Oleh :
Dr. TRI ASTUTI HANDAYANI, S.H., M.HUM.
1
Putusan
Dasar hukum : pasal 178,182,183,185 HIR
2
Sifat putusan:
1. Tetap: apabila para pihak sudah menerima
putusan tersebut dan tidak ada yg
melakukan upaya hukum
2. Sementara
Macam putusan :
1. Putusan sela/antara/tussen vonnis
2. Putusan akhir
3
Putusan sela
Arti : putusan yang diucapkan sebelum
putusan akhir guna
memungkinkan/mempersiapkan kelnjutan
pemeriksaan perkara
Putusan sela tidak dibuat secara terpisah dari
putusan akhir
Putusan sela merupakan bagian dari proses
verbal
Putusan sela diucapkan dalam sidang terbuka,
tidak dapat banding, kecuali dengan putusan
akhir (pasal 9 UU no 20 tahun 1947)
4
Macam-Macam Putusan Sela
1. Praeparatoir : putusan sela yang mempersiapkan
putusan akhir tanpa mempengaruhi putusan akhir
2. Interlokutoir: putusan dimana hakim memerintahkan
salah satu pihak untuk membuktikan
3. Insidentil: putusan yang berhubungan dengan adanya
insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur
peradilan biasa
4. Provisionil: putusan yang merupakan tindakan
pendahuluan atau tindakan yang bersifat sementara
guna kepentingan salah satu pihak sebelum dijatuhkan
putusan akhir
Contoh : gugatan cerai (pasal 106 (2) BW)
5
Putusan akhir
Pengertian: putusan yang mengakhiri
sengketa
Ciri ciri:
1. Harus mencukupi alasan alasan hukum
2. Harus diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum
3. Dibuat tersendiri
4. Mencukupi pertimbangan hakim
6
Macam-Macam Putusan Akhir
1. Contrdictoir dan verstek
2. Putusan perlawanan/verzet
3. Uitvoerbaar bij voorad/ubv
4. Putusa diterimanya eksepsi
Semua putusan akhir dapat dilakukan upaya
hukum banding
Putusan sela tidak dapat banding karena
tergantung pada putusan akhir
7
Sifat putusan akhir
1. Condemnatoir /menghukum
2. Constitutif/menetapkan
3. Declaratoir /pernyataan
Dalam suatu putusan bisa terjadi
menghukum,menetapkan dan pernyataan saling
mengisi
Pada hakekatnya senua putusan hakim baik yg
condemnatoir maupun constitutip bersifat
deklaratoir
8
Sistematika Putusan
Isi minimum putusan:
1. Kepala putusan
2. Identitas para pihak
3. Duduknya perkara
4. Pertimbangan hakim
5. Dictum atau amar putusan
Dapat ditambah dengan;
Biaya perkara
Disebutkan apakah putusan tsb dihadiri atau tidak
oleh para pihak
Setiap putusan harus ada Ttd hakim dan penitera
9
Lanjutan
1. Amar diterima seluruhnya:
10
Lanjutan
2. Amar tidak diterima seluruhnya:
a. Mengabulkan gugatan untuk sebagian
b. Menyatakan tanah sengketa adalah milik
c. Menghukum T untuk menyerahkan tanah
sengketa dalam keadaan kosong kepada P
d. Menolak untuk gugatan selebihnya(tdk
perlu disebutkan satu persatu)
e. Menghukum T membayar biaya perkara
Rp…
11
Lanjutan
Amar dalam Penggugat kalah:
a. Menolak gugatan penggugat
b. Menghukum Penggugat membayar biaya
perkara sebesar ….
(Langsung ditolak tidak perlu dirinci satu
persatu)
12
Kekuatan putusan
Ada 3 kekuatan:
1. Kekuatan mengikat atau inkracht, putusan ini
mengikat para pihak, ahli waris dan orang yang
mendapatkan hak daripadanya apa yang
diputuskan bersifat benar (res yudicata pro
veritate habituur)
2. Kekuatan bukti: Putusan Pengadilan adalah
akta otentik
3. Kekuatan eksekutorial: hanya Putusan
pengadilan yang dapat dilaksanakan kekuatan
eksekutorial terletak pada Kepala putusan.
13
Uitvoerbaar bij voorraad
Dasar hukum: pasal 180 HIR
Prinsip : inkracht van gewijsde
Ada 4 (empat syarat )
1. Ada surat otentik atau tulisan yang
menurut UU boleh diterima sebagai alat
bukti
2. Ada putusan yang inkracht
3. Ada gugatan provisionil yang telah
dikabulkan
4. Dalam sengketa hak milik
14
Lanjutan
Tidak bersifat kumulatif, melainkan alternatif
Apabila salah satu dari syarat sudah terpenuhi, sudah dapat
dijadikan das ar menjatuhkan UbV.
Perkembangan UbV:
Sema 13 /1964
Sema 05/1969
Sema 03/1971
Sema 06/1975
Sema 03/1978
Sema 03/2000
Sema 04/2001
15
Syarat utama UbV
Syarat utama menjatuhkan putusan ubv
harus didukungbalat bukti yang memiliki
nilai :
1. Sempurna
2. Mengikat
3. Menentukan
Apabila akte dibawah tangan:
1. Isi dan tandatangan diakui
2. Tidak diajukan bukti lawan
16
Isi Sema no 3 Tahun 2000
Melarang putusan serta merta ,kecuali dalam hal
hal sebagai berikut:
1. Gugatan didasarkan pada bukti surat autentik
atau surat tulisan tangan yang tidak dibantah
kebenaran isi dan ttd nya
2. Gugatan hutang piutang yang jumlahnya sudah
pasti dan tidak dibantah
3. Gugatan ttg sewa menyewa
tanah,gudang,rumah ,dmn hub. Sewa menyewa
sudah habis, penyewa terbukti melalaikan
kew,sbag penyw.yg beritikad baik
17
Lanjutan
4. Dikabulkannya gugatan provisionil, dengan
pertimbanga hukum yang tegas dan jelas
5. Pokok gugatan mengenai harta perkawinan
(gono gini) setelah putusan cerai inkracht
6. Gugatan berdasarkan putusan yang telah
inkracht dan mempunyai hubungan dengan
pokok gugatan yang diajukan
7. Pokok perkara mengenai bezitsrecht. Adanya
pemberian jaminan yang nilainya sama dengan
nilai barang /obyek eksekusi
18
Kesimpulan SEMA 3 tahun 2000
19
Pelaksanaan PUTUSAN (Eksekusi)
Pengertian Eksekusi Adalah Melaksanakan secara
paksa (Upaya Hukum Paksa) Putusan Pengadilan
dengan Bantuan Kekuatan Hukum.
Asas-Asas Ekseskusi:
Menjalankan Putusan yang berkekuatan Hukum
Tetap, Pengecualian terhadap Asas Ini, Diantaranya:
a. Pelaksanaan Putusan lebih dulu (Uitvoerbaar bij
Voorraad, Pasal 180 ayat 1 HIR)
b. Pelaksanaan Putusan Provisi (Pasal 180 ayat 1 HIR)
c. Akta Perdamaian = Berdasarkan Akta Perdamaian,
Undang-undang menempatkan Akta perdamaian
yang di buat dipersidangan tak ubahnya seperti
Putusan yang berkekuatan Hukum tetap (Pasal
130 HIR)
d. Eksekusi terhadap Grosse Akta (Pasal 224 HIR)
20
Putusan tidak dijalankan secara suka rela =Putusan tidak
dijalankan atau dipatuhi oleh pihak yang kalah baik sebagian
ataupun seluruhnya
Putusan mengandung amar Comdemnatoir. Ciri” Indikator yang
menentukan suatu putusan bersifat Comdemnatoir, yaitu dalam
amar atau diktum putusan terdapat perintah yang menghukum
pihak yang kalah, yang dirumuskan dalam kalimat:
a. Menghukum atau memerintahkan “Menyerahkan” suatu
barang
b. Menghukum atau memerintahkan “Pengosongan” sebidang
tanah atau rumah
c. Menghukum atau memerintahkan “Melakukan” suatu
perbuatan tertuntu
d. Menghukum atau memerintahkan “Penghentian” suatu
perbuatan atau keadaan
e. Menghukum atau memerintahkan “Pembayaran” sejumlah
uang 21
Eksekusi atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua
Pengadilan (Pasal 195 ayat 1 HIR)
a. Ketua Pengadilan Negeri memerintahkan dan
memimpin jalannya Eksekusi
b. Kewenangan memerintahkan dan memimpin
eksekusi yang ada pada Ketua Pengadilan Negeri
adalah secara Ex Officio
c. Perintah Eksekusi dikeluarkan Ketua Pengadilan
Negeri berbentuk Surat Penetapan (Beschikkinng)
d. Yang diperintahkan menjalankan eksekusi adalah
Panitera atau Jurusita Pengadilan Negeri
22
Macam Ekseskusi menurut Sifatnya
1. Eksekusi Riil
Penyerahan Barang
Pengosongan
Pembongkaran
Melakukan Suatu Perbuatan
2. Pembayaran Sejumlah Uang
23
Perbedaan Eksekusi Riil dengan
Pembayaran Sejumlah Uang
1. Eksekusi Riil
Sumber Hukum yang dipersengketakan lebih Kompleks
Eksekusi Riil hanya mungkin terjadi berdasar putusan
Pengadilan:
Yang telah memperoleh kekuatan Hukum Tetap
Yang bersifat dijalankan lebih dulu (Uitvoerbaar Bij
Voorraad)
Yang berberbentuk Provisi
Yang berbentuk Akta Perdamaian di sidang Pengadilan.
24
Lanjutan
1. Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang :
Sumber Hukum yang dipersengketakan Terbatas
Eksekusi Pembayaran sejumlah uang tidak hanya
didasar atas Putusan Pengadilan, Tetapi dapat juga
didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh
Undang-undang disamakan Nilainya dengan Putusan
yang memperoleh kekuatan Hukum Tetap:
Grosse Akta Pengakuan Hutang
Sertifikat Hak Tanggungan
Jaminan Fidusia
25
TataCaraPelaksanaanEksekusi
29
UPAYA HUKUM
• Dalam Hukum Acara Perdata ada 2
Macam Upaya Hukum, yaitu:
30
UPAYA HUKUM BIASA
1. BANDING
Dasar Hukum:
1. Pasal 199 s.d. 205 RBg (untuk daerah di luar Jawa
dan Madura).
2. Pasal 188 s.d. 194 HIR (untuk daerah Jawa dan
Madura) dan dalam
3. Pasal 3 Jo pasal 5 UU No. 1/1951 (UU-Darurat No.
1/1951), pasal188 s.d. 194 HIR dinyatakan tidak
berlaku lagi dan diganti dengan UU Bo. 20/1947
tentang Peraturan Peradilan Ulangan di Jawa dan
Madura.
31
Syarat Mengajukan Banding
Pasal 6 UU No 20 Tahun 1947 “perkara yang dapat
dimintakan banding adalah apabila besar nilai
gugatan yang diputus itu lebih dari 100, (seratus
rupiah).
Tenggang waktu pernyataan mengajukan banding
adalah 14 hari sejak putusan dibacakan bila para
pihak hadir atau 14 hari pemberitahuan putusan
apabila salah satu pihak tidak hadir. Ketentuan ini
diatur dalam pasal 7 ayat (1) dan (2) UU No. 20/1947
jo pasal 46 UU No. 14/1985. Dalam praktek dasar
hukum yang biasa digunakan adalah pasal 46 UU
No. 14 tahun 1985.
32
PROSEDUR MENGAJUKAN
BANDING
1. Diajukan kepada Pengadilan setempat, bisa
secara lisan maupun tertulis dalam tenggang
waktu 14 hari. Dan 30 hari apabila pemohon
banding berdiam di luar daerah Hukum
pengadilan negeri yang bersidang
2. Untuk pengadilan Luar jawa Madura tenggang
waktunya adalah 6 bulan.
3. Permohonan banding disertai dengan
Pembayaran biaya banding yang di taksir oleh
penitera pengadilan berdasar jumlah pihak dan
jauh dekatnya jarak tempat tinggal para pihak
yang bersengketa.
33
PROSEDUR MENGAJUKAN
PERMOHONAN BANDING
1. Diajukan di Panitera PN dimana putusan
tersebut dijatuhkan, dengan terlebih dahulu
membayar lunas biaya permohonan banding.
2. Permohonan banding dapat diajukan tertulis
atau lisan (pasal 7 UU No. 20/1947) oleh ybs
maupun kuasanya.
3. Panitera PN akan membuat akte banding yang
memuat hari dan tanggal diterimanya
permohonan banding dan ditandatangani oleh
panitera dan pembanding. Permohonan banding
tersebut dicatat dalam Register Induk Perkara
Perdata dan Register Banding Perkara Perdata.
34
Lanjutan
4. Permohonan banding tersebut oleh panitera
diberitahukan kepada pihak lawan paling lambat 14 hari
setelah permohonan banding diterima.
5. Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta
berkas perkara di Pengadilan Negeri dalam waktu 14
hari.
6. Walau tidak harus tetapi pemohon banding berhak
mengajukan memori banding sedangkan pihak
Terbanding berhak mengajukan kontra memori
banding. Untuk kedua jenis surat ini tidak ada jangka
waktu pengajuannya sepanjang perkara tersebut belum
diputus oleh Pengadilan Tinggi. (Putusan MARI No. 39
k/Sip/1973, tanggal 11 September 1975).
7. Pencabutan permohonan banding tidak diatur dalam
undang-undang sepanjang belum diputuskan oleh
Pengadilan Tinggi pencabutan permohonan banding
masih diperbolehkan.
35
Bagaimanakah Proses Pemerikasaan
dalam tingkat Banding?
36
2.KASASI
ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN KASASI
Diatur dalam pasal 30 UU No. 14/1985 jo pasal 30
UU No.5 Tahun 2005 Tentang MA jo ps. 30 UU
No.4/2004 antara lain :
38
Lanjutan
Di dalam PERMA NO 1 TAHUN 2001 TENTANG
PERMOHONAN KASASI PERKARA PERDATA:
Pasal 1 Ayat (a)
1. Persyaratan formal adalah persyaratan yang wajib
dipenuhi oleh pemohon kasasi dalam mengajukan
permohonan kasasi (Pasal 46-47 UU NO 14/1985
Pasal 2 Ayat (1)
1. Panitera pengadilan tingkat pertama yang memutus
perkara yang dimohon kasasi, tidak meneruskan kepada
MA permohonan kasasi yang tidak memenuhi syarat
formal.
39
PROSEDUR MENGAJUKAN
PERMOHONAN KASASI
1. Permohonan kasasi disampaikan oleh pihak yang
berhak baik secara tertulis atau lisan kepada
Panitera Pengadilan Negeri yang memutus
perkara tersebut dengan melunasi biaya kasasi.
2. Pengadilan Negeri akan mencatat permohonan
kasasi dalam buku daftar, dan hari itu juga
membuat akta permohonan kasasi yang
dilampirkan pada berkas (pasal 46 ayat (3) UU
No. 14/1985)
3. Paling lambat 7 hari setelah permohonan kasasi
didaftarkan panitera Pengadilan Negeri
memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lawan (pasal 46 ayat (4) UU No. 14/1985)
40
Lanjutan
4. Dalam tenggang waktu 14 hari setelah permohonan
kasasi dicatat dalam buku daftar pemohon kasasi
wajib membuat memori kasasi yang berisi alasan-
alasan permohonan kasasi (pasal 47 ayat (1) UU No.
14/1985)
5. Panitera Pengadilan Negeri menyampaikan salinan
memori kasasi pada lawan paling lambat 30 hari
(pasal 47 ayat (2) UU No. 14/1985).
6. Pihak lawan berhak mengajukan kontra memori
kasasi dalam tenggang waktu 14 hari sejak tanggal
diterimanya salinan memori kasai (pasal 47 ayat (3)
UU No. 14/1985)
7. Setelah menerima memori dan kontra memori kasasi
dalam jangka waktu 30 hari Panitera Pengadilan
Negeri harus mengirimkan semua berkas kepada
Mahkamah Agung (pasal 48 ayat (1) UU No. 14/1985)
41
Bentuk Putusan Kasasi
Permohonan Kasasi tidak dapat diterima
Permohonan Kasasi Di tolak
Permohonan Kasasi di Kabulkan atau
ditolak
42
3. VERZET
PENGERTIAN
Verzet merupakan salah satu upaya hukum biasa
yang dapat diminta oleh salah satu atau kedua
belah pihak yang berperkara terhadap suatu
putusan Pengadilan Negeri yang diputus Verstek.
PROSEDUR MENGAJUKAN VERZET ,pasal 129
HIR/153 Rbg
Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek itu
diberitahukan kepada tergugat sendiri;
Bila memungkinkan di periksa oleh Majelis Hakim
yang sama.
Pembuktian berdasakan SEMA No.9/1964,
walaupun sebagai Pelawan bukan sbg Penggugat
tapi tetap Terlawan sehingga yang membuktikan
dulu adalah Terlawan atau Penggugat asal. 43
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
1. PENINJAUN KEMBALI
Upaya hukum peninjauan kembali (request civil)
merupakan suatu upaya agar putusan pengadilan baik
dalam tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi,
maupun Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum
tetap (inracht van gewijsde).
45
Lanjutan
4. Apabila antara pihak-pihak yang sama
mengenai suatu soal yang sama atas dasar
yang sama, oleh pengadilan yang sama
atau sama tingkatannya, telah diberikan
putusan yang bertentangan satu dengan
yang lain.
5. Apabila mengenai sesuatu bagian dari
tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya.
6. Apabila dalam suatu putusan terdapat
suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
46
TENGGANG WAKTU PK
Tenggang Waktu (Pemohon PK) : 180 hr-ps.69
Ad.1: semenjak putusan Perdata diberitahukan.
Ad.2: dihitung sejak ditemukannya surat bukti baru
tsb dimana hari dan tgl. Dinyatakan dibawah sumpah
dan disahkan oleh pihak yang berwenang.
Ad.3,4,5 dan 6 sejak Putusan mempunyai kekuatan
hukum yang tetap dan diberitahukan kepada para
pihak.
Pengadilan Niaga ini merupakan andalan khusus dari Undang Undang No. 37
tahun 2004, yaitu Pengadilan yang khusus memeriksa dan memutus perkara-
perkara dibidang perniagaan termasuk tetapi tidak terbatas pada pemeriksaan
perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). 56
Lanjutan
Kewenangan Pengadilan Niaga adalah Pengadilan dalam
lingkungan Badan Peradilan Umum dan bukan
lingkungan badan peradilan yang berdiri sendiri.
Pengadilan Niaga memeriksa dan memutus perkara-
perkara perniagaan dan akan diberi wewenang memeriksa
dan memutus perkara-perkara perniagaan lainnya yang
akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Penetapan Pengadilan Niaga sebagai Pengadilan yang
berwenang memeriksa dan memutus permohonan atau
perkara kepailitan semata-mata untuk mengefisiensikan
proses pemeriksaan permohonan Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) (dan
Perkara perniagaan tertentu lainnya).
57
PENGORGANISASIAN PENGADILAN
NIAGA
Mengenai pengorganisasian, sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku bagi peradilan umum. Untuk pertama kalinya Pengadilan Niaga
dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan kemudian dilakukan
secara bertahap dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Hakim pada Pengadilan Niaga adalah Hakim yang secara khusus ditugasi
untuk memeriksa dan memutus permohonan kepailitan atau perkara
komersil tertentu. Pada Pengadilan Niaga selain terdapat Hakim Niaga juga
dimungkinkan adanya Hakim Ad Hoc bila memang diperlukan, yang
diangkat oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. Pengadilan Niaga
administrasinya di bawah Ketua Pengadilan Negeri karena berada di
lingkungan Peradilan Umum.
58
PEMBAGIAN KEWENANGAN MENGADILI
1. KEWENANGAN ABSOLUT
64
65