicabut tidak dapat diajukan lagi
Alasan-alasan yang menjadi dasar PK
(1) Apabila putusan yang didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti
yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu
(2) Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
(3) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang
dituntut
(4) Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputuskan
(5) Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai sesuatu hal yang sama atas dasar
yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah diberikan
putusan yang bertentangan satu dengan lainnya
3

(6) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruhan yang nyata
Putusan yang dapat dimintakan PK ada dua macam yaitu:
(1) Putusan yang dijatuhkan dalam tingkat terakhir
(2) Putusan Verstek dan tidak terbuka kemungkinan lagi untuk mengajukan perlawanan
Tenggang waktu peninjauan kembali adalah 180 hari terhitung :
(1) Sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat
(2) Sejak ditemukan surat-surat bukti yang lain
(3) Sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap
(4) Sejak putusan yang terakhir dan saling bertentangan
E. Prorogasi
Pengertian Prorogasi adalah mengajukan suatu sengketa berdasarkan suatu
persetujuan kedua belah pihak kepada hakim yang sesungguhnya tidak berwenang
memeriksa sengketa tersebut, yaitu kepada hakim dalam tingkat peradilan yang lebih
tinggi
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM
PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI) DAN RUANG LINGKUPNYA
Bahwa tujuan akhir pencari keadilan adalah agar segala hak-haknya yang
dirugikan oleh pihak lain dapat dipulihkan melalui putusan hakim. Hal ini bisa
tercapai jika putusan hakim dapat dilaksanakan dan Permohonan eksekusi
kepada pengadilan agama yang memutus perkara
Putusan hakim bisa dilaksanakan :
1. Secara Sukarela
2. Secara paksa dengan menggunakan alat negara, apabila pihak terhukum
tidak mau melaksanakan secara sukarela
A. Pengertian Eksekusi
Secara etimologi eksekusi berasal dari bahasa Belanda executie yang berarti
pelaksanaan putusan pengadilan, sedang eksekusi menurut termilogi adalah hal
menjalankan putusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum
tetap, mengandung perintah membayar sejumlah uang, atau menghukum pihak
yang kalah untuk membayar sejumlah uang, atau putusan hakim yang
memerintahkan pengosongan benda tetap, sedang pihak yang kalah tidak mau
4

melaksanakan putusan itu secara sukarela sehingga memerlukan upaya paksa


dari pengadilan untuk melaksanakanya (Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara
Perdata dilingkungan Peradilan Agama, 2000,h.187)
B. Asas eksekusi
a. Putusan telah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan serta merta, putusan
provisi dan eksekusi berdasarkan groze akte (ps.180, 224 HIR/191, 250 Rbg
b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela
c. Putusan mengandung amar condemnatoir (menghukum)
d. Eksekusi dipimpin oleh ketua pengadilan agama dan dilaksanakan oleh
panitera
C. Jenis-jenis Pelaksanaan Putusan
1. Eksekusi riil dapat berupa pengosongan, penyerahan, pembagian,
pembongkaran, berbuat sesuatu dan memerintahkan atau menghentikan
sesuatu perbuatan (Ps. 200 ayat (11) HIR/Ps. 218 ayat (2) Rbg/1033 Rv
2. Eksekusi pembayaran sejumlah uang (executie verkoof) dilakukan melalui
mekanisme lelang (Ps. 196 HIR/208 Rbg)
Lelang (penjualan umum)
a. Lelang berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi sejumlah uang sebagaimana
diatur dalam pasal 197-200 HIR/208-218 Rbg
b. Pejabat yang berwenang melakukan pelelangan adalah kantor lelang
c. Tatacara lelang adalah:
1) Setelah pengadilan agama/mahkamah syar’iyah menerima permohonan
eksekusi segera mengeluarkan surat panggilan kepada pihak yang kalah
untuk menghadiri sidang aanmaning (tegoran) agar pihak yang kalah
tersebut melaksanakan putusan secara sukarela
2) Apabila setelah aanmaning pihak yang kalah tidak bersedia
melaksanakan putusan secara sukarela, ketua pengadilan
agama/mahkamah syar’iyah menerbitkan penetapan sita eksekusi.
Bentuk sita eksekusi adalah berupa penetapan yang ditujukan kepada
panitera atau jurusita (nama Panitera atau jurusita disebutkan dengan
jelas)
5

3) Panitera/jurusita melaksanakan sita eksekusi, jika atas obyek eksekusi


belum diletakkan sita, apabila terhadap barang tersebut telah diletakkan
sita jaminan, maka sita eksekusi tidak diperlukan lagi dan sita jaminan
tersebut dengan sendirinya menjadi sita eksekusi dengan mengeluarkan
surat penegasan bahwa sita jaminan itu menjadi sita eksekusi
4) Setelah sita eksekusi dilaksanakan, ketua pengadilan agama/mahkamah
syar’iyah mengeluarkan surat perintah eksekusi. Surat perintah eksekusi
tersebut berisi perintah penjualan lelang barang-barang yang telah
diletakkan sita eksekusinya dengan menyebut jelas obyek yang akan
dieksekusi serta menyebutkan putusan yang menjadi dasar eksekusi
tersebut.
5) Panitera/jurusita mengumumkan tentang akan adanya lelang di papan
pengumuman pengadilan agama/mahkamah syar’iyah dan beberapa mas
media atau menurut kebiasaan setempat.
Beberapa hal tentang istilah eksekusi
1. Sita Eksekusi
a. Sita jaminan atau sita revindicatoir yang telah dinyatakan sah dan berharga
dalam putusan yang berkekuatan hukum tetap, berubah menjadi sita eksekusi
b. Sita eksekusi hanya menyangkut pembayaran sejumlah uang
2. Eksekusi Grosse Akta
a. Sesuai pasal 224 HIR/258 Rbg ada dua macam Grosse yang mempunyai
kekuatan eksekutorial, yaitu grosse akta hipotik dan surat-surat utang
b. Grosse adalah salinan pertama dan akta autentik salinan pertama ini
diberikan kepada kreditur
c. Oleh karena salinan pertama dan atas pengakuan utang yang dibuat oleh
notaris mempunyai kekuatan eksekusi, maka salinan pertama ini harus ada
kepala irah-irah yang berbunyi “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”, salinan lainnya yang diberikan kepada debitur tidak memakai
kepala/irah-irah” Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Asli
dari akta (minit) disimpan oleh notaris dalam arsip dan tidak memakai
kepala/irah-irah
d. ;;;
6

e. Grosse akta pengakuan utang yang diatur dalam pasal 224 HIR/258 Rbg adalah
sebuah surat yang dibuat oleh notaris antara orang alamiah/badan hukum yang
dengan kata-kata sederhana yang bersangkutan mengaku, berhutang uang
sejumlah tertentu dan ia berjanji akan mengembalikan uang itu dalam waktu
tertentu, misalnya dalam waktu 6 (enam) bulan, dengan disertai bunga sebesar 2
% sebulan
f. Jumlah yang sudah pasti dalam surat pengakuan utang bentuknya sangat
sederhana dan tidak dapat ditambahkan persyaratan-persyaratan lain
g. Kreditur yang memegang grosse atas pengakuan utang yang berkepala “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dapat langsung memohon
eksekusi kepada ketua pengadilan agama yang bersangkutan dalam hal debitur
ingkar janji
3. Eksekusi Hak Tanggungan
a. Pasal 1 butir 1 UU No.4 th 1996 menyebutkan bahwa Hak tanggungan atas
tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya
disebut” Hak Tanggungan” adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam UU No.5 th 1960 tentang peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah milik, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor
lain
b. ...
4. Eksekusi Jaminan
a. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut
tetap dalam penguasaan pemilik benda
b. Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan
yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.
7

Anda mungkin juga menyukai